Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MENGENAI

PENYAKIT BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

OLEH KELOMPOK 1:

1. FAJERIA FITRI

2. IRSANDI ISMAIL

3. ROSITA ILHAM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “BPH (Benign Prostatic

Hyperplasia)”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami

hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-

teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses

pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki

makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,27 April 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengertian dari Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan

jaringan selular kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin

berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula dengan

perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.Benigna Prostat Hipertropi adalah

pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria. Pembesaran

kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut

usia (Madjid dan Suharyanto, 2009).

Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia

prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan

berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar sepertiga dari

pria yang lebih tua dari 50 tahun (Deters, 2013).

Menurut database World Health Organization (WHO), tingkat kematian di sebagian

besar negara maju pada tahun 1980-an adalah 0,5 sampai 1.5/100.000, kematian akibat

BPH jarang di Amerika Serikat. Insidensi BPH di Amerika diperkirakan sekitar 34,4 /

1000 jiwa pertahun. Di seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang

berhubungan dengan BPH (Deters, 2013).

DiAmerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun

mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami

gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat

rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini

terkait dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar
terkena BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan.Di Indonesia pada usia lanjut,

beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50%

pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun

(WHO,2017).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien BPH ialah membudidayakan pola

hidup sehat serta melakukan pemeriksaan secara berkala.Sebagai perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien BPH dalam upaya kuratif yaitu pemberian

obat,pemberian antikolinegrik mengurai spasme kandung kemih.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian penyakit BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

2. Bagaimanakah etiologi penyakit BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) ?

3. Bagaimanakah klasifikasi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

4. Bagaimanakah patofisilogi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

5. Bagaimanakah manifestasi klinis penyakit BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik penyakit BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

7. Bagaimanakah pencegahan penyakit BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)?

8. Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit BPH (Benign Prostatic

Hyperplasia) ?

9. Asuhan keperawatan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia).


BAB II

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Benign Prostate Hyperplasia(BPH) adalah pembesaran jinak prostat pada pria dewasa.

Perubahan volume prostat bervariasi dan umumnya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.

Gejala pada penderita BPH terdiri dari gejala obstruksi dan iritatif (Purnomo, 2011).

Benign prostate hyperplasia (BPH) merupakan keadaan hiperplasi sel stroma dan epitel

kelenjar prostat yang terjadi pada pria usia tua dan memiliki testis yang masih

menghasilkan testosteron(AUA,2010).

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak merupakan suatu

keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran

dari kelenjar prostat. Ukuran prostat dewasa umumnya tetap stabil sampai usia paruh

baya, saat perubahan hormonal bisa menyebabkan pembesaran prostat. Karena

pembesarannya non-kanker, itu disebut benign prostatic hyperplasia. Saat prostat

membesar, ia menekan ke bawah pada uretra. Tekanan ini bisa menyebabkan sulit buang

air kecil dan masalah kencing lainnya. Statistik klinis menunjukkan bahwa BPH

mempengaruhi sekitar 50% pria berusia antara 51 dan 60, 70% pria pada usia 70, dan

sampai 90% pria di atas usia 80 tahun(Smartpatien,2018).

B. ETILOGI

a. Teori dihydrotestosterone (DHT) Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung

pada hormon testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan diubah

menjadi metabolit aktif dihydrotestosterone (DHT) dengan bantuan enzim 5α –

reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel

kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan

kelenjar prostat.
b. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron.Pada pria dengan usia yang semakin

tua,kadar tetosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga

perbandingan estrogen dan testosterone relative meningkat.

c. Interaksi stroma-epitel Cunha membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu

mediator (growth factor).

d. Interaksi stroma-epitel Cunha membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu

mediator (growth factor).

e. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel

baru(Purnomo,2011)

C. PATOFISIOLOGI

BPH memberikan keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini

akibat dari obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra oleh BPH.5,10 Selanjutnya

obstruksi ini dapat menimbulkan perubahan 3 struktur kandung kemih maupun ginjal

sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan

yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa lower urinary tract symptoms

(LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms), gejala iritasi (storage

symptoms), dan gejala pasca berkemih. Gejala obstruksi meliputi pancaran kemih lemah

dan terputus (intermitensi), merasa tidak puas sehabis berkemih. Gejala iritasi meliputi

frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia. Gejala pasca berkemih berupa urine

menetes (dribbling); hingga gejala yang paling berat adalah retensi urine. 1,5 Hubungan

antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan

gangguan berkemih atau sebaliknya. Sebagai contoh, penggunaan obat harian, seperti
antidepresan, antihistamin, atau bronkodilator terbukti dapat menyebabkan peningkatan 2

– 3 skor International Prostate Symptom Score (IPSS). Pembesaran prostat menyebabkan

terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urine

sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine,

buli-buli harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya

perubahan anatomi buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya

selula, sakula, dan divertikel bulibuli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut

dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract

Symptoms (LUTS)9 . Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-

buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter.

Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke

dalam gagal ginjal(IAUI,2015)

D. KLASIFIKASI

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat

gangguan miksi yang disebut WHO Prostate Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor

0−7, sedang: skor 8−19, dan berat: 19 skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu,

ada juga yang membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat penyakit

BPH dalam tabel berikut.

Derajat Colok Dubur Sisa volume urine

I Penonjolan prostat,batas atas <50mL

mudah diraba

II Penonjolan prostat jelas,batas 50-100 mL

atas dapat dicapai

III Batas atas prostat tidakdapat >100 mL


diraba

IV - Retensi urin total

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Aulawi (2014) tanda gejala yang muncul pada pasien penderita Benigna Prostat

Hiperplasia adalah :

a. Kesulitan mengawali aliran urine karena adanya tekanan pada uretra dan leher

kandung kemih.

b. Kekuatan aliran urine yang melemah.

c. Aliran urine keluar yang tidak lancar.

d. Keluarnya urine bercampur darah(Purnomo,2011)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis dapat menentukan adanya leukosituria dan hematuria. Apabila

ditemukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya.

2. Pemeriksaan fungsi ginjal

Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada saluran kemih

bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata

13,6%.

3. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen) PSA

Disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer

specific.

4. Uroflowmetry (Pancaran Urine )


Uroflowmetry adalah pemeriksaan pancaran urine selama proses berkemih.

Pemeriksaan non-invasif ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran

kemih bagian bawah.

5. Residu urine

Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine di kandung

kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL

6. Urodinamik

Pemeriksaan urodinamik merupakan pemeriksaan opsional pada evaluasi pasien BPH

7. Ultrasonografi (USG) Merupakan penggunaan gelombang suara frekuensi sangat

tinggi atau ultrasonik (3,5−5 MHz) yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik 29 pada

transduser untuk membantu diagnosis(IAUI,2015)

G. PENATALAKSANAAN

1. Tanpa terapi (watchful waiting) Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH

dengan skor IPSS <8 dan ≥8, tetapi gejala LUTS tidak mengganggu aktivitas

seharihari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan

mengenai sesuau hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya tidak

boleh mengkonsumsi kopi atau alkohol sebelum tidur malam, kurangi konsumsi

makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat), dan hindari

penggunaan obat dekongestan atau antihistamin.

2. Medikamentosa

Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk mengurangi resistensi otot polos

prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi intravesika dengan obat-

obatan penghambat adrenergik-α (adrenergic α-blocker) dan mengurangi volume

prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormon

testosteron/dihidrotestosteron melalui penghambat 5α-reduktase.


3. Intervensi Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik saat ini

adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non-invasif lainnya

membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi (Purnomo,

2011).

H. KOMPLIKASI

1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi.

2. Infeksi saluran kemih.

3. Involusi kontraksi kandung kemih.

4. Refluk kandung kemih.

5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus berlanjut maka

pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urine yang akan

mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.

6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi.

7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat terbentuk batu

saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut

dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan

pielonefritis(Wijaya,2013).
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Agama :

e. Pekerjaan :

f. Pendidikan :

2. DEMOGRAFI

Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit hitam memiliki

resiko lebih besar dibanding dengan ras kulit putih. Status social ekonomi memili

peranan penting dalam terbentuknya fasilitas kesehatan yang baik. Pekerjaan

memiliki pengaruh terserang penyakit ini, orang yang pekerjaanya mengangkat

barang-barang berat memiliki resiko lebih tinggi..

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi,

disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai

miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan

akhirnya menjadi retensi urine.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULIU

Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat

mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani pembedahan prostat /

hernia sebelumnya.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit

BPH.

6. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

a. Eliminasi

Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,

menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih

(nokturia), kekuatan system perkemihan. Tanyakan pada pasien apakah

mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Pasien ditanya

tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi

prostat kedalam rectum.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap

hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi

seperti anoreksia, mual, muntah, penurunan BB.

c. Pola tidur dan istirahat

Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi

yang sering pada malam hari ( nokturia ).

d. Nyeri/kenyamanan

Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah.

e. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Pasien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, penggunaan

alkhohol.
f. Pola aktifitas

Tanyakan pada pasien aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu

senggang, kebiasaan berolah raga. Pekerjaan mengangkat beban berat. Apakah

ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum

operasi tidak mengalami gangguan, dimana pasien masih mampu memenuhi

kebutuhan sehari – hari sendiri.

g. Seksualitas

Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua seksual

akibat adanya penurunan kekuatan ejakulasi dikarenakan oleh pembesaran dan

nyeri tekan pada prostat.

7. PEMERIKSAAN FISIK

a. TTV

- Tekanan darah :

- Nadi :

- Suhu :

- Pernafasan :

b. Inspeksi :danya perubahan keseimbangan hormon testosteron

dan esterogen pada usia lanjut.

c. Auskultasi :biasanya bising usus normal.

d. Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat

pembesaran permukaan halus.

e. Perkusi :tympani

B. DIAGNOSA KEPRAWATAN
No. NANDA NOC NIC
Retensi
1. urin Setelah 1. Meminimalkan retensi
berhubungan dengan dilakukan urin distensi berlebihan
sumbatan saluran asuhan pada kandung
perkemihan,tekanan keperawatan kemih.Berguna untuk
ureter tinggi ditandai 3x24 jam mengevaluasi
oleh berkemih pasien tidak obstruksi dan pilihan
sedikit,sensasi terjadi retensi intervensi
kandung kemih penuh urine 2. Retensi urine
meningkatkan tekanan
Kriteria hasil:
dalam saluran
Pasien menunjukkan
perkemihan atas, yang
residu pasca berkemih
dapat mempengaruhi
kurang dari 50 ml, de
fungsi ginjal.
ngan tidak adanya tet
3. Distensi kandung
esan ataukelebihan
kemih dapat dirasakan
cairan.
diarea suprapubik
4. Peningkatan aliran
cairan
mempertahankan
perfusi ginjal dan
membersihkan ginjal
dan kandung kemih
dari pertumbuhan
bakteri

Inkontinensia
2. urine Setelah 1. Monitor
stres yang dilakukan eliminasi
berhubungan dengan asuhan urin,melipu
penekanan tekanan keperawatan ti
intraabdomen yang 3x24 jam frekuensi,k
ditandai oleh pasien tidak onsistensi,b
rembesan involunter terjadi au,volume
sedikit urin pada tidak inkontinensia dan warna
adanya overdistensi urine stress urin
kandung kemih 2. Jelaskan
penyebab
terjadinya
inkontinend
sia dan
rasionalisas
i setiap
tindakan
yang
dilakukan
3. Identifikasi
faktor apa
saja yang
menyebabk
an
inkontinens
ia pada
pasien(mis,
urin
uotput,pola
berkemih,fu
ngsi
kognitif,ma
salah
perkemihan
,residu
paska
berkemih,d
an obat-
obatan.
C. DISCHARGE PLANNING
1. Berhenti merokok
2. Biasakan hidup bersih
3. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman beralkohol
4. Berolah raga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
5. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda hematuria dan infeksi
6. Jelaskan kompliaksi yang mungkin muncul pada BPH
7. Anjurkan pasien untuk menghindari konsumsi obat-obatan yang mengganggu
berkemih
8. Mendorong untuk selalu check up
BAB IV

KASUS

Seorang laki-laki berusia 68 tahun dibawa keluarganya ke RS dengan keluhan tidak bisa

BAK selama 18 jam terakhir,urgensi,dan nyeri pada suprapublik,skala 8.Pasien mengatakan

sejak 1 hari yang lalu,saat BAK kencing yang keluar sedikit-sedikit,sulit untuk memulai

kencing dan terasa perih saat BAK.Pasien tampak gelisah,susah tidur,dan khawatir tentang

penyakitnya.Hasil TTV TD :150/100 mmHg,N : 102x/mnt,P :22x/mnt,S : 37,60C.Hasil

pemeriksaan colok dubur prostat teraba membesar tanpa nodul,distensi kandung kemih dan

bunyi tumpul saat perkusi abdomen bawah.Hasil pemeriksaan kreatinin serum 1,4 mg/dl

A. PENGKAJIAN
Nama : Tn. A
Umur :68 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
DS DO
1. Seorang laki-laki berusia 68 Hasil TTV
tahun dibawa keluarganya TD : 150/100 mmHg
ke RS dengan keluhan tidak N : 102x/mnt
BAK selama 18 jam P : 22x/mnt
terakhir,urgensi,dan nyeri S : 37,60C
suprapubik 8
P : Pasien mengeluh tidak bisa
BAK selama 18 jam,urgensi
dan nyeri pada suprapubik
Q : terasa perih saat BAK
R : Pada suprapubik
S:8
T : Sering terasa pada saat BAK
4. Pasien mengatakan sejak 1 hari Hasil pemeriksaan colok dubur prostat teraba
yang lalu,saat BAK kencing membesar tanpa nodul,distensi kandung
yang keluar sedikit-sedikit,sulit kemih,dan bunyi tumpul saat perkusi dibawah
untuk memulai kencing,dan abdomen
terasa perih saat BAK.
5. Pasien tampak gelisah,susah Hasil pemeriksaan kreatinin serum 1,4 mg/dl
tidur,dan khawatir tentang
penyakitnya

B. PEMBAHASAN KASUS
1. Manifestasi klinis
a. Urgensi (perasaan ingin miksi yang mendesak) terjadi karena adanya peningkatan
tekanan detrusor untuk mempertahankan aliran urin.Yang disebabkan oleh
perubahan fungsi detrusor,diperberat oleh peningkatan usia yang disebabkan
perubahan pada fungsi kandung kemih dan fungsi saraf pusat.
b. Nyeri pada suprapubik (terasa perih pada saat BAK) ini terjadi karena
pembesaran kelenjar prostat yang dapat menimbulkan gejala-gejala sumbatan dan
iritasi saluran kemih yang dikenal sebagai LUTS.
c. Pancaran yang melemah,terasa tidak puas setelah miksi ini terjadi karena pada
saat BAK kencing yang keluar sedikit-sedikit yang menyebabkan penumpukan
kelenjar prostat.
d. Sulit untuk memulai kencing karena pasien dengan penyakit BPH sulit memulai
miksi dan harus mengedan saat miksi
2. Hasil pemeriksaan diagnostik :
a. pemeriksaan fungsi ginjal dengan nilai normal pada laki-laki dewasa 0,6-
1,2mg/dl sedangkan pada kasus hasil kreatinin 1,4 mg/dl yang menunjukkan
adanya fungsi ginjal yang terganggu.Selain itu nilai kretinin yang tidak normal
dapat menyebabkan pembengkakan ginjal yang menyebabkan ginjal gagal
mengalikan urin menuju kandung kemih.Pembengkakan ginjal biasanya terjadi
akibat saluran kemh tersumbat seperti karena prostat yang membesar.
b. Pemeriksaan colok dubur prostat teraba membesar yang dimana pada
pemeriksaan ini pasien dalam keadaan prostatis kronis yang ditandai dengan
terasa perih saat BAK.
c. bunyi tumpul saat perkusi abdomen bawah itu terjadi karena adanya urin yang
menumpuk.
C. Diagnosa keperawatan
NANDA NOC NIC
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan  Lakukan
dengan agens cedera keperawatan selama 3x24 jam pengkajian nyeri
biologis ditandai oleh diharapkan pasien dapat kongrehensif
mengekspresikan mengontrol nyeri. meliputi
perilaku(ms:gelisah,mere lokasi,arakteristik
ngek,menangis,waspada) ,onset atau
durasi,frekuensi,k
ulitas,insensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
 Monitor kepuasan
pasien terhadap
menajemen nyeri
dalam interfal
yang spesifik
 Observasi adanya
petunjuk adanya
non verbal
mengenai ketidak
nyamanan
terutama pada
mereka yang
tidak dapat
berkomunikasi
secara objektif
 Ajarkan prinsip
manajemen nyeri

Retensi urin yang Setelah dilakukan asuhan  Jelaskan prosedur


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam pasien dan rasionalisasi
sumbatan saluran tidak terjadi retensi urine kateterisasi
perkemihan yang  Monitor intake
ditandai oleh dan output
disuria,distensi kandung  Ajarkan pasien
kemih,berkemih untuk
sedikit,inkontinensia membersihkan
berlebih. selang kateter
diwaktu yang
tepat
 Dokumentasikan
perawatam
termasuk ukuran
keteter,jenis,dan
jumlah pengisian
bola kateter

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan  Kaji untuk tanda


yang berhubungan keperawatan 3x24 jam pasien verbal dan non
dengan gejala terkait pasien mampu mengurangi verbal kecemasan
penyakit yang ditandai rasa cemas terhadap  Kontrol
oleh ansietas,gangguan penyakitnya stimulusuntuk
pola tidur,dan gelisah. kebutuhan
kliensecara tepat
 Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
 Jelaskan semua
prosedur
termasuk sensasi
yang akan
dirasakan yang
mungkin akan
dialami klien
selama prosedur.
 Berikan informasi
faktual terkait
diagnosis,perawat
an dan prognosis
 Identifikasi saat
terjadi perubahan
kecemasan

D. Discharge Planning
1. Biasakan hidup bersih
2. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman beralkohol
3. Berolah raga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
4. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda hematuria dan infeksi
5. Jelaskan kompliaksi yang mungkin muncul pada BPH
6. Anjurkan pasien untuk menghindari konsumsi obat-obatan yang mengganggu
berkemih
7. Mendorong untuk selalu check up
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH,
namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik
pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun,
dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%,
dan usia 90 tahun sekitar 100% (Purnomo, 2011)
B. Saran
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan dengan
semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi,. Jakarta: Sagung Seto

Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Nuha Medika.

Aulawi, K. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing

Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
salemba Medika.

Chaidir A. Mochtar,dkk(2015).Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak


(Benign Prostatic Hyperplasia/BPH).Jakata: Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI)

http://eprints.undip.ac.id/50788/3/RISKI_NOVIAN_INDRA_SAPUTRA_220101121
10111_Lap.KTI_BAB_II.pdf

http://eprints.ums.ac.id/13334/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai