Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2016 terdapat 36,7 juta orang hidup dengan human

imunno deficiency virus (HIV) di dunia. Diantaranya orang dewasa 34,5

juta, wanita (15> tahun) 17,8 juta orang dan anak-anak (<15 tahun) 2,1

juta. pada tahun 2016 terdapat 1,8 juta orang baru terinfeksi HIV, orang

dewasa berjumlah 1,7 juta jiwa dan anak-anak (<15 tahun) 160.000.

kematian terkait aquired imunnodeficiency syndrome (AIDS ) berjumlah

1,0 juta jiwa di dunia dan diantaranya orang dewasa berjumlah 890.000

dan anak anak (<15 tahun) 120.000. (UNAIDS, 2017)

Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia mulai dari tahun 1987

sampai dengan maret 2017 berjumlah 242,699 kasus HIV dan kasus AIDS

berjumlah 87,453 kasus. (Kemenkes RI Ditjen P2P, 2017)

Provinsi Papua mempunyai kasus HIV dan AIDS per 31 Maret 2018

berjumlah 35837 kasus, diantaraanya 13327 kasus HIV dan 22510 kasus

AIDS. Dan Kota Jayapura mempunyai 6007 kasus HIV dan AIDS

diantaranya 1822 kasus HIV dan 4185 kasus AIDS. (Informasi HIV/AIDS

Provinsi Papua Triwulan 1 2018)

Perubahan yang terjadi di dalam diri dan di luar diri ODHA

membuat mereka memiliki persepsi yang negatif tentang dirinya dan

1
2

mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. ODHA cenderung

menunjukkan bentuk-bentuk reaksi sikap dan tingkah laku yang salah. Hal

ini disebabkan ketidakmampuan ODHA menerima kenyataan dengan

kondisi yang dialami. Beberapa masalah yang dialami ODHA baik secara

fisik maupun psikologis, antara lain: muncul stress, penurunan berat

badan, kecemasan, gangguan kulit, frustasi, bingung, kehilangan ingatan,

penurunan gairah kerja, perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan,

depresi bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. (F Maharani, 2017)

Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2011)

terhadap perawat di beberapa Rumah Sakit di Jakarta, diketahui bahwa

masih tingginya stigma yang dilakukan perawat terhadap ODHA. Dan

juga penelitian yang dilakukan oleh Rias Safitri dikalnagn mahasiswa

Stikes Yarsi Mataram mendapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang HIV dan AIDS dengan stigma terhadap

ODHA pada responden. (M Rias Pratiwi Safitri, 2018)

Menurut WHO, remaja ( adolescence ) adalah mereka yang berusia

10-19 tahun dan anak muda ( youth ) adalah mereka yang usia 15-24

tahun. Remaja terbagi dalam 3 kelompok usia yaitu: Remaja dini ( early

adolescence ) 10-13 tahun, Remaja pertengahan ( mid adolescence ) 14-

16 tahun dan Remaja lanjut ( late adolescence ) 17-19 tahun.

Usia remaja mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar sehingga

menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka

menarik. Jika tidak tersedia informasi yang tepat dan relevan tentang
3

penyakit HIV dan AIDS, sikap ingin tahu mereka bisa menyebabkan

mereka masuk ke dalam populasi berperilaku resiko tinggi.

Beberapa penelitian menemukan hubungan pengetahuan tentang

HIV dan AIDS dengan sikap stigma terhadap ODHA di kalangan remaja.

Menurut Penelitian Ansemus Aristo Parut (2016) pada siswa SMK di

Surabaya menemukan bahwa siswa dengan pengetahuan yang rendah

mempunyai stigma yang tinggi terhadap ODHA. Penelitian pada pelajar

SMA menemukan pelajar dengan pengetahuan yang rendah lebih berisiko

untuk menstigma ODHA daripada pelajar yang memiliki pengetahuan

yang tinggi. (AA Parut, 2016)

Pengetahuan tentang HIV mempunyai pengaruh dengan sikap

menstigma terhadap ODHA. Pengetahuan medium dan tinggi mempunyai

hubungan dengan sikap yang positif terhadap ODHA. Penelitian yang

dilakukan oleh Ossie Sosedoro dkk (2009) menyebutkan bahwa dari hasil

uji bivariabel menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan tentang HIV

dan AIDS dan stigma terhadap ODHA signifikan secara statistik, dari hasil

uji tersebut dapat ditemukan bahwa stigma terhadap ODHA ditemukan

3.37 kali lebih banyak pada pelajar dengan tingkat pengetahuan tentang

HIV dan AIDS yang rendah dari pada pelajar yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang tinggi. (OE Sosodoro dkk, 2009)

Program studi ilmu keperawatan (PSIK) merupakan salah satu

kampus kesehatan yang berada di Jayapura, Papua dimana nantinya akan

menghasilkan sarjana keperawatan yang profesional. Seorang perawat


4

yang profesional diharapkan mampu merawat pasiennya secara holistik

tanpa adanya bias, diskriminasi ataupun stigma, oleh karena itu sedari

kuliah masiswa harus mempunyai pengetahuan yang baik. Mahasiswa

kesehatan tentunya sudah mempunyai sedikit gambaran pengetahuan

tentang HIV dan AIDS sehingga hal ini membuat peneliti ingin

mengetahui apakah ada stigma di antara mereka dengan pengetahuan yang

cukup. Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini peneliti

mendapatkan bahwa terdapat pengetahuan yang baik tentang HIV dan

AIDS sehingga nantinya tidak terjadi stigma pada ODHA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV dan AIDS dengan

stigma terhadap ODHA pada mahasiswa semester II reguler PSIK FK

UNCEN”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

tentang HIV dan AIDS dengan stigma terhadap ODHA pada

mahasiswa semester II reguler di PSIK FK UNCEN

1.3.2 Tujuan Khusus


5

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang HIV

dan AIDS pada mahasiswa semester II reguler PSIK FK

UNCEN.

2. Untuk mengetahui gambaran stigma terhadap ODHA pada

mahasiswa semester II Reguler PSIK FK UNCEN.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi program studi ilmu keperawatan

Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi data atau masukan

bagi program studi ilmu keperawatan untuk lebih memperhatikan

pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS dengan stigma terhadap

ODHA.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan referensi dan informasi tambahan bagi mahasiswa

lain untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan

pengetahuan tentang HIV dan AIDS dan stigma terhadap ODHA.

1.4.3 Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya hubungan pengetahuan tentang HIV dan

AIDS dan stigma terhadap ODHA.

1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi data awal

pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan


6

hubungan pengetahuan tentang HIV dan AIDS dan stigma terhadap

ODHA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep HIV Dan AIDS

2.1.1 Definisi HIV Dan AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah

sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya

kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termaksud famili

retrovaridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

[ CITATION Ami15 \l 1057 ]

HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan

menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari

CD4 dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus

tersebut menghancurkan CD4 dan limfosit (Nursalam 2007).

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah

diketahui dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi

sebagian besar disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak

terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2 relatif

sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan masa

inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek

(Martono, 2006).

6
7

HIV yang dahulu disebut virus limpotrofik sel T manusia atau

virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik

dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya

(RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam

sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-

1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia (Sylvia & Wilson,

2005).

2.1.3 Perjalanan penyakit HIV AIDS

Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan

keadaan klinis dan jumlah CD4 (Cluster of Differentiaton). Menurut

WHO tahapan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium klinis :

a. Stadium klinis I

1. Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung

15 hari – 3 bulan).

2. Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila

diberi obat akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat

limfadenopati generalisata.

3. Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini

sudah dapat menularkan pada orang lain.

4. CD4-nya 500 – 1000.

b. Stadium klinis II

1. Waktunya antara 3 bulan s/d 5-10 tahun.

2. Hasil tes positif.


8

3. Tidak ada keluhan.

4. CD4-nya 500 – 750.

c. Stadium klinis III (pra AIDS)

1. Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit

lainnya.

2. Keluhan yang sering muncul: sariawan, kandidiasis mulut

persisten, selera makan hilang, demam berkepanjangan >1

bulan, diare kronis >1 bulan, kehilangan BB >10%, timbul

bercak-bercak merah di bawah kulit, TB paru, anemia yang

tidak diketahui sebabnya, trombositopenia, limfisitopenia,

pneumobakterial.

3. CD4-nya 100 – 500

d. Stadium klinis IV

1. Penderita tampak sangat lemah sekali.

2. Daya tahan tubuh menurun.

3. Munculnya beberapa penyakit yang sangat fatal seperti

pneumonia bacterial berulang, herpes simpleks kronis,

toksoplasmosis otak, cito megalo virus, mikobakteriosis,

tuberkolosis luar paru, ensefalopati HIV, timbul tumor atau

kanker (limfoma dan sarkoma kaposi).

2.1.4 Manifestasi klinis

Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi

klinis meliputi:
9

a. Keganasan

Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di

jumpai pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV

(20%), tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan

sangat jarang pada anak. Gejala demam, penurunan berat badan, dan

keringat malam.

b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)

Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer

mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,

kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan

kepribadian.

c. Respiratorius

Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non

produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.

d. Gastro Intestinal

Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya

selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan

diare kronis.

e. Neurologik

Manifestasi dini dari nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV

mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan

berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotor, apatis dan

ataksia.
10

f. Integumen

Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta

malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes

simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan

merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam

yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala

serta wajah.

Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh

yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan

dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.

2.1.5 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi HIV Menurut WHO

Kelas Kriteria
Stadium Klinis I Asimtomatik. 1. Asimtomatik
Total CD4 : >500/ml 2. Limfadenopati persisten
Stadium Klinis II Sakit Ringan. 1 Penurunan berat badan 10%
Total CD4 : 200-499/ml 2 Ispa berulang (sinusitis, tonsillitis,
otitismedia dan faringitis
3 Herpes zoster
4 Kelitis angularis
Stadium Klinis III Sakit sedang. 1. Diare kronis > 1 bulan
Penurunan berat badan >10% 2. Kandidiasis oral
3. TB Paru
4. Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis IV Sakit berat (AIDS). 1. HIV wasting syndrome
Total CD4 : < 200/ml 2. Pneumonia pneu mosistis
3. Herpes simpleks > 1 bulan
11

4. Kandidiasis esophagus
5. TB ekstra paru
6. Sarkoma Kaposi
7. Retinitis CMV
8. Toksoplasmosis
9. Ensefalopati HIV
10. Meningitis kriptokus
11. Infeksi mykobakterium non TB
12. iseminata
13. Progresssivemultifocal
14. Mikosis profunda
15. Limfoma
16. Karsinoma
17. Isoproriasis kronis
18. Nefropati dan kardiomiopati terkait
HIV

2.1.6 Komplikasi

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD,2003)

komplikasi yang terjadi pada pasien HIV dan AIDS adalah sebagai

berikut Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru, Kandidiasis

esophagus, Kriptokokosis ekstra paru, Kriptosporidiosis intestinal

kronis (>1 bulan), Renitis CMV (gangguan penglihatan), Herpes

simplek, ulkus kronik (>1 bulan), Mycobacterium tuberculasis di paru

atau ekstra paru, Ensefalitis toxoplasma.

2.1.7 Pemeriksaan diagnostik

Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi

adanya antibodi terhadap HIV. Pertama adalah ELISA (enzyme-


12

linked immunosorbent assay), bereaksi terhadap antibodi yang ada

adalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih tua jika

terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Pemeriksaan ELISA

mempunyai sensitifitas 93% sampai 98% dan spesifitasnya 98%

sampai 99%.

Tetapi hasil positif palsu (negatif palsu) dapat berakibat luar

biasa, karena akibatnya sangat serius. Oleh sebab itu, pemeriksaan

ELISA diulang dua kali, dan jika keduanya menunjukkan hasil

positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu

Western blot. Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali.

Pemeriksaan ini lebih sedikit memberikan hasil positif palsu atau

negatif palsu.

Jika seseorang telah dipastikan mempunyai sero positif

terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik

untuk menilai keadaan penyakit, dan mulai dilakukan usaha untuk

mengendalikan infeksi. (Djoerban, dkk. 2006).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan pasien HIV dan AIDS meliputi penanganan umum

dengan istirahat yang cukup, dukungan nutrisi, terapi psikososial

dengan konseling serta penanganan khusus pada pasien HIV dan AIDS.

Penanganan khusus terdiri dari :

1. Penanganan pada wasting syndrom mencakup penanganan

penyebab yang mendasari infeksi oportunistik sistemik maupun


13

gastrointestinal. Diet seimbang merupakan terapi nutrisi yang

esensial bagi pasien HIV dan AIDS. Tujuannya adalah untuk

mempertahankan berat badan ideal pasien dan jika bisa

menaikkan berat badannya. [ CITATION Bru02 \l 1057 ]

2. Prinsip dasar penanganan pasien HIV dan AIDS adalah

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat AIDS,

memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup pasien,

mempertahankan serta memulihkan sisitem kekebalan tubuh

pasien, menelan dan menghambat pembelahan virus.

2.1.9 Cara penularan HIV AIDS

Empat prinsip dasar penularan HIV dan AIDS (KPAD, 2010) adalah :

1. Exit, yakni terdapat virus yang keluar tubuh

2. Survival, yakni virus bertahan hidup

3. Sufficient, yakni jumlah virus yang cukup

4. Enter, yakni terdapat pintu masuk bagi virus ke dalam tubuh

Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa

cara yaitu :

1. Hubungan seksual

Dengan orang yang menderita HIV dan AIDS baik hubungan

seksual secara vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya

HIV terdapat pada darah, sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara

penularan yang paling umum terjadi. Sekitar 70-80% total kasus

HIV dan AIDS di dunia (hetero seksual >70% dan homo seksual
14

10%) disumbangkan melalui penularan seksual meskipun resiko

terkena HIV dan AIDS untuk sekali terpapar kecil yakni 0,1-1,0%.

2. Tranfusi darah yang tercemar HIV

Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencemari

darah penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara langsung

terinfeksi HIV, resiko penularan sekali terpapar >90%. Transfusi

darah menyumbang kasus HIV dan AIDS sebesar 3-5% dari total

kasus sedunia.

3. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV

Jarum suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang

sebelumnya digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media

penularan. Resiko penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan

kasus HIV dan AIDS sebesar 5-10% total seluruh kasus sedunia.

4. Ibu hamil yang menderita HIV (+) kepada janin yang

dikandungnya dengan resiko penularan ±30% dan berkontribusi

terhadap total kasus sedunia sebesar 5-10%.

2.1.10 Pencegahan HIV AIDS

Pencegahan positif adalah upaya-upaya pemberdayaan ODHA

yang bertujuan untuk meningkatkan harga diri, kepercayaan diri dan

kemampuan serta diimplementasikan di dalam suatu kerangka etis

yang menghargai hak dan kebutuhan ODHA dan pasangannya

(Yayasan Spiritia, 2012). Tiga pilar pencegahan positif adalah sebagai

berikut :
15

1. Meningkatkan mutu hidup ODHA

2. Menjaga diri untuk tidak tertular HIV maupun infeksi dari orang

lain

3. Menjaga diri untuk tidak menularkan HIV kepada orang lain

Tindakan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan

mencegah perilaku seks berisko. Ada beberapa metode yang

direkomendasikan oleh Kemenkes RI untuk mencegah penularan HIV

yang dikenal dengan perilaku ABCDE:

1. Abstinence : tidak melakukan hubungan seks bebas

2. Befaitful : melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti

pasangan dan saling setia pada pasangan

3. Condom : untuk melakukan hubungan seks yang mengandung

resiko dianjurkan melakukan seks aman termasuk menggunakan

kondom.

4. Drugs : jauhi narkoba

5. Equpment : hindari pemakaian alat medis yang tidak steril.

Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan

urine orang yang terinfeksi namun tidak terdapat catatan kasus

infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko

infeksinya secara umum dapat diabaikan (Syafruddin, dkk, 2011)


16

2.2 Konsep pengetahuan

2.2.1 Definsi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Dewi, 2010).

2.2.2 Jenis-jenis pengetahuan

Pada umumnya pengetahuan dibagi dalam beberapa jenis, diantaranya

(Dewi,2010):

1. Pengetahuan langsung (immediate) adalah pengetahuan langsung

yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran..

2. Pengetahuan tidak langsung (mediate) adalah hasil dari

pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-

pengalaman yang lalu.

3. Pengetahuan indrawi (perceptual) adalah sesuatu yang dicapai dan

diraih melalui indra-indra lahiriah.

4. Pengetahuan konseptual (Conseptual) adalah pengetahuan yang

juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.

5. Pengetahuan partikular (particular) adalah pengetahuan yang

berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, dan realitas-

realitas khusus.
17

6. Pengetahuan keseluruhan (universal) adalah pengetahuan yang

meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pada umumnya ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan itu sendiri, berikut faktor-faktor yang dapat mempegaruhi

(Wawan, 2010):

1. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup.

2. Media masa yang didesain secara khusus untuk mencapai

masyarakat yang sangat luas.

3. Sosial budaya dan ekonomi juga mempengaruhi, kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk.

4. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

5. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi di masa lalu.

6. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula


18

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

2.2.4 Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang kita ketahui ini memiliki sumber (source) diataranya

adalah (Wawan, 2010):

1. Intuisi adalah sebuah pemikiran eksperiman, coba-coba yang

berawal dari sebuah pertanyaan akan keraguan dan lahirlah insting.

2. Rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu

pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar,

diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan

sekolah.

3. Emperikal atau indra manusia merupakan alat dan sumber

pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan

perantaraanya.

2.2.5 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut : (Notoatmodjo,

2003)

a) Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima.

b) Memahami (Comprehension)
19

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

c) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam

suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain..

e) Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi

atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.3 Konsep stigma

2.3.1 Pengertian stigma sosial

Stigma sebagai suatu isyarat atau pertanda yang dianggap sebagai

“gangguan” dan karenanya dinilai kurang dibanding orang-orang


20

normal. Individu-individu yang diberi stigma yang dianggap sebagai

individu yang cacat, membahayakan, dan agak kurang dibandingkan

orang lain pada umumnya (KPA, 2013).

2.3.2 Tipe-tipe dan dimensi stigma

Tindakan stigmatisasi kepada orang lain dapat memberikan beberapa

fungsi bagi inidividu termasuk meningkatkan harga diri, meningkatkan

kendali sosial, menaham kecemasan. Menurut Jones membedakan

dalam 6 jenis stigma, atau kondisi stigmatisasi, diantaranya (Kesrepro,

2007);

a. Penyembunyian, yang mencakup karakteristik stigmatisasi sedapat

mungkin bisa dilihat (seperti cacat wajah vs. homoseksualitas).

b. Rangkaian Penandaan, berhubung dengan apakah tanda tersebut

sangat mencolok mata atau makin melemah dari waktu ke waktu.

c. Kekacauan, yang menyangkut pada tingkat stigmatisasi dalam

menganggu dalam interaksi interpersonal (seperti gagap dalam

berbicara).

d. Estetika, yang berhubungan dengan reaksi subjektif yang dapat

memunculkan stigma karena suatu hal yang kurang menarik.

e. Asal-usul, tanda stigmatisasi (seperti cacat bawaan, kecelakaan,

atau kesengajaan) yang juga terkait dengan tanggung jawab

seseorang dalam bentuk stigma.


21

f. Risiko, yang mencakup perasaan bahaya dari stigmatisasi dari

orang lain (seperti memliki penyakit yang mematikan atau

membahayakan vs. Memiliki kelebihan berat badan).

2.3.3 Stigma pada pasien HIV AIDS

Green (dalam Cholil) mengatakan stigma pada pasien HIV/AIDS ada

tiga sumber, diantaranya:

a. Ketakutan, semua tahu HIV/AIDS adalah penyakit infeksi yang

sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.

b. Moril, fakta yang ada penyakit HIV/AIDS sering terkait dengan

seks bebas dan penyalahgunaan obat terlarang atau obat bius,

kutukan Tuhan dengan alasan bahwa ODHA (Orang Dengan

HIV/AIDS) adalah orang-orang yang melanggar norma agama.

c. Ketidakacuhan oleh media masa, adanya pemikiran dan

ketakutan dan pikiran moril pembaca tentang HIV/AIDS.

2.3.4 Dampak stigma sosial

Phulf (dalam Simajuntak; 2005) menjelaskan dari hasil penelitian

menemukan ada beberapa akibat dari stigma yaitu:

a. Sulit mencari bantuan

b. Membuat semakin sulit memulihkan kehidupan karena stigma

dapat menyebabkan erosinya self-confidence sehingga menarik

diri dari masyarakat

c. Menyebabkan diskriminasi sehingga sulit mendapatkan

akomodasi dan pekerjaan


22

d. Masyarakat bisa lebih kasar dan kurang manusiawi

e. Keluarganya menjadi lebih terhina dan terganggu.

2.4 Konsep remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Masa remaja, menurut Mappiare (dalam Ali & Asrori, 2012)

berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita

dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja yang dalam

bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere

yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”.

WHO (World Health Organization) mendefinisikan remaja secara

konseptual, dibagi menjadi tiga kriteria yaitu biologis, psikologis dan

sosial ekonomi (Sarwono, 2012). Secara lengkap definisi tersebut

berbunyi sebagai berikut:

a. Remaja berkembang mulai dari pertama kali menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.

b. Remaja mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju

keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.4.2 Batasan usia Remaja

usia remaja di bagi menjadi tiga fase sesuai tingkatan umur yang

dilalui oleh remaja. Menurut Sa’id, setiap fase memiliki


23

keistimewaannya tersendiri. Ketiga fase tingkatan umur remaja tersebut

antara lain:

1. Remaja Awal (early adolescence)

Tingkatan usia remaja yang pertama adalah remaja awal. Pada

tahap ini, remaja berada pada rentang usia 12 hingga 15 tahun..

2. Remaja Pertengahan (middle adolescence)

Tingkatan usia remaja selanjutnya yaitu remaja pertengahan, atau

ada pula yang menyebutnya dengan remaja madya. Pada tahap ini,

remaja berada pada rentang usia 15 hingga 18 tahun.

3. Remaja Akhir (late adolescence)

Tingkatan usia terakhir pada remaja adalah remaja akhir. Pada

tahap ini, remaja telah berusia sekitar 18 hingga 21 tahun. Remaja

pada usia ini umumnya tengah berada pada usia pendidikan di

perguruan tinggi, atau bagi remaja yang tidak melanjutkan ke

perguruan tinggi, mereka bekerja dan mulai membantu menafkahi

anggota keluarga. Keistimewaan pada fase ini adalah seorang

remaja selain dari segi fisik sudah menjadi orang dewasa, dalam

bersikap remaja juga sudah menganut nilai-nilai orang dewasa.

2.4.3 Perkembangan fisik masa remaja

Pada masa remaja, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat

disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-

organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang

ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.


24

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya

tanda-tanda sebagai berikut:

1 Tanda-tanda seks primer. Semua organ reproduksi wanita tumbuh

selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu

dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun

kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan

adalah datangnya haid.

2 Tanda-tanda seks sekunder. Menurut Widyastuti dkk (2009)

tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara lain:

1) Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti

halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini

terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu

ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid.

2) Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

3) Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol.

4) Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,

lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan

laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.


25

5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan

kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan

baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

6) Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar

dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan

tungkai kaki.

7) Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang

terjadi pada wanita.

2.4.4 Perkembangan psikis masa remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan

pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan

kejiwaan pada remaja adalah:

1 Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi :

a. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas,

frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas.

b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya

mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan

bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

c. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di

rumah
26

2 Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini

menyebabkan remaja Cenderung mengembangkan cara berpikir

abstrak, suka memberikan kritik dan juga Cenderung ingin

mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin

mencoba-coba.

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut

berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

2.4.5 Perkembangan kognitif masa remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012).

Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia

karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.

Mereka berpikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri,

orang lain, dan dunia). Lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri,

pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri

mereka, serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia

sosial. (Santrock, 2002).

2.5 Konsep Hubungan Pengetahuan Dengan Stigma

Kurangnya pengetahuan dan adanya prasangka yang menciptakan

stigma terhadap ODHA. Masyarakat hanya mengetahui HIV dan AIDS

merupakan sebatas penyakit menular dan penderitanya berbahaya dan belum

memahami benar bagaimana penularannya. Ketidakpahaman ini

menyebabkan timbulnya sikap berlebihan yang tidak mendukung kehidupan


27

ODHA. Pada umumnya ODHA tidak dapat dibedakan dengan orang sehat,

sehingga dengan hanya melihat tidak dapat dipastikan seseorang itu

menderita HIV dan AIDS atau tidak.

Kurangnya informasi yang benar mengenai HIV dan AIDS dan

penularannya disebabkan karena dianggap bahwa membicarakan hal yang

berbau sexual dianggap tabu menyebabkan adanya halangan (barrier) bagi

anak muda untuk melindungi dirinya sendiri dari perilaku yang beresiko

tinggi terjadinya penularan HIV (Agrawal, 2002). Pengetahuan yang kurang

juga memunculkan miskonsepsi dimasyarakat, contohnya sebuah penelitian

yang dilakukan pada orang yang tidak mendapatkan pendidikan di India, 45%

dari partisipan menyatakan bahwa HIV dapat ditularkan melaui gigitan

nyamuk (Singh, 2002).

Kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS ini juga menyebabkan

masyarakat memiliki kesimpulan-kesimpulan yang tidak sesuai dengan

pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang sebenarnya. Terdapat beberapa

pemahaman yang keliru mengenai HIV/AIDS, seperti HIV/AIDS bisa

menular melalui kontak sosial seperti bersalaman, makan bersama,

menghirup udara disekitar ODHA, dan lain-lain. Pemahaman yang keliru ini

menyebabkan timbulnya stigmatisasi terhadap ODHA.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Mahendra (2007) dan Pratikno

(2008) yang menunjukkan bahwa stigma terhadap ODHA oleh petugas

kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan persepsi tentang HIV dan AIDS
28

dengan nilai p value 0,000 (<0,05). ini juga sejalan dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh Ansemus Aristo Parut (2016) yang

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA , dengan

koefisien korelasi -0.890, dengan nilai p value 0.000 (<0.05).

2.6 Konsep ODHA

Orang yang terinfeksi HIV dan AIDS dalam Bahasa Inggris disebut

PLWHA (People Living with HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia kategori ini

diberi nama ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) dan OHIDA (Orang yang

hidup dengan HIV dan AIDS) baik keluarga serta lingkungannya (Kristina

dalam Syaiful, 2000). Demikian, ODHA merupakan sebutan bagi orang yang

menderita HIV dan AIDS.

ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV dan AIDS,

sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa

orang tersebut sudah secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah

kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu suatu virus yang

menyerang kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang dimaksud adalah suatu

sistem tubuh yang secara alamiah berfungsi melawan penyakit dan infeksi.
29

2.7 Kerangka Teori

Cara penularan HIV/AIDS :


1 Hubungan seksual dengan pengidap
2 HIV/AIDS
3 Ibu pada bayinya
4 Darah dan produk darah yang tercemar
5 HIV/AIDS
6 Pemakaian alat kesehatan
yang tidak steril
7 Alat-alat untuk menorah kulit
8 Menggunakan jarum suntik
secara bergantian

Faktor-faktor yang Tingkat pengetahuan :


mempengaruhi stigma : Pendidikan 1. Tahu
1. Pengetahuan Kesehatan atau 2. Memahami
2. Persepsi 3. Analisis
3. Tingkat pendidikan Promosi
Kesehatan 4. Sintesis
4. Umur
5. evaluasi
5. Kepatuhan terhadap
agama

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Martono (2006), Wawan (2010), & Notoatmodjo (2003)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Kosep

Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desain

pendekatan Cross Sectional Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Pendekatan

Cross Sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran

atau pengamatan pada saat bersamaan.

Bagan 3.1 Kerangka konsep


Variable independent Variable Dependent

Pengetahuan tentang HIV/AIDS Stigma terhadap ODHA

Variable confounding
a. Pendidikan
b. Informasi / media massa
c. Sosial budaya
d. Lingkungan
e. Pengalaman
f. usia

Keterangan :

= Diteliti

30
31

= Tidak diteliti

Pada kerangka konsep di atas menggambarkan bahwa hubungan

antara pengetahuan tentang HIV/AIDS (independent) dengan variabel stigma

terhadap ODHA dapat diganggu atau dirancu oleh variabel-variabel:

pendidikan, informasi / media massa, sosial budaya, lingkungan, pengalaman

dan usia. Variabel-variabel ini disebut variabel penggangu (confouding

variable), hal ini berarti bahwa stigma terhadap ODHA tidak hanya di

pengaruhi oleh pengetahuan tentang HIV/AIDS tetapi juga oleh pendidikan,

informasi / media massa, sosial budaya, lingkungan, pengalaman dan usia.

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma

terhdap ODHA pada mahasiswa semester II reguler PSIK FK Uncen

Ha : Terdapat hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma

terhadap ODHA pada mahasiswa smester II reguler PSIK FK Uncen.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara dan alat Hasil ukur Skala


ukur
1 Pengetahu segala sesuatu yang Kuisioner 1. baik (6- ordinal
an tentang dialami, dilihat dan di dengan check 10)
HIV/AID dengar tentang list 2. kurang
S HIV/AIDS dan digali Dengan Skala ( 1-5)
berdasarkan kemampuan guttman untuk
menjawab pertanyaan item :
tentang apa itu a. pertanyaan
HIV/AIDS, bagaimana positif
32

penularanya, siapa saja Ya = 1


yang beresiko tertular, Tidak = 0
pengobatan dan b. pertanyaan
bagaimana upaya negatif
pencegahannya Ya = 0
Tidak = 1
2 Stigma Segala pemikiran dan Kuisioner 1.rendah ordinal
terhadap perilaku negatif dengan check (<26)
ODHA mahasiswa terhadap list 2.tinggi
ODHA yang dapat Dengan Skala (27>)
mempengaruhi likert untuk :
aktivitas ODHA dalam SS = 1
Kehidupan sosial S=2
bermasyarakat. TS = 3
STS = 4

3.4 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner, kuisioner terdiri dari tiga bagian, yaitu (A) berisi data karakteristik

tentang responden, (B) berisi pernyataan tentang pengetahuan HIV/AIDS,

dan bagian terakhir (C) berisi pernyataan tentang stigma terhadap ODHA.

Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin dan agama.

Bagian kedua terdiri dari pertanyaan tentang pengetahuan HIV/AIDS yang

berjumlah 10 pertanyaan. Pernyataan pada bagian ini diisi menggunakan

check list pada jawaban yang menurut responden benar. Terdapat 2

pernyataan negatif (no.4 dan 7) dan 8 pernyataan positif (no. 1,2,3,5,6,8,9 dan

10) Pertanyaan positif di nilai dengan skala Guttman, yaitu: (1) untuk

jawaban benar dan (0) untuk jawaban salah, sendangkan pernyataan negatif,

yaitu: (0) untuk jawaban benar dan (1) untuk jawaban salah (Alimul , 2003).

Pernyataan tersebut untuk mengukur tingkat pengetahaun mahasiswa apakah


33

baik apabila menjawab 6-10 pernyataan dengan benar dan kurang apabila

menjawab 1-5 pernyataan dengan benar.

Bagian terakhir memiliki 13 pertanyaan tentang stigma yang sering

terjadi pada ODHA. Di isi menggunkan check list pada jawaban yang paling

sesuai dengan responden. Pernyataan dinilai dengan skala Likert, yaitu (1)

sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak setuju dan (4) sangat tidak setuju (Alimul,

2003). Pernyataan-pernyataan tersebut untuk mengukur apakah stigma pada

mahasiswa masuk dalam katagori rendah (<26) atau tinggi (27>)

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah

populasi penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa

semester dua reguler PSIK FK Uncen yang berjumlah 98 orang.

3.5.2 Sampel

Objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut

sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah para mahasiswa/i

semester II reguler PSIK FK Uncen. Teknik pengambilan sampel

dengan cara purposive sampling dilakukan secara subjektif sehingga

peneliti menentukan sendiri siapa yang dapat menjadi sampel

penelitian.

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus Lameshow (1997), sebagai berikut:


34

2
N.Z 1-α/2.P.q
n=
2 2
d (N-1) + Z 1-α/2.P.q

Keterangan :
N : Besar sampel

N : Besar populasi

2
Z 1-α/2 : Standar deviasi normal (1,96)
P : Perkiraan populasi (prevalensi) variabel dependen
pada populasi (95%)

q : 1-P

d : delta presisi absolut atau margin of error yang


diinginkan pada kedua sisi proporsi (5%)

Berdasarkan rumus tersebut, maka besarnya sampel minimal yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2
N.1,96 .0,95 (0,05)
n=
2 2
0,05 (N-1) + 1,96 .0,95 (0,05)
98.(3,8416).(0,0475)
n=
(0,0025) 97+ (3,8416).(0,0475)

17.8827
n=
0.42498

n = 42.08 dibulatkan menjadi 42.

Sampel akan di ambil dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1) Bersedia menjadi responden


35

2) Mahasiswa yang masih aktif berkuliah di PSIK FK Uncen

3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitasi

3.6.1 Uji validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur, sebuah

instrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

[ CITATION Set13 \l 1057 ] Uji validitas akan dilakukan di PSIK FK

Uncen dengan sampel yang dibutuhkan yaitu 10 orang.

Pengujian validitas ini menggunakan statical product and

service solution (SPPS) dan diukur melalui kriteria Jika nilai r hitung >r

tabel maka butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung <r

tabel maka butir soal kuesioner dinyatakan tidak valid.

Tabel 3.2 Validasi kueisioner Pengetahuan

Pengetahuan tentang HIV/AIDS


no r Hitung r Tabel keterangan
soal
1 0.981 >0,632 valid
2 0.981 >0,632 valid
3 0.798 >0,632 valid
4 0.798 >0,632 valid
5 0.798 >0,632 valid
6 0.981 >0,632 valid
7 0.981 >0,632 valid
8 0.981 >0,632 valid
9 0.981 >0,632 valid
10 0.981 >0,632 valid
36

Dari tabel 3.2 maka diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan

kuesioner pada kuisioner (Pengetahuan) dinyatakan valid, karena nilai r

hitung > r tabel (0,632). Selanjutnya untuk mengetahui validitas

pertanyaan mengenai stigma dapat dilihat melalui Tabel 3.3 mengenai

hasil uji validasi kuisiner stigma.

Tabel 3.3 Validasi kuesioner stigma

Stigma Terhadap ODHA


No.soa r Hitung r Tabel keterangan
l
1 0.732 >0.632 valid
2 0.980 >0.632 valid
3 0.980 >0.632 valid
4 0.901 >0.632 valid
5 0.804 >0.632 valid
6 0.724 >0.632 valid
7 0.864 >0.632 valid
8 0.838 >0.632 valid
9 0.850 >0.632 valid
10 0.932 >0.632 valid
11 0.821 >0.632 valid
12 0.735 >0.632 valid
13 0.319 >0.632 TDK valid
14 0.039 >0.632 TDK valid
15 0.658 >0.632 valid

Pada tabel 3.3 terdapat 13 pertanyaan yang valid dengan nilai r hitung > r

tabel (0,632) dan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid karena nilai r hitung

< r tabel (0,632) (soal no.13 dan 14) sehingga pertanyaan-pertanyaan yang

tidak valid tersebut tidak akan digunakan dalam kuesioner.


37

3.6.2 Uji reliabilitas

Untuk uji Reliabilitas Instrumen menggunakan rumus Alpha

yang ada pada SPSS. Jika nilai Cronbach Alpha kuesioner

pengetahuan lebih besar dari nilai rtabel maka instrumen tersebut

adalah reliabel dan jika nilai Cronbach Alpha kuesioner stigma lebih

besar dari nilai rtabel maka instrumen tersebut juga reliabel. Setelah

dilakukan penelitian awal, menghasilkan hasil uji reliabilitas sebagai

berikut :

Tabel 3.4 Hasil uji reliabilitas Kuesioner

Variabel cronchbach r Tabel jumlah butir keteranga


Alpha Soal n
Pengetahua 0.793 0.632 10 Reliabel
n
Stigma 0.768 0.632 15 Reliabel

Hasil uji reliabilitas variabel pada Tabel 3.4 diketahui bahwa

Cronbach Alpha variabel pengetahuan 0.796 lebih besar daripada rtabel

(0,632), sehingga dapat dikatakan reliabel. Kemudian variabel stigma

diperoleh Cronbach Alpha sebesar 0,754 yang lebih besar daripada

rtabel (0,177), sehingga dinyatakan reliabel.

Tabel 3.5 kategori koefisien kuesioner

Koefisien Reliabilitas
Cronbach Alpha
0,90-1,00 Sangat tinggi
0,70-0,90 Tinggi
0,40-0,70 Sedang/cukup
0,20-0,40 rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
38

Sumber : J.P. Guilford

Variabel pengetahuan memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar

0,793 berdasarkan Tabel 3.4 variabel X dapat dikatakan memiliki

reliabilitas yang tinggi. Variabel stigma memiliki nilai Cronbach Alpha

sebesar 0,768, sehingga dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang

tinggi.

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan kampus PSIK FK Uncen

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan ferbuari – juni 2018

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan membagikan

kuesioner kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh saat

pengambilan data jumlah populasi diawal penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pengisian lembar

kuesioner. Sebelum dimulai penelitian, peneliti meminta izin melakukan

penelitian ke kampus PSIK FK Uncen terlebih dahulu. Menjelaskan kepada

responden bahwa mereka di ikut sertakan dalam penelitian ini dan diminta

kesediannya untuk ikut dalam penelitian.


39

Responden diberi penjelasan bahwa akan dilakukan pengisian

kuesioner untuk penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang

HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa PSIK FK Uncen.

Setelah kuesioner diisi, peneliti memeriksa kelengkapan jawabannya, jika

belum lengkap akan dilengkapi pada saat itu juga dan jika sudah lengkap

dapat mengakhiri pertemuan.

3.9 Pengolahan Data

Berdasarkan data yang terkumpul di lapangan maka dilakukan

analisis data terhadap hasil pengisian kuisioner. Agar analisis penelitian

menghasilkan informasi yang benar, maka dilakukan empat tahapan

pengelolaan data terlebih dahulu, yaitu:

a. Editing adalah kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan

pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, relevansi jawaban terhadap

pertanyaan dan konsistensi jawaban pada isian kuesioner. Apabila

ada jawaban yang kurang/tidak lengkap atau tidak relevan dengan

pertanyaan maka akan diperbaiki.

b. Coding adalah kegiatan pemberian kode yang dilakukan peneliti

untuk mengubah data yang sudah terkumpul ke bentuk yang lebih

ringkas dan memudahkan proses pengolahan data.

c. Tabulating adalah memasukkan data yang telah dikoreksi dalam

bentuk tabel.

d. Computing adalah memasukkan data ke komputer dan

mengolahnya dengan menggunakan software statistik.


40

3.10 Rencana Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa bivariat

menggunakan Uji Chi-Square yang diolah menggunakan SPSS. Hasil akan

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dari data karakterstik responden dari variabel penelitian. Data

karakteristik yang diteliti oleh peneliti antara lain Umur, jenis kelamin

dan agama. Hasil dari analisis univariat ini dilhat frekuensi data yang

didapat menggunakan rumus berikut :

f
P = x 100%
n
Keterangan :
P :presentasi
F : frekuensi
N : jumlah responden
3.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari tahu hubungan dua

variabel. Dalam penelitian ini analisis bivariatnya yaitu hubungan

pengetahuan tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA, Analisis

data tersebut akan menggunakan chi-square dengan bantuan SPSS.

Sendangkan untuk memutuskan apakah terdapat hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat, maka digunkan p value yang

dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yaitu 5% atau 0,005.


41

apabila p value <0,05 maka Ho ditolak dan Ha (hipotesis penelitian)

diterima, yang berarti ada hubungan antara variabel bebas dan veriabel

terikat, sendangkan bila p value >0,05 maka Ho diterima dan Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Penelitian ini menggunakan tabel 2x2 uji chi sqare dan menunjukan

nilai p= 0,000 (p<0,005) yang berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan

stigma terhadap ODHA pada mahasiswa semester II PSIK FK Uncen,

jadi dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Hipotesis alternatif

(Ha) diterima sendangkan Ha ditolak. (notoatdmojo,2012)

3.11. Etika Penulisan

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

penelitian.

Peneliti harus melalui beberapa tahap pengurusan perijinan sebagai

berikut: peneliti meminta persetujuan dari ketua program studi ilmu

keperawatan fakultas kedokteran universitas cendrawasih, setelah mendapat

persetujuan dari ketua program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran

universitas cendrawasih, kemudian peneliti mendatangi calon partisipan


42

dan meminta persetujuan calon partisipan untuk menjadi partisipan

penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian

dengan memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian menurut

Nursalam (2016) menyebutkan prinsip etika dalam penelitian terbagi

menjadi 3 yang terdiri dari; prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak

asasi manusia, dan prinsip keadilan.

1. Prinsip Manfaat

Bebas dari eksploitasi. Peneliti melakukan penjelasan mengenai tujuan

dilakukannya penelitian dan kerahasiaan informasi sebelum dibagikan

kuesioner.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia

Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden. Peneliti tidak memaksa

subjek untuk menjadi responden dan hanya menerima subjek yang

telah mengisi kuesioner dengan lengkap.

Informed consent. Peneliti membagikan informed consent yang berisi

tujuan penelitian, mempunyai hak bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden, serta mencantumkan bahwa data yang didapatkan

hanya digunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan

Hak dijaga kerahasiaannya. Peneliti menjaga kerahasiaan informasi

mengenai subjek seperti adanya tanpa nama dan rahasia. Selain itu,

informasi penelitian ini disimpan oleh peneliti selama 5 tahun dan setelah

itu peneliti bakar.


43
44

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen P2P Kementrian kesehatan RI, 2016. Laporan situasi perkembangan


HIV/AIDS di Indonesia januari-maret 2016

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Wawan & Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia. Jokjakarta : Nuha Medika.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga

Djoerban, Z. dkk. 2012. HIV/AIDS di Indonesia dalam A.W. Sudoto, B.


Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata K, S. Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.

Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Amin Huda Nurarif, H. k. (2015). Aplikasi Askep berdasarkan diagnosa medis


dan Nanda Nic-Noc. Jogja: Mediaction.

Suddarth's, B. &. (2002). Buku ajar: keperawatan medikal bedah. Jakarta:


penerbit buku kedokteran EGC.

UNAIDS, 2017. Global and regional Data:


http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2017_data-
book_en.pdf unaids 2017 Diakses pada 8 april 2017

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. edisi revisi.


Cetakan.14 .Jakarta : Rineka Cipta.
45

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta :PT. Rineka Cipta

M Rias Pratiwi Safitri, 2018. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan


stigma terhdap ODHA:
journal.stikesyarsimataram.ac.id/index.php/stikes/article/view/4 Diakses
pada tanggal 4 april 2018

Efrison Marudut, 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang


Penularan HIV/AIDS dengan Stigma di Masyarakat Terhadap ODHA di
Kec. Medan Selayang: http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/655
Diakses pada 4 april 2018

L Lubis, 2017. hubungan stigma, depresi dan kelelahan dengan ... - Jurnal
Unsyiah: www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6460/5334
Diakses pada 4 april 2018
Berliana Situmeang dkk, 2017. Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma
terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di
Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012) jurnal epidemiologi
kesehatan indonesia.
S Urifah, 2017. Pengetahuan dan stigma terhadap pasien HIV/AIDS di lingkungan
kesehatan:http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/viewFi
le/874/696 diakses pada 4 april 2018

Febriyanti, 2017. Faktor faktor yang berhubungan dengan stigma terhadap


ODHA. Journal Endurance 2(2) (158-167):
http://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1840 diakses pada 29 maret 2018

Ahwan, Zainul. 2012. Stigma dan diskriminasi HIV/AIDS pada ODHA di


masyarakat basis anggota Nahdlatul Ulama Bangil. Journal Yudharta,
6(1):1-5.

F Maharani, 2017. Faktor faktor yang berhubungan dengan stigma terhadap


ODHA:
ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/download/1300/686
Diakses pada tanggal 4 april 2018
46

B Situmeang, 2017. Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap


Orang dengan HIV/AIDS:
journal.fkm.ui.ac.id/epid/article/download/1803/609 Diakses pada tanggal
4 april 2018

Waluyo, A. 2011.Understanding HIV-related Stigma Among Indonesian Nurse.


Journal Of The Association of Nurse in AIDS Care. 26(1):69-Diakses pada
tanggal 27 maret 2018

S Wahyu, 2012. konsep diri dan masalah yang dialami orang terinfeksi hiv/aids:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2017_data-
book_en.pdf unaids 2017 diakses pada tanggal 17 maret 2018

OE Sosodoro, . Ossie.p65 – Neliti: https://media.neliti.com/.../163942-ID-


hubungan-pengetahuan-tentang-hivaids-den.pd... Diakses pada tanggal 17
maret 2018
AA Parut, 2016. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma
terhadap ODHA:
journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/874/843 diakses
pada tanggal 19 maret 2018

Z Shaluhiyah, 2015. Stigma Masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS:


jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/download/740/469 Diakses pada 18
maret 2018

World Health Organization (WHO). 2014. Global Summary Of The AIDS


Epidemic. Avaliable at www.who.int/hiv/data/epi_core.Diakses pada
tanggal 27 maret 2018,

Paryati, Tri. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi


kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) oleh Petugas Kesehatan: Kajian
Literatur (Factors Influencing Healthcare Workers’ Stigma and
Discrimination toward PLHIV: A Literature Review). Bandung:
Padjajaran University.
Lusiana Meinawati, dkk. 2014. Jurnal : Hubungan Pengetahuan Masyarakat
Tentang HIV/AIDS dengan Stigma pada ODHA (Orang dengan
47

HIV/AIDS) di Dusun Pandan Wangi, Desa Pandan wangi, Kecamatan


Diwek, Kabupaten Jombang. http://Jurnal-Insan-Cendikia-Vol.1-No.1-
November-2014. Diakses pada tanggal 29 maret 2018.

JADWAL KEGIATAN

N Tahun 2018
o Kegiatan Ma Apr Mei Jun Jul Agus
r t
1 Pengajuan Judul 
2 Survey Awal 
3 Penyelesaian dan bimbingan   
Proposal dari bab 1-3
4 Sidang Proposal 
5 Revisi Proposal 
6 Penelitian  
7 Penyelesaian dan bmbingan 
hasil penelitian
8 Sidang Hasil penelitian 
9 Revisi Hasil Penelitian 
10 Penyelesaian Dan 
bimbingan Skripsi
11 Sidang Skripsi 
12 Pengumpulan Skripsi 
48

LAMPIRAN
49

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR Kepada

Yth. Calon Responden Penelitian

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan FK Uncen bermaksud

melaksanakan penelitian dengan Judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan

HIV/AIDS dan Stigma Terhadap ODHA pada Mahasiswa PSIK FK Uncen’.

Saya mengharap partisipasi anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya

menjamin kerahasiaan dan identitas anda. Informasi yang anda berikan hanya

semata-mata digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak di

gunakan untuk maksud lain.

Apabila anda bersedia menjadi responden, anda mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Atas perhatian dan

kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.

Jayapura Mei 2018

Peneliti

Yulita M.J Kastera

Atas perhatian dan kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.


50

Lampiran 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Inform Consent

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau

sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Uncen.

Judul Penelitian : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan

Stigma Terhadap ODHA pada mahasiswa PSIK FK Uncen”

Peneliti : Yulita M.J Kastera

NIM : 20140811024126

Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian.

Jayapura Mei 2018

Peneliti Responden

Yulita M.J Kastera


51

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian


A. Karakteristik responden

1. Kode Responden : (Diisi oleh peneliti)

2. Nama :

3. Usia :

4. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Agama :

B. KUESIONER A : Pengetahuan tentang HIV/AIDS


Petunjuk Pengisian Kuesioner A:
1. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban
pada pertanyaan yang bertanda titik atau memberikan tanda
checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang disediakan.
2. Jawablah pernyataan berikut dengan jujur.
3. Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban.

no pernyataan Benar salah


1 HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia
2 HIV/AIDS dapat ditularkan melalui jarum suntik, hubungan
seksual dan transfusi darah
3 AIDS merupakan singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome
4 HIV dapat disembuhkan
5 AIDS terjadi karena HIV
6 HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus

7 Sering kencing pada malam hari merupakan salah satu


gejala HIV/AIDS
8 Pada masa jendela seseorang dapat menularkan HIV
52

9 HIV tidak dapat menular ketika makan, minum dan mandi


bersama dengan ODHA
10 Kelompok beresiko tinggi tertular HIV adalah pecandu
narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian

C. KUESIONER B

Petunjuk Pengisian Kuesioner B :


1. Bacalah pernyataan dan pilihan jawaban dengan cermat dan teliti.
2. Pernyataan 1-30 memiliki empat pilihan jawaban yang tersedia meliputi
sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.
3. Seluruh pernyataan berikut ini berkaitan dengan stigma simbolik dan
instrumental responden terhadap penyakit HIV/AIDS.
4. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan
penilaian
Anda dengan cara memberi tanda checklist ( √ ).
5. Jika Anda ingin mengganti pilihan jawaban, maka berilah tanda silang
( X ) pada tanda checklist ( √ ) yang salah, kemudian berikan tanda
checklist (√ ) baru pada kolom jawaban yang Anda anggap paling
sesuai.
6. Dimohon para responden untuk mengisi semua pertanyaan yang tersedia.
7. Keterangan pilihan jawaban dan artinya:
Sangat Tidak Setuju : STS
Tidak Setuju : TS
Setuju :S
Sangat Setuju : SS
8. ODHA : Orang Dengan HIV dan AIDS

No Pertanyaan STS TS S SS
1 Saya akan lebih menjaga jarak atau menghindari
ODHA
2 Saya merasa malu jika orang tahu saya berteman
dengan ODHA
53

3 Saya tidak mau berjabat tangan dengan ODHA


4 Saya tidak akan mau bekerja dengan ODHA
5 Saya tidak akan menerima ODHA sebagai teman
6 Saya tidak ingin satu tempat tinggal atau kost
dengan ODHA
7 Saya mengganggap ide dan pendapat ODHA
tidak penting
8 HIV dan AIDS Merupakan Hukuman atas
perilaku buruk ODHA
9 Saya menganggap ODHA lebih
berbahaya daripada Pengidap penyakit lainnya
10 ODHA tidak boleh Kuliah
11 Pemerintah perlu membuat peraturan yang
melarang ODHA untuk menggunakan fasilitas
umum.
12 Pemerintah harus membuat peraturan yang
menyatakan bahwa ODHA tidak boleh bekerja
13 Pemerintah harus menyiapkan penampungan
Khusus untuk ODHA
53

LAMPIRAN 4 .UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER


PENGETAHUAN

Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soql10 jumlah

soal1 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


1 *
.667* .667* .667* * * * *
1.000** .981**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal2 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


*
1 .667* .667* .667* * * * *
1.000** .981**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal3 Pearson 1.000* 1.000*


.667* .667* 1 * *
.667* .667* .667* .667* .667* .798**
Correlation

Sig. (2-tailed) .035 .035 .000 .000 .035 .035 .035 .035 .035 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal4 Pearson 1.000* 1.000*


.667* .667* *
1 *
.667* .667* .667* .667* .667* .798**
Correlation

Sig. (2-tailed) .035 .035 .000 .000 .035 .035 .035 .035 .035 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal5 Pearson 1.000* 1.000*


.667* .667* * *
1 .667* .667* .667* .667* .667* .798**
Correlation

Sig. (2-tailed) .035 .035 .000 .000 .035 .035 .035 .035 .035 .006

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal6 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


* *
.667* .667* .667* 1 * * *
1.000** .981**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal7 Pearson 1.000* 1.000* .667* .667* .667* 1.000* 1 1.000* 1.000* 1.000** .981**
* * * * *
Correlation
54

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal8 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


* *
.667* .667* .667* * *
1 *
1.000** .981**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal9 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


* *
.667* .667* .667* * * *
1 1.000** .981**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soql1 Pearson 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000* 1.000*


* *
.667* .667* .667* * * * *
1 .981**
0 Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .035 .035 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

jumla Pearson
.981** .981** .798** .798** .798** .981** .981** .981** .981** .981** 1
h Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .006 .006 .000 .000 .000 .000 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level


(2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level


(2-tailed).
55

UJI RELIABILITAS PENGETAHUAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

soal1 .8000 .42164 10

soal2 .8000 .42164 10

soal3 .9000 .31623 10

soal4 .9000 .31623 10

soal5 .9000 .31623 10

soal6 .8000 .42164 10

soal7 .8000 .42164 10

soal8 .8000 .42164 10

soal9 .8000 .42164 10

soql10 .8000 .42164 10

jumlah 8.3000 3.65300 10

Reliability Statistics

Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance
.793 if Corrected
11 Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
56

soal1 15.8000 47.511 .979 .767

soal2 15.8000 47.511 .979 .767

soal3 15.7000 49.789 .782 .781

soal4 15.7000 49.789 .782 .781

soal5 15.7000 49.789 .782 .781

soal6 15.8000 47.511 .979 .767

soal7 15.8000 47.511 .979 .767

soal8 15.8000 47.511 .979 .767

soal9 15.8000 47.511 .979 .767

soql10 15.8000 47.511 .979 .767

jumlah 8.3000 13.344 1.000 .983

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

16.6000 53.378 7.30601 11


57

LAMPIRAN 5_UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER STIGMA

Correlations

soal1 soal1 soal1 soal1


soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 0 soal11 2 3 4 soal15 total

soal1 Pearson
1 .707* .707* .484 .667* .716* .751* .815** .677* .625 .380 .349 .064 -.255 .364 .732*
Correlation

Sig. (2-
.022 .022 .156 .035 .020 .012 .004 .032 .053 .279 .323 .861 .477 .301 .016
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal2 Pearson
.707* 1 1.000** .872** .783** .648* .918** .815** .885** .937** .820** .698* .255 -.064 .677* .980**
Correlation

Sig. (2-
.022 .000 .001 .007 .043 .000 .004 .001 .000 .004 .025 .477 .861 .032 .000
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal3 Pearson
.707* 1.000** 1 .872** .783** .648* .918** .815** .885** .937** .820** .698* .255 -.064 .677* .980**
Correlation

Sig. (2-
.022 .000 .001 .007 .043 .000 .004 .001 .000 .004 .025 .477 .861 .032 .000
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal4 Pearson
.484 .872** .872** 1 .806** .677* .663* .647* .620 .930** .715* .555 .253 .253 .620 .901**
Correlation

Sig. (2-
.156 .001 .001 .005 .032 .037 .043 .056 .000 .020 .096 .480 .480 .056 .000
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal5 Pearson
.667* .783** .783** .806** 1 .729* .695* .692* .557 .836** .642* .415 -.152 -.152 .371 .804**
Correlation

Sig. (2-
.035 .007 .007 .005 .017 .026 .027 .094 .003 .045 .233 .676 .676 .291 .005
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal6 Pearson
.716* .648* .648* .677* .729* 1 .467 .813** .582 .600 .391 .488 .089 -.134 .145 .724*
Correlation

Sig. (2-
.020 .043 .043 .032 .017 .174 .004 .078 .067 .264 .153 .807 .713 .688 .018
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
58

soal7 Pearson
.751* .918** .918** .663* .695* .467 1 .797** .802** .869** .753* .598 .055 -.218 .535 .864**
Correlation

Sig. (2-
.012 .000 .000 .037 .026 .174 .006 .005 .001 .012 .068 .881 .545 .111 .001
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal8 Pearson
.815** .815** .815** .647* .692* .813** .797** 1 .745* .745* .668* .667* .000 -.304 .248 .838**
Correlation

Sig. (2-
.004 .004 .004 .043 .027 .004 .006 .013 .013 .035 .035 1.000 .393 .489 .002
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal9 Pearson
.677* .885** .885** .620 .557 .582 .802** .745* 1 .667* .726* .745* .408 -.272 .667* .850**
Correlation

Sig. (2-
.032 .001 .001 .056 .094 .078 .005 .013 .035 .018 .013 .242 .447 .035 .002
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal10 Pearson
.625 .937** .937** .930** .836** .600 .869** .745* .667* 1 .768** .559 .102 .102 .583 .932**
Correlation

Sig. (2-
.053 .000 .000 .000 .003 .067 .001 .013 .035 .009 .093 .779 .779 .077 .000
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal11 Pearson
.380 .820** .820** .715* .642* .391 .753* .668* .726* .768** 1 .859** .209 -.052 .555 .821**
Correlation

Sig. (2-
.279 .004 .004 .020 .045 .264 .012 .035 .018 .009 .001 .562 .886 .096 .004
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal12 Pearson
.349 .698* .698* .555 .415 .488 .598 .667* .745* .559 .859** 1 .456 .000 .373 .735*
Correlation

Sig. (2-
.323 .025 .025 .096 .233 .153 .068 .035 .013 .093 .001 .185 1.000 .289 .015
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal13 Pearson
.064 .255 .255 .253 -.152 .089 .055 .000 .408 .102 .209 .456 1 .583 .612 .319
Correlation

Sig. (2-
.861 .477 .477 .480 .676 .807 .881 1.000 .242 .779 .562 .185 .077 .060 .369
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal14 Pearson
-.255 -.064 -.064 .253 -.152 -.134 -.218 -.304 -.272 .102 -.052 .000 .583 1 .272 .039
Correlation

Sig. (2- .477 .861 .861 .480 .676 .713 .545 .393 .447 .779 .886 1.000 .077 .447 .914
tailed)
59

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

soal15 Pearson
.364 .677* .677* .620 .371 .145 .535 .248 .667* .583 .555 .373 .612 .272 1 .658*
Correlation

Sig. (2-
.301 .032 .032 .056 .291 .688 .111 .489 .035 .077 .096 .289 .060 .447 .039
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

total Pearson
.732* .980** .980** .901** .804** .724* .864** .838** .850** .932** .821** .735* .319 .039 .658* 1
Correlation

Sig. (2-
.016 .000 .000 .000 .005 .018 .001 .002 .002 .000 .004 .015 .369 .914 .039
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

*. Correlation is significant at the 0.05


level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01


level (2-tailed).
60

UJI RELIABILTASI KUESIONER STIGMA


Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.768 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

soal1 2.7000 .67495 10

soal2 2.3000 .67495 10

soal3 2.3000 .67495 10

soal4 2.5000 .84984 10

soal5 2.1000 .56765 10

soal6 2.4000 .96609 10

soal7 2.2000 .78881 10

soal8 2.5000 .70711 10

soal9 3.1000 .31623 10

soal10 2.4000 .84327 10

soal11 2.3000 .82327 10

soal12 2.0000 .47140 10

soal13 2.4000 .51640 10

soal14 2.4000 .51640 10

soal15 2.8000 .63246 10

Total 36.4000 7.69126 10

Item-Total Statistics
61

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

soal1 70.1000 221.878 .711 .754

soal2 70.5000 216.722 .978 .746

soal3 70.5000 216.722 .978 .746

soal4 70.3000 213.789 .890 .743

soal5 70.7000 222.900 .791 .754

soal6 70.4000 216.044 .692 .747

soal7 70.6000 216.267 .851 .746

soal8 70.3000 218.900 .823 .750

soal9 69.7000 228.456 .844 .761

soal10 70.4000 213.156 .924 .742

soal11 70.5000 216.500 .803 .747

soal12 70.8000 226.178 .721 .759

soal13 70.4000 231.822 .288 .766

soal14 70.4000 236.267 .006 .772

soal15 70.0000 224.222 .634 .757

total 36.4000 59.156 1.000 .943

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

72.8000 236.622 15.38253 16

Anda mungkin juga menyukai