OLEH KELOMPOK 1:
1. FAJERIA FITRI
2. IRSANDI ISMAIL
3. ROSITA ILHAM
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia)”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami
hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian dari Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula dengan
kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut
Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia
prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan
berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar sepertiga dari
besar negara maju pada tahun 1980-an adalah 0,5 sampai 1.5/100.000, kematian akibat
BPH jarang di Amerika Serikat. Insidensi BPH di Amerika diperkirakan sekitar 34,4 /
1000 jiwa pertahun. Di seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang
DiAmerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun
mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami
gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat
rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini
terkait dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar
terkena BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan.Di Indonesia pada usia lanjut,
beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50%
pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun
(WHO,2017).
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien BPH ialah membudidayakan pola
memberikan asuhan keperawatan pada pasien BPH dalam upaya kuratif yaitu pemberian
B. RUMUSAN MASALAH
Hyperplasia) ?
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Benign Prostate Hyperplasia(BPH) adalah pembesaran jinak prostat pada pria dewasa.
Perubahan volume prostat bervariasi dan umumnya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Gejala pada penderita BPH terdiri dari gejala obstruksi dan iritatif (Purnomo, 2011).
Benign prostate hyperplasia (BPH) merupakan keadaan hiperplasi sel stroma dan epitel
kelenjar prostat yang terjadi pada pria usia tua dan memiliki testis yang masih
menghasilkan testosteron(AUA,2010).
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak merupakan suatu
keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran
dari kelenjar prostat. Ukuran prostat dewasa umumnya tetap stabil sampai usia paruh
membesar, ia menekan ke bawah pada uretra. Tekanan ini bisa menyebabkan sulit buang
air kecil dan masalah kencing lainnya. Statistik klinis menunjukkan bahwa BPH
mempengaruhi sekitar 50% pria berusia antara 51 dan 60, 70% pria pada usia 70, dan
B. ETILOGI
pada hormon testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan diubah
reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
kelenjar prostat.
b. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron.Pada pria dengan usia yang semakin
tua,kadar tetosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel
baru(Purnomo,2011)
C. PATOFISIOLOGI
BPH memberikan keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini
akibat dari obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra oleh BPH.5,10 Selanjutnya
obstruksi ini dapat menimbulkan perubahan 3 struktur kandung kemih maupun ginjal
sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan
yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa lower urinary tract symptoms
(LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms), gejala iritasi (storage
symptoms), dan gejala pasca berkemih. Gejala obstruksi meliputi pancaran kemih lemah
dan terputus (intermitensi), merasa tidak puas sehabis berkemih. Gejala iritasi meliputi
frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia. Gejala pasca berkemih berupa urine
menetes (dribbling); hingga gejala yang paling berat adalah retensi urine. 1,5 Hubungan
antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan
gangguan berkemih atau sebaliknya. Sebagai contoh, penggunaan obat harian, seperti
antidepresan, antihistamin, atau bronkodilator terbukti dapat menyebabkan peningkatan 2
terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urine
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya
selula, sakula, dan divertikel bulibuli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS)9 . Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-
buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter.
D. KLASIFIKASI
gangguan miksi yang disebut WHO Prostate Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor
0−7, sedang: skor 8−19, dan berat: 19 skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu,
ada juga yang membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat penyakit
mudah diraba
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Aulawi (2014) tanda gejala yang muncul pada pasien penderita Benigna Prostat
Hiperplasia adalah :
a. Kesulitan mengawali aliran urine karena adanya tekanan pada uretra dan leher
kandung kemih.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urinalisis
Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada saluran kemih
bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata
13,6%.
Disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer
specific.
5. Residu urine
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine di kandung
kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL
6. Urodinamik
tinggi atau ultrasonik (3,5−5 MHz) yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik 29 pada
G. PENATALAKSANAAN
1. Tanpa terapi (watchful waiting) Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH
dengan skor IPSS <8 dan ≥8, tetapi gejala LUTS tidak mengganggu aktivitas
seharihari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan
mengenai sesuau hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya tidak
boleh mengkonsumsi kopi atau alkohol sebelum tidur malam, kurangi konsumsi
makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat), dan hindari
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk mengurangi resistensi otot polos
membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi (Purnomo,
2011).
H. KOMPLIKASI
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus berlanjut maka
pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urine yang akan
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat terbentuk batu
saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut
dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan
pielonefritis(Wijaya,2013).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Agama :
e. Pekerjaan :
f. Pendidikan :
2. DEMOGRAFI
Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit hitam memiliki
resiko lebih besar dibanding dengan ras kulit putih. Status social ekonomi memili
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi,
disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai
Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat
hernia sebelumnya.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
BPH.
a. Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih
tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi
Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap
hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi
Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi
d. Nyeri/kenyamanan
Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
alkhohol.
f. Pola aktifitas
ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum
g. Seksualitas
Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua seksual
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. TTV
- Tekanan darah :
- Nadi :
- Suhu :
- Pernafasan :
e. Perkusi :tympani
B. DIAGNOSA KEPRAWATAN
No. NANDA NOC NIC
Retensi
1. urin Setelah 1. Meminimalkan retensi
berhubungan dengan dilakukan urin distensi berlebihan
sumbatan saluran asuhan pada kandung
perkemihan,tekanan keperawatan kemih.Berguna untuk
ureter tinggi ditandai 3x24 jam mengevaluasi
oleh berkemih pasien tidak obstruksi dan pilihan
sedikit,sensasi terjadi retensi intervensi
kandung kemih penuh urine 2. Retensi urine
meningkatkan tekanan
Kriteria hasil:
dalam saluran
Pasien menunjukkan
perkemihan atas, yang
residu pasca berkemih
dapat mempengaruhi
kurang dari 50 ml, de
fungsi ginjal.
ngan tidak adanya tet
3. Distensi kandung
esan ataukelebihan
kemih dapat dirasakan
cairan.
diarea suprapubik
4. Peningkatan aliran
cairan
mempertahankan
perfusi ginjal dan
membersihkan ginjal
dan kandung kemih
dari pertumbuhan
bakteri
Inkontinensia
2. urine Setelah 1. Monitor
stres yang dilakukan eliminasi
berhubungan dengan asuhan urin,melipu
penekanan tekanan keperawatan ti
intraabdomen yang 3x24 jam frekuensi,k
ditandai oleh pasien tidak onsistensi,b
rembesan involunter terjadi au,volume
sedikit urin pada tidak inkontinensia dan warna
adanya overdistensi urine stress urin
kandung kemih 2. Jelaskan
penyebab
terjadinya
inkontinend
sia dan
rasionalisas
i setiap
tindakan
yang
dilakukan
3. Identifikasi
faktor apa
saja yang
menyebabk
an
inkontinens
ia pada
pasien(mis,
urin
uotput,pola
berkemih,fu
ngsi
kognitif,ma
salah
perkemihan
,residu
paska
berkemih,d
an obat-
obatan.
C. DISCHARGE PLANNING
1. Berhenti merokok
2. Biasakan hidup bersih
3. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman beralkohol
4. Berolah raga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
5. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda hematuria dan infeksi
6. Jelaskan kompliaksi yang mungkin muncul pada BPH
7. Anjurkan pasien untuk menghindari konsumsi obat-obatan yang mengganggu
berkemih
8. Mendorong untuk selalu check up
BAB IV
KASUS
Seorang laki-laki berusia 68 tahun dibawa keluarganya ke RS dengan keluhan tidak bisa
sejak 1 hari yang lalu,saat BAK kencing yang keluar sedikit-sedikit,sulit untuk memulai
kencing dan terasa perih saat BAK.Pasien tampak gelisah,susah tidur,dan khawatir tentang
pemeriksaan colok dubur prostat teraba membesar tanpa nodul,distensi kandung kemih dan
bunyi tumpul saat perkusi abdomen bawah.Hasil pemeriksaan kreatinin serum 1,4 mg/dl
A. PENGKAJIAN
Nama : Tn. A
Umur :68 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
DS DO
1. Seorang laki-laki berusia 68 Hasil TTV
tahun dibawa keluarganya TD : 150/100 mmHg
ke RS dengan keluhan tidak N : 102x/mnt
BAK selama 18 jam P : 22x/mnt
terakhir,urgensi,dan nyeri S : 37,60C
suprapubik 8
P : Pasien mengeluh tidak bisa
BAK selama 18 jam,urgensi
dan nyeri pada suprapubik
Q : terasa perih saat BAK
R : Pada suprapubik
S:8
T : Sering terasa pada saat BAK
4. Pasien mengatakan sejak 1 hari Hasil pemeriksaan colok dubur prostat teraba
yang lalu,saat BAK kencing membesar tanpa nodul,distensi kandung
yang keluar sedikit-sedikit,sulit kemih,dan bunyi tumpul saat perkusi dibawah
untuk memulai kencing,dan abdomen
terasa perih saat BAK.
5. Pasien tampak gelisah,susah Hasil pemeriksaan kreatinin serum 1,4 mg/dl
tidur,dan khawatir tentang
penyakitnya
B. PEMBAHASAN KASUS
1. Manifestasi klinis
a. Urgensi (perasaan ingin miksi yang mendesak) terjadi karena adanya peningkatan
tekanan detrusor untuk mempertahankan aliran urin.Yang disebabkan oleh
perubahan fungsi detrusor,diperberat oleh peningkatan usia yang disebabkan
perubahan pada fungsi kandung kemih dan fungsi saraf pusat.
b. Nyeri pada suprapubik (terasa perih pada saat BAK) ini terjadi karena
pembesaran kelenjar prostat yang dapat menimbulkan gejala-gejala sumbatan dan
iritasi saluran kemih yang dikenal sebagai LUTS.
c. Pancaran yang melemah,terasa tidak puas setelah miksi ini terjadi karena pada
saat BAK kencing yang keluar sedikit-sedikit yang menyebabkan penumpukan
kelenjar prostat.
d. Sulit untuk memulai kencing karena pasien dengan penyakit BPH sulit memulai
miksi dan harus mengedan saat miksi
2. Hasil pemeriksaan diagnostik :
a. pemeriksaan fungsi ginjal dengan nilai normal pada laki-laki dewasa 0,6-
1,2mg/dl sedangkan pada kasus hasil kreatinin 1,4 mg/dl yang menunjukkan
adanya fungsi ginjal yang terganggu.Selain itu nilai kretinin yang tidak normal
dapat menyebabkan pembengkakan ginjal yang menyebabkan ginjal gagal
mengalikan urin menuju kandung kemih.Pembengkakan ginjal biasanya terjadi
akibat saluran kemh tersumbat seperti karena prostat yang membesar.
b. Pemeriksaan colok dubur prostat teraba membesar yang dimana pada
pemeriksaan ini pasien dalam keadaan prostatis kronis yang ditandai dengan
terasa perih saat BAK.
c. bunyi tumpul saat perkusi abdomen bawah itu terjadi karena adanya urin yang
menumpuk.
C. Diagnosa keperawatan
NANDA NOC NIC
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Lakukan
dengan agens cedera keperawatan selama 3x24 jam pengkajian nyeri
biologis ditandai oleh diharapkan pasien dapat kongrehensif
mengekspresikan mengontrol nyeri. meliputi
perilaku(ms:gelisah,mere lokasi,arakteristik
ngek,menangis,waspada) ,onset atau
durasi,frekuensi,k
ulitas,insensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
Monitor kepuasan
pasien terhadap
menajemen nyeri
dalam interfal
yang spesifik
Observasi adanya
petunjuk adanya
non verbal
mengenai ketidak
nyamanan
terutama pada
mereka yang
tidak dapat
berkomunikasi
secara objektif
Ajarkan prinsip
manajemen nyeri
D. Discharge Planning
1. Biasakan hidup bersih
2. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman beralkohol
3. Berolah raga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
4. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda hematuria dan infeksi
5. Jelaskan kompliaksi yang mungkin muncul pada BPH
6. Anjurkan pasien untuk menghindari konsumsi obat-obatan yang mengganggu
berkemih
7. Mendorong untuk selalu check up
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH,
namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik
pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun,
dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%,
dan usia 90 tahun sekitar 100% (Purnomo, 2011)
B. Saran
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan dengan
semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
salemba Medika.
http://eprints.undip.ac.id/50788/3/RISKI_NOVIAN_INDRA_SAPUTRA_220101121
10111_Lap.KTI_BAB_II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/13334/2/BAB_I.pdf