Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MENGENAI

MIOMA UTERI

DI SUSUN OLEH:

TIARA (01.2017.022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah “MIOMA UTERI”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan
hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di
harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah
kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,11 November2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian di Pusan
Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari
4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri
ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat
Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung,di Surabaya angka
kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di Surabaya
penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri
sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama
perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan
nyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini penyebab pasti mioma
uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi
oleh hormon esterogen dan siklus hormonal.
Berdasarkan data dari ruang rawat inap Camar III (Penyakit
Kandungan) RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau, mioma uteri menempati
urutan ke lima dari sepuluh penyakit Ginekologi terbanyak yaitu sebesar
7,04% (Bagian Obgin RSUD Arifin Achmad).

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mioma uteri ?
2. Apa etiologi dari mioma uteri ?
3. Apa manifestasi klinis dari mioma uteri ?
4. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri ?
5. Apa komplikasi dari mioma uteri ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari mioma uteri ?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari mioma uteri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mioma uteri
2. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uteri
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari mioma uteri
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari mioma uteri
5. Untuk mengetahui komplikasi dari mioma uteri
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari mioma uteri

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus (tumor jinak
uterus yang berbatas tegas) dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga
berbentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot
rahimnya dominan. Selain itu memiliki kapsul, terbentuk dari otot polos
yang imatur dan elemen jaringan penyambung fibrosa sehingga dapat
disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga
istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan ikat
sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya
yang dominan.

B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cell nest atau Genitobla
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen

5
Selain teori tersebut,faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:
a. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan
pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil
dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan
bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada
level yang rendah/sediki.Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi
estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan
miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus
menstruasi.
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a
myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma
yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak.Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan
pprevalensi mioma uteri.
e. Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan
prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging
sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan

6
insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat
atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma
uteri.
g. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali.
h. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan
penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen
menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.
C. Manifestasi Klinis
Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu :
1. Besarnya mioma uteri,
2. Lokalisasi mioma uteri,
3. Perubahan pada mioma uteri.
Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia.
Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak
diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah
meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas
miometrium.
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
1) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
2) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim

7
3) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
4) Terjadi degenerasi merah
c. Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma
uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada
pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing
ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa
menyebabkan hidro uretre.
d. Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan
pors interstisialis tubae.
e. Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin
dalam rahim melalui plasenta.
f. Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia,
desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

D. Patofisiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
a. Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
b. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen.
c. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan
ovarium.

8
d. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen
seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara
(14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).
e. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas.
f. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma
selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL
dan Estrogen.
E. Komplikasi
Mioma uteri dapat berdampak pada kehamilan dan persalinan, yaitu:
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma
uteri submukosum.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserus.
4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di
serviks.
5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam
dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.

9
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan
intramural.
kehamilan dan persalinan juga dapat berdampak pada mioma uteri, yaitu:
a. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan
edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh
hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
b. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan
mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi
perdarahan dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor tampak
merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio
karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai
gejala-gejala rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan,
walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih
sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam
tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh
wanita setelah bayi lahir.
c. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran
tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan
gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen).
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan,
2) Monitor keadaan Hb,
3) Pemberian zat besi,
4) Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan
regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior.
Akibatnya, fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan
menopause yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami

10
reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara
ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien
perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan
mioma sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih.
Tidak terdapat resiko penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan
kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini
akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan.
5) Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri
adalah:
-Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia,
-Nyeri pelvis yang hebat,
-Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa),
-Gangguan buang air kecil (retensi urin),
-Pertumbuhan mioma setelah menopause,
-Infertilitas,
-Meningkatnya pertumbuhan mioma.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma uteri adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.

11
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa
gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal.
MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Suku :
Alamat :
2. Keluhan utama :
3. Riwayat penyakit sebelumnya :
4. Riwayat penaykit kelurga :
5. Aktivitas istirahat
kelelahan dan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan janin
biasanya tidur pada malam hari, adanya faktor yang mempengaruhi
tidur.Tanda: nyeri, ansietas
6. Eliminasi
adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air kecil, penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, uretra dapat menyebabkan
retensi, urine pada ureter dapat menyebabkan hidronereter dan
hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan renensimia.
7. Nutrisi
membran mukosa yang kering (pembatasan) masukan/periode puasa pra
operatif, anorexia, mual, muntah tanda: perubahan kelembaban, turgor kulit
8. Integritas ego
faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam mengatasi
penampilan
B. Diagnosa

13
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia.
C. Intervensi
No. NANDA NIC NOC
1. Nyeri a. Kaji karakteristik nyeri Setelah dilakukan
berhubungan (P,Q,R,S,T), untuk tindakan
denganproses mengetahui status nyeri keperawatan
penyempitan saraf b. Ukur TTV, untuk selama 2 x 24 jam
simpatik mioma. mengetahui kondisi diharapkan
umum klien masalah nyeri
c. Ajarkan teknik teratasi.
distraksi relaksasi,
untuk pengalihan
respon nyeri
d. Ciptakan lingkungan
yang tenang, untuk
mengurangi respon
nyeri
e. Kolaborasi pemberian
analgetik baik injeksi
maupun oral, untuk
penekanan sistem
syaraf

2. Resiko infeksi a. Ukur TTV, untuk Setelah dilakukan


berhubungan menegtahui tanda tindakan
dengan dan keadaan umum keperawatan
ketidakadekuata b. Kaji tanda-tanda selama 2 x 24
n pertahanan infeksi (R,C,T,D,F), jam diharapkan
sekunder untuk mendeteksi tidak terdapat
tanda awal tanda-tanda

14
adanya.infeksi infeksi dengan
c. Lakukan tindakan kriteria hasil :
aseptik, untuk 1. Suhu normal
menghidari kontak 2. Tidak muncul
kuman tanda infeksi
d. Perawatan luka, (R,C,T,D,F)
untuk mempercepat 3. Luka kering
penyembuhan luka dan tidak ada
e. Hindarkan faktor- pus
faktor penyebab
infeksi, untuk
menghindari kontak
langsung kuman
f. Kolaborasi
pemberian
antibiotik, untuk
pertahanan tubuh

Intoleransi
4. 3 a. Ukur TTV, untuk Setelah dilakukan
aktivitas mengetahui tindakan
berhubungan keadaan umum keperawatan
dengan anorexia b. Kaji tanda selama 2 x 24 jam
kelelahan, untuk diharapkan klien
mengetahui dapat melakukan
tingkat intoleran aktivitas sesuai
aktivitas klien dengan
c. Bantu kemampuan
pemenuhan dengan kriteria
ADL,untuk hasil tidak terjadi
mengurangi kelelahan
kebutuhan energi
klien

15
d. Meningkatkan
tingkat intoleran
aktivitas, untuk
memperbaiki
meningkatkan
mobilitas

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma,
atau fibroid. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir
separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk
menghindari dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya
genetik pada keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini sebelum
penyakit ini bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi yang serius bagi
organ organ disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis
rutin dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk
hasil lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang
berkembang pada rahim seseorang.
B. Saran
Pada wanita yang mulai haid (menarke) untuk memeriksakan alat
reproduksinya apabila ada keluhan-keluhan haid/menstruasi untuk dapat
menegakkan diagnosis dini adanya mioma uteri.Wanita yang mempunyai
faktor-faktor risiko untuk terjadinya mioma uteri terutama wanita berusia 40-
49, wanita yang sering melahirkan (multipara) tahun agar waspada dan selalu
memeriksakan diri kepada tenaga ahli secara teratur.

17
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G 2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk
pendidikan Bidan, penerbit buku Kedokteran EGC. Edisi II jakarta

Fakhruddin,E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html)
diakses tanggal 30 Agustus 2012
Winkjosastro.H 2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta
LieweIIyn.j 2009. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko suyono.
Edisi VI.Jakarta
Manuaba, IBG 2010. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan
KB. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai