Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik II Departemen Keperawatan Medikal


Bedah III
Dosen Pengampu : Arie Jefri ka’arayeno, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun Oleh

Lu’lu’ Luthfiatun Ulinnuha

2018610082

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG

1
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah Dengan Masalah Utama Hipertensi” sebagai tugas individu dalam mengikuti
praktik klinik II telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 3 Juli 2021

Malang, 3 Juli 2021

Dosen Pembimbing,

Arie Jefri ka’arayeno, M.Kep., Sp. Kep. MB

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Tujuan ............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................6
A. Konsep Dasar Hipertensi.................................................................................6
1. Definisi .....................................................................................................6
2. Klasifikasi.................................................................................................7
3. Etiologi......................................................................................................8
4. Faktor Resiko...........................................................................................10
5. Patofisiologi ............................................................................................11
6. Manifestasi Klinis....................................................................................12
7. Pemeriksaan penunjang............................................................................13
8. Penatalaksanaan.......................................................................................14
9. Komplikasi...............................................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Medikal Bedah...............................................17
1. Pengkajian................................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................19
3. Intervensi..................................................................................................20
4. Implementasi............................................................................................22
5. Evaluasi ...................................................................................................23
BAB III PENUTUP.........................................................................................................25
A. Kesimpulan....................................................................................................25
B. Saran ..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26
LAMPIRAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS NO.6..........................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan
oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan
tensi darah dengan menggunakan alat ukur tekanan darah, keadaan peningkatan
tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal
ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Pudiastuti, 2011).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan bahwa
di Indonesia penyakit hipertensi sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan
utama. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia namun juga menyerang
kelompok usia produktif. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada penduduk
usia ≥18 tahun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 25,8%.
Sedangkan hasil penelitian dari MONICA (multinational monitoring kardiovaskuler
diseases), angka kejadian hipertensi di Indonesia berkisar 2 – 18 % diberbagai
daerah. Jadi di Indonesia saat ini kira – kira terdapat 20 juta jiwa penderita
hipertensi (Weblong, 2012).
Namun, pengetahuan tentang faktor resiko, pencegahan, dan perawatan disebuah
keluarga rata- rata sangat minim atau bahkan tidak tahu sama sekali. Dalam hal ini,
peran perawat sangat dibutuhkan untuk merawat pasien dengan hipertensi adalah
melalui pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan
melalui pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu memberikan dukungan
dan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kesehatan,
menyarankan kepada pasien dan keluarga agar tetap tabah, sabar, dan berdoa agar
diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawat pasien dirumah dengan
mengikuti semua anjuran dokter dan perawat. Selain itu peran perawat juga
memberikan pengetahuan kepada keluarga dan atau masyarakat mengenai konsep

4
dasar hipertensi agar derajat kesehatan dikeluarga dan/atau komunitas meningkat.
karena kurangnya pengetahuan di keluarga dan/atau komunitas tentang konsep dasar
hipertensi. Padahal selain perawat keluarga juga sangat berperan aktif dalam proses
perawatan dan kesembuhan anggota keluarganya yang hipetensi.
Oleh karena itu penting bagi kita sebagai mahasiswa keperawatan untuk
mengetahui konsep dasar hipertensi dan konsep ashuhan keperawatan hipertensi
guna kedepannya kita dapat menerapkannya secara langsung saat menghadapi
problem tersebut serta mengurangi jumlah penderita hipertensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah dengan
masalah utama hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar hipertensi
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan medikal bedah dengan
masalah utama hipertensi
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan medikal bedah dengan masalah
utama hipertensi
d. Untuk menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah dengan masalah
utama hipertensi

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat.
Tekanan sistolik menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan
tekanan diastolik menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung (Kemenkes
RI, 2013).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada
pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat ukur tekanan darah.
Hipertensi juga berarti tekanan tinggi didalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah
pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung yang memompa keseluruh
jaringan dan organ – organ tubuh (pudiastuti, 2011).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014).

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
a. Tekanan darah normal

6
Yaitu bila sistolik kurang, atau sama dengan 140 mmHg dan distolik kurang
atau sama dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141 – 149 mmHg
dan distolik 91 – 94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi ( hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan distolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg

Klasifikasi menurut The joint National Commite on the Detection and


Treatment of Hipertension, yaitu:

a. Distolik
1) < 85 mmHg : tekanan darah nomal
2) 85 – 99 mmHg : tekanan darah normal tinggi
3) 90 – 104 mmHg : hipertensi ringan
4) 105 – 114 mmHg : hipertensi sedang
5) > 115 mmHg : hipertensi berat
b. Sistolik (dengan tekanan distolik 90 mmHg)
1) < 140 mmHg : tekanan darah normal
2) 140 – 159 mmHg : hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
3) > 160 mmHg : hipertensi sistolik terisolasi

3. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya atau etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2
golongan, yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder
(hipertensi renal).
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial terjadi pada 90 % dari penderita hipertensi (Kemenkes
RI, 2013). Faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas sistem simpatis, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risikoseperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisistemia. Hipertensi
primer biasanya timbul pada kelompok umur 30-50 tahun (Pudiastuti, 2011).
b. Hipertensi Sekunder

7
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah
kelainan hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Kemenkes
RI, 2013).

4. FAKTOR RESIKO
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang perawatan penyakit
hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut dalam
keadaan normal, hal itu tidak menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar
mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus kontrol dengan dokter dan
menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan terkontrol.
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :
a. Tidak dapat diubah:
1) Keturunan
faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada orangtua atau
saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi
lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar tidak identik.
Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen
yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2) Usia
faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin besar
pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga
berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda. B
b. Dapat diubah:
1) Konsumsi garam
terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan tubuh menahan
cairan yang meningkatkan tekanan darah.
2) Kolesterol

8
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan timbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah menjadi
tinggi.
3) Kafein
Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap cangkir
kopi mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5-10 mmHg.
4) Alkohol
alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
5) Obesitas
Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi.
6) Kurang olahraga
Kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi
namun tidak dianjurkan olahraga berat.
7) Stress
kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah
berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
8) kebiasaan merokok
Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin,
katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan
vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah.
9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expansion, Penghentian penggunan
kontrasepsi hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi
normal kembali.

9
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anak – anak
juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi
disebabkan oleh masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-
anak bahwa kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat
dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi,
2014).

5. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa
dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan
sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer.
Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang
ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang
juga meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teoriteori
tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan
berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

10
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi
dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini terjadi karena
peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi
jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan
oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung
bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang
memadai. Karenahipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria, maka
jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun
menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard.
Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang semakin
mempercepat proses aterosklerosis dan kerusakan organ – organ vital seperti
stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).

Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan tahanan


perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal.
Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan
perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka
yang akan sering dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada
pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi
hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia
relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

PATHWAY TERLAMPIR

6. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi
pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur,
sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,

11
mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013):
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau
infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta
kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular
Stroke atau serangan iskemik transien (TIA) yaitu perubahan yang terjadi
pada penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh
mendadak atau hemiplegia transien atau permanen.

Menurut Ronkhaeni (2011) manifestasi klinis pada pasien yang menderita


hipertensi yaitu:

a. Peningkatan tekanan darah


b. Sakit kepala/pusing / migrain
c. Rasa berat ditengkuk
d. Penyempitan pembuluh darah
e. Sukar tidur
f. Lemah dan lelah
g. Nokturia

12
h. Azotemia
i. Sulit bernapas saat beraktivitas

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan dua cara:
a. Pemeriksaan yang segera
1) Darah rutin ( hematokrit/ hemoglobin)
2) Blood unit nitrogen / kreatinin
3) Glukosa
4) Kalsium serum
5) Kolesterol dan trigliserid
6) Pemeriksaan tiroid
7) Kadar aldesteron urin
8) Urinalisa
9) Asam urat
10) Steroid urin
11) EKG
12) Foto dada
b. Pemeriksaan lanjutan
1) IVP
2) CT scan
3) IUP
4) USG

8. PENATALAKSANAAN
a. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut Perhimpunan
Dokter Hipertensi Indonesia (2014) dapat dilaukan dengan pencegahan
primer, pencehan sekunder, dan pencegahan tersier.
1) Pencegahan Primer

13
Pencegahan primer ditujukan kepada individu yang belum terkena
hipertensi. Adapun beberapa setrategi yang dapat dilakukan antara lain:
a) Penurunan berat badan dengan target mempertahankan berat badan
pada kisara indek masa tubuh 18,5-22,9 kg/m2
b) Mengadopsi program diet sehat sesuai dengan Dietary Approaches to
Stop Hypertension (DASH), yaitu banyak mengonsumsi buah-
buahan, sayuran, serta produk yang mengandung susu rendah lemak.
c) Mengurangi asupan garam sehari-hari, yaitu kurang dari 6 g Natrium
Klorida atau setara dengan satu sendok teh garam dapur.
d) Meningkatkan aktivitas fisik aerobik secara teratur seperti jalan kaki
selama 30 menit, dengan frekuensi 4-6 kali/minggu
e) Tidak merokok
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien hipertensi yang belum
mengalami kerusakan organ target. Tujuannya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya kerusakan organ target. Dilakukan dengan
penyuluhan mengenai keruskan target organ dan pentingnya kepatuhan
dan menjaga program pengobatan, pengobatan yang adekuat untuk
mencapai TD target, dan detesi dini kerusakan organ target dan risiko
kardiovaskuler total sejak awal pengobatan hipertensi.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan terjadinya kecacatan
lebih lanjut pada pasien hipertensi yang telah mengalami kerusakan
organ. Pencegahan tersier memerlukan pendekatan interdisiplin yang
dilakukan di rumah sakit rujuka. Tatalaksan terhadap kerusakan organ
target yang telah terjadi harus dilakukan sedini mungkin.

b. PENGOBATAN
Menurut Pudiastuti (2011), pengobatan pada hipertensi bertujuan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas serta mengontrol tekanan darah
artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak

14
menggangu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup. Dalam
pengobatan hipertensi ada dua cara yang dilakukan yaitu pengobatan
nonfarmakologik dan pengobatan farmakologik.
1) Pengobatan nonfarmakologik
Pengobatan non farmakologi lebih berfokus pada perubahan gaya hidup
adapun yang dapat dilakukan adalah :
a) Pengurangan berat badan
Penderita hipertensi yang menderita obesitas dianjurkan untuk
menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dengan latihan
fisik yang teratur.
b) Berhenti merokok
Merokok berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi merupakan
faktor utama penyebab penyakit kardiovaskuler. Penderita hipertensi
sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
c) Menghindari alkohol
Alkohol meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi
terhadap obat anti hipertensi. Penderita hipertensi yang meminum
alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons per hari.
d) Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam hingga kurang dari 100 mmol perhari atau
kurang dari 2,3 gram nitrat. Penderita hipertensi juga dianjurkan
untuk menjaga asupan kalsium dan magnesium.
e) Melakukan aktivitas fisik
Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas
fisik secara aman, sedangkan penderita hipertensi dengan kompilkasi
seperti penyakit jantung atau masalah kesehatan lainnya yang
memerlukan pemeriksaan yang lebih lengkap misalnya dengan
exercise test dan bila perlu mengikuti program rehabilitasi dibawah
pengawasan dokter.
2) Pengobatan farmakologik

15
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi yang diderita,
kelainan organ dan faktor-faktor lain. Penyakit hipertensi dapat diatasi
dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi
diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Berdasarkan cara
kerjanya, obat hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu,
diuritik yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker, penghambat
ACE, antagonis kalsium yang dapat dapat mencegah vasokonstrikasi.
9. KOMPLIKASI
Kompilkasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah.
a. Otak
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyumbatan atau
terputusnya pembuluh darah pada otak. Tekanan darah yang tinggi secara
signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke.
b. Jantung
Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur
sebagai akibat dari hipertensi, jantung makin sulit memompa darah secara
efisien ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak
jantung dan menghambat kerjanya. Terjadilah gagal jantung, bisa juga
terjadi serangan jantung. ini terjadi jika arteri koronari menyempit, kemudian
darah menggumpal. Kondisi ini berakibat bagi otot jantung yang bergantung
pada arteri koronaria mati, serangan jantungpun terjadi.
c. Ginjal
Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak pada ginjal, yang dapat
memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal.
Hal ini bisa menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.
d. Mata
Pembuluh darah pada mata juga bisa terkena dampaknya yaitu terjadi
penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi
ini dapat menyebabkan hilangnya pengelihatan.

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis,
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan
terhadap masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil keperawatan yang dilaksanakan terhadap masalah
kesehatan.
Asuhan keperawatan medikal bedah melalui praktik keperawatan dengan sasaran
individu sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Tahapan dari proses
keperawatan medikal bedah yaitu pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan, dan evaluasi.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada.

Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :

a. Informasi umum
Meliputi : tanggal pengkajian, waktu dan :
1) Identitas diri pasien

17
Meliputi : nama, jenis kelamin, tanggal lahir, usia, tanggal MRS, alamat,
status pernikahan, RM, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan, nama keluarga dekat/ wali, no.telp keluarga/wali.
2) Riwayat kesehatan
Meliputi:
a) Diagnosa medis : hipertensi
b) Keluhan utama :
c) Riwayat kesehatan saat ini
d) Riwayat kesehatan sebelumnya
e) Riwayat penyakit keluarga
b. Fisiologis
Meliputi :
1) Oksigenasi
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris, bunyi napas
tambahan (krekles/mengi), sianosis
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan tekanan darah, nadi, frekuensi, bunyi jantung, suhu
dingin dan pengisian kapiler mungkin lambat
3) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
Tanda : nokturia
4) Makanan / cairan
Gejala : makanan yang disukai mencakup makanan yang tinggi
garam,lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema kongesti vena, peningkatan
JVP, glikosuria.

18
5) Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, letih, sulit bernapas saat beraktivitas, gaya hidup
monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan
pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan 9penglihatan kabur/diplopia),
episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola napas, isi bicara efek, proses pikir atau
memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman),
perubahan retinal optik.
7) Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
8) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi
Tanda : episode parestesia unilateral transien.
c. Konsep diri
Meliputi : Identitas personal, Body image (citra diri), Self esteem (harga diri)
dan Ideal diri.
d. Fungsi peran
e. Interdependent
f. Faktor – faktor berpengaruh
1) Identifikasi stimulus fokal
2) Identifikasi stimulus kontekstual
3) Identifikasi stimulus residual
g. Analisa data
Meliputi : data penunjang , etiologi dan masalah keperawatan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

19
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah utama
hipertensi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan berat badan menurun (D.0019)
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterioad
(D.0011)
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
6. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)

Diagnosa keperawatan prioritas sesuai kasus no.6 :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


2. Deficit nutrisi berhubungan dengan berat badan menurun (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

3. INTERVENSI
Perencanaan keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering
muncul pada pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan prioritas.
1. Diagnosa keperawatan no. 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi
Kriteria hasil
SLKI : tingkat nyeri (L.08066)
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun

20
c. Gelisah menurun
d. Frekuensi nadi membaik
e. Tekanan darah membaik

SIKI : manajemen nyeri (I.08238)

a. identifikasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. identifikasi skala nyeri
c. identifikasi respon nyeri non verbal
d. identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin)
f. fasilitasi istirahat dan tidur
g. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
h. kolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu

2. Diagnosa keperawatan no.2 deficit nutrisi berhubungan dengan berat badan


menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi
Kriteria hasil
SLKI : Status nutrisi (L.03030)
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Berat badan membaik
c. Napsu makan membaik
d. Frekuensi makan membaik
e. Membran mukosa membaik
SIKI :Manajemen nutrisi (I.03119)
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Monitor asupan makanan

21
d. Monitor berat badan
e. Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
f. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan )
g. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
h. Ajarkan diet yang diprogramkan

3. Diagnosa keperawatan no.3 intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi
Kriteria hasil
SLKI :Toleransi aktivitas (L.05047)
a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat
b. Keluhan lelah menurun
c. Perasaan lemah menurun
d. Warna kulit membaik
e. Tekanan darah membaik
SIKI : Manajemen energi (I.05178)
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
d. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
e. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / aktif
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Ajarkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah salah satu tahapan dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat .

22
Implementasi dari Diagnosa keperawatan no.1 nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis :

a. mengidentifikasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. mengidentifikasi skala nyeri
c. mengidentifikasi respon nyeri non verbal
d. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin)
f. memfasilitasi istirahat dan tidur
g. mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
h. berkolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu

Implementasi dari Diagnosa keperawatan no.2 deficit nutrisi berhubungan


dengan berat badan menurun :
a. mengidentifikasi status nutrisi
b. mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Memonitor asupan makanan
d. Memonitor berat badan
e. melakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
f. memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan )
g. menganjurkan posisi duduk, jika mampu
h. mengajarkan diet yang diprogramkan

Implementasi dari Diagnosa keperawatan no.3 intoleransi aktivitas


berhubungan dengan kelemahan :

a. mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


b. Memonitor pola dan jam tidur
c. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
d. Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,

23
suara, kunjungan )
e. melakukan latihan rentang gerak pasif dan / aktif
f. menganjurkan tirah baring
g. menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. mengajarkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan.
Bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun intervensi
keperawatan yang baru.

No. Dx. Evaluasi Paraf


1. Nyeri
berhubungan
akut S: pasien mengatakan tidak
nyeri lagi pada kepala bagian
luluk
dengan agen belakang
pencedera O: pasien tampak tidak meringis
fisiologis dan tidak gelisah lagi
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2. Deficit
nutrisi
S: pasien mengatakan napsu
makan membaik
luluk
berhubungan O: berat badan pasien naik
dengan berat A: masalah tertasi
badan P: intervensi dihentikan
menurun
3. Intoleransi
aktivitas
S: pasien mengatakan tidak
merasa lemah lagi
luluk
berhubungan O: pasien tampak segar, ativitas
dengan tidak dibantu keluarga lagi
kelemahan A: masalah teratasi

24
P: intervensi dihentikan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik
menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik
menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi dapat dicegah dan diobatai , dicegah dengan cara mengurangi faktor
resiko yang dapat dirubah, dan diobati sesuai dengan pengobatan yang dianjukan
oleh petugas kesehatan . Namun, jika tidak cepat diobati hipertensi dapat
mengakibatkan kematian.

B. SARAN

25
Kita sebagai mahasiswa keperawatan harus mempelajari lebih lanjut mengenai
konsep dasar penyakit hipertensi , konsep dasar asuhan keperawatannya dan asuhan
keperawatan medikal bedah . Agar kedepannya ketika sudah terjun di lapangan atau
di pelayanan kesehatan kita sudah siap dan berkompeten.

DAFTAR PUSTAKA

Ariansyah, Dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Hipertensi Di Ruang Mengkudu RSU DR. RM. Djoelham Kota
Binjai. Akademi Keperawatan Sehat Bijai. Diakses 30 Juni 2021 Pukul 09.00
WIB.
Astriani, Ni Putu. 2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi
Pada Laki – Laki Dewasa Dipuskesmas Payangan, Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana. Diakses 30 Juni 2021 Pukul 09.00 WIB.

26
LAMPIRAN

NB: asuhan keperawatan medikal bedah dengan masalah utama hipertensi dilampirkan
terpisah karena jika digabungkan file berantakan

27

Anda mungkin juga menyukai