Oleh:
OLEH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Asuhan
Keperawatan Gerontikdengan “Hipertensi” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.
Yulita kastera
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
2 BAB II..............................................................................................................3
2.1 KONSEP TEORI LANSIA.......................................................................3
2.1.1 Pengertian...........................................................................................3
2.1.2 Perubahan Pada Lansia......................................................................4
2.1.3 Batasan Lansia...................................................................................4
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia................................................................................5
2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan..................................5
2.1.6 Teori Proses Menua............................................................................5
2.1.7 Beberapa Masalah Khusus Pada Lanjut Usia....................................7
2.1.8 Karakteristik Penyakit Lansia di Indonesia.......................................9
2.2 KONSEP TEORI HIPERTENSI.............................................................12
2.2.1 Pengertian.........................................................................................12
2.2.2 Klasifikasi........................................................................................12
2.2.3 Etiologi.............................................................................................13
2.2.4 Patofisiologi.....................................................................................14
2.2.5 Pathway............................................................................................16
2.2.6 Manifestasi klinis.............................................................................16
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................17
2.2.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................17
2.2.9 Komplikasi.......................................................................................18
3 BAB IV..........................................................................................................46
a. Pengkajian...................................................................................................46
4.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................................46
4.3 Implementasi...........................................................................................47
4.4 Evaluasi...................................................................................................48
4 BAB V............................................................................................................49
5.1.Kesimpulan..................................................................................................49
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan
perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi
yang semakin parah.Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan
implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan
klien dengan gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan
yang tepat dan benar bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka
kesakitan serta kematian karena hipertensi dalam masyarakat.
2
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian (Setiati, 2009). Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU
No.43 (2004) adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle
age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut
Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54
tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki
usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65
tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang
3
berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Di
Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2004.
4
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000)
adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,
mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
e. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.
5
menyatakan bahwa proses menua normal, merupakan akibat
kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Setiati, 2009).
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak
berpasangan. Radikal bebas tersebut terbentuk sebagai hasil
sampingan berbagai proses selular atau metabolisme normal yang
melibatkan oksigen. Akibat perubahan pada struktur membran tersebut
membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa substansi
dan memungkinkan substansi tersebut melewati membran secara
bebas.Struktur didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga
diselimuti oleh membran yang mengandung lemak, sehingga mudah
diganggu oleh radikal bebas (Setiati, 2009).
Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan
mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik normal dari
sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran
sel atau kromosom sel. Lebih jauh, teori radikal bebas menyatakan
bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap didalam sel
sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi
ambang, maka radikal bebas mungkin berkontribusi pada perubahan-
perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan (Setiati, 2009).
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas
berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun
antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan
akibat radikal bebas tersebut (Setiati, 2009).
b. Teori glikosilasi
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik
yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai
advanced glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan
penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi
sehingga terjadi disfungsi pada hewan atau manusia yang menua.
Protein glikasi menunjukkan perubahan fungsional, meliputi
menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya degradasi protein
6
abnormal.Jika manusia menua, AGEs berakumulasi diberbagai
jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata.Karena jumlah
kolagen yang tinggi, maka jaringan ikat menjadi kurang elastis dan
kaku.Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding
pembuluh darah.AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan
karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki
perubahan pada DNA (Setiati, 2009).
c. Teori DNA repair
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow.Mereka menunjukkan
bahwa adanya perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA
yang diinduksi oleh sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas
yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur
maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA repair terbesar dan
korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata
(Setiati, 2009).
7
serta membatasi hidup, dapat menimbulkan reaksi takut, amarah dan
depresi. Sebaliknya, reaksi emosional yang berlebihan dapat
memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan penyakit lain yang
sebelumnya masih ringan (Maramis, 2009).
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhawatirannya terhadap
ketidak mampuan fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap
kematian. Ada yang dengan tenang menyiapkan diri dan mengatur hal-
hal duniawi (warisan, makam dan sebagainya) dalam menghadapi hal
yang tidak dapat dielakkan tersebut.Kadang-kadang memang timbul
depresi atau penyangkalan dan kompensasi (yang berlebihan) terhadap
hal mati (Maramis, 2009).
8
diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh,
tetapi cukup untuk melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga
berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang,
akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme
dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan
(Maramis, 2009).
9
g. Penyakit keganasan, seperti kanker.
h. Penyakit lainnya, seperti dimensia, alziemer, depresi, parkinson
(Haryono, 2013).
Selain penyakit yang telah disebutkan di atas ada tujuh penyakit
kronik degeneratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:
a. Osteoartritis (OA)
Osteoartritis adalah peradangan sendi yang biasa disebut juga dengan
rematik, terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan
perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidak mandirian pada
usia lanjut, yang dipertinggi resikonya karena trauma, penggunaan
sendi berlebihan dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana
masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis
osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama
dua dekade pertama setelah menopouse, sedangkan tipe II adalah
hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi
vitamin D.
c. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan
jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular atau pembuluh darah
(hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi), trauma kepala
merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap
terjadi pada wanita dan individu pendidikan rendah.
d. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah
sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang
masih sehat.Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu
sebab, sehingga sel tidak bisa menjalankanfungsinya dengan
normal.Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan,
10
mulai dari yang ringan sampai sangat berubah dari keadaan awal
(kanker).
e. Diabetes mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana
gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi
ini dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, dimana kadar gula
darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dL dan kadar gula
darah saat puasa diatas 126 mg/dL. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai
ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM.
Beberapa gejala adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
mudah lelah, berat badan terus menurun, dan luka yang sulit sembuh.
f. Penyakit jantung coroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu.Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak
napas.
g. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi
dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada
proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu
terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis),
serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal (Haryono, 2013).
2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti
hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).
Menurut Tom Smith (1991), hipertensi atau yang lebih dikenal
dengan tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
11
Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari
tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal
adalah refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi
puerperal.
Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang
berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh
kekuatan jantung ketika memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan
kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-duanya secara
terus menerus.
2.2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan
oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal.Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup
± 90% dari kasus hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial.Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini
menyangkut ± 90% dari kasus-kasus hipertensi.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
b. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.
2.2.3 Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal.Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang
dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih
banyak menyerang wanita dari pada pria.
12
Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang
merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan.
Menurut penyebabnya hipertensi dibagi 2 yaitu:
a. Hipertensi primer
Ada beberapa hal yang mempengaruhi hipertensi primer antara lain:
Asupan garam yang tinggi
Stress psikologis
Obesitas
Aterosklerosis
Hipertensi skunder
b. Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya biasanya disertai dengan
keluhan dari penyakit yang menyebabkan hipertensi:
Penyakit ginjal
Glomerulus penyakit akut
Penyempitan arteri renalis
Penyakit metabolic
Diabetes militus
2.2.4 Patofisiologi
13
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
14
2.2.5 Pathway
- Nyeri Kepala
-kelemahan fisik ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
-<pngetahuan ttg hipertensi
-Resiko cidera (perdarahan pd Kurangnya informasi mengenai penyakit.
pembuluh darah di otak) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol makan klien.
- Resiko terjadinya penyakit (DHF
& ISPA)
15
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
Gejala dan tanda yang bisa timbul pada penyakit hipertensi adalah:
Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
Pandangan kabur
Terjadi peningkatan tekanan darah
Mata berkunang-kunang
Jantung berdebar-debar
Badan terasa lemah
Perubahan emosi (mudah marah)
Telinga sering berdenging
Rasa pegel dibahu huingga tengkuk
16
Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung vaskularisasi atau aorta
yang lebar.
d. Ekokardiogram
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi diastolik dan sistolik.
2.2.9 Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala tekanan stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, lambung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Novianty, 2006).
2. Infark Miokard
Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
17
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Corwin, 2000).
4. Encefalopati (Kerusakan otak)
Tanda gejala dari encefalopati diantaranya nyeri kepala hebat,
berubahnya kesadaran, kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia,
mual dan muntah-muntah (Stein, 2001).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat).Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.Neron-neron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
18
BAB III
Asuhan Keperawatan padaNy. D dengan Hipertensi
Di Panti Jompo Distrik Sentani
1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : NY. D
Umur : 61tahun
Alamat : Pos VII Sentani
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Timur
Agama : kristen katolik
Status Perkawinan : Kawin (meninggal)
Tanggal Pengkajian : kamis 10 oktober 2019
Komposisi Keluarga
NO INISIAL UMUR L/P HUB KK PDDK PRKRJAAN AGAMA
1 Tn..D 61 P ISTRI SD IRT K. katolik
2 NY.S 36 P Anak SMP IRT Kr. katolik
3 TN.F 26 L Anak SMK Satpam Kriten
4 TN.R 25 L anak SMK Satpam Kriten
Genogram
19
+
+ + +
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
20
b. Integumen
Kulit berwarna kulit hitam, turgor kulit menurun, tekstur lembut, tidak
bersisik, lesi (-), hiperpigmentasi wajah (+), bengkak (-)
c. Kepala
Rambut sebagian besar berwarna hitam keputih putihan , distribusi rambut
merata, lesi (-), ketombe (-).
d. Mata
Kedua mata simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak anemis, gerakan
mata normal, penglihatan klien cukup baik.
e. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran cukup baik.
f. Mulut dan Tenggorok
Mukosa mulut lembap, gigi sudah banyak yang tanggal (geraham bawah
kanan serta geraham atas kanan), sakit menelan (-)
g. Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
h. Sistem Pernapasan
Pergerakan dada simetris, ronkhi (-), wheezing (-), sesak napas (-), RR:
20x/menit
i. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, sianosis pada bibir (-), TD:150/90mmHg,
N:84x/menit
j. Sistem Gastrointestinal
Perut datar, bising usus (+), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba
k. Sistem Perekemihan
Nyeri saat BAK (-),urine berwarna kuning terang, frekuensi BAK 4-5x
sehari.
l. Sistem Muskuloskeletal
Klien dapat menggerakkan seluruh ekstremitas (ROM penuh), klien dapat
mengikuti aktivitas kegiatan sehari-hari (ADL) tanpa bantuan orang lain.
m. Sistem Saraf Pusat
21
NI : klien dapat membedakan bau-bauan
N II : klien tidak mampu melihat objek dan tulisan dengan jelas
pada jarak 40 cm, sehingga klien menggunakan kaca mata
N III, IV, VI : reflek pupil normal, mampu menggerakkan bola mata ke
segala arah
NV : klien mampu mengunyah dengan baik
N VII : wajah simetris
N VIII : klien mampu mendengar dengan baik
N IX, X, XII : klien mampu menelan dengn baik
N XI : kekuatan otot masih baik, klien mampu berdiri tegak.
22
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ”Ya”
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
Interpretasi :
kondisi emosional klien kurang baik, Klien mengalami masalah emosional
karena sukar tidur
Spiritual
- Klien beragama kristen protestan, klien mengikuti kegiatan keagamaan
yang diadakan di lingkungan sekitar yaitu ibadah mingguan di rumah salah
satu jemaat dan ibadah mingguan di gereja setiap minggunya.
- Klien mengatakan bahwa klien bersyukur dngan keadaannya sekarang
dirumah, apapun yang terjadi klien pasrah kepada Tuhan.
23
4 Personal toilet (cuci Frekuensi : 2x/hari
muka, menyisir 0 5
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet
(membuka pakaian,
5 10
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 10 Frekuensi : 2x/hari
7 Jalan di permukaan
0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) Frekuensi : 1x/hari
5 10 Konsistensi : normal
(lembek)
11 Kontrol bladder Frekuensi : 5-6x/hari
(BAK) 5 10 Warna : normal
(kuning)
12 Olahraga/latihan Frekuensi : setiap pagi
5 10
Jenis : jalan pagi
13 Rekreasi/pemanfaatan Frekuensi : sewaktu-
waktu luang 5 10 waktu
Jenis : rekreasi
Skore total 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total
24
√ 04 Dimana alamat anada?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
√ 10
angka baru, semua secara menurun
9 0 SCORE TOTAL 10
Interpretasi hasil
a. salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
25
(untuk disebutkan)
Obyek kaca
Obyek pintu
Obyek tiang
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat
93 √
5 2
86 √
79
72
65
4 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing
3 3 obyek
Objek kaca
Objek pintu
Objektiang
5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
meja
kursi
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: ”tak ada, jika, dan, atau, tetapi”.
Bila benar, nilai 1 point.
Pernyataan benar 3buah (contoh: tak
ada, jika, tetapi).
Minta klien uuntuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
”ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”
26
Ambil kertas di tangan anda √
Lipat dua √
Taruh di lantai √
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)
”tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat atau menyalin gambar
Tulis satu kalimat ”saya sedang
menggambar”
Menyalin gambarpohon kelapa
TOTAL NILAI 30 26
Interpretasi hasil:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
1.5 Pengkajian Keseimbangan
KRITERIA JUMLAH
a. perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan 0
mata terbuka
tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan,
akan tetapi lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan
atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak 0
stabil pada saat berdiri pertama kali
duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
menjatuhkan diri ke kursi, duduk di tengah kursi
bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan
mata tertutup
tidak bangun dari tempat tidur dengan seklai gerakan, 0
27
akan tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan
atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak
stabil pada saat berdiri pertama kali 0
duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup
menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan 1
menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata
terbuka
klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk 0
dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata
tertutup 1
klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk
dukungan, kaki menyentuh sisi-sisinya
perputaran leher (klien sambil berdiri)
menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan 0
membungkuk
0
tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk
bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras
0
untuk bangun
b. komponen gaya berjalan atau pergerakan
minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan
0
berjalan pelan-pelan
ketinggian langkah kaki
28
kaki naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau 0
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
kontinuitas langkah kaki 0
setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki satu per satu secara
bergantian
kesimetrisan langkah
langkah simetris, namun pelan-pelan 0
berbalik
berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan
SCORE TOTAL 2
interpretasi hasil:
0.5 : resiko jatuh rendah
6.10 : resiko jatuh sedang
11.15 : resiko jatuh tinggi
29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Perawat Mahasiswa Yulita M.J Kastera
S.Kep
Nama klien NY.D Alamat Pos VII Sentani
Penyakit / masalah kesehatan Hipertensi
30
: merawat pemahaman individu
dalam mengaplikasikan
Kesadaran anggota
informasi untuk
compos keluarga yang meningkatkan,
memelihara, dan
mentis sakit dan
menjaga kesehatan.
TTV : melakukan Level 3
TD = 150/90 Level 3 Intervensi :
tindakan
Hasil : 1. 5602 pengajaran :
mmHg mencegah 1837 pengetahuan :
prose penyakit
N = 84 Hipertensi manajemen malaria 2. Kaji tingkat
x/menit Keluarga 1843 : pengetahuan : pengetahuan pasien
RR = dapat manajemen panas. terkait dengan proses
memodifikasi Knowledge : disease
22x/menit penyakit yang
lingkungan proces
S = 37˚ C spesifik.
Knowledge : health
3. Jelaskan mengenai
Dapat behavior.
Kriteria Hasil : proses penyakt
memanfaatkan
Pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
fasilitas 4. Review pengetahuan
menyatakan
kesehatan. pasien mengenai
pemahaman tentang
penyakit, kondisi kondisinya.
prognosis dan
Jelaskan tanda dan
program pengobatan. gejala yang umum dari
Pasien dan keluarga penyakit sesuai
31
mampu kebutuhan.
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.
32
mengelola dan/atau Tanda dan kesehatan penyakit. Level 2
mencari bantuan Kelas 2 : Penkes
gejala
untuk Level 2 Intervensi yang
mempertahankan hipertensi Kelas S : Pengetahuan memfasilitasi keluarga
kesehatan. Penyebab kesehatan untuk belajar.
Hasil yang
hipertensi menggambarkan Level 3
pemahaman keluarga 5510 Penkes pengajaran
dalam memanfaatkan
proses penyakit yang
informasi untuk
meningkatkan,
mempertahankan dan
memperbaiki kesehatan.
Level 3
1803 : pengetahuan
tentang proses
penyakit
1844 : pengetahuan
manajemen sakit
akut
1805 : pengetahuan
perilaku sehat
1823 : pengetahuan
promosi kesehatan
1855: pengetahuan
33
gaya hidup sehat
Kelas R : keyakinan
34
kesehatan
Hasil yang
menggambarkan ide dan
persepsi keluarga yang
mempengaruhi perilaku
sehat.
Hasil :
1700 keyakinan
kesehatan
35
memulihkan kesehatan. perilaku
Domain V : situasi
(berlebih/kurang
kesehatan yang
dirasakan perhatian)
Hasil menggambarkan 4410 Bantuan untuk
perasaan seseorang memodifikasi diri
terhadap kesehatan dan untuk mencapai
perawatan kesehatan. tujuan/harapan
4480 Fasilitas
peningkatan
tanggung jawab
terhadap perilaku
diri
Level 1
Domain 5 : Keluarga
Perawatan yang
memberikan dukungan
pada keluarga.
Kelas X : Lifespan
Care
Intervensi untuk
memfasilitasi fungsi
keluarga dan
meningkatkan kesehatan
36
dan kesejahteraan
anggota keluarga
sepanjang
kehidupannya.
Intervensi :
7040 dukungan
pemberi perawatan
7100 : peningkatan
integritas keluarga
7140 : dukungan
keluarga
7150 : terapi
keluarga
5370 : peningkatan
peran
37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Perawat Mahasiswa Yulita Kastera, S.Kep Alamat POS VII Sentani
Nama klien NY.D
Penyakit / masalah kesehatan Hipertensi
38
kognitif yang A: Masalah belum teratasi
berkaitan P : Pendidikan kesehatan tentang
dengan topik Hipertensi
tertentu.
O:
Klien terlihat : CM
N : 150/100 x/mnt
RR: 24x/mnt
SB : 36,7°C
Akral teraba hangat
A: Masalah belum teratasi
P:
39
Pendidikan kesehatan tentang
Hipertensi
Kamis 17 Ketidakefektifa Pendidikan kesehatan tentang Hipertensi S:
n pemeliharaan Klien dan mengatakan paham
oktober
kesehatan
tentang Hipertensi
2019 (00099)
Klien mengatakan akan melakukan
pencegahan Hipertensi.
Kurang O:
Pengetahuan Klien tampak memperhatikan.
tentang TTV
penyakit Nadi : 120/80x/menit
(100211994) RR : 24 x/mneit
SB : 36,2°C
A : Masalah teratasi
P : lakukan evaluasi sabtu tgl 8 juni
2019
Kamis 18 Ketidakefektifa Evaluasi S: Yulita
n pemeliharaan Klien dan mengatakan paham
oktober
kesehatan
tentang malaria
2019 (00099)
Keluarga akan menjaga
Kurang lingkungan untk mencegah malaria
Pengetahuan
tentang O:
penyakit Keluarga dapat menyebutkan
(100211994)
pengertian, tanda dan gejala serta
40
perawatan pasien malaria.
TTV
TD : 120/80
Nadi : 88x/menit
RR : 24 x/mneit
SB : 36,3°C
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
41
3 BAB IV
PEMBAHASAN
42
mengutamakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kelangsungan hidup klien. Perencanaan
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang penulis rumuskan
berdasarkan hasil pengkajian kepada keluarga klien. Penulis membuat
perencanaan asuhan keperawatan, sebagai berikut :
Nama perawat Mahasiswa Ners: Yulita M.J Nama NY. D
Kastera penanggung
jawab/ KK :
Nama klien NY.D Alamat POS VII Sentani
3.3 Implementasi
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan tindakan keperawatan, akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan berpartisipasi
dalam melaksanakan tindakan keperawatan (Nursalam,2011).
Implementasi merupakan bagian dari tindakan yang telah
direncanakan. Dalam asuhan keperawatan gerontik NY.D dengan
“Hipertensi”, tindakan keperawatan yang dilakukan belum menemukan hasil
yang baik dalam asuhan keperawatan yang mandiri, sehingga masalah
keperawatan klien NY.D sudah teratasi dan ada perkembangan maka
intervensi keperawatan terus dilanjutkan.
Penulis menganalisa dan menemukan adanya faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam melakukan asuhan keperawatan antara lain:
Faktor pendukung
o Fasilitas dan sarana yang tersedia saat melakukan pengkajian
o Dalam tahap pengkajian, penulis mendapatkan dukungan dari CI
Klinik memudahkan dalam melaksanakan pengkajian kepada klien
dan keluarga sehingga dapat terus terselesaikan
o Keterlibatan klien dan keluarga menerima penulis secara terbuka
sehingga memungkinkan pengkajian fisik dapat terselesaikan
o Data yang didapat dari teori sebagian besar ditemukan oleh penulis
dalam tinjauan kasus.
Faktor penghambat
43
o Kurang lengkapnya data yang penulis jumpai dalam tinjauan kasus
jika dibandingkan dengan teori yang ada
3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan
tujuan melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah disusun
hal ini bisa diperoleh dari respon klien terhadap tindakan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana,
memodifikasi rencana, dan meneruskan rencana. Keberhasilan intervensi
keperawatan dalam memenuhi kebtuhan klien dievaluasi secara langsung oleh
penulis dari catatan perkembangan perawatan klien.
44
4 BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
5.2 . Saran
DAFTAR PUSTAKA
46