Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY.D DENGAN HIPERTENSI DI PANTI JOMPO POS VII


SENTANI

Oleh:

OLEH

Nama : Yulita M.J Kastera, S.Kep


Nim : 20180811018287

TAHAP PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Asuhan
Keperawatan Gerontikdengan “Hipertensi” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.

Jayapura, 19 oktober 2019

Yulita kastera

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
2 BAB II..............................................................................................................3
2.1 KONSEP TEORI LANSIA.......................................................................3
2.1.1 Pengertian...........................................................................................3
2.1.2 Perubahan Pada Lansia......................................................................4
2.1.3 Batasan Lansia...................................................................................4
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia................................................................................5
2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan..................................5
2.1.6 Teori Proses Menua............................................................................5
2.1.7 Beberapa Masalah Khusus Pada Lanjut Usia....................................7
2.1.8 Karakteristik Penyakit Lansia di Indonesia.......................................9
2.2 KONSEP TEORI HIPERTENSI.............................................................12
2.2.1 Pengertian.........................................................................................12
2.2.2 Klasifikasi........................................................................................12
2.2.3 Etiologi.............................................................................................13
2.2.4 Patofisiologi.....................................................................................14
2.2.5 Pathway............................................................................................16
2.2.6 Manifestasi klinis.............................................................................16
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................17
2.2.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................17
2.2.9 Komplikasi.......................................................................................18
3 BAB IV..........................................................................................................46
a. Pengkajian...................................................................................................46
4.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................................46
4.3 Implementasi...........................................................................................47
4.4 Evaluasi...................................................................................................48
4 BAB V............................................................................................................49
5.1.Kesimpulan..................................................................................................49

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata
Hipertensi.Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai
di masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem
kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular, namun kita
juga tidak bisa menganggapnya sepele,selayaknya kita harus senantiasa
waspada.
Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan
arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler.Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk
mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil
sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang
mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian,
klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga
perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90
mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada
stroke.Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan
kebutaan.Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan
gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka

1
peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi
yang semakin parah.Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan
implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan
klien dengan gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan
yang tepat dan benar bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka
kesakitan serta kematian karena hipertensi dalam masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan gerontik
dengan hipertensi

1.2.2 Tujuan Khusus


Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi definisi,
etiologi, patofisiologi, manivestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, pencegahan, dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan gerontik dengan hipertensi

2
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI LANSIA

2.1.1 Pengertian
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian (Setiati, 2009). Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU
No.43 (2004) adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle
age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut
Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54
tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki
usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65
tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang

3
berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Di
Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2004.

2.1.2 Perubahan Pada Lansia


Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :
a. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap.
b. Rambut kepala mulai memutih atau beruban.
c. Gigi mulai lepas.
d. Penglihatan dan pendengaran berkurang.
e. Mudah lelah dan mudah jatuh.
f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :


a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik.
b. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang
baru saja terjadi.
c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
d. Sulit menerima ide-ide baru (Haryono, 2013).

2.1.3 Batasan Lansia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.4 Tipe-Tipe Lansia

4
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000)
adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,
mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
e. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress

2.1.6 Teori Proses Menua


Berbagai penelitian eksperimental dibidang gerontologi dasar selama
20 tahun terakhir ini berhasil memunculkan teori baru mengenai proses
menua. Beberapa teori tentang penuaan yang dapat diterima saat ini, antara
lain :
a. Teori radikal bebas
Teori ini menyebutkan bahwa produk hasil mentabolisme
oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan
berbagai komponen penting selular, termasuk protein, DNA, dan lipid,
menjadi moleku-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama
dan mengganggu fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas pertama kali
diperkenalkan oleh Denham Harman pada tahun 1956, yang

5
menyatakan bahwa proses menua normal, merupakan akibat
kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Setiati, 2009).
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak
berpasangan. Radikal bebas tersebut terbentuk sebagai hasil
sampingan berbagai proses selular atau metabolisme normal yang
melibatkan oksigen. Akibat perubahan pada struktur membran tersebut
membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa substansi
dan memungkinkan substansi tersebut melewati membran secara
bebas.Struktur didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga
diselimuti oleh membran yang mengandung lemak, sehingga mudah
diganggu oleh radikal bebas (Setiati, 2009).
Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan
mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik normal dari
sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran
sel atau kromosom sel. Lebih jauh, teori radikal bebas menyatakan
bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap didalam sel
sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi
ambang, maka radikal bebas mungkin berkontribusi pada perubahan-
perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan (Setiati, 2009).
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas
berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun
antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan
akibat radikal bebas tersebut (Setiati, 2009).

b. Teori glikosilasi
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik
yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai
advanced glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan
penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi
sehingga terjadi disfungsi pada hewan atau manusia yang menua.
Protein glikasi menunjukkan perubahan fungsional, meliputi
menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya degradasi protein

6
abnormal.Jika manusia menua, AGEs berakumulasi diberbagai
jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata.Karena jumlah
kolagen yang tinggi, maka jaringan ikat menjadi kurang elastis dan
kaku.Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding
pembuluh darah.AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan
karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki
perubahan pada DNA (Setiati, 2009).
c. Teori DNA repair
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow.Mereka menunjukkan
bahwa adanya perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA
yang diinduksi oleh sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas
yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur
maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA repair terbesar dan
korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata
(Setiati, 2009).

2.1.7 Beberapa Masalah Khusus Pada Lanjut Usia

2.1.7.1 Gangguan fisik


Banyak perubahan fisik yang terjadi pada lansia karena penyakit,
akan tetapi sebagian juga disebabkan karena proses penuaan. Beberapa
perubahan fisik yang terjadi adalah berkurangnya ketajaman pancaindra,
berkurangnya kemampuan melaksanakan sesuatu karena turunnya
kekuatan motorik, perubahan penampilan fisik yang mempengaruhi
peranan dan status ekonomi dan sosial, serta kemunduran efisiensi
integratif susunan saraf pusat, misalnya penciutan minat, kelemahan
ingatan dan penurunan inteligensi. Tidak jarang terjadi depresi pada
orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan adanya suatu
penyakit organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan
eksaserbasi, seperti diabetes, hipertensi, dan glaukoma. Gangguan
pembuluh darah yang progresif pada jantung dan otak yang mengancam

7
serta membatasi hidup, dapat menimbulkan reaksi takut, amarah dan
depresi. Sebaliknya, reaksi emosional yang berlebihan dapat
memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan penyakit lain yang
sebelumnya masih ringan (Maramis, 2009).
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhawatirannya terhadap
ketidak mampuan fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap
kematian. Ada yang dengan tenang menyiapkan diri dan mengatur hal-
hal duniawi (warisan, makam dan sebagainya) dalam menghadapi hal
yang tidak dapat dielakkan tersebut.Kadang-kadang memang timbul
depresi atau penyangkalan dan kompensasi (yang berlebihan) terhadap
hal mati (Maramis, 2009).

2.1.7.2 Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi


Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang,
pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat
menimbulkan reaksi yang merugikan.Perasaan aman dalam hal sosial dan
ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat
dari pada keadaan badani dalam melawan depresi (Maramis, 2009).

2.1.7.3 Seks pada usia lanjut


Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang
aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada
usia lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung
pada mereka sendiri dan anak-anak mereka yang menganggap seks pada
usia lanjut sebagai tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa muda
mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut
masih juga demikian, biarpun sudah berkurang, jika saat muda sudah
lemah, pada usia lanjut akan habis sama sekali (Maramis, 2009).
Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai seks.
Pada wanita; karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah
dada, klitoris dan vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris dan
elastisitas vagina juga berkurang.Pada pria; untuk mencapai ereksi

8
diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh,
tetapi cukup untuk melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga
berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang,
akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme
dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan
(Maramis, 2009).

2.1.7.4 Gangguan psikiatri


Yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak
organik dan psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan
ketergantungan obat bila ada, mungkin terjadi sejak masa muda. Hampir
semua gangguan jiwa pada masa muda dapat bertahan sampai atau
timbul lagi pada masa usia lanjut. Neurosis sering berupa neurosis cemas
dan depresi.Gangguan psikosomatis dapat juga berlangsung sampai masa
tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau hilang dengan
sendirinya.Diabetes, hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih parah
karena depresi.Insomnia, anorexia dan konstipasi sering timbul dan tidak
jarang gejala-gejala ini berhubungan dengan depresi. Depresi pada masa
usia lanjut sering disebabkan karena aterosklerosis otak, tetapi juga tidak
jarang psikogenik atau kedua-duanya (Maramis, 2009).

2.1.8 Karakteristik Penyakit Lansia di Indonesia


a. Penyakit persendian dan tulang. Misalnya: rematik, osteoporosis,
osteoartritis.
b. Penyakit kardiovaskular. Misalnya: penyakit jantung koroner,
hipertensi, kolesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida
tinggi, anemia.
c. Penyakit pencernaan, yaitu gastritis dan ulkus peptikum.
d. Penyakit urogenital, seperti infeksi saluran kemih (ISK), gagal ginjal
akut atau kronis, benign prostat hiperplasia.
e. Penyakit metabolik atau endokrin. Misalnya: diabetes mellitus,
obesitas.
f. Penyakit pernafasan, seperti asma dan tuberkulosis paru.

9
g. Penyakit keganasan, seperti kanker.
h. Penyakit lainnya, seperti dimensia, alziemer, depresi, parkinson
(Haryono, 2013).
Selain penyakit yang telah disebutkan di atas ada tujuh penyakit
kronik degeneratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteoartritis (OA)
Osteoartritis adalah peradangan sendi yang biasa disebut juga dengan
rematik, terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan
perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidak mandirian pada
usia lanjut, yang dipertinggi resikonya karena trauma, penggunaan
sendi berlebihan dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana
masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis
osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama
dua dekade pertama setelah menopouse, sedangkan tipe II adalah
hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi
vitamin D.
c. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan
jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular atau pembuluh darah
(hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi), trauma kepala
merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap
terjadi pada wanita dan individu pendidikan rendah.
d. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah
sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang
masih sehat.Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu
sebab, sehingga sel tidak bisa menjalankanfungsinya dengan
normal.Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan,

10
mulai dari yang ringan sampai sangat berubah dari keadaan awal
(kanker).
e. Diabetes mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana
gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi
ini dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, dimana kadar gula
darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dL dan kadar gula
darah saat puasa diatas 126 mg/dL. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai
ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM.
Beberapa gejala adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
mudah lelah, berat badan terus menurun, dan luka yang sulit sembuh.
f. Penyakit jantung coroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu.Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak
napas.
g. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi
dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada
proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu
terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis),
serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal (Haryono, 2013).

2.2 KONSEP TEORI HIPERTENSI

2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti
hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).
Menurut Tom Smith (1991), hipertensi atau yang lebih dikenal
dengan tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.

11
Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari
tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal
adalah refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi
puerperal.
Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang
berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh
kekuatan jantung ketika memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan
kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-duanya secara
terus menerus.

2.2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan
oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal.Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup
± 90% dari kasus hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial.Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini
menyangkut ± 90% dari kasus-kasus hipertensi.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
b. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.

2.2.3 Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal.Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang
dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih
banyak menyerang wanita dari pada pria.

12
Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang
merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan.
Menurut penyebabnya hipertensi dibagi 2 yaitu:

a. Hipertensi primer
Ada beberapa hal yang mempengaruhi hipertensi primer antara lain:
 Asupan garam yang tinggi
 Stress psikologis
 Obesitas
 Aterosklerosis
 Hipertensi skunder
b. Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya biasanya disertai dengan
keluhan dari penyakit yang menyebabkan hipertensi:
 Penyakit ginjal
 Glomerulus penyakit akut
 Penyempitan arteri renalis
 Penyakit metabolic
 Diabetes militus

2.2.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

13
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan


structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

14
2.2.5 Pathway

Obesitas Stress Pemberian pil KB Renal Iskemik


(Estrogen)
Keb.Metab. Tubuh
 Stimulasi saraf Aterosklerosis
simpatis  Angiotensinogen Renin 
Beban jantung 
Kontraktilitas Tahanan perfier
miokard  arteriola 
Kerja jantung  Angiotensin I

Efek kontriksi Angiotensin II


COP  Volume darah dan arteriole perifer
sirkulasi 
Asupan garam Sekresi
berlebih Aldosteron 
Genetik
Reabsorbsi
Na dan Air
Rokok / Alkohol
Vol Plasma 
HIPERTENSI
Respon Individu Respon Keluarga

- Nyeri Kepala
-kelemahan fisik ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
-<pngetahuan ttg hipertensi
-Resiko cidera (perdarahan pd Kurangnya informasi mengenai penyakit.
pembuluh darah di otak) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol makan klien.
- Resiko terjadinya penyakit (DHF
& ISPA)

2.2.6 Manifestasi klinis


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun.Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik
yang meningkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri.Perubahan patologis pada

15
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
Gejala dan tanda yang bisa timbul pada penyakit hipertensi adalah:
 Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
 Pandangan kabur
 Terjadi peningkatan tekanan darah
 Mata berkunang-kunang
 Jantung berdebar-debar
 Badan terasa lemah
 Perubahan emosi (mudah marah)
 Telinga sering berdenging
 Rasa pegel dibahu huingga tengkuk

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat
penting.Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ.Seperti ginjal atau
jantung yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah hipertrofi
ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiogravi, protein dalam urin
dapat dideteksi dengan urinalisis dapat terjadi ketidakmampuan untuk
mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrigen urea darah. Pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk
mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovasikuler adanya faktor
resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.

2.2.8 Pemeriksaan penunjang


a. EKG
Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
adanya penyakit jantung/aritmia.
b. Laboratorium
Fungsi ginjal: Urin lengkap (urinalisis) ureum, kreatinin, BUN dan
asam urat, serta darah lengkap lainnya.
c. Foto rontgen

16
Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung vaskularisasi atau aorta
yang lebar.
d. Ekokardiogram
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi diastolik dan sistolik.

2.2.9 Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala tekanan stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, lambung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Novianty, 2006).

2. Infark Miokard
Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

17
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Corwin, 2000).
4. Encefalopati (Kerusakan otak)
Tanda gejala dari encefalopati diantaranya nyeri kepala hebat,
berubahnya kesadaran, kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia,
mual dan muntah-muntah (Stein, 2001).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat).Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.Neron-neron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

18
BAB III
Asuhan Keperawatan padaNy. D dengan Hipertensi
Di Panti Jompo Distrik Sentani

1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : NY. D
Umur : 61tahun
Alamat : Pos VII Sentani
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Timur
Agama : kristen katolik
Status Perkawinan : Kawin (meninggal)
Tanggal Pengkajian : kamis 10 oktober 2019

Komposisi Keluarga
NO INISIAL UMUR L/P HUB KK PDDK PRKRJAAN AGAMA
1 Tn..D 61 P ISTRI SD IRT K. katolik
2 NY.S 36 P Anak SMP IRT Kr. katolik
3 TN.F 26 L Anak SMK Satpam Kriten
4 TN.R 25 L anak SMK Satpam Kriten

Genogram

19
+
+ + +

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Garis keturunan

2. Status Kesehatan Saat ini


Klien menyatakan bahwa Memiliki riwayat Hipertensi dan Darahnya sering
Naik sampai 150/100 mmHg, klien mengatakan juga bahwa sering merasa
tegang di bagian leher.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien menyatakan memiliki riwayat Hipertensi sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat kesehatan keluarga
5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, berpakaian rapi, dan klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari

20
b. Integumen
Kulit berwarna kulit hitam, turgor kulit menurun, tekstur lembut, tidak
bersisik, lesi (-), hiperpigmentasi wajah (+), bengkak (-)
c. Kepala
Rambut sebagian besar berwarna hitam keputih putihan , distribusi rambut
merata, lesi (-), ketombe (-).
d. Mata
Kedua mata simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak anemis, gerakan
mata normal, penglihatan klien cukup baik.
e. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran cukup baik.
f. Mulut dan Tenggorok
Mukosa mulut lembap, gigi sudah banyak yang tanggal (geraham bawah
kanan serta geraham atas kanan), sakit menelan (-)
g. Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
h. Sistem Pernapasan
Pergerakan dada simetris, ronkhi (-), wheezing (-), sesak napas (-), RR:
20x/menit
i. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, sianosis pada bibir (-), TD:150/90mmHg,
N:84x/menit
j. Sistem Gastrointestinal
Perut datar, bising usus (+), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba
k. Sistem Perekemihan
Nyeri saat BAK (-),urine berwarna kuning terang, frekuensi BAK 4-5x
sehari.
l. Sistem Muskuloskeletal
Klien dapat menggerakkan seluruh ekstremitas (ROM penuh), klien dapat
mengikuti aktivitas kegiatan sehari-hari (ADL) tanpa bantuan orang lain.
m. Sistem Saraf Pusat

21
NI : klien dapat membedakan bau-bauan
N II : klien tidak mampu melihat objek dan tulisan dengan jelas
pada jarak 40 cm, sehingga klien menggunakan kaca mata
N III, IV, VI : reflek pupil normal, mampu menggerakkan bola mata ke
segala arah
NV : klien mampu mengunyah dengan baik
N VII : wajah simetris
N VIII : klien mampu mendengar dengan baik
N IX, X, XII : klien mampu menelan dengn baik
N XI : kekuatan otot masih baik, klien mampu berdiri tegak.

1.2 Pengkajian Psikososial Dan Spiritual


 Psikososial
o Klien saat ini mampu bersosialisasi secara optimal dikarenakan fungsi
pendengarannya yang cukup baik. Klien dapat mengikuti dengan baik
aktivitas sehari-hari dengan baik.
 Emosional
PERTANYAAN TAHAP I
 Apakah klien mengalami sukar tidur? tidak
 Apakah klien sering merasa gelisah? Ya
 Apakah klien sering merasa murung atau menangis sendiri? tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir? tidak
lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “Ya“
PERTANYAAN TAHAP II
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? ya
 Ada masalah atau banyak pikiran? ya
 Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? tidak
 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? tidak
 Cenderung mengurung diri? tidak

22
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ”Ya”
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
Interpretasi :
kondisi emosional klien kurang baik, Klien mengalami masalah emosional
karena sukar tidur

 Spiritual
- Klien beragama kristen protestan, klien mengikuti kegiatan keagamaan
yang diadakan di lingkungan sekitar yaitu ibadah mingguan di rumah salah
satu jemaat dan ibadah mingguan di gereja setiap minggunya.
- Klien mengatakan bahwa klien bersyukur dngan keadaannya sekarang
dirumah, apapun yang terjadi klien pasrah kepada Tuhan.

1.3 Pengkajian Fungsional Klien


 KATZ Indeks
Kategori A  mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), meggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
 Modifikasi Barthel Indeks
DENGAN
No KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : + porsi
5 10 habis/makan
Jenis : sesuai yang
disediakan
2 Minum Frekuensi : 7-8
gelas/hari
5 10
Jumlah : 2000 ml/hari
Jenis :air putih
3 Berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur, 5/10 15
sebaliknya

23
4 Personal toilet (cuci Frekuensi : 2x/hari
muka, menyisir 0 5
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet
(membuka pakaian,
5 10
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 10 Frekuensi : 2x/hari
7 Jalan di permukaan
0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) Frekuensi : 1x/hari
5 10 Konsistensi : normal
(lembek)
11 Kontrol bladder Frekuensi : 5-6x/hari
(BAK) 5 10 Warna : normal
(kuning)
12 Olahraga/latihan Frekuensi : setiap pagi
5 10
Jenis : jalan pagi
13 Rekreasi/pemanfaatan Frekuensi : sewaktu-
waktu luang 5 10 waktu
Jenis : rekreasi
Skore total 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total

1.4 Pengkajian Status Mental Gerontik


 SPSMQ (Short Portable Mental Status Questioner )
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama Tempat ini

24
√ 04 Dimana alamat anada?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
√ 10
angka baru, semua secara menurun
 9  0 SCORE TOTAL 10
Interpretasi hasil
a. salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

 MMSE (Mini Mental Status Exam)


ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN
1 Orientasi Menyebutkan dengan benar:
Tahun√
Musim √
5 5
Tanggal √
Hari √
Bulan√
Orientasi Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia
Propinsi Papua 
5 4
Kota Jayapura 
Distrik Muara Tami
Panti Jompo
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi

25
(untuk disebutkan)
Obyek kaca 
Obyek pintu 
Obyek tiang 
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat
93 √
5 2
86 √
79
72
65
4 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing
3 3 obyek
Objek kaca
Objek pintu 
Objektiang 
5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
meja
kursi
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: ”tak ada, jika, dan, atau, tetapi”.
Bila benar, nilai 1 point.
Pernyataan benar 3buah (contoh: tak
ada, jika, tetapi).
Minta klien uuntuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
”ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”

26
Ambil kertas di tangan anda √
Lipat dua √
Taruh di lantai √
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)
”tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat atau menyalin gambar
Tulis satu kalimat ”saya sedang
menggambar”
Menyalin gambarpohon kelapa
TOTAL NILAI 30 26

Interpretasi hasil:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
1.5 Pengkajian Keseimbangan
KRITERIA JUMLAH
a. perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
 bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan 0
mata terbuka
 tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan,
akan tetapi lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan
atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak 0
stabil pada saat berdiri pertama kali
 duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
 menjatuhkan diri ke kursi, duduk di tengah kursi
 bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan
mata tertutup
 tidak bangun dari tempat tidur dengan seklai gerakan, 0

27
akan tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan
atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak
stabil pada saat berdiri pertama kali 0
 duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup
 menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan 1
 menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata
terbuka
 klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk 0
dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
 menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata
tertutup 1
 klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk
dukungan, kaki menyentuh sisi-sisinya
 perputaran leher (klien sambil berdiri)
 menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan 0

kaki: keluhan vertigo, atau keadaan tidak stabil


 gerakan menggapai sesuatu
Mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak
stabil memegang sesuatu untuk dukungan 0

 membungkuk
0
 tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk
bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras
0
untuk bangun
b. komponen gaya berjalan atau pergerakan
 minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan
0
berjalan pelan-pelan
 ketinggian langkah kaki

28
 kaki naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau 0
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
 kontinuitas langkah kaki 0
 setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki satu per satu secara
bergantian
 kesimetrisan langkah
 langkah simetris, namun pelan-pelan 0

 penyimpangan jalur pada saat berjalan


Berjalan dalam garis lurus pelan - pelan 0

 berbalik
 berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan
SCORE TOTAL 2

interpretasi hasil:
0.5 : resiko jatuh rendah
6.10 : resiko jatuh sedang
11.15 : resiko jatuh tinggi

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DI ANGKAT

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)


2. Kurang Pengetahuan tentang penyakit (100211994

29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Perawat Mahasiswa Yulita M.J Kastera
S.Kep
Nama klien NY.D Alamat Pos VII Sentani
Penyakit / masalah kesehatan Hipertensi

Tanggal/waktu DATA DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC


NANDA
Kamis 17 Masalah Domain 5 : Setelah dilakukan Level 1 Level 1
oktober 2019 Kesehatan Risiko persepsi/kognisi tindakan Domain IV : Domain 3 : Perilaku
Hipertensi keperawatan Pengetahuan tentang (Lanjutan)
Lansia : Kelas 4 : Kognisi keluarga dapat : kesehatan dan
 Lansia  Mengenal perilaku
memiliki Kurang Perawatan yang
masalah
penurunan Pengetahuan Hasil yang mendukung fungsi
kondisi fisik. tentang penyakit kesehatan menggambarkan sikap, psikososial dan
(100211994) pemahaman, dan memfasilitasi perubahan
 Lansia malaria tindakan dengan gaya hidup.
umumnya Definisi :  Keluarga menghormati kesehatan
memiliki Ketiadaan dan atau dapat dan penyakit.
penurunan defisiensi informasi Level 2
kognitif yang mengambil Level 2 Kelas S : Pendidikan
fungsi kognitif
dan psikomotor berkaitan dengan keputusan Kelas S : pengetahuan pasien
topik tertentu.  Keluarga tentang kesehatan Intervensi untuk
Hasil yang memfasilitasi
DO : klien tampak dapat menggambarkan pembelajaran.

30
: merawat pemahaman individu
dalam mengaplikasikan
 Kesadaran anggota
informasi untuk
compos keluarga yang meningkatkan,
memelihara, dan
mentis sakit dan
menjaga kesehatan.
 TTV : melakukan Level 3
TD = 150/90 Level 3 Intervensi :
tindakan
Hasil : 1. 5602 pengajaran :
mmHg mencegah  1837 pengetahuan :
prose penyakit
N = 84 Hipertensi manajemen malaria 2. Kaji tingkat
x/menit  Keluarga  1843 : pengetahuan : pengetahuan pasien
RR = dapat manajemen panas. terkait dengan proses
memodifikasi  Knowledge : disease
22x/menit penyakit yang
lingkungan proces
S = 37˚ C spesifik.
 Knowledge : health
3. Jelaskan mengenai
Dapat behavior.
Kriteria Hasil : proses penyakt
memanfaatkan
 Pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
fasilitas 4. Review pengetahuan
menyatakan
kesehatan. pasien mengenai
pemahaman tentang
penyakit, kondisi kondisinya.

prognosis dan
Jelaskan tanda dan
program pengobatan. gejala yang umum dari
 Pasien dan keluarga penyakit sesuai

31
mampu kebutuhan.
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.

Pasien dan keluarga


mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
Domain 1 Promosi Keluarga mampu 1. Keluarga 1. Keluarga
Kesehatan memelihara
mampu mengenal mampu mengenal
kefektifan
Kelas 2 kesehatan
Level 1 Level 1
Manajemen
Domain IV : Domain 3 : Perilaku
kesehatan Setelah dilakukan
Pengetahuan Memberikan dukungan
intervensi
kesehatan dan fungsi psikososial dan
Ketidakefektifan keperawatan
perilaku memfasilitasi peubahan
pemeliharaan keluarga mampu
gaya hidup.
kesehatan (00099) mengenal tentang
 Pengertian Hasil yang
Definisi : menggambarkan sikap,
penyakit pemahaman dan
Ketidaktahuan
mengidentifikasi, hipertensi tindakan terhadap

32
mengelola dan/atau  Tanda dan kesehatan penyakit. Level 2
mencari bantuan Kelas 2 : Penkes
gejala
untuk Level 2 Intervensi yang
mempertahankan hipertensi Kelas S : Pengetahuan memfasilitasi keluarga
kesehatan.  Penyebab kesehatan untuk belajar.
Hasil yang
hipertensi menggambarkan Level 3
pemahaman keluarga 5510 Penkes pengajaran
dalam memanfaatkan
proses penyakit yang
informasi untuk
meningkatkan,
mempertahankan dan
memperbaiki kesehatan.

Level 3
 1803 : pengetahuan
tentang proses
penyakit
 1844 : pengetahuan
manajemen sakit
akut
 1805 : pengetahuan
perilaku sehat
 1823 : pengetahuan
promosi kesehatan
 1855: pengetahuan

33
gaya hidup sehat

Setelah dilakukan 2. Keluarga 2 Keluarga mampu


kunjungan
mampu memutuskan
keluarga dapat
mengambil memutuskan
Kelas P : terapi
keputusan untuk
kognitif
mengatasi tidak Domain IV :
Intervensi yang
efektifnya Pengetahuan
dilakukan untuk
pemeliharaan kesehatan dan
memperkuat atau
kesehatan dalam perilaku
meningkatkan kognitif
keluarga.
yang diinginkan atau
Kelas Q :
mengubah kognitif yang
Perilaku kesehatan
tidak tidak diinginkan.
Hasil yang
Intervensi :
menggambarkan
 4700 restrukturisasi
tindakan keluarga untuk
meningkatkan atau kognitif
memperbaiki kesehatan.
Level 3
5250 : Dukungan
membuat keputusan
Hasil :
 1606 berpartisipasi
dalam memutuskan
perawatan kesehatan

Kelas R : keyakinan

34
kesehatan
Hasil yang
menggambarkan ide dan
persepsi keluarga yang
mempengaruhi perilaku
sehat.

Hasil :
1700 keyakinan
kesehatan

Keluarga mampu 3. Keluarga Keluarga mampu


merawat anggota merawat
mampu merawat :
keluarga yang
sakit Kelas O : terapi
Level 1, Domain 4 : perilaku
Pengetahuan dan
Perilaku : Intervensi yang
Hasil yang dilakukan untuk
menggambarkan sikap, memperkuat atau
komprehensif dan meningkatkan perilaku
tindakan yang yang diinginkan atau
mendukung kesehatan. mengubah perilaku yang
tidak diinginkan.
Level 2 Kelas Q :
Perilaku sehat
Hasil menggambarkan Level 3
tindakan individu untuk Intervensi:
meningkatkan dan  4352 menegemen

35
memulihkan kesehatan. perilaku
Domain V : situasi
(berlebih/kurang
kesehatan yang
dirasakan perhatian)
Hasil menggambarkan  4410 Bantuan untuk
perasaan seseorang memodifikasi diri
terhadap kesehatan dan untuk mencapai
perawatan kesehatan. tujuan/harapan
 4480 Fasilitas
peningkatan
tanggung jawab
terhadap perilaku
diri

Level 1
Domain 5 : Keluarga
Perawatan yang
memberikan dukungan
pada keluarga.

Kelas X : Lifespan
Care
Intervensi untuk
memfasilitasi fungsi
keluarga dan
meningkatkan kesehatan

36
dan kesejahteraan
anggota keluarga
sepanjang
kehidupannya.

Intervensi :
 7040 dukungan
pemberi perawatan
 7100 : peningkatan
integritas keluarga
 7140 : dukungan
keluarga
 7150 : terapi
keluarga
 5370 : peningkatan
peran

37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Perawat Mahasiswa Yulita Kastera, S.Kep Alamat POS VII Sentani
Nama klien NY.D
Penyakit / masalah kesehatan Hipertensi

Tanggal / Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf


No. Keperawatan
Kamis 17 Domain 5 : 1. mengkaji tingkat pengetahuan keluarga klien mengenai S : Yulita
persepsi/kogni  Keluarga mengatakan belum
oktober malaria.
si
2. Berdiskusi denganklien tentang kondisi umumnya saat memahami tetang malaria
2019
Kelas 4 : ini dan keluahan yang dirasakan.  Klien mengatakan sudah tidak ada
Kognisi 3. Berdiskusi dengan keluarga klien tentang tindakan apa keluhan
saja yang telah klien lakukan terhadap masalah yang  Klien mengatakan kalau ada
Kurang
Pengetahuan sedang dialaminya. masalah kesehatan dalam
tentang keluarganya, langsung di bawa ke
penyakit
(100211994) puskesmas.
O:
Definisi :  Klien terlihat CM
Ketiadaan dan  N : 150/100 x/mnt
atau defisiensi  RR: 20x/mnt
informasi
 SB : 36,7°C

38
kognitif yang A: Masalah belum teratasi
berkaitan P : Pendidikan kesehatan tentang
dengan topik Hipertensi
tertentu.

Domain 1 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga klien S : Yulita


Promosi  Keluarga mengatakan belum
mengenai malaria
Kesehatan
2. Berdiskusi dengan klien tentang kondisi memahami sepenuhnya mengenai
Kelas 2 umumnya saat ini dan keluhan yang dirasakan pengertian, penyebab, tanda dan
Manajemen 3. Berdiskusi dengan keluarga klien tentang
gejala, penanganan, pencegahan
kesehatan
tindakan apa saja yang telah dilakukan terhadap masalah
malaria
Ketidakefektifa malaria yang sedang dialami.  Klien mengatakan anaknya sudah
n pemeliharaan
kesehatan tidak demam lagi setelah diberi
(00099 kompres air hangat
 Keluarga klien mengatakan sudah
melakukan pemeriksaan kesehatan

O:
 Klien terlihat : CM
 N : 150/100 x/mnt
 RR: 24x/mnt
 SB : 36,7°C
 Akral teraba hangat
A: Masalah belum teratasi
P:

39
Pendidikan kesehatan tentang
Hipertensi
Kamis 17 Ketidakefektifa Pendidikan kesehatan tentang Hipertensi S:
n pemeliharaan  Klien dan mengatakan paham
oktober
kesehatan
tentang Hipertensi
2019 (00099)
 Klien mengatakan akan melakukan
pencegahan Hipertensi.
Kurang O:
Pengetahuan  Klien tampak memperhatikan.
tentang  TTV
penyakit  Nadi : 120/80x/menit
(100211994)  RR : 24 x/mneit
 SB : 36,2°C
A : Masalah teratasi
P : lakukan evaluasi sabtu tgl 8 juni
2019
Kamis 18 Ketidakefektifa Evaluasi S: Yulita
n pemeliharaan  Klien dan mengatakan paham
oktober
kesehatan
tentang malaria
2019 (00099)
 Keluarga akan menjaga
Kurang lingkungan untk mencegah malaria
Pengetahuan
tentang O:
penyakit  Keluarga dapat menyebutkan
(100211994)
pengertian, tanda dan gejala serta

40
perawatan pasien malaria.
 TTV
 TD : 120/80
 Nadi : 88x/menit
 RR : 24 x/mneit
 SB : 36,3°C

A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

41
3 BAB IV
PEMBAHASAN

Selama melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada Ny.D Pada


klien dengan “Hipertensi” di Panti Jompo Sentani dari tanggal 10 oktober
2019 sampai 11 oktober 2019, penulis dapat mengetahui bahwa asuhan
keperawatan gerontik dalam penerapannya secara komprehensif yaitu bio,
psiko, social dan spiritual serta perbandingaan antara teori dan kasus nyata
di lapangan sebagai berikut:
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan cara awal bagi perawat untuk melakukan
asuhan keperawatan, dimulai dari pegumpulan data, melakukan
pengelompokkan data subjektif dan objektif yang kemudian dikaitkan antara
masalah satu dengan masalah yang lain sehingga didapatkan masalah yang
dihadapi klien
Proses pengkajian pada NY.D dilakukan pada tanggal 17 oktober 2019
di Panti Jompo Distrik sentani, penulis menemukan adanya keluhan utama
yaitu kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
Dengan demikian penulis dapat menerapkan teori dengan praktik yang
memiliki kesamaan danjuga yang tidak ada kesamaan dan semua
berhubungan dengan situasi, kondisi, koping, dan daya tahan tubuh individu
itu sendiri.Selain itu juga dapat tergantung pada berat ringannya penyakit
yang diderita klien serta sumber fasilitas (sarana) yang ada untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Berdasarkan hasil pengkajian keluarga klien penulis menemukan 2
diagnosis Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan
inforrmasi tentang penyakit hipertensi.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Keperawatan, yaitu :
Didalam penulisan penulis menggunakan prinsip keperawatan
berdasarkan skala prioritas masalah menurut Abraham Maslow yaitu dengan

42
mengutamakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kelangsungan hidup klien. Perencanaan
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang penulis rumuskan
berdasarkan hasil pengkajian kepada keluarga klien. Penulis membuat
perencanaan asuhan keperawatan, sebagai berikut :
Nama perawat Mahasiswa Ners: Yulita M.J Nama NY. D
Kastera penanggung
jawab/ KK :
Nama klien NY.D Alamat POS VII Sentani

3.3 Implementasi
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan tindakan keperawatan, akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan berpartisipasi
dalam melaksanakan tindakan keperawatan (Nursalam,2011).
Implementasi merupakan bagian dari tindakan yang telah
direncanakan. Dalam asuhan keperawatan gerontik NY.D dengan
“Hipertensi”, tindakan keperawatan yang dilakukan belum menemukan hasil
yang baik dalam asuhan keperawatan yang mandiri, sehingga masalah
keperawatan klien NY.D sudah teratasi dan ada perkembangan maka
intervensi keperawatan terus dilanjutkan.
Penulis menganalisa dan menemukan adanya faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam melakukan asuhan keperawatan antara lain:
 Faktor pendukung
o Fasilitas dan sarana yang tersedia saat melakukan pengkajian
o Dalam tahap pengkajian, penulis mendapatkan dukungan dari CI
Klinik memudahkan dalam melaksanakan pengkajian kepada klien
dan keluarga sehingga dapat terus terselesaikan
o Keterlibatan klien dan keluarga menerima penulis secara terbuka
sehingga memungkinkan pengkajian fisik dapat terselesaikan
o Data yang didapat dari teori sebagian besar ditemukan oleh penulis
dalam tinjauan kasus.
 Faktor penghambat

43
o Kurang lengkapnya data yang penulis jumpai dalam tinjauan kasus
jika dibandingkan dengan teori yang ada

3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan
tujuan melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah disusun
hal ini bisa diperoleh dari respon klien terhadap tindakan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana,
memodifikasi rencana, dan meneruskan rencana. Keberhasilan intervensi
keperawatan dalam memenuhi kebtuhan klien dievaluasi secara langsung oleh
penulis dari catatan perkembangan perawatan klien.

44
4 BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan gerontik dengan


klien NY. D dilakukan pada tanggal 18 oktober 2019 di Panti Jompo
Distrik sentani, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti
hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).
Dari hasil pengkajian yang ditemukan pada keluarga NY.D dengan
hipertensi yang sering menyerangyaitu dengan diagnosa Berdasarkan
hasil pengkajian keluarga klien penulis menemukan 2 diagnosis :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan inforrmasi
tentang penyakit hipertensi dan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.

5.2 . Saran

1. Bagi puskesmas dan petugas kesehatan


Diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang
tidak memiliki rumah yang sehat.Dan dapat memberikan penyuluhan
tentang rumah sehat.
2. Bagi mahasiswa
Agar mempunyai persiapan untuk ke lapangan dan menguasai teori
tentang Asuhan keperawatan keluarga.Sehingga dapat mempermudah
mahasiswa dalam praktek lapangan.
3. Bagi NY.D
Menjaga kebersihan rumah dan tetap berperilaku hidup bersih dan
sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I., (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.


45
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006).Profil Kesehatan 2005.
Jakarta.
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien
Duvall, E.M., (1997), Marriage and Family Development, Philadelphia; J.B.
Lippincott Company.
Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk
Keperawatan.Jakarta : USU Press.
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-
2002,Philadelpia,USA
Intansari (2010).Proses Keperawatan: NANDA, NOC & NIC. Penerbit: PT.
BukuKita, Jakarta.
Misnadiarly.(2008). Penyakit Malaria pada Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.
Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan
Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika.
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Padila.(2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Jogjakarta : Nuha Medika.
Rahmawati, dwi& hartono. (2012).Penyakit Malaria. Yogyakarta: Nuha Medika.
Slameto.(2006). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta:EGC.

46

Anda mungkin juga menyukai