Nim :2018610035
Kelas : A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerus keturunan,
anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua
yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya mengalami kejang demam
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6 bulan hingga 5 Tahun
(ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang selama beberapa menit. Namun begitu, walaupun
terjadi hanya beberapa menit, bagi orang tua rasanya sangat mencemaskan, menakutkan dan
terasa berlangsung sangat lama, jauh lebih lama disbanding yang sebenarnya.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5%
anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di
jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, mendapatkan angka
9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%.
Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-akhir
ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung
lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) (Arif
Manajer, 2000)
Selama melakukan praktek klinik dalam stase keperawatan anak tanggal 24 april s/d 19 mei
2018 didapati kasus kejang demam sebanyak 31 anak yang dirawat di ruang rawat anak BLUD
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga,
campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa
oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika
kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan
agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama.
Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko
terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturunkan melalui
upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak. Dan
perlu diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di rumah
sakit tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak tersebut,
B. Tujuan
1. Tujuan umum:Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.
2. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam.
BAB II
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 oC. Yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial.
Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan
demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai
pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah
usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun.
1. Faktor-faktor prenatal
3. Faktor genetika
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera
Dan diit
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut :
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
perkembangan
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan
tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda
A.Sowden, 2002)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang
berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang
demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis
tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan
3. Darah
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
c. Elektrolit : K, Na
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
menit.
b. Turunkan panas
demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
5)
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
Dapat digunakan :
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 19 bulan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No.RM : 20605
Nama : Ny.N
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Ibu klien mengatakan An. Z (19 bulan) demam sejak 2 hari. Klien kejang di rumah 2 kali selama
5 menit setiap kejang, kemudian oleh ibunya diperiksakan di bidan, menurut hasil dari
pemeriksaan, klien harus menjalani penanganan segera dan bidan menganjurkan agar klien
dibawa ke RS Hidayah. Pada tanggal 11 November 2015 pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien
dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien mengatakan klien demam dan kejang. Klien demam sejak
2 hari sebelum masuk RS. Klien kejang di rumah 2 kali selama 5 menit setiap kejang.Di IGD
TTV ; TD : 90/70 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Suhu : 40˚C, dan RR : 26 x/menit. Terapi :
oksigen 5 liter/menit sungkup muka, inf RL 20 tpm. Saat dikaji pada tanggal 11 November 2019
pukul 11.00 WIB Klien mengalami kejang 1 kali, Saat kejang otot-otot seluruh tubuhnya tampak
kaku, lidah tergigit dan gigi tampak terkatup tutup, klien tampak mengantuk, lemah, kulit teraba
panas dan tampak kebiruan.
Klien belum pernah dirawat di RS dan tidak ada riwayat penyakit kronis.
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Dan keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi maupun penyakit serius lainnya.
5. Riwayat kehamilan
Anak laki laki dari ibu G1 P1 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan tidak
mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu klien selalu memeriksakan
kehamilannya ke bidan secara teratur.
6. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada kelainan bawaan dan tidak
mempunyai gangguan selama proses persalinan. Klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu,
presentasi bawah kepala, ketuban berwarna jernih, setelah lahir klien langsung menangis, BBL :
3500 gram.
7. Riwayat imunisasi
Klien sudah mendapat imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ; DPT I, II, III
Perkembangan motorik : klien mampu duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit
terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri. melangkah dan berjalan dengan tegak
Perkembangan sosial : klien mulai mampu bertepuk tangan, menyatakan keinginan, mulai
minum dengan cangkir, meniruan kegiatan orla, main-main bola
9. Kebutuhan cairan
= 100 x 11
= 1100 ml
= 200 x ( 40 -36,8)
= 200 x 3,2
= 640
= 1750 / 12
= 145 ml / 2 jam
= 1000 + 140
= 1140 kalori/hari
Sebelum sakit : Ibu klien megatakan kesehatan memang penting dan klien bila sakit mudah
kerjasama untuk proses penyembuhan dirinya misalnya teratur minum obat, dan hindari
pantangan.
Saat sakit : Ibu klien mengatakan bahwa dirinyasaat ini cemas dan ibu klien bagaimana
penanganan dirumah jika klien tiba tiba kejang lagi.
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan 3x sehari porsi sedikit
lengkap nasi, sayur, dan lauk. Minum 2 gelas susu formula per hari dan 4 gelas air putih per hari.
BB : 11,5 kg.
Saat dikaji : Klien makan 2x /sehari sesuai diit dari RS tetapi tidak habis. Minum 1 gelas susu
formula per hari dan 4 gelas air putih per hari. BB: 11 kg.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek berbau khas, BAK 4-5x
perhari warna kuning jernih berbau khas.
Saat dikaji : Klien BAB 1 kali sejak dirawat di RS, BAK 3x/ hari, warna kuning berbau khas.
Saat dikaji : Klien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya, seperti mandi, makan,
ganti baju, dan pasien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.
Sebelum sakit : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.
Saat dikaji : Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari. Lama tidur 8 jam sehari.
Sebelum sakit : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan jelas, dalam
pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan dengan baik.
Saat dikaji : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan jelas, dalam
pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan dengan baik.
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien adalah klien anak periang.
Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan rewel.
Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem reproduksi klien.
Sebelum sakit : Klien mampu berkomunikasi dengan kata-kata sederhana. Hubungan klien
dengan orangtua dan keluarga baik.
D. Pemeriksaan Fisik
1. TTV :
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 40 ˚C
RR : 30 x/menit
2. Antropometri :
Lingkar Kepala : 48 cm
BB : 11 Kg
TB : 80 cm
3. Kepala : mesosepal
9. Dada :
- Paru
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
- Jantung :
Perkusi : pekak
- Abdomen :
Perkusi : timpani
12. Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak
ada gangguan gerak
4.INTERVENSI KEPERAWATAN
5.EVALUASI
O:keadaan umumnya lemah,mukosa bibir sedikit kering dan kelopak matanya tidak cekung.
P:lanjutkan intervensi