Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HIPERTENSI

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah.SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul
“HIPERTENSI”. Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas praktek profesi Ners.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
diantaranya :
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.

Jakarta, 13 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................. 3
1.4 Metode Penulisan ...................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi ................................................................ 5
2.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa .................................. 5
2.3 Penyebab Hipertensi .................................................................. 4
2.4 Faktor Resiko Hipertensi ........................................................... 7
2.5 Patofisiologi ............................................................................... 9
2.6 Manifestasi Klinis ...................................................................... 10
2.7 Komplikasi Hipertensi ............................................................... 11
2.8 Perawatan................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 13
3.2 Saran .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat didunia, dan berkaitan
erat dengan pola prilaku hidup masyarakat. Sampai saat ini hipertensi masih
menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi
hipertensi. Banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya masih belum optimal,
serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi berupa kerusakan organ,
terutama jantung dan pembuluh darah, yang akan memperburuk prognosis
(Purwanto, 2012).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan faktor utama dalam


perkembangan aterosklerosis, penyebab utama terjadinya pembuluh darah dan
penyakit serebrovaskular, penyakit jantung iskemik, infark miokard, gagal
jantung kongestif, dan stroke. Tekanan darah tinggi juga terkait kausal gagal
ginjal dan demensia. pilihan gaya hidup sehat ditambah dengan deteksi dini
dan optimalisasi pengobatan untuk mengontrol tekanan darah tinggi secara
substansial dapat mengurangi risiko mengembangkan masalah ini
(Kaczorowski, Dawes & Gelfer, 2012).

Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi


penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara
berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan kondisi
umum yang paling sering ditemukan pada pusat kesehatan primer dan
mengarah pada infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian bila tidak
dideteksi dini dan diterapi secara tepat (American Medical Association, 2014).

Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau
120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.

1
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg.

Data World Healt Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan prevalensi


penderita hipertensi secara umum pada orang dewasa berusia 25 tahun dan
lebih adalah sekitar 40%. Hipertensi juga diperkirakan mampu menyebabkan
7,5 juta kematian dan sekitar 12,8% dari seluruh kematian. Negara-negara
maju seperti amerika serikat diperkirakan 33,8% penduduknya menderita
hipertensi dengan perbandingan laki-laki sekitar 34,8% dan perempuan sekitar
32,8%. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular (PTM)
salah satunya hipertensi akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh
kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya
adalah negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011).

Data (Global Status Report on Noncommunicable Disesases, 2010)


menyebutkan Di kawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa menderita
hipertensi. Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi pasien hipertensi
menurut Departemen Kesehatan adalah sekitar 31,7%, dimana hanya 7,2%
dari 31,7% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4
kasus yang minum obat hipertensi (Depkes, 2012).

Di Indonesia, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah


menunjukkan penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013.
Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur
tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang
berobat ke fasilitas kesehatan. Namun prevalensi hipertensi berdasarkan
wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi)
terjadi peningkatan dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013
(Riskesdas. 2013).

Prevalensi hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada perdesaan.


di DKI Jakarta, kasus hipertensi pada umur ≥18 tahun menurut provinsi di

2
seluruh Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan wawancara (apakah pernah
didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) 10,0%, sedangkan berdasarkan
pengukuran tekanan darah menunjukkan 20,0% (Riskesdas. 2013).

Mengingat berbagai masalah yang bisa terjadi kepada penderita hipertensi,


maka penulis menggambarkan studi kasus pada penderita hipertensi melalui
proses keperawatan. Sehingga dapat membantu para pelaksana kesehatan
dalam menangani kasus hipertensi yang di harapkan nantinya dapat berguna
bagi seluruh masyarakat maupun para penderita hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan Hipertensi?
b) Apa Penyebab Hipertensi?
c) Apa saja faktor risiko Hipertensi?
d) Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
e) Bagaimana Tanda dan Gejala Hipertensi?
f) Apa saja komplikasi Hipertensi?
g) Bagaimana Cara Pengobatan dan perawatan Hipertensi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Komunitas dan bertujuan untuk berbagi pengetahuan yang
didapat dari pembuatan makalah ini tentang Hipertensi terhadap pembaca.
Tentunya karya tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut
:
1. Penulis bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan Hipertensi
beserta hal lainnya mengenai Hipertensi.
2. Makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca agar bertambah
wawasan dan pengetahuaannya. Pembaca juga bisa mengetahui lebih
dekat mengenai Hipertensi.

3
1.4 Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Study
Referensi yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari informasi di internet. Dalam metode yang penulis
lakukan, penulis mengumpulkan berbagai referensi yang tepat dengan
permasalahan yang terkait, sumbernya didapat dari internet.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi adalah penyebab
utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Prognosis baik jika kelainan
terdeteksi pada fase awal dan tata laksana dimulai sebelum terjadi komplikasi.
Peningkatan tekanan darah yang parah (krisis hipertensi) dapat berakibat fatal
(Robinson dan Saputra, 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan darah
140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu
fase sistolik 140 menunjukjan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang menuju ke jantung
(Triyanto, 2014).

2.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa


Seventh Report Jointh National Committee (JNC-VII) mengklasifikasikan
hipertensi untuk pencegahan, deteksi, evaluasi, dan penatalaksanaan tekanan
darah tinggi untuk merekomendasikan bahwa faktor resiko pasien perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tata laksana hipertensi, pasien dengan
faktor resiko yang lebih banyak harus ditangani dengan lebih agresif
(Robinson dan Saputra, 2014).

5
Tabel 2.1

Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII

Kategori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 0 -89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

2.3 Penyebab Hipertensi


Menurut Brunner Dan Suddarth (2014) penyebab hipertensi dibagi menjadi
dua yaitu :
2.3.1 Hipertensi Esensial (Primer)
Pada populasi dewasa dengan hipertensi, antara 90% dan 95%
mengalami hipertensi esensial (primer), yang tidak memiliki penyebab
medis yang dapat diidentifikasi, kondisi ini bersifat poligenik
multifaktor. Tekanan darah tinggi dapat terjadi apabila resistensi perifer
dan/atau curah jantung juga meningkat sekunder akibat peningkatan
stimulasi simpatik, peningkatan reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan
aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan vasodilatasi
arteriol, atau resistensi terhadap kerja insulin.

Kedaruratan dan urgensi hipertensif dapat terjadi pada pasien yang


tidak mengontrol hipertensinya dengan baik, yang hipertensinya tidak
terdiagnosis, atau pada mereka yang menghentikan pengobatan secara
mendadak.

2.3.2 Hipertensi Sekunder


Hipertensi sekunder dicirikan dengan peningkatan tekanan darah
disertai dengan penyebab spesifik, seperti penyempitan arteri renalis,

6
penyakit parenkimrenal, hiperaldosteronisme (hipertensi
mineralokortikoid), medikasi tertentu, kehamilan, dan koarktasi aorta.
Hipertensi juga bersifat akut, yang menandakan adanya gangguan yang
menyebabkan perubahan resistensi perifer atau perubahan curah jantung
(Triyanto, 2014).

2.4 Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Triyanto (2014), faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi meliputi :
2.4.1 Herediter
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi
didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyonkong bahwa
fatktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. Riwayat
keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seseorang dari orang tua kita memimiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.
2.4.2 Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Insiden hipertensi semakin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit
arteri coroner dan kematian premature (Julianti, 2005). Jenis kelamin
juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-
laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang
wanita mengalami menopause.

7
2.4.3 Stres
Faktor lingkungan seperti stres berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hungan antara stres dan hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja saat
kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita tidak melakukan aktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Peningkatan darah
sering intermiten pada awal perjalanan penyakit. Bahkan pada kasus
yang sudah tegak diagnosisnya, sangat berfluktuasi sebagai akibat dari
respon terhadap stres emosional dan aktivitas fisik. Selama terjadi rasa
takut ataupun stres tekanan arteri sering kali meningkat sampai setinggi
dua kali normal dalam waktu beberapa detik.

2.4.4 Obesitas
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun
belum dapat dijelaskan hubungan obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai berat badan
normal. Terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada
penderita hipertensi dengan berat badan normal.

8
2.5 Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyuak
cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembangpada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Darah setiap denyut jantung dipaksa melalui
pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormone didalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami


pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan dari fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf
yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi
ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang

9
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosterone. Ginjal merupakan
organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertnsi. Peradangan dan cidera
pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan
dan kekuatan denyut jantung; dan juga mempersempit sebagian besar
arteriola, tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka
yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan
darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin.

2.6 Manifestasi Klinis


Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tidak menimbulkan
gejala sampai keadaan menjadi berat dan terjadinya penyakit pada organ-
organ target. Pasien dengan penyakit hipertensi yang berat bisa mengalami
berbagai gejala sekunder dengan efek pada pembuluh darah di berbagai organ
dan jaringan atau peningkatan beban kerja jantung. Gejala sekunder ini
termasuk kelelahan, penurunan toleransi aktivitas, pusing, berdebar-debar,
nyeri dada, dan sesak nafas. di masa lalu, gejala hipertensi dianggap berupa
nyeri kepala, mimisan, dan pusing. Namun demikian, jika tekanan darah
sangat tinggi atau rendah, gejala-gejala ini jarang pada penderita hipertensi
dibandingkan masyarakat umum (Lewis, 2007)

10
2.7 Komplikasi Hipertensi
2.7.1 Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada hipertensikronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
Arteri- arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan terjadinya aneurisma. Gejala terkena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat bicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
2.7.2 Infark Miocard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteeri coroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
2.7.3 Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional dinjal, nefron
akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

11
2.7.4 EfusiPleura
Ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan
kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
2.7.5 Enselopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya
kolap dan terjadi komplikasi

2.8 Perawatan
Istirahat, monitor tekanan darah, hentikan merokok, jika merokok kurangi
berat badan (olah raga) pembatasan minum-minuman beralkohol dan
Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan nonfarmakologis
meliputi:
a) Teknik mengurangi stress
b) Penurunan BB
c) Pembatasan alcohol
d) Olahraga latihan
e) Relaksasi merupakan intervevsi wajib yang harus dilakukan pada saat
terapi antihipertensi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta
menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa
per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di


dunia dan menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada
tingkat nasional penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit
penyebab kematian terbesar di indonesia dengan persentase 5,3% dan pada
provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di keluarkan
oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2
dengan jumlah kasus 19.743.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang
lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah kita secara teratur.

3.2 Saran
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola
istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari
berbagai macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar

13
lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang
diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan
makanan keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan
yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju
mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging
merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang
pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang
mengandung alkohol seperti durian, tape.

14
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. (2002). Patofisiologikonsepklinis proses-proses penyakit.edisi 6, volume


2. (2005). AlihBahasa: dr. Brahm U dkk. Jakarta: EGC

Potter & Perry (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses &
Praktek.Edisi 4.Vol 1.Jakarta : EGC

Purwanto, Setiyo (2005).Mengatasi Insomnia DenganTerapiRelaksasi: fakultasPsikologi:


UniversitasMuhammadiya Surakarta

Purwanto, Bambang.(2012).Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target Organ dan


Penatalaksanaan). Surakarta: UNS Press.

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6 volume 1,
Jakarta ; EGC

Potter & Perry (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses &
Praktek.Edisi 4.Vol 1.Jakarta : EGC

Robinson, Joan M dan Lyndon Saputra. (2014) . Buku Ajar Visual Nursing Medical-Bedah.
Tanggerang: Binarapura Aksara Publiser.

RISKESDAS.(2013). “Hasil Riset Kesehatan Dasar Kesdas” DEPKES RI


www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda. 2002. BukuAjarKeperawatanMedikal-Bedah Brunner


&Suddarth.Edisi 8.Volume 1 & 2.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai