Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam atau febrile convulsion merupakan bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 ) yang disebabkan oleh
proses ektrakranium (Lestari, 2016).
Kejang demam juga sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih Kejang demam yang
berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea (henti nafas), meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot, metabolisme otak meningkat
dan dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. (Lestari, 2016).
Kejang demam biasanya menyerang anak di bawah 5 tahun,dengan
inseden puncak yang terjadi pada usia antara 14 sampai 18 bulan.Kejang demam
jarang teradi pada anak di bawah 6 bulan dan di atas 5 tahun. Kejang demam
berkaitan dengan demam, biasanya terkait penyakit virus. Komplikasi yang
berkaitan dengan demam meliputi status epileptikus, defisit koordinasi motorik,
ketidak mampuan intelektual,dan masalah prilaku.(Terri Kyle, 2012).
Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila anaknya mengalami
kejang, karena setiap kejang kemungkin dapat menimbulkan epilepsi dan trauma
pada otak. Kejang merupakan gangguan saraf yang sering di jumpai pada anak
(Deliana & Melda, 2012).
Peran perawat pada kasus kejang demam sangatlah berpengaruh untuk
mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, mempertahan kan jalan napas,
melindungi pasien dari trauma, memberikan informasi ke pada keluarga tentang
proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganan nya, serta perawat ber
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (anti konvulsan).
Berdasarkan data yang dimiliki RSUD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi.pada bulan Januari-April 2018, angka kunjungan kasus yang di peroleh
dari buku register ruang anak, kejang demam menempati urutan ke 6 dari 10
penyakit terbanyak. dengan hasil Thalasemi 130 orang (22,4%), Pneumonia 86
orang (14,8%), Diare 70 orang (12,1%), Dengue Haemorogic Fever 40 orang
(6,9%), Tonsilitis Faringitis Akut 37 0rang (6,4%), Kejang Demam 28 orang
(4,8%).
Berdasarkan dari uraian atas, maka penulis tertarik mengambil Laporan
Tugas Akhir yang berjudul asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
dengan masalah keperawatan Pola Napas Tidak Efektif Di ruang Anak RSUD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Provinsi Lampung tahun 2019.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigenasi Pada Kasus Kejang Demam Terhadap An. C Di Ruang
Anak RSUD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun 2019”
2. Tujuan Khusus
Memberikan gambaran Asuhan Keperawatan Kejang Demam pada An.C di
Ruang Anak dengan Pola Napas Tidak Efektif yang meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan,
mengevaluasi tindakan keperawatan, dan dokumentasi keperawatan

C. Manfaat
1. Bagi Prodi Keperawatan
Hasil dari Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di
perpustakaan prodi Keperawatan Kota bumi dan dapat menjadi referensi atau
sumber informasi bagi penulis selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Sebagai wawasan dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam
penerapan metode penatalaksanaan asuhan keperawatan kejang demam pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Kejang demam atau fibrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terajadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. (Lestari, 2016).
Menurut consensus statement fibrile seizures, kejang demam adalah
bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebap lain. (Deliana,Melda, 2012) Kejang demam di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah Kejang berlangsung singkat, Berhenti dalam waktu
<10 menit, Tidak berlangsung dalam waktu 24 jam
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang berlangsung lama >15 menit, Kejang fokal atau parsia,l Kejang
berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam (Kusuma, 2013)

B. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonnia, gastroententis, dan infeksi
saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu
setelah vaksnasi contohnya vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (Lestari,
2016).

C. BATASAN KARAKTERISTIK
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik
atau tonik-klonik. Umumnya kejangakan berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti,
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun menangis dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf.Adapula kejang berlangsung lama dan mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang
menetap. (Lestari, 2016).
Gejala dari kejang demam ini tidak berbeda dengan kejadian kejang pada
umumya. Namun, biasanya orangtua akan panik bila anak tiba-tiba kejang atau
seluruh tubuhnya menjadi kaku. Berikut ini tanda dan gejala yang muncul : terjadi
peningkatan suhu tubuh lebih dari 38oC, mucul kekakuan tiba-tiba pada tangan dan
kaki anak, telapak tangan tampak menggenggam kuat dan menekuk ke dalam,
telapak kaki tampak menekuk ke dalam, mata melotot, namun tidak bereaksi, bibir
dan gigi saling mengatup kuat, kejang emumnya diawali kejang tonik kemudian
klonik, nadi teraba lemah, penurunan curah jantung.

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN


Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
yang sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium [K+] dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium [Na+] dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida [Cl+].
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran di perlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhuan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%.Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnoe, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat (Lestari, 2016).Mekanisme terjadinya
Kejang Demam dapat dilihat pada gambar Patofisiologi dihalaman berikutnya.
Pathway

Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia


Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Reaksi inflasi perubahamn konsentrasi ion diruang


ekstraseluler

proses demam ketidakseimbangan kelainan neorologis


potensial membran perinatal/prenatal
ATP ASE
Hipertermi

Resiko kejamng berulang difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan kejang Resiko Cidera


Kondisi, prognosis, lanjut
Dan perawatan

Kurang informasi, kondisi kurang dari lebih dari


Prognosis pengobatan 15 menit 15 menit
Dan perawatan

Kurang pengetahuan/ tidak menimbulkan perubahan suplay


Inefektif penatalaksanaan gejala sisa darah ke otak
Kejang cemas

Apnea perfusi jaringan


Cerebral tidak
Efektif
Kebutuhan
O2 meningkat

Sumber : dimodifikasi Lestari (2016), Suparjo (2010)

Gambar 1 Patofiologi Kejang Demam


Tanggal DIAGNOSA SLK SIK
KEPERAWATAN I I
1 2 3 4
15 Mei 1. pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas
2019 berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan neorologis diharapkan pola napas membaik  Monitor pola napas (frekuensi,
gangguan kejang dengan kreteria hasil: kedalaman, usaha napas)
DS :  Tidak ada dispnea  Monitor bunyi napa tambahan (mis.
DO :  Frekuensi nafas dalm batas Gurgling, mengi, ronchi kering)
 Takipnea normal Terapeutik
 Frekuensi napas :  Kedalaman napas baik  Posisikan semi-flower atau flower
54 x/menit  Berikan oksigen jika perlu
 Klien tampak sesak  Berikan minuman
hangat Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontra indikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1 2 3 4
15 Mei 2. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermi
2019 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
penyakit kejang ditandai diharapkan termoregulasi  Identifikasi penyebap hipertermi
dengan : membaik dengan kreteria hasil (mis. Dehidrasi, terepapar
 Suhu tubuh dalam batas lingkungan panas)
DS : normal (36,5-37,5 C)  Monitor suhu tubuh
o

 Keluarga An  Suhu kulit normal


 Monitor komplikasi akibat
C.mengatakan badan  Frekensi nadi dalam batas hipertermi Terapeutik

An.C panas. normal  Longgarkan atau lepaskan pakaian


DO :  Basahi permukaan tubuh
 Suhu tubuh An.C 40 C o
 Beri
 Kejang oksigen
 Takikardi ( N: 142 Edukasi
x/menit)  Anjurkan tirah
 Takipnea (RR : 54 baring Kolaborasi
x/menit)  Kolaborasi pemberian cairan dan
 kulit merah elektrolit intravena

 Kulit terasa hangat


Regulasi Temperatur
Observasi
 Monitor pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipertermi Terapeutik
 Sesuikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiperetik, jika
perlu

1 2 3 4
15 Mei  Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Manajemen keselamatan lingkungan
2019 dibuktikan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
 Riwayat CP dan diharapkan tingkat cidera  Identifikasi kebutuhan keselamatan
Eppilepsi menurun dengan kreteria hasil :  Monitor prubahan status keselamatan
 Terdapat  Tidak ada kejadian cidera lingkungan Terapeutik
ketidakamanan  Tidak ada luka lecet  Hilangkn bahaya keselamatan
transportasi  Tidak ada fraktur lingkungan (mis. Fisisk, biologis, dan
(klien mempunyai kimia)
penyakit CP)  Modifikasi lingkungan utuk
 Perubahan orientasi meminimalkan bahaya dan
afektif resiko
 perubahan  Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
fungsi  Gubakan prangkat pelingdung (pagar
psikomotor ( tempat tidur)

tubuh klien lumpuh,  Fasilitasi relokasi ke lingkungan

ekstermitas tidak dapat yang aman Edukasi

di gerakan  Ajarkan individu keluarga dan


kelompok resiko tingggi bahaya
lingkungan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian dasar

1. Identifikasi

Kamar/ruang : Ruang Anak

Tanggal Pengkajian : 15-05-2019

Tanggal Masuk RS : 15-05-2019

Waktu Pengkajian : 14.00 WIB

No.Rekam Medis : 237300

Nama Inisial Klien : An. C

Umur : 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

2. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Klien datang ke poli klinik anak RSUD Mayjend HM Ryacudu pada tanggal 15
Mei 2019 pukul 10.30 WIB dengan keluhan demam sejak tiga hari yang lalu di
sertai kejang satu kali dengan durasi ± 5 menit dan klien tampak sesak napas

3. Keluhan Utama saat pengkajian

Saat dilakukan pengkajian keluarga An.C mengatakan badan An.C panas dan
tidak kejang lagi, suhu 40 oC, demam turun naik, klien tampak sesak napas, RR :
54 x/menit

B. Pengkajin Keperawatan

1. Penampilan Umum
Kesadaran klien apatis dengan GCS E4V2M6, klien tampak lemah, tidak ada
sianosis, turgor kulit klien baik, badan klien kurus, klien memiliki riwayat
penyakit cerebral palsy dan epilepsi sejak usia An. C berumur satu tahun, dan
tidak ada edema pada tubuh klien.
2. Pengkajian Tanda Vital
Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pada An. C, di dapat nadi An.C 142
x/menit, irama teratur, denyut teraba lemah. Pernafasan 54 x/menit, jalan
nafasnya bersih. Suhu tubuh An. C adalah 40oC dan kulit teraba hangat.

3. Pengkajian Respirasi
Klien tampak dispnea, klien mampu batuk, tidak ada otot bantu pernapasan,
napas klien takipnea, suara napas klien vesikuler, klien terpasang oksigen 3 liter
dangan nasal kanul.

4. Pengkajian Sirkulasi
Takikardi, tidak ada pendarahan, tidak ada distensi vena jugularis, klien tanpak
lemah CRT : 2 detik, tidak ada parestesia.

5. Pengkajian Nutrisi dan Ciaran


Tidak ada gangguan menelan, tidak ada sariawan, klien tidak mengalami diare,
tidak ada penurunan nafsu makan, tidak ada nyeri abdomen, klien tidak
mengeluh haus, klien terpasang NGT dan terpasang infus D5 ¼ NS 800
ML/hari.

6. Pengkajian Eliminasi
Klien mampu BAK, klien mampu menahan BAK, klien tidak mengalami
disuria, klien tidak terpasang kateter, klien hanya menggunakan pempes.

7. Pengkajian Akivitas dan Istirahat


Kekuatan otot
33333333
2222 2222
22222222

rentan gerak terbatas, sendi klien tanpak kaku saat bergerak, tidak ada nyeri
saat bergerak, klien tampak lesu, fisik klien lemah.

8. Pengkajian Neurosensori

Klien mengatakan kepalanya terasa sakit, tidak ada cidera medula spinalis,
tidak mengeluh sulit menelan, dan tidak ada hematemasis.
9. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan

Klien tampak tidak nyaman, klien tampak meringis, tidak ada diaforesis

10. Pengkajain Tumbuh kembang


Pertumbuhan fisik klien terganggu, TB: 89 cm, BB : 8 kg, LK : 47 cm, di umur
pasien yang sudah 4 tahun klien belum mampu berjalan dengan mandiri, tahap
perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi, serta tahap sosialisai klien juga
terganggu, saat ini klien belum mampu bicara, pertumbuhan dan perkembangan
klien terganggu karena adanya riwayat cerebral palsy yang di derita sejak An.C
berumur satu tahun.

11. Pengkajian Keamanan dan Proteksi


Tidak ada kerusakan jaringan kulit, kluarga mengatakan kejang berulang pada
hari ke dua, kulit klien tampak kemerahan, klien tidak menggigil, tidak terdapat
luka oprasi pada tubuh klien, dan tidak ada riwayat jatuh. Ketidakamanaan
transportasi (fisik), kegagalan mekanisme tubuh, terdapat perubahan fungsi
psikomotor ( tubuh klien lumpuh, ekstermitas tidak dapat di gerakan)

12. Terapi
a. Paracetamol 4x100 mg
b. Ceforaxim 3x250 mg
c. Asam valproat 2x 1,5 ml
d. Fenitoin 2x 15 mg
13. Hasil Laboratorium

Tabel 2
Hasil laboratorium tanggal 30 April 2019

No. Nama Pemeriksaan Hasi Nilai Rujukan


l
1. Hemoglobin 13,6 Laki-laki = 13-18gr/dl
Perempuan = 12-16gr/dl
2. Glukosa Sewaktu 133 100-200 mg/dL
3. Albumin 3,7 3,8-5,0 g/dL
4. Ureum 15 15-39 mg/dL
5 Kreatinin 0,5 Laki-laki = 0,9-1,2
Perempuan = 0,6-1,1

Tabel 3
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : - Ganggua Pola Napas
DO : n Tidak
 Takipnea neorologi Efektif
 Frekuensi napas : 54 x/menit s

 Klien tampak sesak (ganggua


n
kejang)).
2. DS : Proses Hipertermia
 Keluarga An
C.mengatakan badan An.C penyakit
panas. (infeksi).
DO :
 Suhu tubuh An.C 40oC
 Nadi 142 x/menit
 Kulit tampak kemerahan
dan teraba hangat.
3 Faktor resiko: Resiko cidera
 Terdapat
ketidakamanan transportasi
(klien mempunyai penyakit
CP)
 perubahan fungsi
psikomotor ( tubuh klien
lumpuh, ekstermitas tidak
dapat di gerakan)
 riwayat cp dan epilepsi

 kegagalan mekanisme tubuh


C. Diagnosa Keperawatan

1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan neorologis (gangguan


kejang) ditandai dengan Takipnea, Frekuensi napas : 54 x/menit, Klien tampak sesak

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) di tandai dengan


Keluarga An C.mengatakan badan An.C panas, Suhu tubuh An.C 40oC, Nadi 142
x/menit, Kulit tampak kemerahan dan teraba hangat

3. Resiko cidera dibuktikan dengan Terdapat ketidakamanan transportasi (klien


mempunyai penyakit CP), Perubahan orientasi afektif, perubahan fungsi psikomotor
(tubuh klien lumpuh, ekstermitas tidak dapat di gerakan)
D. Rencana Keperawatan
Tanggal DIAGNOSA SLK SIK
KEPERAWATAN I I
1 2 3 4
15 Mei 2. pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas
2019 berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan neorologis diharapkan pola napas membaik  Monitor pola napas (frekuensi,
gangguan kejang dengan kreteria hasil: kedalaman, usaha napas)
DS :  Tidak ada dispnea  Monitor bunyi napa tambahan (mis.
DO :  Frekuensi nafas dalm batas Gurgling, mengi, ronchi kering)
 Takipnea normal Terapeutik
 Frekuensi napas :  Kedalaman napas baik  Posisikan semi-flower atau flower
54 x/menit  Berikan oksigen jika perlu
 Klien tampak sesak  Berikan minuman
hangat Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontra indikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran
1 2 3 4
15 Mei 3. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermi
2019 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
penyakit kejang ditandai diharapkan termoregulasi  Identifikasi penyebap hipertermi
dengan : membaik dengan kreteria hasil (mis. Dehidrasi, terepapar
 Suhu tubuh dalam batas lingkungan panas)
DS : normal (36,5-37,5 oC)  Monitor suhu tubuh
 Keluarga An  Suhu kulit normal  Monitor komplikasi akibat
C.mengatakan badan  Frekensi nadi dalam batas hipertermi Terapeutik
An.C panas. normal  Longgarkan atau lepaskan pakaian
DO :  Basahi permukaan tubuh
 Suhu tubuh An.C 40oC  Beri
 Kejang oksigen
 Takikardi ( N: 142 Edukasi
x/menit)  Anjurkan tirah
 Takipnea (RR : 54 baring Kolaborasi
x/menit)  Kolaborasi pemberian cairan dan
 kulit merah elektrolit intravena
 Kulit terasa hangat
Regulasi Temperatur
Observasi
 Monitor pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipertermi Terapeutik
 Sesuikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiperetik, jika
perlu

1 2 3 4
15 Mei  Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Manajemen keselamatan lingkungan
2019 dibuktikan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
 Riwayat CP dan diharapkan tingkat cidera  Identifikasi kebutuhan keselamatan
Eppilepsi menurun dengan kreteria hasil :  Monitor prubahan status keselamatan
 Terdapat  Tidak ada kejadian cidera lingkungan Terapeutik
ketidakamanan  Tidak ada luka lecet  Hilangkn bahaya keselamatan
transportasi  Tidak ada fraktur lingkungan (mis. Fisisk, biologis, dan
(klien mempunyai kimia)
penyakit CP)  Modifikasi lingkungan utuk
 Perubahan orientasi meminimalkan bahaya dan
afektif resiko
 perubahan  Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
fungsi  Gubakan prangkat pelingdung (pagar
psikomotor ( tempat tidur)
tubuh klien lumpuh,  Fasilitasi relokasi ke lingkungan
ekstermitas tidak dapat yang aman Edukasi
di gerakan  Ajarkan individu keluarga dan
kelompok resiko tingggi bahaya
lingkungan

E. Catatan Perkembangan
No Tanggal IMPLEMENT Tanggal EVALUASI
. & ASI &
D pukul pukul
X
Kep.
1 2 3 4 5
1. 15/05/2019 15/05/2019 S :
15.05 WIB  Memonitor pola napas : 17.00 WIB  keluarga An. C mengatakan klien
frekuensi, kedalaman napas : sesak napas O :
RR : 54x/menit, cepat  RR : 54 x/menit
15.10 WIB dangkal  Irama cepat dangkal
16.00 WIB  Memonitor suara napas  Klien terpasan oksigen, nasal kanul, 3 liter
16.05 WIB tambahan : tidak ada suara  Takipnea
napas tambahan  Tidak ada suara napas
 Memberikan posisi : semi-flower tambahan A : Masalah belum
 memberikan oksigen : teratasi
melalui nasal kanul , 3liter P : Lanjutkan Intervensi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Monitor bunyi napa tambahan (mis.
Gurgling, mengi, ronchi kering)
 Posisikan semi-flower atau flower
 Berikan oksigen jika perlu

Perawat

.....................
1 2 3 4 5
2. 15/05/2019 15/05/2019
15.00 WIB  memonitor suhu tubuh : T : 40oC 16.30 WIB S :
15.30 WIB  berkolaborasi dengan dokter  Keluarga An.C mengatakan badan An.C
dalam pemberian cairan : infus, panas, dan demam sudah 2 hari
D5 ¼ NS, 800 ML/hari O:
15.00 WIB  memonitor pernapasan dan nadi  Suhu tubuh An.C 40oC
15.00 WIB : RR : 54x/menit, N :  Pernapasan 54 x/menit
16.00 WIB 142x/menit  Nadi 142x/menit
15.00 WIB  Memonitor warna kulit  Kulit tampak kemerahan dan teraba hangat
 melonggarkan pakaian  Klien terpasang infus D5 ¼ NS, 800 ML/hari
 Berkolaborasi dengan dokter  Paracetamol 4x100mg sudah di berikan (iv)
pemberian antiperetik dan anti
kejang A : Masalah belum
Injeksi : teratasi P :
Paracetamol 4x100 Lanjutkan
mg Cefotaxim intervensi
3x250 mg Oral :  Identifikasi penyebap hipertermi (mis.
Asam valproat Dehidrasi, terepapar lingkungan panas)
2x1,5 ml Fenitoin  Monitor suhu tubuh
2x15 mg  Monitor komplikasi akibat hipertermi
 Basahi permukaan tubuh
 Beri oksigen
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
 Monitor pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Kolaborasi pemberian antiperetik, jika perlu

Perawat

....................

1 2 3 4 5
3. 15/05/2019 15/05/2019
18.00 WIB  mengidentifikasi 20.00 WIB S :
kebutuhan  Kluarga mengtakan klien
18.30 WIB keselamatan : tempat kejang
tidur O:
19.00 WIB  Monitor prubahan status  Tidak terjadi trauma fisik
keselamatan  Pagar tidur terpasang
19.30 WIB : keamanan lingkungan  Saat kejang gigi klien gemertak
 menghilangkn bahaya  Riwayat CP
keselamatan lingkungan :  Tidak ada luka lecet
keselamatan fisik  Tidak terjadi fraktur
 mengguunakan prangkat A : Masalah Belum
pelindung : pagar tempat tidur Teratasi P : Lanjutkan
 mempasilitasi relokasi ke Intervensi
lingkungan yang aman :  Identifikasi kebutuhan keselamatan
menjauhkan barang yang  Monitor prubahan status keselamatan lingkungan
membahayakan saat kejang  Hilangkn bahaya keselamatan lingkungan
(mis. Fisisk, biologis, dan kimia)
 Modifikasi lingkungan utuk meminimalkan
bahaya dan resiko
 Gunakan prangkat pelingdung (pagar tempat
tidur)

Perawat

............................

1 2 3 4 5
Catatan perkembangan
hari ke 2
1. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB  memonitor pola napas : 17.00 WIB S :
frekuensi, kedalaman : rr :  Kluarga An.C mengatakan sesak An. C sudah
15.35 WIB 36x/menit, cepat dangkal berkurang O :
16.00 WIB  memonitor bunyi napas : tidak  RR : 36 x/menit
16.30 WIB ada suara napas tambahan  Irama cepat dan dangkal
 memberikan Posisi : semi-flower  Klien terpasan oksigen, nasal kanul, 3 liter
 memberikan oksigen : :  Takipnea
melalui nasal kanul , 3liter  Tidak ada suara napas
tambahan A : Masalah
Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Monitor bunyi napa tambahan (mis.
Gurgling, mengi, ronchi kering)
 Posisikan semi-flower atau flower
 Berikan oksigen jika perlu
 Berikan minuman hangat

Perawat
1 2 3 4 5
2. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB  mengidentifikasi penyebap 19.00 WIB S :
15.40 WIB hipertermi : proses infeksi  Keluarga An.C mengatakan An.C badan
15.40 WIB  memonitor suhu tubuh : T : 38,0 nya panas nya sudah berkurang
o
C  Kluarag An.C mengatakan demam nya hilang
15.40 WIB  memonitor komplikasi akibat timbul
hipertermi O:
15.40 WIB : terjadi kejang  Suhu 38.0oC, RR 36 x/menit, N : 120 x/menit
18.00 WIB  memonitor pernapasan dan nadi  Kulit An.C tidak kemerahan
: RR : 36x/menit, T : 38,0 oC  An.C tampak lemah
 Monitor warna kulit  Tidak terjadi komplikasi saat hipertermia
 Mengkolaborasikan  Klien terpasang infus D5 ¼ NS 800 ml/hari
pemberian antiperetik dan  Paracetamol 4x100mg sudah di berikan (IV)
anti kejang Paracetamol  Kompres hangat sudah di
18.30 WIB 100mg Cefotaxime 3x250 berikan A : Masalah Teratasi
mg Sebagian
18.45 WIB Asam valproat P : Lanjutkan intervensi
2x1,5ml Fenitoin  Monitor suhu tubuh
2x15 mg  Monitor komplikasi akibat hipertermi
 membasahi permukaan tubuh  Longgarkan atau lepaskan pakaian
klien : kompres hangat  Beri oksigen
 menganjurkan tirah baring  Monitor pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit

Perawat

......................
.

1 2 3 4 5
3. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB  mengidentifikasi kebutuhan 16.00 WIB S :
keselamatan : keamanan  ibu klien mengatakan anak nya kejang
15.30 WIB tempat tidur tadi malam O :
 memonitor prubahan status  Tidak terjadi trauma fisik
keselamatan  Pagar tidur terpasang
: keselamatan lingkungan  Saat kejang gigi klien gemertak
 menghilangkn bahaya  Riwayat CP
keselamatan lingkungan :  Tidak terjadi luka/lecet
bahaya fisik luka lecet,  Klien tanpak lemas
fraktur A : Masalah belum
 memodifikasi lingkungan teratasi P : lanjutkan
utuk meminimalkan bahaya intervensi
dan resiko : resiko cidera  Identifikasi kebutuhan keselamatan
 menggunakan prangkat  Monitor prubahan status keselamatan lingkungan
pelindung : pagar tempat  Hilangkn bahaya keselamatan lingkungan
tidur (mis. Fisisk, biologis, dan kimia)
 Modifikasi lingkungan utuk meminimalkan
bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
 Gubakan prangkat pelingdung (pagar tempat
tidur)
 Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
 Ajarkan individu keluarga dan kelompok
resiko tingggi bahaya lingkungan

Perawat

..................

1 2 3 4 5
Catatan Perkembangan
hari ke 3
1 17/05/2019 17/05/2019
09.00 WIB  memonitor pola napas 11.00 WIB S :
frekuensi, kedalaman, : rr :  Ibu klien mengatakan anak nya sudah tidak
09.10 WIB 28x/menit, cepat dangkal sesak lagi O :
10.00 WIB  memonitor bunyi napas tambahan  RR : 28 x/menit
: tidak ada suara napas tambahan  Irama napas klien normal
 memberikan posisi : semi-flower  Klien sudah tidak terpasan oksigen lagi
 memberikan minuman hangat  Spo2 : 99 %
 Frekuensi napas normal
 Tidak terdaat bunyi napas
tambahan A : masalah teratasi
P : intervensi dihentttikan pasien direncanakan
pulang
Perawat

Yayan Prandana
2 17/05/2019 17/05/201
09.00 WIB  memonitor suhu tubuh T : 36,4oC 9 S:
09.10 WIB  memonitor komplikasi akibat 11.30 WIB  Ibu anak c mengatakan anak naya tidak
hipertermi demam lagi
10.00 WIB : tidak terjadi kejang dan dehidrasi O:
08.00 WIB  melonggarkan pakaian klien  Suhu 36,.4 oC, RR 28 x/menit, N : 94 x/menit
09.00 WIB  memonitor pernapasan dan  Kulit An.C tidak kemerahan
nadi RR : 28x/menit, N :  Tidak terjadi komplikasi saat hipertermia
94x/menit  Klien terpasang infus D5 ¼ NS 800
 memonitor warna kulit klien ml/hari A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
direncanakan pulang
Perawat

........................
1 2 3 4 5
3 17/05/2019 17/05/2019
12.00 WIB  mengidentifikasi kebutuhan 13.00 WIB S :
keselamatan  ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
12.10 WIB  memonitor prubahan status kejang lagi O :
keselamatan lingkungan  Tidak terjadi trauma fisik
 menghilangkan bahaya  Pagar tidur terpasang
keselamatan : lingkungan,  Riwayat CP
fisik  Tidak terjadi luka/lecet
 memodifikasi lingkungan  Klien tanpak lemas
utuk meminimalkan bahaya A : masalah teratasi sebagian karena klien
dan resiko mempunyai riwayat penyakit CP
 menyediakan alat bantu P : intervensi di hentikan dan di lanjutkan
keamanan lingkungan oleh kluarga klien di rumah
 menggubakan prangkat
pelingdung : pagar tempat Perawat
tidur
 mengajarkan keluarga bahaya
lingkungan terhadap bahaya .........................
resiko cidera : memberi
pendkes penanganan saat klien
terjadi kejang berulang
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Data-data yang didapatkan terhadap An. C adalah keluargaAn. C
mengatakanbadanAn.C panas, sianginitidakkejang, tanda-tanda vital Nadi142
x/menit, iramateratur, denyut teraba lemah. Pernafasan54 x/menit,
iramapernafasanteratur,jalannafasnyabersih.Suhutubuh 40 o
C, kulitkemerahan,
dankulitterabahangat.Klien tampak sesak, Takipnea, Terdapat ketidakamanan
transportasi, Perubahan orientasi afektif, Perubahan sensasi, Riwayat CP dan
Epilepsi.
2. Diagnosa keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, terdapat 3 diagnosa utama yang ditegakkan pada
klien dengan kejang demam sesuai dengan data yang telah diperoleh yaitu Pola
Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan neorologis (gangguan kejang),
Hipertermiaberhubungandengan proses penyakit (infeksi), Resiko cidera dibuktikan
dengan Perubahan orientasi afektif.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yaitu tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan, penulis menetapkan
tujuan keperawatan dan kriteria hasil yang ingin dicapai berdasarkan label SLKI
serta memilih intervensi keperawatan berdasarkan label SIKI.
4. Implementasi keperawatan (pelaksanaan tindakan keperawatan)
Implementasi yang diterapkan pada klien dengan kejang demam terdiri dari,
tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan tindakan kolaborasi yang dilakukan,
seperti berkolaborasi dalam pemberian terapi obat.
B. SARAN
1. Bagi praktisi keperawatan dan rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan lebih memperhatikan kebutuhan klien,
lebih mengutamakan tindakan keperawatan mandiri sebelum melakukan tindakan
keperawatan kolaboratif seperti memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga
cara menangani pasien saat kejang dan selain itu juga perawat harusnya lebih
memperhatikan klien saat kejeng karena untuk meminimalkan resiko cidera, dan
lebih memperhatikan lagi klien dengan tindakan total care, serta dapat meningkatkan
lingkungan yang menyenangkan agar anak merasa nyaman saat berada dirumah sakit
untuk mengurangi dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak. Diharapkan dapat
dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi perawat dalam memberikan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
2. Bagi bidang keilmuan
Untuk dapat lebih meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta
keterampilan peserta didik dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan berbagai masalah kesehatan, menambahkan literatur bahan bacaan
keperawatan anak yang terbaru untuk melengkapi atau menunjang laporan akhir
mahasiswa. Dan dokumentasi laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sumber
referensi di perpustakaan agar bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai