Disusun Oleh :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau
120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
1
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg.
2
seluruh Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan wawancara (apakah pernah
didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) 10,0%, sedangkan berdasarkan
pengukuran tekanan darah menunjukkan 20,0% (Riskesdas. 2013).
3
1.4 Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Study
Referensi yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari informasi di internet. Dalam metode yang penulis
lakukan, penulis mengumpulkan berbagai referensi yang tepat dengan
permasalahan yang terkait, sumbernya didapat dari internet.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Tabel 2.1
(mmHg) (mmHg)
6
penyakit parenkimrenal, hiperaldosteronisme (hipertensi
mineralokortikoid), medikasi tertentu, kehamilan, dan koarktasi aorta.
Hipertensi juga bersifat akut, yang menandakan adanya gangguan yang
menyebabkan perubahan resistensi perifer atau perubahan curah jantung
(Triyanto, 2014).
7
2.4.3 Stres
Faktor lingkungan seperti stres berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hungan antara stres dan hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja saat
kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita tidak melakukan aktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Peningkatan darah
sering intermiten pada awal perjalanan penyakit. Bahkan pada kasus
yang sudah tegak diagnosisnya, sangat berfluktuasi sebagai akibat dari
respon terhadap stres emosional dan aktivitas fisik. Selama terjadi rasa
takut ataupun stres tekanan arteri sering kali meningkat sampai setinggi
dua kali normal dalam waktu beberapa detik.
2.4.4 Obesitas
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun
belum dapat dijelaskan hubungan obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai berat badan
normal. Terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
8
2.5 Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyuak
cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembangpada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Darah setiap denyut jantung dipaksa melalui
pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormone didalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang
9
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosterone. Ginjal merupakan
organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertnsi. Peradangan dan cidera
pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan
dan kekuatan denyut jantung; dan juga mempersempit sebagian besar
arteriola, tetapi memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka
yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan
darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin.
10
2.7 Komplikasi Hipertensi
2.7.1 Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada hipertensikronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
Arteri- arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan terjadinya aneurisma. Gejala terkena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat bicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
2.7.2 Infark Miocard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteeri coroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
2.7.3 Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional dinjal, nefron
akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
11
2.7.4 EfusiPleura
Ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan
kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
2.7.5 Enselopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya
kolap dan terjadi komplikasi
2.8 Perawatan
Istirahat, monitor tekanan darah, hentikan merokok, jika merokok kurangi
berat badan (olah raga) pembatasan minum-minuman beralkohol dan
Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan nonfarmakologis
meliputi:
a) Teknik mengurangi stress
b) Penurunan BB
c) Pembatasan alcohol
d) Olahraga latihan
e) Relaksasi merupakan intervevsi wajib yang harus dilakukan pada saat
terapi antihipertensi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta
menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa
per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah.
3.2 Saran
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola
istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari
berbagai macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar
13
lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang
diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan
makanan keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan
yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju
mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging
merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang
pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang
mengandung alkohol seperti durian, tape.
14
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses &
Praktek.Edisi 4.Vol 1.Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6 volume 1,
Jakarta ; EGC
Potter & Perry (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses &
Praktek.Edisi 4.Vol 1.Jakarta : EGC
Robinson, Joan M dan Lyndon Saputra. (2014) . Buku Ajar Visual Nursing Medical-Bedah.
Tanggerang: Binarapura Aksara Publiser.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu