PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam atau febrile convulsion merupakan bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 ) yang disebabkan oleh
proses ektrakranium (Lestari, 2016).
Kejang demam juga sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih Kejang demam yang
berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea (henti nafas), meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot, metabolisme otak meningkat
dan dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. (Lestari, 2016).
Kejang demam biasanya menyerang anak di bawah 5 tahun,dengan
inseden puncak yang terjadi pada usia antara 14 sampai 18 bulan.Kejang demam
jarang teradi pada anak di bawah 6 bulan dan di atas 5 tahun. Kejang demam
berkaitan dengan demam, biasanya terkait penyakit virus. Komplikasi yang
berkaitan dengan demam meliputi status epileptikus, defisit koordinasi motorik,
ketidak mampuan intelektual,dan masalah prilaku.(Terri Kyle, 2012).
Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila anaknya mengalami
kejang, karena setiap kejang kemungkin dapat menimbulkan epilepsi dan trauma
pada otak. Kejang merupakan gangguan saraf yang sering di jumpai pada anak
(Deliana & Melda, 2012).
Peran perawat pada kasus kejang demam sangatlah berpengaruh untuk
mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, mempertahan kan jalan napas,
melindungi pasien dari trauma, memberikan informasi ke pada keluarga tentang
proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganan nya, serta perawat ber
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (anti konvulsan).
Berdasarkan data yang dimiliki RSUD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi.pada bulan Januari-April 2018, angka kunjungan kasus yang di peroleh
dari buku register ruang anak, kejang demam menempati urutan ke 6 dari 10
penyakit terbanyak. dengan hasil Thalasemi 130 orang (22,4%), Pneumonia 86
orang (14,8%), Diare 70 orang (12,1%), Dengue Haemorogic Fever 40 orang
(6,9%), Tonsilitis Faringitis Akut 37 0rang (6,4%), Kejang Demam 28 orang
(4,8%).
Berdasarkan dari uraian atas, maka penulis tertarik mengambil Laporan
Tugas Akhir yang berjudul asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
dengan masalah keperawatan Pola Napas Tidak Efektif Di ruang Anak RSUD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Provinsi Lampung tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigenasi Pada Kasus Kejang Demam Terhadap An. C Di Ruang
Anak RSUD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun 2019”
2. Tujuan Khusus
Memberikan gambaran Asuhan Keperawatan Kejang Demam pada An.C di
Ruang Anak dengan Pola Napas Tidak Efektif yang meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan,
mengevaluasi tindakan keperawatan, dan dokumentasi keperawatan
C. Manfaat
1. Bagi Prodi Keperawatan
Hasil dari Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di
perpustakaan prodi Keperawatan Kota bumi dan dapat menjadi referensi atau
sumber informasi bagi penulis selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Sebagai wawasan dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam
penerapan metode penatalaksanaan asuhan keperawatan kejang demam pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Kejang demam atau fibrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terajadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. (Lestari, 2016).
Menurut consensus statement fibrile seizures, kejang demam adalah
bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebap lain. (Deliana,Melda, 2012) Kejang demam di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah Kejang berlangsung singkat, Berhenti dalam waktu
<10 menit, Tidak berlangsung dalam waktu 24 jam
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang berlangsung lama >15 menit, Kejang fokal atau parsia,l Kejang
berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam (Kusuma, 2013)
B. ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonnia, gastroententis, dan infeksi
saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu
setelah vaksnasi contohnya vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang (Lestari,
2016).
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik
atau tonik-klonik. Umumnya kejangakan berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti,
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun menangis dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf.Adapula kejang berlangsung lama dan mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang
menetap. (Lestari, 2016).
Gejala dari kejang demam ini tidak berbeda dengan kejadian kejang pada
umumya. Namun, biasanya orangtua akan panik bila anak tiba-tiba kejang atau
seluruh tubuhnya menjadi kaku. Berikut ini tanda dan gejala yang muncul : terjadi
peningkatan suhu tubuh lebih dari 38oC, mucul kekakuan tiba-tiba pada tangan dan
kaki anak, telapak tangan tampak menggenggam kuat dan menekuk ke dalam,
telapak kaki tampak menekuk ke dalam, mata melotot, namun tidak bereaksi, bibir
dan gigi saling mengatup kuat, kejang emumnya diawali kejang tonik kemudian
klonik, nadi teraba lemah, penurunan curah jantung.
1 2 3 4
15 Mei Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Manajemen keselamatan lingkungan
2019 dibuktikan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
Riwayat CP dan diharapkan tingkat cidera Identifikasi kebutuhan keselamatan
Eppilepsi menurun dengan kreteria hasil : Monitor prubahan status keselamatan
Terdapat Tidak ada kejadian cidera lingkungan Terapeutik
ketidakamanan Tidak ada luka lecet Hilangkn bahaya keselamatan
transportasi Tidak ada fraktur lingkungan (mis. Fisisk, biologis, dan
(klien mempunyai kimia)
penyakit CP) Modifikasi lingkungan utuk
Perubahan orientasi meminimalkan bahaya dan
afektif resiko
perubahan Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
fungsi Gubakan prangkat pelingdung (pagar
psikomotor ( tempat tidur)
A. Pengkajian dasar
1. Identifikasi
Umur : 4 tahun
Klien datang ke poli klinik anak RSUD Mayjend HM Ryacudu pada tanggal 15
Mei 2019 pukul 10.30 WIB dengan keluhan demam sejak tiga hari yang lalu di
sertai kejang satu kali dengan durasi ± 5 menit dan klien tampak sesak napas
Saat dilakukan pengkajian keluarga An.C mengatakan badan An.C panas dan
tidak kejang lagi, suhu 40 oC, demam turun naik, klien tampak sesak napas, RR :
54 x/menit
B. Pengkajin Keperawatan
1. Penampilan Umum
Kesadaran klien apatis dengan GCS E4V2M6, klien tampak lemah, tidak ada
sianosis, turgor kulit klien baik, badan klien kurus, klien memiliki riwayat
penyakit cerebral palsy dan epilepsi sejak usia An. C berumur satu tahun, dan
tidak ada edema pada tubuh klien.
2. Pengkajian Tanda Vital
Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pada An. C, di dapat nadi An.C 142
x/menit, irama teratur, denyut teraba lemah. Pernafasan 54 x/menit, jalan
nafasnya bersih. Suhu tubuh An. C adalah 40oC dan kulit teraba hangat.
3. Pengkajian Respirasi
Klien tampak dispnea, klien mampu batuk, tidak ada otot bantu pernapasan,
napas klien takipnea, suara napas klien vesikuler, klien terpasang oksigen 3 liter
dangan nasal kanul.
4. Pengkajian Sirkulasi
Takikardi, tidak ada pendarahan, tidak ada distensi vena jugularis, klien tanpak
lemah CRT : 2 detik, tidak ada parestesia.
6. Pengkajian Eliminasi
Klien mampu BAK, klien mampu menahan BAK, klien tidak mengalami
disuria, klien tidak terpasang kateter, klien hanya menggunakan pempes.
rentan gerak terbatas, sendi klien tanpak kaku saat bergerak, tidak ada nyeri
saat bergerak, klien tampak lesu, fisik klien lemah.
8. Pengkajian Neurosensori
Klien mengatakan kepalanya terasa sakit, tidak ada cidera medula spinalis,
tidak mengeluh sulit menelan, dan tidak ada hematemasis.
9. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan
Klien tampak tidak nyaman, klien tampak meringis, tidak ada diaforesis
12. Terapi
a. Paracetamol 4x100 mg
b. Ceforaxim 3x250 mg
c. Asam valproat 2x 1,5 ml
d. Fenitoin 2x 15 mg
13. Hasil Laboratorium
Tabel 2
Hasil laboratorium tanggal 30 April 2019
Tabel 3
Analisa Data
1 2 3 4
15 Mei Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Manajemen keselamatan lingkungan
2019 dibuktikan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
Riwayat CP dan diharapkan tingkat cidera Identifikasi kebutuhan keselamatan
Eppilepsi menurun dengan kreteria hasil : Monitor prubahan status keselamatan
Terdapat Tidak ada kejadian cidera lingkungan Terapeutik
ketidakamanan Tidak ada luka lecet Hilangkn bahaya keselamatan
transportasi Tidak ada fraktur lingkungan (mis. Fisisk, biologis, dan
(klien mempunyai kimia)
penyakit CP) Modifikasi lingkungan utuk
Perubahan orientasi meminimalkan bahaya dan
afektif resiko
perubahan Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
fungsi Gubakan prangkat pelingdung (pagar
psikomotor ( tempat tidur)
tubuh klien lumpuh, Fasilitasi relokasi ke lingkungan
ekstermitas tidak dapat yang aman Edukasi
di gerakan Ajarkan individu keluarga dan
kelompok resiko tingggi bahaya
lingkungan
E. Catatan Perkembangan
No Tanggal IMPLEMENT Tanggal EVALUASI
. & ASI &
D pukul pukul
X
Kep.
1 2 3 4 5
1. 15/05/2019 15/05/2019 S :
15.05 WIB Memonitor pola napas : 17.00 WIB keluarga An. C mengatakan klien
frekuensi, kedalaman napas : sesak napas O :
RR : 54x/menit, cepat RR : 54 x/menit
15.10 WIB dangkal Irama cepat dangkal
16.00 WIB Memonitor suara napas Klien terpasan oksigen, nasal kanul, 3 liter
16.05 WIB tambahan : tidak ada suara Takipnea
napas tambahan Tidak ada suara napas
Memberikan posisi : semi-flower tambahan A : Masalah belum
memberikan oksigen : teratasi
melalui nasal kanul , 3liter P : Lanjutkan Intervensi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
Monitor bunyi napa tambahan (mis.
Gurgling, mengi, ronchi kering)
Posisikan semi-flower atau flower
Berikan oksigen jika perlu
Perawat
.....................
1 2 3 4 5
2. 15/05/2019 15/05/2019
15.00 WIB memonitor suhu tubuh : T : 40oC 16.30 WIB S :
15.30 WIB berkolaborasi dengan dokter Keluarga An.C mengatakan badan An.C
dalam pemberian cairan : infus, panas, dan demam sudah 2 hari
D5 ¼ NS, 800 ML/hari O:
15.00 WIB memonitor pernapasan dan nadi Suhu tubuh An.C 40oC
15.00 WIB : RR : 54x/menit, N : Pernapasan 54 x/menit
16.00 WIB 142x/menit Nadi 142x/menit
15.00 WIB Memonitor warna kulit Kulit tampak kemerahan dan teraba hangat
melonggarkan pakaian Klien terpasang infus D5 ¼ NS, 800 ML/hari
Berkolaborasi dengan dokter Paracetamol 4x100mg sudah di berikan (iv)
pemberian antiperetik dan anti
kejang A : Masalah belum
Injeksi : teratasi P :
Paracetamol 4x100 Lanjutkan
mg Cefotaxim intervensi
3x250 mg Oral : Identifikasi penyebap hipertermi (mis.
Asam valproat Dehidrasi, terepapar lingkungan panas)
2x1,5 ml Fenitoin Monitor suhu tubuh
2x15 mg Monitor komplikasi akibat hipertermi
Basahi permukaan tubuh
Beri oksigen
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Monitor pernapasan dan nadi
Monitor warna dan suhu kulit
Kolaborasi pemberian antiperetik, jika perlu
Perawat
....................
1 2 3 4 5
3. 15/05/2019 15/05/2019
18.00 WIB mengidentifikasi 20.00 WIB S :
kebutuhan Kluarga mengtakan klien
18.30 WIB keselamatan : tempat kejang
tidur O:
19.00 WIB Monitor prubahan status Tidak terjadi trauma fisik
keselamatan Pagar tidur terpasang
19.30 WIB : keamanan lingkungan Saat kejang gigi klien gemertak
menghilangkn bahaya Riwayat CP
keselamatan lingkungan : Tidak ada luka lecet
keselamatan fisik Tidak terjadi fraktur
mengguunakan prangkat A : Masalah Belum
pelindung : pagar tempat tidur Teratasi P : Lanjutkan
mempasilitasi relokasi ke Intervensi
lingkungan yang aman : Identifikasi kebutuhan keselamatan
menjauhkan barang yang Monitor prubahan status keselamatan lingkungan
membahayakan saat kejang Hilangkn bahaya keselamatan lingkungan
(mis. Fisisk, biologis, dan kimia)
Modifikasi lingkungan utuk meminimalkan
bahaya dan resiko
Gunakan prangkat pelingdung (pagar tempat
tidur)
Perawat
............................
1 2 3 4 5
Catatan perkembangan
hari ke 2
1. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB memonitor pola napas : 17.00 WIB S :
frekuensi, kedalaman : rr : Kluarga An.C mengatakan sesak An. C sudah
15.35 WIB 36x/menit, cepat dangkal berkurang O :
16.00 WIB memonitor bunyi napas : tidak RR : 36 x/menit
16.30 WIB ada suara napas tambahan Irama cepat dan dangkal
memberikan Posisi : semi-flower Klien terpasan oksigen, nasal kanul, 3 liter
memberikan oksigen : : Takipnea
melalui nasal kanul , 3liter Tidak ada suara napas
tambahan A : Masalah
Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
Monitor bunyi napa tambahan (mis.
Gurgling, mengi, ronchi kering)
Posisikan semi-flower atau flower
Berikan oksigen jika perlu
Berikan minuman hangat
Perawat
1 2 3 4 5
2. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB mengidentifikasi penyebap 19.00 WIB S :
15.40 WIB hipertermi : proses infeksi Keluarga An.C mengatakan An.C badan
15.40 WIB memonitor suhu tubuh : T : 38,0 nya panas nya sudah berkurang
o
C Kluarag An.C mengatakan demam nya hilang
15.40 WIB memonitor komplikasi akibat timbul
hipertermi O:
15.40 WIB : terjadi kejang Suhu 38.0oC, RR 36 x/menit, N : 120 x/menit
18.00 WIB memonitor pernapasan dan nadi Kulit An.C tidak kemerahan
: RR : 36x/menit, T : 38,0 oC An.C tampak lemah
Monitor warna kulit Tidak terjadi komplikasi saat hipertermia
Mengkolaborasikan Klien terpasang infus D5 ¼ NS 800 ml/hari
pemberian antiperetik dan Paracetamol 4x100mg sudah di berikan (IV)
anti kejang Paracetamol Kompres hangat sudah di
18.30 WIB 100mg Cefotaxime 3x250 berikan A : Masalah Teratasi
mg Sebagian
18.45 WIB Asam valproat P : Lanjutkan intervensi
2x1,5ml Fenitoin Monitor suhu tubuh
2x15 mg Monitor komplikasi akibat hipertermi
membasahi permukaan tubuh Longgarkan atau lepaskan pakaian
klien : kompres hangat Beri oksigen
menganjurkan tirah baring Monitor pernapasan dan nadi
Monitor warna dan suhu kulit
Perawat
......................
.
1 2 3 4 5
3. 16/05/2019 16/05/2019
15.30 WIB mengidentifikasi kebutuhan 16.00 WIB S :
keselamatan : keamanan ibu klien mengatakan anak nya kejang
15.30 WIB tempat tidur tadi malam O :
memonitor prubahan status Tidak terjadi trauma fisik
keselamatan Pagar tidur terpasang
: keselamatan lingkungan Saat kejang gigi klien gemertak
menghilangkn bahaya Riwayat CP
keselamatan lingkungan : Tidak terjadi luka/lecet
bahaya fisik luka lecet, Klien tanpak lemas
fraktur A : Masalah belum
memodifikasi lingkungan teratasi P : lanjutkan
utuk meminimalkan bahaya intervensi
dan resiko : resiko cidera Identifikasi kebutuhan keselamatan
menggunakan prangkat Monitor prubahan status keselamatan lingkungan
pelindung : pagar tempat Hilangkn bahaya keselamatan lingkungan
tidur (mis. Fisisk, biologis, dan kimia)
Modifikasi lingkungan utuk meminimalkan
bahaya dan resiko
Sediakan alat bantu keanmaan lingkungan
Gubakan prangkat pelingdung (pagar tempat
tidur)
Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
Ajarkan individu keluarga dan kelompok
resiko tingggi bahaya lingkungan
Perawat
..................
1 2 3 4 5
Catatan Perkembangan
hari ke 3
1 17/05/2019 17/05/2019
09.00 WIB memonitor pola napas 11.00 WIB S :
frekuensi, kedalaman, : rr : Ibu klien mengatakan anak nya sudah tidak
09.10 WIB 28x/menit, cepat dangkal sesak lagi O :
10.00 WIB memonitor bunyi napas tambahan RR : 28 x/menit
: tidak ada suara napas tambahan Irama napas klien normal
memberikan posisi : semi-flower Klien sudah tidak terpasan oksigen lagi
memberikan minuman hangat Spo2 : 99 %
Frekuensi napas normal
Tidak terdaat bunyi napas
tambahan A : masalah teratasi
P : intervensi dihentttikan pasien direncanakan
pulang
Perawat
Yayan Prandana
2 17/05/2019 17/05/201
09.00 WIB memonitor suhu tubuh T : 36,4oC 9 S:
09.10 WIB memonitor komplikasi akibat 11.30 WIB Ibu anak c mengatakan anak naya tidak
hipertermi demam lagi
10.00 WIB : tidak terjadi kejang dan dehidrasi O:
08.00 WIB melonggarkan pakaian klien Suhu 36,.4 oC, RR 28 x/menit, N : 94 x/menit
09.00 WIB memonitor pernapasan dan Kulit An.C tidak kemerahan
nadi RR : 28x/menit, N : Tidak terjadi komplikasi saat hipertermia
94x/menit Klien terpasang infus D5 ¼ NS 800
memonitor warna kulit klien ml/hari A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
direncanakan pulang
Perawat
........................
1 2 3 4 5
3 17/05/2019 17/05/2019
12.00 WIB mengidentifikasi kebutuhan 13.00 WIB S :
keselamatan ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
12.10 WIB memonitor prubahan status kejang lagi O :
keselamatan lingkungan Tidak terjadi trauma fisik
menghilangkan bahaya Pagar tidur terpasang
keselamatan : lingkungan, Riwayat CP
fisik Tidak terjadi luka/lecet
memodifikasi lingkungan Klien tanpak lemas
utuk meminimalkan bahaya A : masalah teratasi sebagian karena klien
dan resiko mempunyai riwayat penyakit CP
menyediakan alat bantu P : intervensi di hentikan dan di lanjutkan
keamanan lingkungan oleh kluarga klien di rumah
menggubakan prangkat
pelingdung : pagar tempat Perawat
tidur
mengajarkan keluarga bahaya
lingkungan terhadap bahaya .........................
resiko cidera : memberi
pendkes penanganan saat klien
terjadi kejang berulang
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Data-data yang didapatkan terhadap An. C adalah keluargaAn. C
mengatakanbadanAn.C panas, sianginitidakkejang, tanda-tanda vital Nadi142
x/menit, iramateratur, denyut teraba lemah. Pernafasan54 x/menit,
iramapernafasanteratur,jalannafasnyabersih.Suhutubuh 40 o
C, kulitkemerahan,
dankulitterabahangat.Klien tampak sesak, Takipnea, Terdapat ketidakamanan
transportasi, Perubahan orientasi afektif, Perubahan sensasi, Riwayat CP dan
Epilepsi.
2. Diagnosa keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, terdapat 3 diagnosa utama yang ditegakkan pada
klien dengan kejang demam sesuai dengan data yang telah diperoleh yaitu Pola
Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Gangguan neorologis (gangguan kejang),
Hipertermiaberhubungandengan proses penyakit (infeksi), Resiko cidera dibuktikan
dengan Perubahan orientasi afektif.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yaitu tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan, penulis menetapkan
tujuan keperawatan dan kriteria hasil yang ingin dicapai berdasarkan label SLKI
serta memilih intervensi keperawatan berdasarkan label SIKI.
4. Implementasi keperawatan (pelaksanaan tindakan keperawatan)
Implementasi yang diterapkan pada klien dengan kejang demam terdiri dari,
tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan tindakan kolaborasi yang dilakukan,
seperti berkolaborasi dalam pemberian terapi obat.
B. SARAN
1. Bagi praktisi keperawatan dan rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan lebih memperhatikan kebutuhan klien,
lebih mengutamakan tindakan keperawatan mandiri sebelum melakukan tindakan
keperawatan kolaboratif seperti memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga
cara menangani pasien saat kejang dan selain itu juga perawat harusnya lebih
memperhatikan klien saat kejeng karena untuk meminimalkan resiko cidera, dan
lebih memperhatikan lagi klien dengan tindakan total care, serta dapat meningkatkan
lingkungan yang menyenangkan agar anak merasa nyaman saat berada dirumah sakit
untuk mengurangi dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak. Diharapkan dapat
dijadikan sebagai pedoman atau panduan bagi perawat dalam memberikan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
2. Bagi bidang keilmuan
Untuk dapat lebih meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta
keterampilan peserta didik dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan berbagai masalah kesehatan, menambahkan literatur bahan bacaan
keperawatan anak yang terbaru untuk melengkapi atau menunjang laporan akhir
mahasiswa. Dan dokumentasi laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sumber
referensi di perpustakaan agar bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus kejang demam.