Anda di halaman 1dari 85

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS


GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK JAM’MIATUL
MUSLIMIN YAPIS PADANG BULAN PERUMNAS 4

Diajukan oleh :

20140811024068

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal 29 Juni 2018

Tim Penguji

Ketua Penguji

Juliawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.An
NIP 19710712 200912 2 001 …………………………

Anggota I
Conny Tan,S.Kep.,Ns M.Kep
NIP 19710702 199703 007 …………………………
Anggota II
Qoriah, Ns.,M.Kep
NIP 19801024 200912 2 001 …………………………
Anggota III
Marsi M. Kolotjutju.,S.Kep.,Ns …………………………

Mengetahui
Ketua Prodi Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

Jhon Toding Padang, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B


NIP: 19780607 200812 1 004

ii
PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa

hasil Penelitian yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS


GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK JAM’MIATUL
MUSLIMIN YAPIS PADANG BULAN PERUMNAS 4

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Lilik Darwiati


Nim : 20140811024068

Telah disetujui sebagai usulan hasil Penelitian dan dinyatakan


telah memenuhi syarat untuk diujikan

Pembimbing I Pembimbimg II

Juliawati S.Kp.,M.Kep,Sp.Kep.An Conny Tan, S.Kep,.Ns.,M.Kep


NIP: 19710712 200912 2 001 NIP: 19710702 199703 007

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri, disusun berdasarkan pedoman tata cara

penulisan skripsi program studi ilmu keperawatan. Semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar

Demikian pernytaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyataan yang tidak benar, saya bersedia bertanggung jawab dan menerima

segala tindakan atau sanksi sesuai ketentuan hokum dan undang-undang.

Jayapura, Juni 2018

Pembuat Pernytaan

Lilik Darwiati
20140811024068

iv
NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS


GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK JAM’MIATUL
MUSLIMIN YAPIS PADANG BULAN PERUMNAS 4

DISUSUN OLEH :

Lilik Darwiati
20140811024068

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal

Riset penelitian disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbimg II

Juliawati S.Kp.,M.Kep,Sp.Kep.An Conny Tan, S.Kep,.Ns.,M.Kep


NIP: 19710712 200912 2 001 NIP: 19710702 199703 007

v
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK JAM’MIATUL
MUSLIMIN YAPIS PADANG BULAN PERUMNAS 4

Lilik Darwiati1 . Juliawati2. Cony Tan3


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
2-3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Abstrak

Anak usia prasekolah (4-5 tahun) merupakan usia persiapan anak untuk memasuki
sekolah dasardan berisiko mengalami masalah gizi. Prevalensi PSG kota jayapura gizi
kurang 76%dan gizi lebih 2,8%.Gizi kurang berdampak pada gangguan kognitif,
gangguan kesehatan lainnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi anak prasekolah di TK Jam,Miatuk Muslimin Yapis
padang Bulan Perumnas 4. Desain penelitian yang digunakan pendekatan cross-
sectional. Teknik yang digunakan yaitu total sampling, dengan responden 52 anak.
Penelitian ini dilaksanakan di di TK Jam,Miatuk Muslimin Yapis padang Bulan
Perumnas 4 pada bulan Mei 2018. Hasil analisis Chi-Square didaptkan ada hubungan
bermakna antara usia ibu dengan status gizi anak ( Pvalue=0,011<α 0,005 ), tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin anak, usia anak, pendidikan orangtua,
pendapatan orangtua, pekerjaan orangtua, jumlah anak, pengetahuan orangtua dengan
status gizi anak prasekolah. Disarankan untuk melakukan upaya tentang perbaikan
gizi melalui suatu penelitian.

Kata Kunci : Anak Prasekolah, Status gizi


Daftar Pustaka: 2003-2015

vi
FACTORS CONNECTED WITH NUTRITION STATUS ON CHILDREN
AGE OF PRASEKOLAH IN TK JAM'MIATUL MUSLIMIN YAPIS PADANG
BULAN PERUMNAS 4

Lilik Darwiati1 . Juliawati2. Cony Tan3


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
2-3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Abstrac

Preschoolers (4-5 years old) are the age of preparing to enter a primary school and are
at risk of developing nutritional problems. Prevalence of PSG of jayapura city of
nutrient less 76% and more nutrition 2,8%. Nutrition has less impact on cognitive
disorder, other health problem. This study aims to analyze factors related to
nutritional status of preschool children in kindergarten Jam, Miatuk Muslimin Yapis
padang Perumnas 4. Design research used cross-sectional approach. The technique
used is total sampling, with respondents 52 children. This research was conducted at
TK Jam, Miatuk Muslimin Yapis Padang Perumnas 4 month in May 2018. The result
of Chi-Square analysis was found to have significant correlation between maternal
age with nutritional status of children (Pvalue = 0,011 <α 0,005), no significant
relationship between the sex of the child, the age of the child, parental education,
parental awareness, parent occupation, number of children, knowledge of parents
with nutritional status of preschooler. It is recommended to make efforts on
improving a research

Keywords: Preschooler, Nutritional Status


References: 2003-2015

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
hikmat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Usia Prasekolah
Di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4”

Skripsi ini dapat terwujud atas bimbingan, pengarahan atau bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir.Apolo Safanpo,ST.,M.T, selaku rektor Universitas Cenderawasih


2. Bapak dr. Trajanus L. Jambise, Sp.B selaku pimpinan Fakultas Kedokteran
Universitas cenderawasih
3. Bapak John Toding Padang, S.Kep.,M.Kep.,Ns,Sp.Kep.MB Selaku ketua
program studi ilmu keperawatan Universitas Cenderawasih
4. Ibu Juliawati S.Kp.,M.Kep,Sp.Kep.An selaku pembimbing I atas arahan dan
bimbingan dalam penyusunan proposal
5. Ibu Conny Tan, S.Kep,.Ns.,M.Kep selaku pembimbing II atas arahan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Cenderawasih
7. Kedua orang tua saya (Bapak Darwis dan Mujirah ) yang telah memberi
motivasi serta doa terhadap saya sehingga tersusunnya skripsi ini
8. Kedua kakak saya Mulyono dan Nurwahida yang telah member motivasi dan
dukungan kepada saya
9. Untuk kedua Bapak/Ibu mertua saya yang telah memberi doa dan dukungan
kepada saya
10. Seseorang pendamping saya Ardianto Dwi Saputra yang selalu memberikan
semangat, nasehat dan motivasi serta doa sehingga saya dapat menyusun
skripsi ini

viii
11. Kepada sahabat saya ja’ambiba Girls ( Unna, Novi, Yulita, Wahyu ) yang
saling mendukung dan memberi motivasi.
12. Rekan – rekan mahasiswa program studi ilmu keperawatan angkatan VIII
yang tidak bisa disebutkan satu - persatu, yang telah menemani hari – hari
penulis selama mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan


skripsi ini dari segi penyusunan masih jauh dari kesempurnaan dan tidak sepenuhnya
menuntaskan masalah yang dihadapi dan dipertanyakan. Untuk itu kritik dan saran
sangatlah penulis harapkan demi perbaikan kedepan.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Doa serta
harapan dari penulis kiranya Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan dan menyertai
kita dalam menjalankan tugas serta meniti karir hidup ini kedepan.

Jayapura, Juni 2018

Penulis

ix
DARTAR ISI
Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN iii
HALAMAN ORISANILITAS iv
NASKAH PUBLIKASI v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
1.1. Latar Belakang viii
x
BAB IV HASIL PENELITIAN
Distribusi frekuensi karakteristik Anak berdasarkan jenis xii
kelamin
xiii
ambaran karakteristik responden orang tua berdasarkan usia,
pendidikan, ekonomi, pekerjaan, jumlah anggota xiv
keluarga dan pengetahuan orang tua
xv
ubungan antara usia, pendidikan, ekonomi, pekerjaan, jumlah
anggota keluarga dan pengetahuan orang tua 1
3
2
4
4
4
ubungan jenis kelamin dengan status gizi di TK Jam’Miatul
5
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
5
Hubungan usia anak dengan status gizi di TK Jam’Miatul
5
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
5
Hubungan usia orang tua dengan status gizi di TK Jam’Miatul
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
6
Hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi di TK
6
Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
6
Hubungan pendapatan dengan status gizi di TK Jam’Miatul
7
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
9
ubungan pekerjaan orang tua dengan status gizi di TK
10
Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
10
Hubungan Jumlah anak dengan status gizi di TK Jam’Miatul
10
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
11
Hubungan pengetahuan dengan status gizi di TK Jam’Miatul
17
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
19
20
20
20
x
21
24

25
25
26
27
28
29
29
29
31
31
33

45
45

45

36
36

37
39
39
39

40

45
45
45
44
46

49

51

52

53

55

56
xi
57

58
60
61

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka teori........................................................................................................
23
Bagan 1.2 Kerangka konsep .......................................................................................................
24

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Katagori dan ambang batas status giz 16


Tabel 1.2. Angka kecukupan gizi 19
Tabel 1.3. Definisi operasional ………………………………………………….. 21
Tabel 4.1. Frekuensi dan persentase krakteristik anak berdasarkan jenis kelamin 35
Tabel 4.2. Frekuensi dan persentase krakteristik anak berdasarkan usia ………. 36
Tabel 4.3. Frekuensi dan persentase status gizi pada anak prasekolah…………. 36
Tabel 4.4. Frekuensi dan persentase usia orang tua ……………………………. 37
Tabel 4.5. Frekuensi dan persentase pendidikan orang tua ……………………. 37
Tabel 4.6. Frekuensi dan persentase pekerjaan orang tua ……………………... 38
Tabel 4.7. Frekuensi dan persentase pendapatan orang tua ……………………. 38
Tabel 4.8. Frekuensi dan persentase jumlah anak anggota keluarga orang tua ... 39
Tabel 4.9. Frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua …………………... 39
Tabel 4.10. Hubungan jenis kelamin dengan status gizi pada anak………………. 40
Tabel 4.11. Hubungan usia anak dengan status gizi pada anak ………………….. 40
Tabel 4.12. Hubungan usia orang tua dengan status gizi pada anak …………….. 41
Tabel 4.13. Hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi pada anak …….. 42
Tabel 4.14. Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi pada anak …….. 42
Tabel 4.15. Hubungan pekerjaan orang tua dengan status gizi pada anak ……… 43
Tabel 4.16. Hubungan jumlah anak dengan status gizi pada anak ……………… 43
Tabel 4.17. Hubungan pengetahuan dengan status gizi pada anak ……………... 44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan menjadi Responden


Lampiran 2 Kuisioner penelitian
Lampiran 3 Jadwal penelitian
Lampiran 4 Surat permohonan izin pengambilan data awal
Lampiran 5 Surat pengembalian pengambilan data awal
Lampiran 6 Surat izin penelitian
Lampiran 7 Surat pengembalian keterangan penelitian
Lampiran 8 Antropometri penilaian status gizi
Lampiran 9 Data pengukuran tinggi badan dan berat badan
Lampiran 10 Uji statistik

xv
DAFTAR SINGKATAN

BB Berat Badan
TB Tinggi Badan
LLA Lingkar Lengan Atas
FRS Figure Rating Scale
IMT/U Indeks Massa Tubuh/Umur
WHO World Health Organization
TNI Tentara Nasional Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PSG Pemantauan Status Gizi
FRS Figure Rating Scale
FAO Food and Agriculture Organization
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
UMP Upah Minimum Pegawai
BMI Body Mass Index
m meter
KEP Kekurangan Energi Protein
KEMENKES Kementirian Kesehatan
TK Taman Kanak-kanak
AKG Angka Kecukupan Gizi
Cm centimeter
Kg kilo gram

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Status gizi penting pada anak prasekolah karena di masa ini otak sangat

membutuhkan suplai nutrisi dalam pertumbuhannya. Salah satu penyebab

timbulnya masalah status gizi pada anak pra sekolah adalah akibat pola asuh

anak yang kurang tepat seperti kurang memperhatikan asupan makan anak

karena orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah. Pemberian makanan dan

penyusunan menu yang seimbang merupakan hal yang penting agar tidak

terjadi masalah status gizi pada anak prasekolah ( Marmi, 2013 ).

Usia prasekolah (4-5 tahun) merupakan usia persiapan anak untuk

memasuki sekolah dasar. Pada usia ini anak belum mampu memilih sendiri

makanan yang baik untuk dikonsumsi. Orang tua sebagai orang terdekat sangat

berperan penting memperhatikan kebiasaan makan yang baik dan asupan nutrisi

yang dibutuhkan. Anak prasekolah adalah anak berusia 4-5 tahun usia tersebut

merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan

terutama fungsi bahasa, kognitif dan emosi. Pertumbuhan dan perkembangan

dapat dicapai dengan optimal dengan memperoleh pada usia prasekolah

mengalami masalah kesehatan, melainkan masalah gizi.

World Health Organization (WHO, 2015) melaporkan status gizi anak di

dunia dengan prevalensi kekurusan sekitar 13,9% jumlah anak yang mengalami

kekurusan sebanyak 93,4 juta orang. Salah satu masalah gizi yang masih tetap

terjadi hingga saat ini yaitu malnutrisi. Malnutrisi menurut WHO merupakan

1
2

kondisi medis yang disebabkan oleh asupan atau pemberian nutrisi yang tidak

benar maupun yang tidak mencukupi, malnutrisi lebih sering dihubungan dengan

asupan nutrisi yang kurang undernutrition (gizi kurang) dan overnutrition (gizi

lebih). Seseorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi makanan

dengan jumlah, jenis, dan kualitas gizi yang memadai.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) didapatkan terjadi penurunan

prevalensi tahun 2010. Kurang gizi pada balita 17,9%. pada anak 13,3%. Pada

tahun 2013 didapatkan status gizi anak umur 5-12 tahun menurut indeks massa

tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%, terdiri

dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus. Masalah gemuk pada anak di Indonesia

juga masih tinggi dengan prevalensi 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat

gemuk (obesitas) 8,8 %, sedangkan prevalensi pendek yaitu 30,7%

(Riskesdas,2013)

Data pemantauan status gizi (PSG) Dinas Kesehatan Kota Jayapura

tahun 2010 diketahui terdapat 3,4% balita gizi buruk, 17,8% gizi kurang, 76%

gizi baik, dan 2,8% gizi lebih.sedangkan Pada tahun 2011, Dinas Kesehatan

Kabupaten Jayapura mencatat kasus gizi buruk sebanyak 37 bayi dan balita.

sedangkan Provinsi Papua berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 untuk berat

badan menurut umur (BB/U) diketahui prevalensi gizi buruk sebesar 6,3% dan

gizi kurang sebesar 10%.

Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut hirarki faktor risiko

status antropometri yang diadaptasi dari (Wamani 2006), dalam Lesiapetto

2010); (Hien 2009) terdiri dari: a) inherent factor (usia dan jenis kelamin); b)
3

distal factors (faktor sosial ekonomi: tempat tinggal, etnis, tingkat pendidikan

ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga perkapita, pengetahuan, usia ibu); c)

intermediate factors (fakor lingkungan: ukuran rumah, struktur rumah, jenis

jamban (latrine), sumber air; faktor ibu: usia ibu ketika melahirkan, Indeks massa

tubuh ibu, jumlah anak). Dan dalam penelitian saya yang saya teliti adalah

inherent factor ( usia dan jenis kelamin), distal factor ( pekerjaan orang

tua,pendidikan orang tua,pendapatan orang, pengetahuan orang tua, dan usia

ibu), intermediate factor ( jumlah anggota anak).

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan april 2018 didapatkan jumlah

siswa/i di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang bulan Perumnas 4 sejumlah 52

orang. Dan pada saat pengambilan data awal terhadap 5 orang siswa/i didapatkan

hasil perhitungan IMT/U 3 orang dengan BB: 16 kg TB: 110 cm dengan katagori

kurus dan 2 orang dengan BB: 18 kg TB: 110 cm kategori normal, sehingga

peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi anak usia prasekolah di TK tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Peneliti merumuskan penelitian “Apakah Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Status Gizi Anak Prasekolah Di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang

Bulan Perumnas 4”
4

1.3 . Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak

usia prasekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan

Perumnas 4

1.3.2.Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik pada anak berdasarkan usia, jenis kelamin,

berat badan, tinggi badan di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang

Bulan Perumnas 4

b. Mengetahui status gizi anak usia sekolah di TK Jam’miatul

Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

c. Mengetahui karakteriktik orang tua berdasarkan usia, pendidikan,

ekonomi, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan

dari anak pra sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang

Bulan Perumnas 4

d. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi

anak berdasarkan jenis kelamin anak, usia amak, usia orangtua,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan orang tua, jumlah anak anggota

keluarga, dan pengetahuan terhadap status gizi pada anak pra

sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan

Perumnas 4
5

1.4 . Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

Agar menjadi penambahan wawasan dan pengembangan skil mahasiswa

serta mengaplikasikan keilmuan yang didapat dalam penelitian

1.4.2. Bagi sekolah

Sebagai salah satu sumber informasi mengenai status gizi anak didiknya

sehingga dapat dipantau status gizi secara lebih teratur lagi demi sumber

daya manusia akan pentingnya status gizi yang baik .

1.4.3. Bagi Keperawatan

Meningkatkan wawasan atau sumber pengetahuan daan keterampilan

perawat tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

Anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Usia Pra Sekolah

2.1.1. Pengertian anak usia prasekolah

Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah usia 3-6

tahun (Potter & Perry, 2009). Pengertian yang sama juga dikemukakan

oleh Hockenberry & Wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan

usia perkembangan anak antara usia 3-6 tahun. Pada usia anak

dipersiapkan untuk hidup yaitu masuk sekolah dengan

mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif,

spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah memiliki

kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat

mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang

berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011)

2.1.2. Perkembangan Anak Prasekolah

Perkembangan usia anak prasekolah merupakan perkembangan

yang berlanjut dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik

(Hidayat, 2010). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah

(inisiative vs guilty) Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi anak

berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di

sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam usia prasekolah

6
7

belum mampu membedakan hal yang abstrak dan tidak abstrak. Menurut

Wong (2009) proses pertumbuhan dan perkembangan bersifat dinamis.

dimana terjadi sepanjang siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah

akan mengalami proses perubahan baik dalam pola makan, proses

eliminasi dan perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian

(Hidayat, 2009)

Menurut Hidayat (2009) pada masa usia prasekolah terjadi Proses

perkembangan pada anak dibagi menjadi beberapa antara lain :

a. Perkembangan biologis

Anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik

yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg pertahun

dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4

tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah dengan

perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata

pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi

badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm

pada usia 5 tahun (Wong , 2009). Pada perkembangan motorik, anak

mengalami peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang sudah

dipelajari sebelumnya seperti berjalan, berlari dan melompat. Namun

pertumbuhan otot dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah

cedera (Hockenberry & Wilson, 2007).


8

b. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih banyak dalam

mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta proses berpikir

yang sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut (Wong, et al, 2009).

Pemikiran anak akan lebih kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan

obyek berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yang diajukan (Potter

dan Perry, 2009). Tinjauan teori mengenai perkembangan kognitif

menggunakan tahap berpikir pra operasional oleh Potter . Yang terbagi

menjadi dua fase yaitu:

1. Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini konsep anak

belum matang dan tidak logis dibandingkan dengan orang dewasa.

Mempunyai pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat

klasifikasi yang masih relatif sederhana.

2. Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun belum dapat

berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang

dewasa tetapi sudah mampu memberi alasan pada tindakan yang

dilakukan.

c. Perkembangan moral

Anak pada usia prasekolah mampu mengadopsi serta menginternalisasi nilai-

nilai moral dari orang tuanya. Perkembangan moral anak berada pada

tingkatan paling dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat

diterima untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta

merasa bersalah bila telah melanggarnya ( Wong, 2009)


9

d. Perkembangan psikososial

Anak usia prasekolah menurut Hockenberry dan Wilson (2009) sudah siap

dalam menghadapi dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Tugas

perkembangan yang dimaksud adalah rasa inisiatif melalui bermain, bekerja

serta mendapatkan kepuasan dalam kegiatannya, serta merasakan hidup

sepenuhnya. Konflik akan timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang

timbul akibat pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.

2.1.3. Karakteristik Anak Pra Sekolah

Ada beberapa karakteristik pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik anak

menurut Kartini Kartono (2013) yaitu :

a. Umur 4 tahun : kecakapan moral berkembang, aktivitas dan ruang gerak

mulai aktif, permainan bersifat individu, sudah mengerti ruang dan waktu,

bersifat spontan dan ingin tahu, warna mempunyai pengaruh terhadap

anak, suka mendengarkan dongeng.

b. Umur 5 tahun : koordinasi psiko motorik semakin berkembang,

permainan sifatnya berkelompok, tidak terlalu tergantung pada orang tua,

kontak dengan lingkungan luar semakin matang, menyadari kehadiran

alam disekelilingnya, bentuk lebih berpengaruh daripada warna, rasa

tanggung jawab mulai tumbuh, puncak kesenangan bermain adalah pada

umur 8 tahun.

c. Umur 8-12 tahun : koordinasi psiko motorik semakin baik, permainan

berkelompok, teratur, disiplin, kegiatan bermain merupakan kegiatan

setelah belajar, menunjukkan minat pada hal-hal tertentu, sifat ingin tahu,
10

coba-coba, menyelidiki, aktif, dapat memisahkan persepsi dengan

tindakan yang menggunakan logika, dapat memahami peraturan.

2.2. Status Gizi

2.2.1. Pengertian Gizi dan Status Gizi

Pengertian gizi dalam kesehatan reproduksi adalah bagaimana

seseoarang individu, mampu untuk mencukupi kebutuhan gizi yang

diperlukan oleh tubuhnya, agar individu tersebut tetap berada dalam

keadaan sehat dan baik secara fisik atau mental. Serta mampu

menjalankan sistem metabolisme dan reproduksi, baik fungsi atau

prosesnya secara alamiah dengan keasan tubuh yang sehat (Marmi, 2013)

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang

dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan,

dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai

gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan

energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013)

2.2.2. Masalah Gizi pada anak


Menurut Santoso ( 2005) Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan

gizi, maka anak usia prasekolah yaitu 4-6 tahun termasuk golongan

masyarakat yang disebut kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat

yang paling mudah terkena kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka

sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat dan memerlukan

zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar ada beberapa masalah yang
11

berhubungan dengan gizi. Masalah gizi ini dapat dibagi dalam beberapa

golongan, yaitu:

a. Gizi lebih (obesitas)


b. Gizi kurang (malnutrition, undernutrition)
c. Metabolik etabolik bawaan (inborn erros of metabolism)
d. Keracunan makanan (food intoxication).

2.2.3. Penilaian Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi seseorang, diperlukan pengukuran

tertentu baik secara langsung maupun tidak. Pengukuran status gizi secara

langsung dibagi ke dalam empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia

dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsungnya dibagi dalam tiga

cara penilaian yaitu dengan survei konsumsi makanan, statistik vital dan

faktor ekologi (Supariasa, 2010). Status gizi bisa didapatkan dengan

melakukan pengukuran pada dimensi tubuh. Pengukuran dilakukan

menggunakan parameter umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit

(Anggraeni, 2012). Menurut standar antropometri WHO 2005 dalam

Kepmenkes 2010, umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan

29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan. Berat badan merupakan parameter

terpenting dalam antropometri. Berat badan digunakan untuk menggambarkan

jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Parameter tinggi badan

penting untuk mengetahui gizi masa lalu dan sekarang jika umur tidak

diketahui secara tepat. Lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai salah satu

pilihan untuk menilai status gizi. Namun, parameter ini tidak bisa menjadi
12

pilihan tunggal untuk menilai status gizi karena tidak dapat mewakili

perubahan status gizi seseorang dalam jangka pendek.

a. Penilaian secara langsung

1. Indeks Antropometri (pengukuran status gizi)

a) BB/U
Berat badan merupakan salah satu parameter yang menggambarkan massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.

Oleh karena itu parameter ini sangat labil dan hanya bisa akurat jika tubuh

dalam keadaan normal. Saat kondisi normal, berat badan berkembang selaras

dengan umur. Sedangkan saat kondisi abnormal, berat badan mungkin lebih

lambat maupun lebih cepat dari yang seharusnya (Anggraeni, 2012) Indeks

BB/U lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Indeks ini dapat digunakan

untuk menilai status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan. Disamping

mempunyai kelebihan, beberapa kekurangan indeks ini antara lain

menimbulkan imterpretasi status gizi yang salah jika ternyata yang diukur

mengalami asites/edema, umur tidak dapat ditaksir dengan tepat di daerah

pedesaan karena pencatatan yang kurang baik, sedangkan untuk mengetahui

status gizi pada balita memerlukan data umur yang akurat, selain itu sering

terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti gerakan anak saat penimbangan,

yang terakhir adalah pada pengukuran ini sering mengalami hambatan

dengan sosial dan budaya masyarakat setempat yang merasa anaknya

dijadikan sebagai barang dagangan.


13

b) TB/U

Berdasarkan data yang terkumpul di lapangan maka dilakukan analisis data

terhadap hasil pengisian kuisioner. Agar analisis penelitian menghasilkan

informasi yang benar, maka dilakukan empat tahapan pengelolaan data

terlebih dahulu, yaitu: editing, coding, processing, cleaning. (Angraini, 2012)

c) BB/U

Mempunyai hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan

normal, perkembangan berat badan akan searah dengan tinggi badan dengan

kecepatan tertentu. Indeks ini merupakan indeks yang baik untuk menilai

status gizi saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen

terhadap umur (Anggraeni, 2012). Indeks BB/TB tidak memerlukan data

umur dan dapat digunakan untuk membedakan proporsi badan (gemuk, norma

dan kurus). Di sisi lain, indeks ini ternyata tidak dapat memberikan gambaran

apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan

menurut umurnya karena indeks ini tidak mempertimbangkan faktor umur.

Terdapat kesulitan juga dalam melakukan pengukuran karena memerlukan

dua alat ukur, waktu yang lama, kesulitan dalam mengukur anak balita serta

sering terjadi kesalahan terutama jika dilakukan oleh tenaga non-profesional

d) LLA/U

Lingkar Lengan Atas (LLA) dapat memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan kulit. LLA biasanya digunakan untuk

menngidentifikasi adanya malturisi pada anak-anak. Pada ibu hamil, LLA

digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkannya

(Anggraeni, 2012). Parameter ini biasanya digunakan bersama parameter


14

umur yang disebut dengan indeks LLA/U. Indeks LLA/U mempunyai

beberapa keuntungan karena indeks ini merupakan indikator yang baik untuk

menilai KEP berat, alat yang digunakan pun murah, sangat ringan dan dapat

dibuat sendiri. Indeks LLA/U hanya dapat digunakan untuk

mendeteksi KEP berat saja, sulit menentukan ambang batas, serta sulit

digunakan untuk melihat pertumbuhan anak umur tahun yang

pertumbuhannya tidak nampak nyata

e) IMT

FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal

orang dewasa ditemukan berdasarkan nilai body mass indeks (BMI). Di

Indonesia BMI biasa disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Anggraeni,

2012). IMT digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa. Rumus

perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Rumus :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 1.1 Kategori dan ambang batas status gizi

Indeks Katagori status gizi Ambang batas


IMT/U anak Sangat Kurus <-3 SD
0-60 bulan Kurus -3 SD sampai <-2 SD
Normal -2 SD sampai 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U anak Sangat kurus <-3 SD
5-18 tahun Kurus -3 SD sampai <-2 SD
Normal -2 SD sampai 1 SD
Gemuk >1 SD sampai 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : (Kememkes, 2010)
15

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel ( supervisi epithelial tissues ) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis

secara cepat ( rapid clinical surveys ). Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda klinis-klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi

seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan atau riwayat

penyakit.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu

peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih

parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan ) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi


16

tertentu seperti kejadian buta senja epidemict ( epidemic of right blindness ).

Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi. Pengumpulan

data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui

penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan

program intervensi gizi.


17

C. Figure Rating Scale

Figure Rating Scale (FRS) atau novel pictorial methode merupakan salah

satu cara pengukuran yang dapat digunakan untuk menilai status gizi berdasarkan

BMI seseorang meggunakan gambar ukuran tubuh manusia, laki-laki dan

perempuan sehingga bisa didapatkan status gizi seseorang melalui persepsi yang

didapatkan dari gambar pada instrumen (Harris et.al, 2008). Cara ini telah diuji

validitas dan rebilitasnya sehingga dapat menjadi salah satu instrumen untuk

menilai status gizi seseorang tanpa melakukan pengukuran secara langsung. FRS

menentukan status gizi berdasarkan size seseorang .

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang mempengaruhi status gizi menurut hirarki faktor risiko

status antropometri yang diadaptasi dari (Wamani 2006), dalam Lesiapetto

2010); (Hien 2009) terdiri dari: a) inherent factor (usia dan jenis kelamin); b)

distal factors (faktor sosial ekonomi: tempat tinggal, etnis, tingkat

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga perkapita,penegetahuan

dan usia ibu); c) intermediate factors (fakor lingkungan: ukuran rumah,

struktur rumah, jenis jamban (latrine), sumber air; faktor ibu: usia ibu ketika

melahirkan, Indeks massa tubuh ibu, jumlah anak).

a. Inherent factor (faktor yang berhubungan langsung)

Inherent factor terdiri dari faktor usia dan jenis kelamin anak sebagai

faktor penyebab kurang gizi. Muaz (2010) melaporkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki

terhadap status gizi dengan kategori kurus (gizi kurang), pendek dan berat

badan kurang (gizi buruk). Hein (2009) melaporkan bahwa ada hubungan
18

antar usia anak dengan risiko tinggi kurang gizi, dimana anak umur 0 bulan

memiliki risiko rendah terjadnya gizi kurang, dan gizi buruk karena

mendapatkan ASI sampai dengan usia 12 bulan. Sementara kejadian gizi

kurang, dan buruk lebih banyak pada anak laki-laki karena pengaruh tekanan

lingkungan.

b. Distal factors (faktor predisposisi)

Distal factor berupa faktor sosial ekonomi sebagai penyebab

terjadinya kurang gizi diantaranya: tempat tinggal, etnis, tingkat

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga perkapita,

pengetahuan dan usia ibu). Hien (2009) melaporkan bahwa berat badan

anak yang lahir kurang dari 2500 gram merupakan faktor risiko kurang

pada anak. Sementara ibu dengan pendidikan tinggi akan memiliki status

sosial tinggi serta memiliki fasilitas yang cukup untuk pencegahan

penyakit sebagai salah satu faktor penyebab kurang gizi. Ada hubungan

antara ibu sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah (sumber

keuangan) dan waktu yang dibutuhkan dengan status gizi buruk pada

anak (Miller & Rodgers, 2009).

c. Intermediate factors (faktor perantara)

Intermediate factors sebagai penyebab terjadinya kurang gizi,

meliputi: fakor lingkungan: ukuran rumah, struktur rumah, jenis jamban

(latrine), sumber air; faktor ibu: usia ibu ketika melahirkan, Indeks

massa tubuh ibu, jumlah anak). (Miller dan Rodgers, 2009) melaporkan

bahwa di Negara berkembang seperti Jamaika, Indonsia dan Filipina:

ada hubungan antara jumlah anak, jumlah orang tua didalam rumah
19

tangga, ibu sebagai kepala keluarga, kelahiran anak, angka keselamatan

anak dan status nutrizi. Jumlah anak dalam keluarga mengakibatkan

terjadinya persaingan saranaprasarana, perebutan makanan, waktu

terbatas untuk merawat anak, berkurangannya pelayanan medis, dan

meningkatnya paparan penyakit infeksi (Muaz , 2010). Ada hubungan

antara rumah yang kualitasnya tidak sehat dengan angka pertumbuhan

anak (pendek). Sebanyak 20% anak-anak yang berada di lingkungan

rumah yang tidak sehat tiga kali lebih mengalami keterlambatan

pertumbuhan (pendek), 20% anak di lingkungan rumah yang sehat

(Miller & Rodgers, 2010). Jumlah orang dewasa dalam rumah tangga

mengakibatkan lingkungan rumah tidak sehat dan berisiko penyebaran

penyakit (Miller & Rodgers, 2009)

2.3 Kecukupan Gizi pada Anak Pra Sekolah

Gizi yang seimbang perlu menjadi perhatian bagi setiap orang tua karena

jika gizi yang masuk dalam tubuh anak tidak seimbang akan menyebabkan

berbagai masalah kesehatan dikemudian hari. Anakmembutuhkan segala macam

zat gizi mulai dari gizi makro yaitu karbohidrat, lemak dan protein dan gizi

mikro. Kecukupan energi bagi anak umur 1-3 tahun adalah 1000 Kkal energi dan

25 gram protein. Sedangkan untuk anak umur 4-6 tahun kebutuhan energinya

sebesar 1550 kkal dan 39 gram protein (AKG, 2008). Kecukupan gizi anak umur

1-3 dan 4-6 tahun menurut AKG disajikan dalam tabel:


20

Table 1.2 Angka Kecukupan Gizi

Umur BB(Kg) TB (Cm) Energy (kkal) Protein (g)


1-3 12 90 1000 25
Tahun
4-6 17 110 1550 79
Tahun
Sumber :AKG 2008

2.4. Gizi lebih dan gizi kurang pada Anak Pra sekolah

2.4.1. Gizi lebih

Kegemukan /obesitas pada anak anak membuat pertumbuhan anak

menjadi tidak seoptimal anak-anak seusianya. Kegemukan akan

menjadikan anak akan cepat terengah-engah, ngos-ngosan atau sesak

nafas ketika berjalan ataupun berlari. Anak menjadi tidak kuat dalam

menjalankan aktifitas dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan

berpengaruh terhadap daya tahan tubuh anak dalam melakukan suatu

pekerjaan. Dengan begitu, anak menjadi lebih lamban dalam mengerjakan

sesuatu. Batasan gizi lebih sehingga bisa disebut dengan masalah gizi

adalah minimal 15%, obesitas sebesar 5% (WHO,2012). Anak yang

mengalami gizi lebih memiliki struktur otot dan rangka yang besar (Uripi,

2004).

2.4.2. Gizi kurang

Status gizi kurang merupakan suatu keadaan kurangnya konsumsi

energi dan protein dalam tubuh. Tingkat kesehatan pada penderita gizi kurang,

lebih rendah dibandingkan orang sehat. Status gizi kurang akan berdampak

pada kualitas pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental,

penurunan produktivitas, daya tahan tubuh dan terjadi perubahan abnormal


21

pada susunan biokimia jaringan tubuh karena terhambatnya reaksi-reaksi

metabolik dalam tubuh. Status gizi kurang selain akan meningkatkan risiko

terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi, karena daya tahan tubuh yang

menurun sehingga mudah terserang penyakit. Penelitian yang dilakukan para

ahli menunjukkan kekurangan energi yang menyebabkan turunnya kekuatan

otot (muscular strength) dan ketepatan gerak otot yang menjadikan kerja

menjadi tidak efisien. Jika seorang dewasa hidup dengan kandungan energi

dari makanannya sebanyak 1800 kalori setiap hari maka akan kehilangan

kekuatan ototnya sebesar 30% dan efisien kerjanya turun11% . (Moehdji,

2003)

2.5. Dampak Gizi Lebih dan Gizi Kurang pada Anak Prasekolah

Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan akibat kurang gizi yaitu akan

berdampak pada kwalitas pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

mental (Adisasmito, 2007; Bank Dunia, 2006 dan Kemenkes, 2010). Anak

dengan overweight (gizi lebih) mampunyai risiko yang cukup besar terhadap

berbagai penyakit. Gizi lebih dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

obesitas.

Obesitas merupakan gangguan status kesehatan berupa timbunan lemak

akibat dari kelebihan asupan yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh .

Orang tua merasa bahwa anak dengan kondisi gemuk malah merasa senang

karena anggapan bahwa anak gemuk adalah lucu. Padahal, kegemukan

merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit yang menurunkan usia harapan

hidup. Menurut Devi (2012), jika anak mengalami gizi lebih, maka akan

menyebabkan gangguan kesehatan seperti:


22

1) Memicu depresi

Anak akan depresi dengan bentuk badannya yang tidak ideal, apalagi

jika anak mendapatkan ejekan dari teman-temannya, susah berteman,

dan tidak diikutsertakan dalam kegaiatan olahraga karena dianggap

lamban.

2) Merusak liver (hati)

Lemak pada tubuh yang semakin lama semakin menumpuk akan

mengganggu metabolisme liver dan menyebabkan peradangan dan

luka pada liver.

3) Penyakit Jantung koroner

Penyakit jantung terjadi karena adanya plak yang disebabkan oleh

adanya kolesterol dan trigliserida di dalam darah. Oleh karena itu

kelebihan berat badan harus segera diatasi agar tidak terjadi masalah

gizi yang tidak diharapkan.

4) Diabetes

Terjadinya diabetes adalah karena tingginya kadar gula dalam darah.

Tingginya kadar glukosa dalam darah jangka waktu yang lama akan

menyebabkan diabetes

5) Stroke

Stroke diawali dengan tingginya kolesterol dan trigliserida di dalam

darah. Menurut WHO, stroke adalah gejala defisit fungsi susunan saraf

yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak.


23

6) Osteoartritis

Kegemukan dapat menyebabkan adanya gangguan di bagian sendi

terutama sendi lutut karena sendi ini terbebani oleh berat badan yang

lebih, dengan begini tulang rawan akan semakin menipis dan menjadi

aus. Akibatnya, dengan gerak sendi yang terbatas, dapat menyebabkan

nyeri dan bisa menyebabkan peradangan. Gejala ini disebut dengan

osteoarthritis.
24

2.6. Kerangka Teori

Anak usia Pra


Sekolah

inherent faktor : distal factors: intermediate factors:


 tempat tinggal,
 usia dan etnis,  Faktor
 jenis  tingkat pendidikan Lingkungan(ukur
kelamin ibu, an rumah,sumber
 pekerjaan ibu, air
 pendapatan keluarga  Faktor ibu
perkapita (IMT,Jumlah
anak)
 usia ibu

Status Gizi pada


Anak Pra
Sekolah

Malnutrisi

Gizi Kurang Gizi lebih

Overweight
Kurus Sangat
kurus

Bagan 1.1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Lesiapetto, 2010;Wamani, 2010


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

inherent faktor :

 usia dan
 jenis kelamin

distal factors:
Status Gizi Anak Prasekolah
 tingkat pendidikan
ibu, - Kurus
 pekerjaan ibu, - Sangat Kurus
- Normal
 pendapatan keluarga
- Gemuk
perkapita,
- Sangat gemuk
 usia ibu

intermediate factors:
faktor ibu : jumlah anak

 Factor
Lingkungan(uk
uran

Bagan 1.2. Kerangka konsep


Sumber : Modifikasidari Lesiapetto 2010; Wamani, 2010
Ket:
= Diteliti

, = Tidak diteliti

25
26

3.2. Hipotesis
3.2.1. Ada hubungan faktor jenis kelamin anak terhadap status gizi pada anak pra

sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.2 Ada hubungan faktor usia anak terhadap status gizi pada anak pra sekolah

di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.3 Ada hubungan faktor usia orangtua terhadap status gizi pada anak pra

sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.4 Ada hubungan faktor pendidikan orang tua terhadap status gizi pada anak

prasekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.5 Ada hubungan faktor pekerjaan orang tua terhadap status gizi pada anak

pra sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.6 Ada hubungan faktor pendapatan orang tua terhadap status gizi pada anak

pra sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

3.2.7 Ada hubungan faktor jumlah anak anggota keluarga orang tua terhadap

status gizi pada anak pra sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis

Padang Bulan Perumnas 4

3.2.8 Ada hubungan faktor pengetahuan anak terhadap status gizi pada anak pra

sekolah di TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4


27

3.3. Definisi Operasional

Table 1.3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Ukur Skla


Operasional Ukur
Status Gizi Keadaan Usia Berat badan 1. Normal (-2 SD- 1 Ordinal
Usia anak (Kg) SD) diberi nilai = 1
Prasekolah prasekolah Pengukuran 2. Kurus ( -3SD-< 2
dalam digunakan SD ) diberi nilai =
pertumbuhan Timbangan 3
dan Tinggi Badan 3. Sangat kurus( <-3
perkembanga (Cm)pengukur SD) diberi nilai = 2
BB dan TB an 4. Gemuk ( >1SD 2
Mmenggunaka SD) diberi nilai =
n meteran 4
Observasi hasil 5. Sangat gemuk ( >
pengukuran 2SD) diberi nilai
IMT anak =5
status gizi

Jenis Perbedaan Kuisioner Katagori : Nominal


Kelamin gender yang dengan 1. Laki- laki
didapat sejak mengisi 2. Perempuan
lahir (laki- pertanyaan
laki dan
perempuan )
Usia Masa Kuisioner Katagori Nominal
pertumbuhan mengisi >4-6 tahun di beri
dan pertanyaan nilai =1
perkembangan 1. < 4-6 tahun di
untuk beri nilai =0
Usia orang Penanggung Kuisioner Kategori : Nominal
tua jawab dengan 1. > 30 tahun di
penatalaksaan pertanyaan beri nilai 1
Gizi terbuka 2. < 30 tahun
diberi nilai 2

Pendidikan Pendidikkan Kuisioner Katagori : Ordinal


orang tua orang tua ayah menggunakan 1.tidak sekolah diberi
dan ibu ceklis nilai 0
2.SD diberi nilai 1
3. SMP diberi nilai 2
4.SMA diberi nilai 3
5.Perguruan tinggi
diberi nilai 4
28

Pekerjaan Kegiatan/aktiv Kuisioner Katagori : Ordinal


itas orang tua menggunakan 1. Bekerja ( PNS,
sebagai ceklis Polri,Tni dll)
penanggung diberi nilai 1
jawab dalam 2. Tidak bekerja
penatalaksaan diberi nilai 0
Gizi
Pendapatan Rata-rata Kuisioner Kategori : Ordinal
keluarga penghasilan dengan 1. Kurang <
perbulan mengisi UMP diberi
pertanyaan nilai 2
terbuka 2. > UMP
diberi nilai 1

Jumlah anak Mengetahui Mengisi 1. >3 di beri nilai Nominal


dalam jumlah Kuisioner 2
keluarga anggota anak dengan 2. < 3 diberi nilai
dalam menceklis 1
keluarga saat jawaban
ini
Pengetahuan Pengetahuan Mengisi 1.Baik jika skor > Ordinal
orang tua Kuisioner 75% diberi nilai 3
sebagai dengan 2. Cukup skor 56-74%
penanggung menceklis diberi nilai 2
jawab jawaban 3.kurang skor > 55%
penatalaksaan diberi nilai 2
gizi anak

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross

Sectional atau rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau

pengamatan .

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah responden dengan

karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti kemudian ditarik


29

kesimpulan. ( Sujarweni, 2014). Populasi pada penelitian ini semua

Siswa/I TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang bulan Perumnas 4

yang berjumlah 52 orang

3.4.2. Sampel
Menurut Sujarweni (2014) sampel adalah bagian dari sejumlah

karakteristik yang dimiliki oleh popolasi yang di gunakan untuk

penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan Teknik total sampling.

Jumlah sampel dalam penelitian ini semua Siswa/i TK Jam’miatul

Muslimin Yapis Padang bulan Perumnas 4 yaitu 52 orang

3.5. Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan dikelas TK Jam’miatul Muslimin Yapis Padang

bulan Perumnas 4

3.6. Waktu Penelitian


Penelitian Dilakukan Bulan Maret - Juni 2018

3.7. Etika penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

Beberapa aspek yang harus di lihat saat penelitian adalah :

1. Informed consent
30

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan, dengan

memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed consent

adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika partisipan tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak partisipan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang disajikan.

3. Non Maleficience ( tidak merugikan )

Sebuah prinsip yang mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan

pada setiap seseorang tidak menimbulkan secara fisik maupun metal dalam

pemberian asupan nutrisi .

4.Accountabillity (akunbilitas)

Prinsip ini berhubungan dengan erat dengan fidelity yang berarti bahwa

tanggung jawab pasti ada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai

orang lain dalam memberikan asupan nutrisi.

5.Fidelity

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen

6. .Beneficien
31

Benefecien berarti hanya mengajarkan sesuatu yang baik dalam pemberian

asupan nutrsi yang diberikan

7. Veracity ( kejujuran )

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip ini berhubungan

dengan kemampuan seseorang untuk berkata jujur dalam pemberian asupan

nutrsi yang diberikaN.

3.9. Alat pengumpulan Data


3.9.1. Instrumen kuisioner
Instsrument yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

Jenis yaitu

a) Kuisioner Pertama : karakteriktik orang tua dan karakteriktik Anak

1. Kuisioner terdiri dari nama,umur,pendidikan, pekerjaan,

pendapatan perbulan,alamat rumah

2. Kuisioner kedua karakteriktik anak berdasarkan umur, jenis

kelamin, BB(kg), TB (Cm).

b) Kuisioner Kedua: Mengenai pengetahuan orang tua tentang gizi

anak . berisi 20 Soal dalam bentuk Pernyataan dan Responden

member tande ceklis pada kolom benas at au salah

3.9.2. Alat ukur

a) Timbangan : untuk menimbang berat badan anak

b) Meteran : untuk mengukur tinggi badan anak

3.9. Prosedur Pengumpulan Data


1) Setelah proposal disetujui, peneliti meminta izin kepada kepala

Dapertemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih


32

2) Penenliti memberikan surat izin penelitian kepada kepala sekolah TK

Jam’miatul Muslimin Yapis padang bulan Perumnas 4

3) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada kepala sekolah TK

Jam’miatul Muslimin Yapis padang bulan Perumnas 4

4) Peneliti melakukan penelitian di bantu oleh 1 mahasiswa keperawatan.

Namun sebelum pengambilan data dilakukan diskusi terlebih dahili untuk

persamaan persepsi yang terkait dengan kuisioner penelitian yang akan

dilakukan

5) Peneliti melakukan pengambilan data pada saat hari aktif kegiatan bermain

di TK Jam’miatul Muslimin Yapis padang bulan Perumnas 4

6) Peneliti memberikan penjelasan kepada respondententang maksud dan

tujuan .

7) Penelitian penelitian ini, serta responden akan diminta mennandatangani

lembar persetujuan yang sudah disiapkan oleh peneliti.

8) Peneliti membagikan kuisioner yang sudah disiapkan oleh peneliti

9) Peneliti meminta responden untuk menjawab kuisioner yang sudah di

bagikan

10) Setelah responden selesai mengisi kuisioner, peneliti memeriksa kembali

jawaban serta menghitung kembali total jumlah kuisioner.

11) Peneliti melakukan proses pengolahan data dalam beberapa tahap yaitu :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuisioner apakah jawaban ada di kuisioner sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.


33
34

b. Coding

Kegiatan untuk memberikan kode pada masing-masing kelas dan

mengklasifikasi dengan tujuan untuk mengumpulkan data

c. Processing

Setelah kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar data yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemprosesan data

dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner ke paket

program computer

d. Cleanning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

Kesalahan tersebut mungkin terjadi pada saat kita mengentri ke

komputer. Proses cleaning dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:

mengetahui missing data, mengetahui variasi data, mengetahui

konsistensi data.

3.10. Analisa Data


a. Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik

masing-masing variabel penelitiann dengan menyajikan distribusi

frekuensi. Tabel distribusi frekuensi ini menggambarkan jumlah dan

presentasi dari setiap variabel uang ada ( Notoadmodjo,2010). Analisa

univariat dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden ( usia anak

,jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua ,ekonomi


35

orangtua pengetahuan orang tua, Usia orang tua ) variabel factor status

gizi pada anak usia prasekolah. ( Amran, 2012).

b. Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variable

independen dan dependen adalah menggunakan uji- Square dengan

menggunakan derajat kemaknaan a= 0,05 ( derajat kepercayaan 95%).

Jika diperoleh < 0,05, maks uji stastistik bermakna, artinya ada hubungan

antara variable independen dan dependen. Dan jika hasil uji menunjukkan

P value > 0,05, maka uji statistic tidak bermakna yang artinya tidak ada

hubungan antara varibel independen dan dependen (Amran, 2013). Pada

penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan atau perbedaan hubungan antara variabel bebas yang meliputi:

a) ada hubungan faktor jenis kelamin anak terhadap status gizi pada anak

b)ada hubungan faktor usia anak terhadap status gizi pada anak c)ada

hubungan faktor usia orangtua terhadap status gizi pada anak d) ada

hubungan faktor pendidikan orang tua terhadap status gizi pada e) ada

hubungan faktor pekerjaan orang tua terhadap status gizi pada anak f) ada

hubungan faktor pendapatan orang tua terhadap status gizi pada anak g)

ada hubungan faktor jumlah anak anggota keluarga orang tua terhadap

status gizi pada anak h) ada hubungan faktor pengetahuan anak terhadap

status gizi pada anak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Analissis Univariat


Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan tatus gizi anak pra sekolah.

4.1.1. Distribusi frekuensi karakteristik Anak berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Distribusi frekuensi

jenis kelamin anak dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Frekuensi dan persentase karakteristik anak berdasarkan jenis


kelamin pada anak pra sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin
Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 28 53,8
Perempuan 24 46,2
Total 52 100,0
Sumber: Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.1 bahwa

diperoleh anak prasekolah berjenis kelamin laki-laki 28 orang (53,8 %) dan

jenis kelamin perempuan 24 orang (46,2 %).

35
36

4.1.2. Distribusi frekuensi karakteristik anak berdasarkan Usia

Usia anak pra sekolah antara 4-6 tahun menjadi salah satu

variabel yang diteliti dapat dilihat tabel 4.2

Tabel 4.2 Frekuensi dan persentase karakteristik anak berdasarkan


usia pada anak pra sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin
Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
4 tahun 6 11,5
5 tahun 22 42,3
6 tahun 24 46,2
Total 52 100,0
Sumber : Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat tabel 4.2bahwa

diperoleh anak pra sekolah usia 4 tahun sebanyak 6 orang (11,5 %), 5

tahun sebanyak 22 orang (42,3 %), 6 tahun sebanyak 24 orang (46,2 %).

4.1.3. Distribusi frekuensi status gizi anak pra sekolah

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis diperoleh

gambaran status gizi anak prasekolah dengan menggunakan Indeks

Massa Tubuh menurut umur ( IMT/U) berdasarkan Kemenkes RI

NO.1995/MENKES/SK/XII/2010. Dapat dilihat tabel 4.3

Tabel 4.3 Frekuensi dan persentase status gizi pada anak pra sekolah di
TK Jam’Miatul MusliminYapis Padang Bulan Perumnas 4
Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurus 5 9,6
Sangat Kurus 1 1,9
Normal 26 50,0
Gemuk 11 21,1
Sangat Gemuk 9 17,3
Total 52 100,0
37

Sumber : Data primer (2018)

Dari tabel di atas di peroleh bahwa status gizi dengan kategori Kurus

5 orang (9,6%), sangat kurus1 orang (1,9%), normal 26 orang (50,0%), gemuk

11 orang (21,2%), sangat gemuk 9 orang (17,3%).

4.1.4. Gambaran karakteristik responden orang tua berdasarkan usia,


pendidikan, ekonomi, pekerjaan, jumlah anak dalam keluarga dan pengetahuan
orang tua.

Tabel 4.4 Frekuensi dan persentase usia orang tua di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Usia Frekuensi (n) Persetase (%)


< 30 tahun 25 48,1
> 30 tahun 27 51,9
Total 52 100,0

Sumber : Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian terlihat pada tabel 4.4 diperoleh usia ibu dari

anak Pra sekolah TK Jam’Miatul Muslimin Yapis usia <30 tahun 25 orang (48,1%),

>30 tahun 27 orang (51,9)

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)


Perguruan tinggi 13 25,0
SD 1 1,9
SMP 32 61,5
SMA 6 11,6

Total 52 100,0
Tabel 4.5 Frekuensi dan persentase pendidikan orang tua di TK Jam’Miatul
Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Sumber : Data primer (2018)
38

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 Tingkat pendidikan perguruan

tinggi 13 orang (25,0%), SD 1 orang (1,9%), SMP 32 orang (61,5%), SMA 6 orang

(11,6%)

Tabel 4.6 Frekuensi dan persentase pekerjaan orang tua di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
IRT 21 40,4
PNS 8 15,4
Wiraswasta 23 44,2

Total 52 100,0
Sumber : Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 Status pekerjaan orang tua sebagai

IRT 21 orang (40,4%), PNS 8 orang (15,4%), wiraswasta 23 orang (44,2%).

Tabel 4.7 Frekuensi dan persentase pendapatan orangtua di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Pendapatan Frekuensi (n) Persentase (%)
< 2.800.000 22 40,4
> 2.800.000 30 59,6
Total 52 100,0
Sumber: Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 Hasil pendapatan orang tua

<2.800.000 sebanyak 22 0rang (40,4% ) dan >2.800.000 sebanyak 31 orang (59,6%).


39

Tabel 4.8 Frekuensi dan persentase jumlah anggota anak dalam keluarga
orang tua dari anak di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang
Bulan Perumnas 4

Jumlah anak Frekuensi (n) Persentase (%)


< 3 anak 37 71,2
> 3 anak 15 28,8

Total 52 100,0
Sumber: Data primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 Hasil Jumlah anak diperoleh <3

anak 37 orang (71,2%) dan >3 anak 15 orang (28,8%).

Tabel 4.9 Frekuensi dan persentase pengetahuan orang tua di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 18 34,6
Cukup 26 50,0
Kurang 8 15,4

Total 52 100,0
Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 Hasil mengenai

pengetahuan orang tua diperoleh pengetahuan baik sebanyak 18 orang

(34,6%), cukup 26 orang (50,0%), kurang 8 orang (15,4%).

4.2. Analisis Bivariat


4.2.1.Hubungan jenis kelamin dengan status gizi
Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan status gizi lebih

pada anak pra sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis dapat dilihat

tabel 1.8.
40

Tabel 4.10 Hubungan jenis kelamin dengan status gizi pada anak pra sekolah
di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
tahun 2018
Jenis Status gizi Total P
kelamin Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
Laki – 2 7,1 1 3,6 13 46,4 5 17,9 7 25,0 28 10
laki 0 0,436
Peremp 3 12,5 0 0 13 54,2 6 25,0 2 8,3 24 10
uan 0
Total 5 9,6 1 1,9 26 50,0 1 21,2 9 17,3 52 10
1 0
Sumber : Primer (2018)
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan

α = 5%, diperoleh pValue = 0,436 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi pada

anak pra sekolah .

4.2.2. Hubungan antara usia anak dengan status gizi


Hasil analisis bivariat antara usia anak dengan status gizi lebih

pada anak pra sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis dapat dilihat

tabel 4.11

Tabel 4.11 Hubungan usia dengan status gizi pada anak pra sekolah di TK
Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4 tahun 2018

Usia Status gizi Total P


Valu
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
e
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
41

4 tahun 1 16,7 0 0 3 50,0 1 16,7 1 16,7 6 100


0,67
5 tahun 1 4,5 1 4,5 14 63,6 3 13,6 3 13,6 22 100
5
6 tahun 3 12,5 0 0 9 37,5 7 29,2 5 20,8 24 100
Total 26 50,0 5 9,6 1 1,9 1 21,2 9 17,3 52 100
1
Sumber : Primer (2018)

Berdasarkan tabel 4.11menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan α =

5%, diperoleh pValue 0,675 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara usia dengan status gizi pada anak pra sekolah.

4.2.3. Hubungan antara usia, pendidikan, ekonomi, pekerjaan, jumlah


anggota anak keluarga dan pengetahuan orang tua
Hasil analisis bivariat antara antara usia, pendidikan, ekonomi,

pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan pengetahuan orang tua dengan

status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin

Yapis dapat dilihat tabel.

Tabel 4.12 Hubungan usia orang tua dengan status gizi anak pra sekolah di TK
Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan perumnas 4

Usia Status gizi Total P


kurus Sangat normal Gemuk Sangat Value
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
> 30 1 40,0 0 0 15 60,0 5 20,0 4 16,0 25 10 0,011
tahun 4 14,8 1 3,7 11 40,7 6 22,2 5 18,5 22 0
< 30 10
tahun 0
Sumber: Data primer (2018)
Berdasarkan hasil uji statistik dengan α = 5%, diperoleh usia

orang tua pValue 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada


42

hubungan yang signifikan antara usia orang tua dengan status gizi

pada anak pra sekolah.

Tabel 4.13 Hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi anak pra sekolah
di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan perumnas 4

Pendidikan Status gizi Total P


Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
Perguruan 2 12,4 0 0 6 46,2 1 7,7 4 30,8 13 10
tinggi 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 1 0 0,742
SD 0 0 0 0 3 60,0 1 20,0 1 20,0 5 10
SMP 3 9,1 1 3,0 17 51,5 8 24,2 4 12,1 33 0
SMA 10
0
10
0

Sumber: Data Primer (2018)

Hasil uji statistik dengan α =5%, diperoleh pendidikan orang tua pValue 0,742

sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan

orang tua dengan status gizi pada anak pra sekolah.

Pendapatan Status gizi Total P


Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
< 2.800.000 1 4,0 1 4,0 11 44,0 6 24,0 6 24,0 25 10
>2.800.000 0 0 0 0 6 75,0 1 12,5 1 12,5 8 0 0,424
10
43

0
Tabel 4.14 Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi anak pra sekolah
di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan perumnas 4

Sumber: Data primer (2018)


Berdasarkan hasil uji statistik dengan α = 5%, diperoleh

pendapatan orang tua pValue 0,424 sehingga dapat disimpulkan tidak

ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan

status gizi pada anak pra sekolah.

Tabel 4.15 Hubungan pekerjaan orang tua dengan status gizi anak pra sekolah
di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan perumnas 4

Sumber : Data primer (2018)


Pekerjaan Status gizi Total P
Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
PNS 0 0 0 0 6 75,0 1 12,5 1 12,5 8 10
Wiraswasta 1 4,0 1 4,0 11 44,0 6 24,0 6 24,0 25 0 0,424
IRT 4 21,1 0 0 9 47,4 4 21,1 2 10,5 19 10
0
10
0

Hasil uji statistik dengan α = 5%, diperoleh pekerjaan orang tua pValue

0,424 sehingga dapat disimpulkan tida ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan orang tua dengan status gizi pada anak pra sekolah.

Tabel 4.16 Hubungan jumlah anak dengan status gizi anak pra sekolah di TK
Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan perumnas 4
44

Jumlah anak Status gizi Total P


Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
<3 anak 5 13,5 0 0 18 48,6 9 24,3 5 13,5 37 10
> 3 anak 0 0 1 6,7 8 53,3 2 13,3 4 26,7 15 0 0,184
10
0
Sumber: Data primer (2018)
Hasil uji statistik dengan α = 5%, diperoleh jumlah anak orang

tua pValue 0,184 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jumlah anak orang tua dengan status gizi pada anak

pra sekolah.

Pengetahuan Status gizi Total P


Value
kurus Sangat normal Gemuk Sangat
Kurus gemuk
N % N % N % N % N % N %
Baik 1 5,6 0 0 11 61,1 3 16,7 3 16,7 18 10
Cukup 2 7,7 1 3,8 12 46,2 6 23,1 5 19,2 26 0 0,801
Kurang 2 25,0 0 0 3 37,5 2 25,0 1 12,5 8 10
0
10
0
Tabel 4.17 Hubungan pengetahuan orang tua dengan status gizi anak pra
sekolah di TK Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan
perumnas 4

Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan α = 5%, diperoleh pengetahuan

orang tua pValue 0,801 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
45

signifikan antara pengetahuan orang tua dengan status gizi pada anak pra

sekolah.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Interprestasi Hasil dan Diskusi Hasil

5.1.1. Karakteristik siswa


Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas siswa TK Jam’miatul

Muslimin yapis adalah usia 4-6 tahun 100 % ; Jenis kelamin laki-laki

53,8% dan perempuan 46,2%. Berdasarkan tabel karakteristik siswa

(tabel 4.2) terlihat bahwa usia peneltian ini adalah usia 4-6 tahun

sebanyak 52 siswa yang terdiri dari usia 4 tahun 6 orang (11,5%), 5 tahun

22 orang (42,3%), 6 tahun 24 orang (46,2%).

Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan

gender yang didapat sejak lahir yang di bedakan laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan karakteristik siswa tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar

siswa adalah laki-laki sebanyak 28 anak (53,8%) ( 2 siswa) hanya berselisis

sedikit dengan siswa perempuan sebanyak 24 anak (46,2 %) .

5.1.2. Status Gizi


Anak merupakan suatu aset bangsa yang akan menentukan

masa suatu negara pada masa yang akan dating, pertumbuhan anak dimulai

dari bayi, balita, remaja hingga dewasa. Dalam tingkatan itu perlu bagi

orang tua untuk selalu memperhatikan kesehatan anaknya termasuk asupan

gizinya. Kebiasaan makan anak yang baik dari orang tua akan diikuti oleh

anak, dan kebutuhan gizi anak harusnya lebih diperhatikan juga saat anak

mulai memasuki dunia pendidikan play group dan TK. Anak-anak dengan

usia 4-6 tahun yang masuk dalam taman kanak-kanak disebut

45
46

dengan anak pra sekolah dan salah satu masalah gizi yang mengenai anak

pra sekolah

Status gizi anak dapat di lihat tabel 4.3 yang menunjukkan

bahwa sebanyak 26 anak (50,0%) berstatus gizi normal, kurus 5 orang

(9,6 %) dan sangat kurus 1 orang (1,9%), gemuk 11 orang (21,2%) dan

sangat gemuk 9 orang (17,3%).

Penilaian status gizi berdasarkan klasifikasi Indeks Massa

Tubuh ( IMT/U), dengan perhitungan menggunakan rumus IMT= BB

(Kg)/TB (m). Berat badan adalah salah satu parameter antropometri yang

sangat labil dan dapat memeberikan gambaran masa tubuh. Dalam keadaan

normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara

komsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang

mengikuti pertambahan umur. Sedangkan tinggi badan adalah parameter

yang didapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu.

Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak secepat dan sesignifikan berat

badan, serta relatife kurang sensitif untuk menilai masalah kekurangan gizi

dalam waktu singkat.

5.1.3. Karakteristik Orang Tua


Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan mayoritas tertinggi usia

orang tua anak prasekolah adalah >30 tahun 27 orang (51,9%). Menurut

Depkes 2008, usia adalah masa hidup dengan pembulatan kebawah atau

usia pada waktu ulang tahun. Usia orang tua di dapatkna >30 tahun 27

orang (51,9%) dan < 30 tahun 25 orang (48,1%).


47

Berdasarkan tabel 4.5. menunjukan mayoritas tertiggi pendidikan

SMA 32 orang (61,5%), Menurut Notoarmodjo 2010, menyatakan bahwa

pendidikan adalah derajat jenjang pendidikkan yang diselesaikan berdasar

ijasah yang diterima dari sekolah terakhir dengan sertifikat kelulusan.

Hasil dari karakteristik orang tua didapatkan pendidikkan terdiri dari

perguruan tinggi 13 orang (25,0 %), SD 1 orang (1,9 %), SMP 6 orang

(11,5 %) , SMA 32 orang (61,5 %). Hasil penelitian ini sejalan dengan

Sularyo ( 2009), dalam penelitiannya lebih kurang 90% ibu berpendidikan

paling tinggi SMA dan semakin tinggi pendidikan ibu semangkin rendah

prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak. Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Sebab

tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas makanan yang

diberikan kepada anaknya.

Berdasarkan tabel 4.6. menunjukkan maoritas tertinggi

pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta 32 orang (44,2%), Menurut

Notoadmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh

penghasilan. Hasil karakteristik di dapatkan pekerjaan IRT sebanyak 21

orang (41,3 %), PNS 8 orang (15,4 %), wiraswasta 23 orang (44,2%).

Hasil ini menunjukkan mayoritas orang tua anak bekerja sebagai

Wiraswasta sehingga orang tua tidak banyak untuk mengasuh anak.

Sehingga orang tua jarang mengimbangi pemberian makanan yang


48

seimbang dan bergizi pada anaknya, sebab tanpa diberi jaminan makanan

yang bergizi yang benar maka anak akan mengalami gizi kurang.

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan mayoritas tertinggi

pendapatan orang tua >2.800.000 sebanyak 31 orang (59,6%Pendapatan

adalah sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari

-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan kehidupan

seseorang secara langsung maupun secara tidak langsung ( Suroto, 2010).

Hasil dari karakteristik orang tua didapatkan pendapatan ekonomi

<2.800.000 sebanyak 21 orang (40,4 %), > 2.800.000 sebanyak 31

orang (57,7%). Hal ini menunjukan bahwa pendapatan orang tua

mempengaruhi status gizi pada anak, jika orang tua memiliki pendapatan

yang lebih besar maka cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan

menjamin kebutuhan gizi anak terpenuhi. Pendapatan seseorang identik

dengan mutu sumber daya manusia, sehingga seseorang yang pendidikan

tinggi memiliki pendapatan yang relatife tinggi pula. Pendapatan orang

tua juga tergantung pada jenis pekerjaan sehingga pendapatan orang tua

relatife besar.

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan mayoritas tertinggi

jumlah anak < 3 anak sebanyak 37 orang (71,2 %). Karena anak dalam

keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak , jumlah anak dalam

keluarga yang semakin besar tanpa diikuti peningkatan jumlah

pendapatan maka memperburuk status gizi anak. Karena jumlah anak

yang banyak pada keluarga yang keadaan pendapatannya cukup akan

mengakibatkan berkurang nya perhatian dan kasih sayang yang diterima


49

oleh anak. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial

pendapatannya kurang dan jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan

selain kurang nya kasih sayang juga kebutuhan primer kurang seperti

makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan mayoritas tertinggi

pengetahuan cukup 26 orang (50,0%).Pengetahuan merupakan hasil objek

yang terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoadmodjo, 2012). Hasil

pengetahuan orang tua yang di dapat dalam penelitian adalah pengetahuan

baik 16 orang (34,6 %), cukup 26 orang (42,3 %) , kurang 8 orang

(15,4%). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan pasca inderanya pengetahuan tidak hanya didapat dari

bangku sekolah, melainkan pengetahuan juga dapat diperoleh dari

pengalaman hidup sehari – hari terutama pengetahuan tentang gizi.

Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan orangtua dapat memberikan

asupan makanan yang cukup terhadap anaknya. Namun hal tersebut dapat

diatasi dengan pemberian informasi kesehatan dan penyuluhan kesehatan

khususnya tentang gizi pada anak.


50

5.1.4. Hubungan jenis kelamin dengan status gizi di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik anak ikut

memberi peran dalam penentuan status gizi anak. anak perempuan

cenderung mengalami gizi lebih dibandingkan dengan anak laki – laki di

karena anak laki – laki lebih aktif dibandingkan anak perempuan

( Kharomah,2013 ).

Dari hasil uji yang diperoleh peneliti berbeda yaitu ditemukan

bahwa anak perempuan cenderung mengalami gizi lebih dibandingkan

anak laki – laki. Penelitian ini selaras dengan penelitian Wati (2007)

yang menetukan bahwa perempuan cenderung mengalami gizi lebih

dibandingkan dengan laki – laki. Berdasarkan tabel 1.9 didapatkan

status gizi ( sangat gemuk) lebih tinggi pada yang jenis kelamin laki-

laki 25,0% dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan

8,3% . Hasil Chi-square di peroleh nilai (p=0,436)menunjukkan tidak

ada hubungan bermakna antara jenis kelamin anak dengan status gizi.

Penelitan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wulan (2015) yang tidak menemukan hubungan bermakna antara jenis

kelamin dengan status gizi. Jenis kelamin merupakan salah satu

karakteristik anak yang ikut memberi peran dalam penentuan status gizi

anak. Laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak zat gizi seperti

energi dan protein lebih banyak dibandingkan perempuan. Status gizi

malnutrisi kurang lebih banyak ditemukan anak anak jenis kelamin laki-

laki dibandingkan anak jenis kelamin perempuan. Hal ini dapat


51

disebabkan karena perbedaan pola aktifitas fisik anak laki-laki dengan

anak perempuan, sehingga anak laki-laki memebutuhkan energi yang

lebih banyak.

Menurut WHO (2006), perempuan cenderung mengalami

peningkatan penyimpanan lemak karena perempuan cenderung

mengkonsumsi sumber karbohidrat yang lebih kuat sebelum masa

pubertas sementara laki – laki lebih cenderung mengkonsumsi makanan

yang kaya protein. Bertambahnya usia hingga mencapai masa pubertas

perempuan akan mengalami perubahan hormonal yang berpengaruh

pada metabolisme lemak dan akhirnya mempengaruhi peningkatan berat

badan. Oleh karena itu, pada masa prasekolah wajar jika tidak

ditemukan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi

karena perubahan hormonal yang mempengaruhi pengikatan lemak

belum aktif hingga dicapainya masa remaja. (Kharomah,2013) Dalam

hal kebutuhan asupan gizi antara anak laki – laki dan permpuan pada

usia pra sekolah tidak mengalami perbedaan yang signifikan sehingga

peluang untuk mengalami kenaikan berat badan.

5.1.5. Hubungan usia anak dengan status gizi di TK Jam’Miatul Muslimin


Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan mayoritas status gizi

malnutrisi lebih ( gemuk) pada anak pra sekolah lebih tinggi usia 6

tahun 29,9% . Hasil uji square di peroleh p=0,675 menunjukkan tidak

ada hubungan bermakna antara usia anak dengan status gizi. Hasil ini
52

sejalan dengan hasil penelitian Kharomah,(2013) yang tidak

menemukan adanya hubungan antara usia dengan status gizi.

Anak yang menginjak usia 4 hingga 6 tahun memang terlihat

lebih aktif, dan anak lebih senang bermain dengan teman sebayanya.

Bermain memang hak anak dan manfaat bermain untuk anak usia dini

dapat merangsang perkembangan motorik kasar dan halusnya. Dengan

banyaknya aktivitas anak tentu kebutuhan gizinya harus diperhatikan

dengan baik. Bila anak terlalu aktif namun tubuhnya tidak mendapat

asupan gizi yang cukup, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan

perkembangan otaknya tidak akan optimal. Anak juga gampang sakit

dan terlihat kurus. sehinggan tidak ada hubungan yang bermakna antara

usia dengan status gizi pada anak karena pada masa ini anak belajar

banyak dari lingkungannya dan pada usia ini anak sudah dapat memilih

jenis makanan yang dia sukai dan yang akan dikonsumsinya

5.1.6. Hubungan usia orang tua dengan status gizi di TK Jam’Miatul


Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas status gizi malnutrisi lebih

( gemuk dan sangat gemuk) lebih tinggi pada usia < 30 tahun status gizi

gemuk 22,2% dan sangat gemuk 18,5 %. Hasil dari Chi square di

dapatkan pValue 0.011 menunjukkan ada hubungan bermakna antara

usia ibu dengan status gizi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Batikaka,

(2011) melaporkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan pola

asuh anak.
53

Ibu dengan umur lebih atau sama dengan 30 tahun telah

memiliki pemahaman yang cukup tentang perawatan anak. Hal ini dapat

dikaitkan dengan fungsi keluarga, memberi kasih sayang, memberikan

perlindungan, memberikan identitas, mempromosikan ukatan, member

sosialisasi, menetapkan pengawasan (Kharomah, 2013). Keenam fungsi

ini memebantu meningkatakan pertumbuhan dan perkembangan anggota

keluarga.

Pada penelitian ditemukan anak yang mengalami mal nutrisi

lebih (gemuk dan sangat gemuk) lebih tinggi pada ibu yang berumur

<30 tahun ini dapat terjadi karena terkadang umur tidak menjamin

pemahaman ibu serta perilaku makan anak. Dan ada juga ibu yang

berusia 30 tahun belum memiliki pengalaman merawat anak, jika usia

remaja masih memilikin tuntutan keinginan atau masih focus pada diri

sendiri sehingga anak tidak diperhatikan.

Upaya orang tua meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

anak dilaksanakan dengan memperbaiki gizi anak. Dan ibu membantu

dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak sehari 3 kali sehari

agar pertumbuhan anak semakin berkembang.

5.1.7. Hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi di TK

Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan pendidikan orang tua,

berpendidikan tinggi memliliki proporsi mal nutrisi lebih (sangat

gemuk) 4 orang (30,8%) dibandingkan dengan pendidikan lain.

Didapatkan hasil chi square diperoleh pvalue = 0,742 menunjukkan


54

tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan status

gizi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Kharomah, 2013) yang tidak menemukan hubungan bermakna antara

tingkat pendidikan ibu dan status gizi.

Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang

untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya tentang

makanan yang baik untuk kesehatan. Tetapi pendidikan yang tinggi

tidak selalu diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang gizi

Pengetahuan gizi orang tua yang baik diharapkan dapat diwujudkan

dalam penyediaan makan sehari-hari dalam keluarga dan memberi

asupan gizi pada anak. Menurut Wahyuningsih (2004), menyatakan

bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor penting yang mampu

menggambarkan status sosial dan merupakan dasar pengambilan

keputusan dan bertindak.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lebih banyak responden

yang pendidikannya tinggi (SMA) dibandingkan dengan

pendidikannya rendah. Selain itu, diketahui juga anak yang

mempunyai malnutrisi kurang ( kurus dan sangat kurus) lebih banyak

terdapat pada anak yang memiliki ibu dengan pendidikan (SMA).

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan bahwa tingkat pendidikan

ibu tidak signifikan berhubungan dengan status gizi.

Hal ini dimungkinkan karena pendidikannya, Meski orang tua

berpendidikan tinggi, namun karena kesibukannya dalam bekerja


55

sehingga membuatnya tidak dapat memberikan perhatian lebih kepada

anak-anaknya, khususnya dalam pemilihan dan penyediaan makanan

bergizi untuk anak dan keluarga sehari-hari. Selain itu, juga karena

pendidikan yang tinggi tersebut tidak diikuti pengetahuan di bidang

gizi. Hal tersebut bahwa pendidikan yang tinggi tidak selalu diikuti

dengan pengetahuan yang memadai tentang gizi. Sehingga akan

berpengaruh terhadap pemilihan dan penyediaan makanan sehari-hari

dalam keluarga. Dengan demikian perlu diadakan penyuluhan tentang

gizi, sehingga dapat terwujudnya pemberian gizi pada anak yang baik

dan teratur.

5.1.9. Hubungan pekerjaan orang tua dengan status gizi di TK Jam’Miatul

Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Berdasrkan tabel 1.10 didapatkan mayoritas status gizi mal

nutrisi lebih ( gemuk dan sangat gemuk ) pada siswa yang orang tuanya

pekerjaannya wiraswasta didapatkan status gizi gemuk 24,0% dan

sangat gemuk 24,0% dan didapatkan hasil chi-square diperoleh nilai

p=0,424 menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan

orang tua dengan status gizi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh

Kharomah (2013) yang tidak menemukan adanya hubungan yang

bermakna anatar status pekerjaan orang tua dengan status gizi. Hal ini

disebabkan karena status pekerjaan orang tua dapat mepengaruhi

perilaku dan kebiasaan makan anak.


56

Hal ini karena ibu yang bekerja tidak mempunyai banyak waktu

dirumah. Sehingga dalam mengasuh anak dalm mengontrol asupan

makanan anak kurang. Hal tersebut dipekuat dengan Senduk (2000),

yang menyatakan bahwa keluarga dengan satu orang bekerja dalam

untuk mencari nafkah akan memiliki biaya hidup yang lebih sedikit

dibandingkan dengan keluarga dengan 2 orang yang bekerja. Akan

tetapi, mereka memiliki keuntungan lebih, dimana ibu tinggal dirumah

untuk lebih memperhatikan anak-anaknya. Dengan demikian, perlu

adaya program penyediaan makanan yang bergizi di TK sesuai dengan

kebutuhan anak. Sehingga meskipun ibu bekerja tetapi kebutuhan gizi

seimbang dan makanan anak tetap terjaga.

5.1.8. Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi di TK

Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan mayoritas status gizi (gemuk

dan sangat gemuk ) lebih tinggi pada orang tua yang berpendapatan

<2.800.000, status gizi gemuk 24,0% dan sangat gemuk 24,0% dan

didapatkan hasil chi square p=0,424 menunjukan tidak ada hubungan

bermakna antara pendapatan orang tua dengan status gizi.

Pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan positif

antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor

penting bagi pemilihan kwalitas makanan yang dikomsumsi. Keluarga

yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli pangan

dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi belum


57

tercukupi. Tetapi dalam penelitian ini terdapat Status gizi mal nutrisi

lebih (gemuk dan sangat gemuk) ditemukan pada siswa yang orang

tuanya berpendapatan, <2.8000.000 hal ini disebabkan karena

pemilihan makanan dan pola komsumsi makanan.Menurut Suharjo

(2008), yang menyatakan bahwa peningkatan atau penurunan

pendapatan tidak selalu membawa perbaikkan pada konsumsi pangan

karena waluapun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu juga

kualitas makanan yang dikomsumsi lebih baik. Dan bisa juga

penghasialan <2.800.000 memberikan makanan kepada anaknya sesuai

yang diinginkann.

5.1.10. Hubungan Jumlah anak dengan status gizi di TK Jam’Miatul

Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4

Berdasarkan tabel 4.8 mayoritas status gizi mal nutrisi lebih

( sangat gemuk) didapatkan pada orang tua yang memiliki <3 anak

sebangak 24,3% dan orang tua yang memiliki lebih dari 3 anak

didapatkan status gizi normal sebanyak 53,3%. Hasil chi square

menunjukan nilai p=0,184 menunjukkan tidak ada hubungan yang

bermakna antar jumlah dengan status gizi.

Hasil ini sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh Baticaca,

(2011) yang tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara

jumlah anak dengan status gizi. Banyaknya jumlah anak dalam

keluarga pada hasil penlitian ini karena umumnya merupakan keluarga

inti, dimana 1 keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak.


58

Hal disebabkan karena dengan adanynya jumlah anggota anak

dalam keluarga yang banyak hingga orang tua jarang memperhatikan

kebutuhan gizinya ataupun lainnya. Dimana akan mendahulukan

kebutuhan anak yang lebih muda. Selain itu kemungkinan orang tua

kesulitan dalam mengatur keuangan dan mengatur waktu dalam

pemberian makanan kepada anak. Menurut Sedioetama (2000),

menyatakan bahwa dengan semakin bertambahnya anggota anak

dalam keluarga maka pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-

hari relatife semakin sulit. Hal ini menyebabkan kualitas pangan yang

diperoleh semakin tidak mencukupi untuk masing-masing anak.

Dengan demikian perlu adanya pengaturan jarak kelahiran sehingga

masa depan anak akan terjamin dan memperhatikan asupan gizi yang

diberikan.

5.1.11 Hubungan pengetahuan orang tua dengan status gizi di TK


Jam’Miatul Muslimin Yapis Padang Bulan Perumnas 4
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan mayoritas status gizi mal

nutrisi lebih (gemuk dan sangat gemuk) lebih tinggi pada orang tua

yang berpengetahuan cukup. Gemuk 6 orang (23,1%) dan sangat

gemuk sebanyak 5 orang (19,2%) dan didapatkan hasil chi square

dengan nilai p=0,801 yang menunjukkan tidak ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dengan status gizi. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Merisya (2014) yang tidak menemukan

adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan statuus

gizi.
59

Pengetahuan gizi merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status gizi seseorang, sehingga jika tidak terdapat

hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi maka hal ini di

pengaruhi oleh faktor langsung yaitu komsumsi makanan. Seseorang

yang memiliki pengetahuan baik, belum tentu status gizi baik pula.

Pengetahuan terlebih dahulu mempengaruhi zat gizi, orang tua yang

sudah mnegetahui tentang jumlah frekuensi, kandungan, jenis, cara

pemberian dan manfaat zat gizi akan berusaha memperoleh makanan

yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya.

Pengetahuan orang tua sangat mempengaruhi status gizi

dikarenakan orang tua dapat membentuk pola komsumsi pangan

terutama untuk anaknya. Selain itu juga orang tua lebih mudah

mendapatkan makanan yang sesuai dengan pilihan dan selera anak.

Dari hasil penelitian di atas meskipun responden mempunyai

pengetahuan zat-zat gizi dan bahan makanan yang bergizi belum tentu

diterapkan dalam sehari-hari. Selain itu, karena responden hanya

sebatas tahu dan memahami tetapi tanpa mengaplikasikan dalam

pemilihan maknan dan penyediaan makanan sehari-hari. Hal ini sesuai

pendapat Notoatmojo, ( 2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaiti

tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Walaupun hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan

orangtua sudah cukup tetapi pada kenyataan pengetahuan yang sudah

memiliki tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


60

Seperti yang dilakukan sebagian orang tua membolehkan anaknya

jajan dan memilih makanan yang dia inginkan. Sekalipun orang tua tau

makanan yang dipilih oleh anak akan berdampak pada kesehatan anak

tetapi orang tua tetap membiarkan anak mengomsumsinya

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur ilmiah , namun demikian masih memilliki keterbatasan pada saaat

pengukuran berat badan pada anak TK, dilakukan tanpa mengurangi berat

pakaian yang digunakan sehingga hasil pengukuran berat badan bias

mempengaruhi perbandingan berat badan/ tinggi badan dan berdampak pada

interprestasi status gizi.

5.3. Implikasi Keperawatan


Implikasi keperawatan sebagai pendidik, peran perawat sebagai pendidik

yaitu untuk memberikan informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan

keterampilan dasar, perawat menjelaskan apa yang kurang di mengerti oleh klien

dari segi fasilitas maupun lainnya.

Implikasi keperawatan sebagai peneliti yaitu peran perawat yang

menerjemahkan temuan riset, bertanggung jawab untuk melakukan penelitian,

mengidentifikasi, menganalisis data, memecahkan masalah klinis dengan

menerapkan prinsip dan metode penelitian. Penelitian ini bermanfaat untuk ilmu

pendidikan dan praktik keperawatan dan meningkatkan mutu asuhan atau

pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada di sekitar daerah

tersebut.
61

Implikasi keperawatan terhadap pelayanan, kebutuhan layanan kesehatan

juga termasuk keperawatan yang cepat, efesien dan efektif menjadi tuntutan

masyarakat modern saat ini, masyarakat menjadi semakin familiar dengan media

internet untuk mendapatkan informasi kesehatan. Keinginan berkembang

menjadi harapan akan layanan kesehatan melalui media informasi canggih sperti

teleconference, vidioceverence, yang memudahkan masyarakat untuk

mendapatkan layanan kesehatan tanpa meninggalkan rumah dan mendapatkan

informasi tentang asupan status gizi pada anak. Perawat di anggap sebagai salah

satu profesi kesehatan yang arus melibatkan dalam menacapai tujuan

pembangunan kesehatan baik di Dunia mau pun di Indonesia, informasi

merupakan suatu peluang meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan

menigkatkan jangkauan pelayanan keperawatan bagi masyarakat di seluruh

Indonesia, termasuk masyarakat didaeah terpencil.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.1.1. Hasil penelitian karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin dan usia anak

terbanyak laki-laki 28 orang (53,8%) dan usia 6 tahun 24 orang (46,2%).

6.1.2. Hasil penelitian status gizi terbanyak yaitu berstatus normal 26 orang

(50,0%), kurus 5 orang(9,6%), sangat kurus 1 orang (1,9%), gemuk 11

orang (21,1%), sangat gemuk 9 orang (17,3%).

6.1.3. Hasil penenlitian karakteristik orang tua menurut usia ibu terbanyak >30

tahun 27 orang (51,9%), pendidikan terbanyak SMP 13 orang ( 25,0%),

Pekerjaan terbanyak wiraswasta 23 orang ( 44,2%), pendapatan terbanyak

>2.800.000 sebanyak 30 orang (59,6%), jumlah anak terbanyak <3 anak

37 0orang (71,2%), pengetahuan cukup 26 orang (50,0%).

6.1.4. Ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan status gizi anak

prasekolah.

6.1.5. Tidak ada hubungan antara jenis kelmain anak,usia anak, pendidikan

orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, jumlah anak,

pengetahuan orangtua.

64
65

6.2 Saran
6.2.1. Bagi peneliti

a. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti lebih luas dengan

penambahan variabel lain yang berhubungan dengan status gizi

lainnya.

b. Bagi peneliti lain disarankan dapat meneliti tentang upaya perbaikan

gizi dan meneliti lebih dalam pengetahuan orang tua terhadap gizi

seimbang.

6.2.2. Bagi sekolah

Untuk anak yang mengalami malnutrisi kurang hendaknya sekolah

menyelenggarakan kantin sehat. Karena sebagian besar waktu anak di

sekolah sehingga makanan yang dikomsumsi anak disekolah

berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan gizi mereka sehari. Oleh

karena itu, penting untuk menyediakan makanannyang aman dan bergizi

disekolah. Sedangkan untuk siswa yang malnutrisi lebih disarankan untuk

mengintrol asupan nutrisi karena malnutrisi lebih berdampak pada

kesehatan anak dikemudian hari.

6.2.3. Bagi keperawatan

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan mahasiswi Program

Studi Ilmu Keperawatan untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki,

khususnya tentang gizi seimbang dan ikut serta dalam mensosialisasikan

informasi tentang gizi seimbang.


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. 2007.dampak gizi anak dan keluarga.PT Swadaya. Jakarta

Adnani, H. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta, Nuha Medika.

Allender, J.A & Sradley, B.W. (2005). Community health nursing. Promoting and
protection the public’s health. (sixth edition). USA. Lippincot Williams &
Wilkins

Amran, Y. 2013. Pengolaan Dan Analisis Data Statistic Dibidang Kesehatan.


Jakarta: Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SYARIF
HIDAYATULLAH
Anggraeni, A.C. (2012). Asuhan Gizi; Nutritional Care Proses. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Anggraini, & Suciaty. (2008). Faktor Risiko Obesitas Pada Anak Taman Kanak-
Kanak Di Kota Bogor. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat Dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2010.
Battikaka, J. S. (2011). Hubungan karakteriktik keluarga, balita dan kepatuhan dalam
bidang keposyandu dengan status gizi balita dekelurahan kota abe pura
jayapura. Tesis. Program Stusdi Magister Ilmu Keperawatan peminatan
keperawatan komunitas fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesis.
Dibuka pada situs: URL http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281257-
Daryono.(2003). Hubungan Antara Konsumsi Makanan, Kebiasaan Makan, dan
Faktor Faktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah di SD Al Falah Jambi
Tahun (2003). Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Denny. (2013). Berapa Banyak Lemak Yang harus Dikonsumsi Setiap Hari?. Diakses
pada 14 Juli (2013) dari : http://duniafitnes.com/nutrition/berapa-banyak-
lemak-yang-harus-dikonsumsi-tiap-hari.html
Departemen Kesehatan. (2004). Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang
Indonesia.Jakarta: Diakses pada 18 Juli 2013 dari:
http://gizi.depkes.go.id/download/AKG2004.pdf
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia ( 2008). Pedoman Status Gizi Anak .
Jakrta. Direktorat Gizi Masyarakat
Depkes (2008). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta

66
67

Depkes (2010). Etika penelitian kesehatan. Badan penelitian dan pengembagan


kesehatan.http://www.jarlitbangkes.or.id/2010/data/RakernasRegional
Barat2005/KE.pdfhttp://www.jarlitbangkes.or.id/2010/data/RakernasRegiona1
6 | PagelBarat2005/KE.pdf, diperoleh 15 Maret 2010.
Devi, N. (2012). Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Kompas
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2009). Rekapitulasi Laporan Tahun (2009)
Kegiatan KIA Kota Surakarta.
Gibson, R.S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. New York: Second
Edition Oxford University Press

Harris, C.V, Bradlyn, A.S, Coffman, J, Gunel, E and Cottrell, L. (2008). BMI-based
body size guides for women and men:development and validation of a novel
pictorialmethod to assess weight-related concepts. International Journal of
Obesity (2008) 32, 336-342.
Harsono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit ed, 2. Jakarta: EGC
Hastono, S.P. (2007).Analisis data kesehatan: Basic data analisis for health research
training. FKM UI. Tidak diterbitkan.
Hidayat, A. (2010). Perkembangan anak dan pertumbuhan anak . Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika. Hal : 53, 140 - 3.
Hockenberry & Wilson. 2009. Perkembangan anak usia prasekolah. Jakrata:pustaka

Kartini . K . 2013. Karakteriktik anak prasekolah.Jakrta: Pustaka


Kemenkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan (2008),
Kharomah S, Hamzeins, Satar (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Ciputat. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dibuka pada Situs: URL
http:/respiratory.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1/anis%karomah-
fkik.pdf

Kurniasih, D, Hilmansyah, H, Astuti M.P, Imam, Saiful. (2010). Sehat dan Bugar
Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Gramedia
Lesiapeto, M.S., Smuts., SM, Hanekom., Plesisi, J.Du, at al (2010), Risk factors of
poor antropometric status in children under fiveyeraof age living in rural
districs of the Eastern Cape and KwaZulu- Natal Provinces, South Africa,
68

http://docs.google.com/viewer?a=a=v&g=cache:Oa7U-YyBXxkj, diperoleh
tanggal 20 Januari 2011
Mansur. 2011. Anak usia prasekolah. Jakarta: pustaka
Merisya. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentanga Status Gizi Dengan
Kejadian Obesitas Anak Di SD Islam Al-Azhar 32 Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas
Miller, J.E Dan Rodgers, Y.V. (2009). Mothers’education and Nutritional Status:
New Evidence From Cambodia. Asian Development Review,vol.26.no.1 pp-
131-165. www.adb.org/docomens/periodicals/ADR.../ADR.vol26_Miller.pdf.
diproleh tanggal 20 Januari 2011. Asian Developmnetn Bank.
Miller, J.E Dan Rodgers, Y.V. (2009). Mothers’education and Nutritional Status:
New Evidence From Cambodia. Asian Development Review,vol.26.no.1
pp131-165.
www.adb.org/docomens/periodicals/ADR.../ADR.vol26_Miller.pdf. diproleh
tanggal 20 Januari (2011). Asian Developmnetn Bank.
Muaz, S.S., Hasan M,R., Shahim, S.A., Dev, A et al (2010). Nutritional statues of 1-5
years children of the tea workers in sylhet division,
www.banglajol.infolindex.php/BJC/article_/download1569614457 diperoleh
tanggal 20 Januari 2010. Bangladesh J Child Health 2010; Vol 34 (1) hlm 11-
16.
Muaz, S.S., Hasan M,R., Shahim, S.A., Dev, A et al (2010). Nutritional statues of 1-5
years children of the tea workers in sylhet division,
www.banglajol.infolindex.php/BJC/article_/download1569614457 diperoleh
tanggal 20 Januari 2010. Bangladesh J Child Health 2010; Vol 34 (1) hlm 11-
16.
Nasrullah. 2014 Etika dan Hukum Keperawatan Mahasiswa dan praktik
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Nelson, K. E & William, C. M. (2007). Infectious diseases epidemiolody. Theory
and Practice. (Second Edition). Canada. Jones and Bartlett Publisher.
Nelson, K., William, C.M., Graham, N.M.H. (2005). Infectious diseases
epidemiology. Theory & Practice. Canada. Jones and Bartlett Publisher.
Notoadmodjo. S. (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Notoadmojo.S. (2012). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Potter, P.A dan Perry,A.G. (2009). Fundumental of Nursing buku edisi 1
Puspitawati, H., & Setioningsih, S. S. (2011). Fungsi pengasuhan dan interaksi dalam
keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga. Jurnal
Ilmu Keluaga dan Konsumen
69

RISKESDAS (2007), Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Departemen Kesehat
Santoso. 2004. Kesehatan dan gizi.Jakarta: Rineka Cipta
Senduk, S. 2000. Pengelolaan Keuangan Keluarga. Gramedia. JakartaWahyuningsih,
U. 2004. Gambaran Kebiasaan Makan Pada Anak Usia Prasekolah (4-6
Tahun) Di TK Patra II dan TK Al Wildan. UI
Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor IPB PAU Pangan dan Gizi. 2003
Sujarweni . 2014. Metodologi keperawatan . Jakarta.EGC
Sularyo, Titi S. Pentingnya Stimulasi Mental Dini. Seminar Sehari Pencatatan
Pemantauan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: FK UI-RSCM. 1993 . 2006.
Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
Supriasa,dkk.2010. penilaian status gizi. Jakarta. EGC
Suroto. (2010). Straregi Pembanguanan dan Perancangan Kesempatan Kerja.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Tsania, N. (2014). Karakteristik keluarga, kesiapan menikah istri dan perkembangan
anak usia 3-5 tahun (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.
Wamani. K. 2010. Faktor-faktor mempengaruhi asupan gizi.Jakarta: Pustaka
Wati, (2007). Bahan Pangan, gizi dan kesehatan. Penerbit Alfabeta. Bandung

WHO. (2006). Community health workers: what do know about them?. The state of
the evidence on programs, activities, costs and impact on health outcomes of
using community health wokkers.
WHO. The growth chart standard [Internet]; (2012). [Cited 2012, February 20];
Available from: http://www.who.int/childgrowth/standards
Widiyaningsih, Ratna. 2006. Hubungan antara Karakteristik Anak dan Orang tua
dengan Konsumsi Makan Pagi pada Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di
TK Barunawati II Jakarta Barat Tahun 2006. UIWahyuningsih, U. 2004.
Gambaran Kebiasaan Makan Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Di TK
Patra II dan TK Al Wildan. UI
Wong D. L., H. M. (2008). wong's nursing care of infants and children. Mosby
Company,St Louis Missouri.
Wulan Savitri. (2015). Hubungan Body Image, Pola Komsumsi Makanan dan
aktivitas fisik dengan status gizi anak. Jakarta 2015. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
70

Anda mungkin juga menyukai