Anda di halaman 1dari 47

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

DISUSUN OLEH :
dr. Dede Mega Apriliana Nsa

PEMBIMBING :
dr. Komang Artawan, Sp.A. M.Biomed

PENDAMPING :
dr. I Gede Suprayoga Sukmana Putra

PIDI BULAN NOVEMBER TAHUN 2022


RSUD Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Indonesia
PENDAHULUAN
Latar

Belakang

Demam  kejang yang paling umum


di antara anak-anak usia kurang
dari lima tahun

Hal ini terutama diperburuk oleh


demam karena infeksi yang berada di
luar sistem saraf pusat

A study of etiology and characteristics of febrile convulsions and epilepsy among children. https://www.researchgate.net/publication/320666161
International Journal of Contemporary Pediatrics Pathan HG et al. Int J Contemp Pediatr. 2017 Nov;4(6):2093-2097
LATAR BELAKANG
Kejang Demam

2–4% Anak laki-laki > Anak Perempuan

Sekitar Angka kejadian di Asia Tenggara


lebih tinggi dari seluruh kejang
80% - 90% demam sederhana

Kejadian kejang demam di Indonesia


 2 – 5 % anak berumur 6 bulan –
3 tahun dan 30% mengalami
kejang demam berulang

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72


TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Menurut rekomendasi Ikatan Neurologi Anak Jepang tahun 2015
Kejang demam  kejang yang disertai demam (peningkatan suhu 38oC atau
lebih tinggi) yang bukan disebabkan oleh infeksi SSP, yang terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 60 bulan

Berdasarkan American Academy Pediatrics (AAP) tahun 2008, kejang demam


adalah kejang pada anak usia 6 bulan sampai 60 bulan yang tidak memiliki
infeksi intrakranial, gangguan metabolik dan riwayat kejang demam.

Rekomendasi UKK Neurologi IDAI tahun 2016, Kejang Demam  Bangkitan


Kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38oC, dengan metode
pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016


Epidemiologi
Kejadian Kejang Demam paling banyak terjadi pada balita Kejang
Demam Sederhana
• 2-5%  puncak onset antara usia 18-22 bulan

• Di Asia dilaporkan angka kejadian kasus lebih tinggi dari Negara-negara lain
dan sekitar 80% - 90% dari seluruh kasus adalah kejang demam sederhana

Balita yang mengalami kejang demam cenderung mempunyai riwayat kejang


demam pada keluarga

Kejadian kejang demam di Indonesia disebutkan terjadi pada 2-5% anak


berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun dan 30% diantaranya akan
mengalami kejang demam berulang.

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016


Etiologi
Penyebab kejang demam dianggap multifaktorial,
salah satunya adalah faktor lingkungan dan
faktor genetik

Berdasarkan jurnal Pathan HG et al. Int J Contemp Pediatr. 2017, yang


penelitiannya dilakukan di Vidarbha, Marathwada and also from few
districts of Andhra Pradesh

Etiologi :
Infeksi Saluran Pernafasan Atas yaitu presentasinya 63,85%
Malaria 09.64%
Infeksi Saluran nafas bawah 08.44 %
Umur 03.62 %
Lainnya 14.45%.

International Journal of Contemporary Pediatrics Pathan HG et al. Int J Contemp Pediatr. 2017 Nov;4(6):2093-2097
Etiologi

Simtomatis : penyebab diketahui

a. Akut : infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan


elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
b.Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya : ensefalopati
hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak
kongenital
c.Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,
otoimun (contohnya vaskulitis)
d. Epilepsi

Idiopatik/kriptogenik : penyebab tidak dapat diketahui

Evaluasi dan Manajemen Status Epileptikus. Beny Rilianto. RS Pekanbaru Medical Center, Pekanbaru, Riau,
Indonesia
Klasifikasi
Kejang Demam

Kejang Demam Sederhana


1. kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
2. Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam
waktu 24jam.
Kejang Demam Kompleks
3. Kejang lama (>15 menit)
4.Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
5. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016


Patofisiologi
• Kejang Kegagalan mekanisme untuk
membatasi penyebaran kejang baik karena
aktivitas neurotransmiter eksitasi yang
berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter
inhibisi yang tidak efektif.
• Neurotransmiter eksitasi utama  neurotran dan
asetilkolin
• Neurotransmiter inhibisi  gamma-aminobutyric
acid (GABA).

Introduction to Epilepsy and Related Brain Disorders Evangelia Giourou , Alkistis Stavropoulou-Deli , Aspasia
Giannakopoulou , George K. Kostopoulos , and Michalis Koutroumanidis. University of Patra. 2015
Diagram yang menggambarkan jalur refleks anti-inflamasi kolinergik: Selama infeksi, respons inflamasi menyebabkan pelepasan sitokin seperti
Interleukin (IL) 1β, IL 6 dan faktor nekrosis tumor (TNF α) dalam sirkulasi sistemik. Hal ini menyebabkan aktivasi sinyal saraf vagus
aferen ke otak. Pensinyalan ini selanjutnya menghasilkan aktivasi pensinyalan kolinergik saraf eferen vagus anti inflamasi dengan
pelepasan
neurotransmitter, asetilkolin (ACh). ACh kemudian menghambat pelepasan sitokin dari makrofag, menurunkan kadar sitokin sistemik.
Diadaptasi dari Pavlov, dkk., 2012.
Review The Pathogenesis of Fever-Induced Febrile Seizures and Its Current State Palesa Mosili1, Shreyal Maikoo2, Musa, Vuyisile Mabandla3, and Lihle
Quluhttps://orcid.org/0000-0003-2800-57111
Diagram yang menggambarkan patogenesis kejang demam: Selama infeksi,
lipopolisakarida (LPS) dilepaskan, menghasilkan respons inflamasi.
Review The Pathogenesis of Fever-Induced Febrile Seizures and Its Current State Palesa Mosili1, Shreyal Maikoo2, Musa, Vuyisile Mabandla3, and Lihle
Quluhttps://orcid.org/0000-0003-2800-57111
Tanda dan Gejala

Demam (Suhu 39°C).


Kehilangan kesadaran pada saat kejang adalah gambaran yang
konstan.
Mulut berbusa
Sulit
bernapas
Pucat
Sianosis
Kejang
demam
sederh
ana
bersifat
umum
Berhub
ungan
dengan
geraka
n tonik-
Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Febrile seizures: an overview. Drugs in Context 2018; 7: 212536. DOI: 10.7573/dic.212536
Pemeriksaan Hematologis

- Darah perifer Evaluasi sumber infeksi


- Elektrolit penyebab demam
- Gula darah
- Hitung jenis Dilakukan pada saat
- Protrombin time. kejang pertama kali
- Ureum
- Kreatinin

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Menegakkan atau Menyingkirkan kemungkinan meningitis

- Tanda dan gejala rangsang meningeal


-Curiga adanya infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis
-Dipertimbangkan pada anak dengan kejang
disertai demam yang sebelumnya telah mendapat
antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat
mengaburkan tanda dan gejala meningitis

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
Pencitraan Otak

Indikasi :
• CT scan kepala atau MRI kepala
• Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya
hemiparesis atau paresis nervus kranialis.

• Peningkatan tekanan intrakranial, dianjurkan memeriksakan CT


scan kepala terlebih dahulu, untuk mencegah terjadinya risiko
herniasi.

• MRI dilakukan bila kelainannya mengenai batang otak, atau


dicurigai adanya adanya tumor otak atau gangguan mielinisasi

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene
Ilmu Kesehatan Anak FK USU. 2017
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak diperlukan untuk kejang demam,
KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal.

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) segera setelah kejang dalam 24


sampai 48 jam, atau sleep deprivation dapat memperlihatkan berbagai
macam kelainan.

Beratnya kelainan EEG tidak selalu berhubungan dengan beratnya


manifestasi klinis.

Gambaran EEG akan memperlihatkan gelombang iktal epileptiform.

Normal atau kelainan ringan pada EEG merupakan indikasi baik terhadap
kemungkinan bebasnya kejang setelah obat antiepilepsi dihentikan

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
Tatalaksana
• Evaluasi tanda vital serta penilaian airway,
breathing, circulation (ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat
anti-konvulsan

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
Conway, Jeannine M. Tallian Kimberly. Epilepsy. 2018
Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
• Pada kejang demam setelah dilakukan tatalaksana
kejang akut, dilakukan pemberian antipiretik
• Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10
sampai 15 mg/kg/kali diberikan tiap 4 sampai 6 jam.
Dosis ibuprofen 5 sampai 10 mg/kg/kali, 3 sampai
4 kali sehari.

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2017
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3.Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi
serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku
dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.
- Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur < 2 tahun
- Asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
- Dosis asam valproat adalah 15 sampai 40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
- Fenobarbital 3 sampai 4 mg/kg/hari dalam 1 sampai 2 dosis.
-Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak
membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.

Update on Pediatric Diagnostic and Management Practices. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara & Departemene Ilmu
Pemberian
Antiinflamasi
Dexamethasone  melemahkan hipereksitabilitas hipokampus yang
menyebabkan terjadinya epilepsy dimasa mendatang
Dengan meminimalkan gangguan BBB dan peradangan saraf terkait
akibat kejang demam.

Disorders of the Nervous System. Dexamethasone Attenuates Hyperexcitability Provoked by Experimental Febrile Status
Epilepticus Megan M. Garcia-Curran,dkk https://doi.org/10.1523/ENEURO.0430-19.2019. Department of Anatomy and
Neurobiology, University of California-Irvine, Irvine, California 92697,
Diagnosis Banding
• Shaking chills (menggigil)
• Delirium demam
• Breath-holding spells
• Infeksi SSP
• Mioklonus Demam

Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Drugs in Context 2018; 7: 212536. DOI: 10.7573/dic.212536 ISSN: 1740-4398
Komplikasi
Gangguan Recognition Memory
Kerusakan otot, Demam, Rabdomiolisis, bahkan Gagal
Ginjal
Asidosis
Hipertensi, Hipotensi, Gagal jantung, atau Aritmia
Hipoglikemia
Edema Otak
Epilepsi
Sindrom Tourette
Penyakit Atopik

Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Drugs in Context 2018; 7: 212536. DOI: 10.7573/dic.212536 ISSN: 1740-4398
Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi
napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital.

Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion


syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal, gagal
hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik.

Pada sebagian anak, asam valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan
hiperamonia.

Efek samping terkait perawatan intensif dan imobilisasi


seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia,
serta gangguan hemodinamik dan pernapasan harus
diperhatikan.

Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Drugs in Context 2018; 7: 212536. DOI: 10.7573/dic.212536 ISSN: 1740-4398
Prognosis
Sepertiga anak yang pernah mengalami kejang demam  kekambuhan
selama masa kanak-kanak, < 10% akan mengalami tiga kali
kekambuhan.

Jika kekambuhan akan terjadi, sekitar 75% kekambuhan akan terjadi dalam 1
tahun dan 90% akan terjadi dalam 2 tahun.

Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang :


Usia awitan <12 bulan
Suhu relatif lebih rendah pada saat kejang demam pertama
Interval yang lebih pendek (kurang dari 1 jam) antara timbulnya
demam dan
awal kejang
Kejang demam pertama yang kompleks,
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Data Pasien

Nama : An. K
Umur : 2 Tahun
Alamat : DESA LEMO II

KASUS
• Keluhan utama : Kejang
• Kejang 2x hari ini
• Lama kejang ± 15 menit
• Setelah kejang pasien sadar
• Pada saat kejang tubuh pasien kelojotan, mulut mencucu dan
kemudian kaku.
• Ada riwayat kejang usia 6 bulan
• Pasien juga mengeluh demam sejak 1 hari sebelum masuk RS
• Terasa tinggi pada saat malam hari
• Biasanya turun saat pagi hari
• Pasien juga ada mengeluh batuk tidak berdahak
• Pasien juga ada mengeluh muntah 1x isi cairan

Riwayat Penyakit Sekarang


• Riwayat Penyakit Dahulu
• Kejang Demam
• Riwayat pengobatan
• Tidak pernam minum obat rutin
• Riwayat penyakit keluarga
• Tidak diketahui
• Riwayat kelahiran Normal
• Riwayat imunisasi Lengkap
• Pertumbuhan dan Perkembangan Normal

Riwayat Penyakit
• Tanda-Tanda Vital

• Kesadaran : Supor Kejang

• GCS : E1V1M3

• Kesan : Tampak Sakit Sedang

• Nadi : 171x / menit

• RR : 30x / menit

• Suhu : 38,8 ⁰ C

• SpO2 : 77-84% tanpa nasal kanul, 98 % dengan nasal canul 2 lpm

• Status Gizi
• BB : 11,30 kg
• TB : 90 cm
• Status Gizi menurut Kurva WHO
• BB/U : 0- -1 SD (Gizi Baik)
• TB/U : 0-2 SD (Gizi Baik)
• BB/TB : 1- -2 SD (Gizi Kurang)

Pemeriksaan Fisik
• Kepala : Normocephali • Abdomen :
• Mata : Conjungtiva Anemis (-),
Sclera • Inspeksi : cembung
Ikterus (-), Reflek pupil (+/+)
• Auskultasi : Peristaltik (+)
• THT : Telinga : secret (-/-)
normal
• Hidung : secret (-), darah (-)
• Palpasi :
• Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis
(-) Hepar/lien tidak teraba
• Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP
membesar, nyeri tekan (-),
tidak meningkat
• nyeri
Perkusi
spontan (-)
: Timpani
• Thorax : (+), Nyeri ketok
• Inspeksi : simetris kanan = kiri, retraksi (-) costovertebrae arcus -/-
+ +
• Palpasi : massa +(-),, jantung
+ batas atas
vocal fremitus ICS II,
simetris batas=
kanan • Extremitas : Akral hangat
+ +
kiri
kanan linea parasternalis
(+
• Perkusi
dextra, batas: sonor
kiri linea axilaris anterior sinistra ICS V / +), Cappilary Refill Time < 2s,
• Auskultasi: Cor : S1, S2 tunggal, regular, murmur (-) turgor kulit normal
• Pulmo : VES ++ ++, Wheezing − −
− −, Rhonki − −
− − kedua
+ + − − − −
basal paru
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Kaku kuduk -

Kernig -

Lasegue -

Brudzinski 1 -

Brudzinski 2 -
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Pasien Nilai Normal
Hb 11,3 gr/dL 11-16 g/dl
Leukosit 11.600 /mm3 4.500-10.000/µl
Trombosit 350.000 /mm3 150.000-400.000/µl
Eosinofil 00% 0-5%
Basofil 00% 0-1%
Stab 00% 0-5%
Segmen 73% 50-70%
Limfosit 16% 20-40%
Monosit 11% 1-6%
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Hematokrit 30,9 % P = 40 – 48 %
GDS 97 mg/dL < 140 mg/dl
Pemeriksaan Radiologi
X-Ray Foto Thorax PA

Ro. Thorax PA :
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tidak tampak kelainan

Kesimpulan :
Dalam batas normal
Kejang Demam Kompleks

Working Diagnosis:
KDK
• Tatalaksana di IGD yang diberikan
 Pasien rawat ruang PICU
 O2 2-3 liter/menit
 IVFD D5 ¼ Ns
Kebutuhan Cairan 1065 ml
Mampu minum 600 ml
465 ml : 24 = 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 400 mg/12jam
 Diazepam rectal 5mg extra
 Fenobarbital 75mg/IM extra (habis)
 Phenitoin 220 mg dalsm Ns 50 cc
habis dalam 20 menit
 Paracetamol 110mg/6jam IV
FOLLOW UP PASIEN DI RUANGAN
Ruang Perawatan 26/06/22 Ruang Perawatan 27/06/22 Ruang Perawatan 28/06/22
S/ S/ S/
Penurunan kesadaran (-), Demam (+), Sadar (+), Demam (-), Kejang (-) Demam (-), Kejang (-)
Kejang (-).    
    O/
O/ O/ Tanda Vital :
Tanda Vital : Tanda Vital : Nadi : 108x / menit
Nadi : 171x / menit Nadi : 110x / menit RR : 25x / menit
RR : 30x / menit RR : 25x / menit Suhu : 36,9 ⁰ C
Suhu : 38 ⁰ C Suhu : 36,8 ⁰ C Saturasi Oksigen:98%
Saturasi Oksigen: 77 – 84 % tanpa NK, 96 Saturasi Oksigen: 98% dengan NK  
% dengan NK   A/
  A/ KDK
A/ KDK  
KDK   P/
  P/ Advice dr. Komang, Sp.A
P/ Advice dr. Komang, Sp.A O2 2 – 5 lpm
Advice dr. Komang, Sp.A O2 2 – 5 lpm Inj. Ceftrixone 500mg/12jam
O2 2 – 5 lpm Inj. Ceftrixone 500mg/12jam Inj. Phenitoin 110 mg+D5% 50cc habis
Inj. Ceftrixone 500mg/12jam Inj. Phenitoin 110 mg+D5% 50cc habis dalam 20 menit(bila kejang)
Inj. Phenitoin 110 mg+D5% 50cc habis dalam 20 menit(bila kejang) Inj. Dexamethasone 2mg/8jam/IV
dalam 20 menit(bila kejang) Inj. Dexamethasone 2mg/8jam/IV Inj. Paracetamol 100mg/6jam (k/p)/IV
Inj. Dexamethasone 2mg/8jam/IV Inj. Paracetamol 100mg/6jam (k/p)/IV Pasien meminta APS
Inj. Paracetamol 100mg/6jam (k/p)/IV Obat untuk pulang
paracetamol syr 4X1 cth
apyalis syr 1x1 cth
DISKUSI
Tanda dan Gejala
• Kejang demam adalah kejang yang disertai • Kejang 2x hari ini,
demam yang bukan disebabkan oleh infeksi
SSP, yang terjadi pada anak usia 6 bulan • Lama kejang ± 15 menit
sampai 60 bulan.
• Setelah kejang pasien
• Kejang demam sederhana bersifat umum sadar dan menangis
dan berhubungan dengan gerakan tonik-
klonik anggota badan dan bola mata • Pada saat kejang tubuh pasien
berguling ke belakang. kelojotan seluruh badan, mulut
• Kejang biasanya berlangsung selama beberapa mencucu, dan kemudian
detik hingga paling lama 15 menit (biasanya kurang kaku.
dari 5 menit)
• Diikuti dengan periode mengantuk singkat • Demam sejak ± 1 hari sebelum
pascaiktal, dan tidak berulang dalam 24 jam.
masuk RS.
• Otot-otot wajah dan pernapasan sering terlibat.
Mantra atonik dan tonik juga telah dijelaskan.

• Kejang demam kompleks biasanya


berlangsung lebih dari 15 menit.
• Kejang biasanya fokal
• Terjadi lebih dari 1x dalam 1
hari
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium yang • Pada kasus, pasien dilakukan
dapat dikerjakan atas indikasi Pemeriksaan Laboratorium :
• Darah perifer
• Elektrolit
• Darah Lengkap
• Gula Darah • Gula Darah Sewaktu
• Pemeriksaan cairan serebrospinal • Serum Elektrolit,
dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis • Hasil pemeriksaan
• Kenaikan Leukosit  11.600/mm3
• Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
tidak diperlukan untuk kejang demam, • Kenaikan kadar monosit yaitu 11%.
kecuali apabila bangkitan bersifat fokal.
• Pemeriksaan neuroimaging (CT scan Peran infeksi pada patofisiologi kejang 
atau MRI kepala) Faktor lingkungan seperti paparan infeksi perifer,
• Indikasi  Kelainan neurologis fokal yang Infeksi bakteri di telinga tengah dan tenggorokan dan infeksi
menetap (Hemiparesis atau Paresis
Nervus Kranialis) virus seperti influenza, telah dilaporkan merangsang respons
inflamasi, sehingga mengubah suhu tubuh yang disetel, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh. suhu inti tubuh dan
selanjutnya memicu kejang demam.
Tatalaksana
Tatalaksana Pada Kasus

Tatalaksana Awal • Inj.Paracetamol 110mg/6jam


intravena.
- Diazepam rectal 5mg • Inj. Phenitoin 110 mg+D5%
extra 50cc habis dalam 20 menit(bila
kejang)
- fenobarbital 75mg
secara
intramuscular(habis)
di ganti dengan
phenytoin 220 mg
dalam NS 50 cc habis
dalam 20 menit
Tatalaksana Pada Kasus

-Pada hasil pemeriksaan • Jumlah leukosit yang


penunjang didapatkan tinggi  Evaluasi
leukositosis oleh karena untuk infeksi dan
itu diberikan antibiotik jumlah darah total
-Ceftriaxone 500mg/12 dengan diferensialnya
jam merupakan alat awal
yang baik dalam
mengevaluasi
penyebab demam
pada semua anak
yang mengalami
kejang.
Tatalaksana Pada Kasus

Pasien juga diberikan • Golongan steroid sebagai


Dexamethason, yaitu : antiradang dimana
• Melemahkan
hipereksitabilitas
- Inj. Dexamethasone hipokampus yang
2mg/8jam/IV menyebabkan terjadinya
epilepsi dimasa
mendatang
• Meminimalkan gangguan
BBB dan peradangan
saraf terkait akibat kejang
demam dengan status
epileptikus.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai