Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

No. Dokumen :
/SOP/PKM-MT/2022
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit: 12/02/2022

Halaman : 1/4

UPT
PUSKESMA dr. Meliati Saur Sinaga
S MUARA NIP.197709052006042030
TEWEH

1. Pengertian Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan dan persalinan normal yang
mengharuskan untuk mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi. Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 Minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Depkes,
2016)

2. Tujuan 1. Mengupayakan yang terbaik untuk kelangsungan hidup dari ibu dan janin
2. Mencapai derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya.
3. Menjadi acuan untuk pelayanan persalinan normal di puskesmas agar dapat
terciptanya persalinan yang aman dan kualitas pelayanan yang dapat terjaga
pada tingkat optimal.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Muara Teweh Nomor


445/......./R0/SK/PKM-MT/2017 tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi 1. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Depkes RI, 2016)
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5. Prosedur
Persiapan Alat :

1. Partus set steril


2. Handscoon
3. Alat Resusitasi
4. Kapas Toucher dan air DTT
5. Larutan klorin. 0,5%
6. Air DTT
7. Obat-obatan uterotonika dan disposable spuit 1,3,10 cc
8. Schort
9. Bengkok dan baskom kecil untuk plasenta
10. Lampu sorot
11. Tempat pakaian kotor dan tempat sampah medis
12. Tensimeter dan stetoskop
13. USG Doppler
14. Jam

Halaman 1/4
Persiapan awal pada pasien dan keluarga:

1. Selama proses persalinan dari pihak pasien hanya diperbolehkan 1 orang


yang diijinkan untuk memasuki ruangan persalinan dengan syarat tidak
mengganggu pelaksanaan tindakan.
2. Melakukan anamnesis cermat
3. Melaksanakan pemeriksaan fisik seperti:
a. Kondisi Umum
b. Vital sign
c. Pemeriksaan Leopold
d. Auskultasi
e. Perkusi
f. Pemeriksaan Refleks patella
g. Pemeriksaan dalam
h. Pemeriksaan Portio
i. Pemeriksaan Serviks
j. Pemeriksaan Ketuban
k. Pemeriksaan Linea Inominata
l. Pemeriksaan Hodge

Teknik Pelaksanaan:

1. KIE & inform consent kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi ibu,
tidakan yang akan dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Mengenali adanya tanda persalinan kala II:
a. ibu mempunyai keinginan untuk mengejan
b. ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan anus membuka
3. Persiapan ibu, janin, dan penolong
a. Ibu : obat-obatan (lidocain dalam spuit 3cc, oksitosin dalam spuit 5
cc), doek steril, kateter, air steril DTT, savlon, gunting episiotomi,
hecting pack, infus set dan oksigen
b. Janin : partus set, klem dan guting tali pusat, kain penghangat bayi,
alat resusitasi bayi, suction, doppler, infant warmer
c. Penolong: cap, google, masker, scort, handschoon steril,
handschoon panjang, sepatu boot, penolong yang kompeten
4. Ibu diposisikan litotomi, kandung kemih dikosongkan, desinfeksi
vulva/vagina, pasang doek steril di bokong ibu dan kain bersih pada perut
ibu.
5. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui apakah syarat-syarat
dilakukanya persalinan normal sudah terpenuhi, yaitu pembukaan lengkap,
ketuban pecah atau dipecahkan, janin turun hingga HIII+/HIV, presentasi
kepala dengan denominator UUK kiri/kanan depan, UPD normal.
6. Melepas handschoon kemudian megevaluasi DJJ.
7. Ibu diajarkan cara mengejan dengan benar : dalam keadaan litotomi, bila
timbul his, ibu merangkul kedua kaki pada sendi lutut pada batas siku
hingga fleksi sendi lutut dan sendi paha, dagu menempel dada, mengejan
pada perut bukan di leher.
8. Bersamaan dengan HIS, ibu dipimpin mengejan dan hanya mengejan pada
saat HIS. Saat HIS hilang, ibu distirahatkan dan seorang asisten melakukan
DJJ.
9. Pada waktu kepala janin di dasar panggul, UUK di bawah simfisis,
subocciput sebagai hipomoklion, kepala janin mengadakan defleksi.
10. Saat kepala meregang vulva dengan diameter 5 – 6 cm, tangan kanan
penolong menahan perineum, sedangkan tangan kiri menahan kepala agar

Halaman 2/4
defleksi tidak terlalu cepat. Dilakukan episiotomi bila perlu.
11. Kemudian berturut-turut lahirlah UK, UUB, dahi, muka dan seluruh kepala.
12. Periksa apakah ada lilitan tali pusat, bila lilitan longgarsegera lepaskan.
Bila lilitan kencang , segera klem di 2tempat dan potong diantara dengan
perlindungan tangan kiri
13. Biarkan kepala janin mengadakan putar praksi luar.
14. Penolong berdiri di kanan ibu, kepala janin dipegang secara biparietal,
untuk melahirkan bahu depan, kepala ditarik curam ke bawah sampai bahu
depan, kepala ditarik curam ke bawah sampai bahu depan lahir dan
dielevasikan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
15. Tangan yang satu menahan kepala bayi, sedangkan tangan penolong yang
lain diletakkan di belakang badan bayi
16. Bayi ditarik mendatar dan diletakkan diperut ibu
17. Tali pusat di klem 3 cm dari pusat kemudian diurut ke arah ibu, lalu di
klem kembali 2cm dari klem pertama potong diantara nya dengan
perlindungan kanan kiri
18. Sisa tali pusat pada bayi diikat, klem dilepaskan. Bayi diselimuti kemudian
diberikan kepada ibu atau inisiasi dini , kemudian bayi dirawat
sebagaimana mestinya.
19. Periksa kembali uterusnya pakah ada janin berikutnya, bila tidak lakukan
manajemen aktif kala III
20. Suntikan oksitosin 10 IU IM 1/3 paha ibu bagian lateral
21. Tangan kiri meraba fundus uteri untuk mengevaluasi apakah sudah terjadi
kontraksi yang adekuat
22. Jika kontraksi adekuat laukakn peregangan tali pusat terkendali dan
mendorong uterus kea rah dorsokranial.
23. Ketika tali pusat bertambah panjang, klem dimajukan hingga berjarak 5-
10cm didepan vulva
24. Saat plasenta lahir muncul introitus vagina, kedua tangan menangkap
plasenta dan memutar searah jarum jam sampai selaput plasenta terpilin
25. Periksa kelengkapan plasenta dan selaputketuban, kemudian diletakkan
pada tempatnya, lakukan masase fundus uteri, jika plasenta tidak lengkap
lakukan eksplorasi manual dalam cavum uteri untuk mengeluarkan jaringan
yang tertinggal
26. Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan/masase ringan pada uterus
dengan telapak tangan atau jari tangan sehingga uterus berkontraksi dengan
baik
27. Eksplorasi jalan lahir, jika didapatkan laserasi lakukan
perineoraphy/penjahitan
28. Evaluasi post partum meliputi:
a. Vital sign
b. TFU
c. Kontrakksi uterus
d. Evaluasi adanya pendarahan setiap 15 menit satu jam pertama dan
30 menit pada satu jam kedua
29. Dekontaminasi semua alat kedalam larutan klorin 0,5%
30. Mengisi partograf.

Halaman 2/4
6. Bagan Alir

7. Unit Terkait 1. Ruangan Pendaftaran


2. Ruangan Kesehatan Ibu dan Anak
3. PONED
4. Laboratorium

8. Dokumen Berkas Rekam Medis


Terkait

9.Rekaman Histori
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.

Halaman 2/4

Anda mungkin juga menyukai