Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MENGENAI

TORCH

OLEH KELOMPOK I:

1. FAJERIA FITRI

2. LESTARI

3. SRI DEWI

4. RISDAYASARI

5. PUPUT PURNAMASARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah “TORCH”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan

dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat

bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing,

sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di

harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah

pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak

lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di

karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,20 Juni 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes
simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil
kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan
kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.Dugaan terhadap infeksi
TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau
skrining.Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif, selanjutjnya disarankan
pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk
diperiksa di laboratorium.TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi
yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil.TORCH merupakan
singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV),
Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases.Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun
pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.Infeksi TORCH bersama
dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan
kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat
TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata,
kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik,
hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga
bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis
kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala
misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan,
sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan
sebagainya.
Diagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM
menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk
Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG
menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk
Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II(Ramli
2014)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi torch?
2. Bagaimana etiologi torch?
3. Bagaimana klasifikasi torch?
4. Bagaimana manifestasi klinis torch?
5. Bagaimana pencegahan torch?
6. Bagaimana penatalaksanaan torch?
C. Tujuan
1. Memberikan Informasi Kepada Pembaca Tentang Torch
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Asuhan Keperawatan Torch
3. Menambah Dan Memperluas Pengetahuan Tentang Torch
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI TORCH
Toksoplasmosis, Rubella Virus, Citomegalovirus, Dan Herpes Simplek Virus,
Yang Secara Korelatif Dikenal Sebagai Infeksi Torch, Adalah Suatu Kelompok
Organisme Yang Mampu Menembus Plasenta Dan Memengaruhi Perkembangan
Janin. (Bobak,2010)
1. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis Adalah Suatu Infeksi Protozoa Yang Timbul Akibat
Mengonsumsi Daging Mentah Atau Terinfeksi Kotoran Kucing. Ibu Hamil
Dengan Antibodi Hiv Beresiko Karena Taksoplasmosis Adalah Salah Satu
Infeksi Oportunistik Yang Sering Menyertai Infeksi Hiv. Toxoplasmosis
adalah penyakit infeksi yang disebsbkan oleh toxoplasma gondii. Ibu dengan
toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20%
ibu yang terinfeksi.
2. Rubela
Rubela Yang Dikenal Juga Dengan Sebutan Campak Jerman Adalah Suatu
Infeksi Virus Yang Di Transmisi Melalui Droplet. Demam, Ruam, Dan
Limfedema Ringan Biasanya Terlihat Pada Ibu Terinfeksi. Akibat Pada Janin
Lebih Serius Dan Meliputi Abortus Spontan, Anomali Konginetal (Disebut
Juga Sindrom Rubela Konginetal), Dan Kematian. suatu infeksi yang utama
menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan
lymphadenopaly.Etiologi Rubella virus merupakan suatu toga virus yang
dalam penyababnya tidak membutuhkan vector.
3. Cyto Megalo Virus
Cmv Ialah Penyebab Utama Infeksi Virus Konginetal Pada Janin Dan
Neonatus Dan Merupakan Infeksi Yang Paling Sering Menyebabkan
Retardasi Mental. Sumber-Sumber Infeksi Virus Meliputi Salifa, Urin, Semen,
Air Susu Ibu, Darah, Dan Sekresi Servik Atau Vagina. Cmv Juga Telah
Diisolasi Dari Jaringan Plasma. Kebanyakan Infeksi Cmv Primer
Asimptomatik Dan Kebanyakan Ibu Yang Menunjukkan Infeksi Cmv Pada
Kehamilan (Melalui Titer Positif) Mengalami Infeksi Kronis Atau Rekuren.
Tidak Ada Terapi Farmakologi Yang Efektif Untuk Cmv. Terapi Berfokus
Pada Upaya Mengobati Gejala. (Bobak, 2010)
4. Herpes Simpleks
Virus Herpes Simpleks Tipe I (Hsv-1) Merupakan Infeksi Yang Paling
Banyak Ditemukan Pada Masa Kanak-Kanak. Virus Ini Terutama Ditransmisi
Melalui Kontak Dengan Sekresi Oral Dan Menyebabkan Coldsores Dan Fever
Blisters. Infeksi Hsv-2 Biasanya Terjadi Setelah Puber Seiring Aktivitas
Seksual Meningkat. Hsv-2 Ditransmisikan Terutama Melalui Kontak Dengan
Sekresi Genetalia. Ahli Kesehatan Masyarakat Percaya Bahwa Di Amerika
Serikat 10-40 Juta Orang Mengidap Hsv-2. Banyak Infeksi Genital
Menunjukkan Suatu Campuran Hsv-1 Dengan Hsv-2 (Bobak,2010).
B. ETIOLOGI
a. Toxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii Merupakan Protozoa Intraselular Obligat Yang
Tergolong Dalam Filum Apicomplexa Dan Secara Taksonomi Mempunyai
Kekerabatan Dengan Plasmodium, Penyebab Malaria Dan Pneumocystis,
Penyebab Pneumonia. Hospes Definitif Toxoplasma Gondii Adalah Kucing
Dan Hospes Sementara Adalah Burung Dan Mamalia, Termasuk Manusia.
(Saiful, 2017)
b. Rubella
Rubela Disebabkan Oleh Suatu Rna Virus, Genus Rubivirus, Family
Togaviridae. Secara Fisikokimiawi, Virus Ini Sama Dengan Anggota Virus
Lain Dari Famili Tersebut. Tetapi Secara Serologi, Virus Rubela Berbeda.
Sindrom Rubela Konginetal Merupakan Penyakit Yang Sangat Menular Yang
Penularannya Melalui Oral Droplet, Dari Nasofaring Atau Rute Pernafasan
Dan Selanjutnya Memasuki Aliran Darah. Namun, Terjadi Erupsi Di Kulit
Dan Belum Diketahui Patogenesisnya. Virus Rubela Hanya Menjangkiti
Manusia Saja Dan Penularan Dapat Terjadi Biasanya Sejak 7 Hari Sebelum
Hingga 5 Hari Sesudah Timbulnya Erupsi, Daya Tular Tertinggi Terjadi Pada
Akhir Masa Erupsi, Kemudian Menurun Hingga Cepat Dan Berlangsung
Hingga Hilangnya Erupsi. ( Amin Huda.2015 )
c. Cyto Megalo Virus
Cmv Merupakan Virus Litik Yang Menyebabkan Efek Sitopatik In Vivo Dan
In Vitro.Tanda Patologi Dari Infeksi Cmv Adalah Sebuah Pembesaran Sel
Dengan Tubuh Yang Terinfeksi Virus.Sel Yang Menunjukan Cytomegaly
Biasanya Terlihat Pada Infeksi Yang Disebabkan Oleh Betaherpesvirinae
Lain.Meskipun Berdasarkan Pertimbangan Diagnosa,Penemuan Histological
Tersebut Kemungkinannya Minimal Atau Tidak Ada Pada Organ Yang
Trinfeksi. (Bayu Fajar, 2018).
d. Herpes
Hsv Tipe I Dan Ii Merupakan Virus Dna. Pembagian Tipe I Dan Tipe Ii
Berdasarkan Karakteristik Pertumbuhan Pada Media Kultur, Antigenik,
Marker, Dan Lokasi Klinis (Tempat Predileksi).

Transmisi Virus Herpes Pada Manusia


Virus Transmisi Portal Target Sel
Of Awal
Entry
Hsv 1 Kontak Mukosa Epitel
Langsung , Kulit
Hsv 2 Kontak Mukosa Epitel
Langsung , Kulit
Vzv Inhalasi, Saluran Epitel
Kontak Nafas,
Langsung Mukosa
Cmv Saliva Mukosa Neutrofil,
, Aliran Monosit
Darah
Ebv Mukosa Limfosit
, Aliran B,
Darah Kelenjar
Ludah
( Amin Huda,2015 ).

D. PATOFISIOLOGI
1. Toxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii Merupakan Protozoa Intraselular Obligat Yang
Tergolong Dalam Filum Apicomplexa Dan Secara Taksonomi Mempunyai
Kekerabatan Dengan Plasmodium, Penyebab Malaria Dan Pneumocystis,
Penyebab Pneumonia. Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah
kucing.kucing tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan
burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi,
kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya.Pengeluaran oocyst
terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih
kembali.Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar
melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi
organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung
dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak
aktif. (Saiful, 2014)
2. Rubella
Penularan Terjadi Melalui Oral Droplet, Dari Nasofaring, Atau Rute
Pernafasan. Selanjutnya Virus Rubella Memasuki Aliran Darah. Namun
Terjadinya Erupsi Dikulit Belum Diketahui Patogenesisnya. Viremia
Mencapai Puncaknya Tepat Sebelum Timbul Erupsi Di Kulit Virus sesudah
masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada
mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari
saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada
infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari
faring selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan
tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan
dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya
penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa
antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi
ulangan(Amin Huda, 2015)
3. Cyto Megalo Virus
Sitomegalovirus (Cmv) Adalah Penyebab Utama Infeksi Virus Kongenital Di
Amerika Utara. Cmv Ditularkan Dari Orang Ke Orang Melalui Kontak
Langsung Dengan Cairan Atau Jaringan Tubuh, Termasuk Urin, Darah, Liur,
Secret Servikal, Semen Dan Asi. Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab
utama infeksi virus congenital di amerika utara.CMV agaknya ditularkan dari
orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh,
termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi
tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3
sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi.Virus tersebut dapat
tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan
kembali.Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini (Bayu
Fajar, 2018)
4. Herpes
Hsv Merupakan Virus Dna Yang Dapat Diklasifikasikan Ke Dalam Hsv 1
Dan 2. Hsv 1 Biasanya Menyebabkan Lesi Di Wajah, Bibir, Dan Mata,
Sedangkan Hsv 2 Dapat Menyebabkan Lesi Genital. Virus Ditransmisikan
Dengan Cara Berhubungan Seksual Atau Kontak Fisik Lainnya. Melalui
Inokulasi Pada Kulit Dan Membran Mukosa, Hsv Akan Mengadakan
Replikasi Pada Sel Epitel, Dengan Waktu Inkubasi 4 Sampai 6 Hari. Replikasi
Akan Berlangsung Terus Sehingga Sel Akan Menjadi Lisis Serta Terjadi
Inflamasi Lokal. Selanjutnya, Akan Terjadi Viremia Di Mana Virus Akan
Menyebar Ke Saraf Sensoris Perifer. Di Sini Virus Akan Mengadakan
Replikasi Yang Diikuti Penyebarannya Ke Daerah Mukosa Dan Kulit Yang
Lain.
Dalam Tahun-Tahun Terakhir Ini, Herpes Genital Telah Mengalami
Peningkatan. Akan Tetapi, Untungnya Herpes Neonatal Agak Jarang Terjadi,
Bervariasi Dari 1 Dalam 2.000 Sampai 1 Dalam 60.000 Bayi Baru Lahir.
Tranmisi Terjadi Dari Kontak Langsung Dengan Hsv Pada Saat Melahirkan.
Risiko Infeksi Perinatal Adalah 35--40% Jika Ibu Yang Melahirkan Terinfeksi
Herpes Genital Primer Pada Akhir Kehamilannya. (Bayu Fajar, 2018)
E. Manifestasi Klinis
1. Toxoplasma Gondii
a. Sakit Kepala
b. Lemah
c. Sulit berpikir jernih
d. Demam
e. Mati rasa
f. Koma
g. Serangan jantung
h. perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif
terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
i. kejang otot, dan sakit kepala parah(Saiful, 2017 )
2. Rubella
a. Demam ringan
b. Merasa mengantuk
c. Sakit tenggorok
d. Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah
keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
e. Kelenjar leher membengkak
f. durasi 3 – 5 hari( Amin Huda.2015)
3. Cyto Megalo Virus
a. Pteki Dan Ekimosis
b. Hepatosplenomegali
c. Ikterus Neonatorum, Hiperbilirubinemia
d. Retardasi Pertumbuhan Intrauterin
e. Prematuritas (Ukuran Kecil Menurut Usia Kehamilan)
f. Gejala Lain Dapat Terjadi Pada Bayi Baru Lahir Atau Pada Anak Yang
Lebih Besar : Purpura , Hilang Pendengaran, Korioretinitas : Buta,
Demam, Kerusakan Otak (Bayu Fajar, 2018)
4. Herpes
a. Infeksi Primer
1) Tipe I : Di Daerah Pinggang Ke Atas, Terutama Daerah Mulut Dan
Hidung
2) Tipe II : Di Daerah Pinggang Ke Bawah Terutama Di Daerah Genital
3) Infeksi Primer Berlangsung 3 Minggu
4) Menular Melalui Kontak Kulit
5) Demam, Malaise, Anoreksia
6) Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Regional ( Amin Huda.2015 )
b. Fase Laten
Fase Ini Tidak Ditemukan Gejala Klinis, Tetapi Hsv Dapat Ditemukan
Dalam Keadaan Tidak Aktif Pada Ganglion Dorsalis
c. Infeksi Rekurens
1) Trauma Fisik (Demam, Infeksi, Kurang Tidur, Berhubungan Seksual)
2) Trauma Psikis (Gangguan Emosional, Menstruasi)
3) Berlangsung 7-10 Hari
4) Rasa Panas, Gatal, Dan Nyeri
5) Dapat Timbul Pada Tempat Yang Sama.
F. PENATALAKSANAAN
1. Toxoplasma Gondii
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T.
gondii dantidak membasmi bentuk kistanya ;
a. Pirimetamin dan sulfonamide
b. Spiramisin adalah antibiotic makrolid
c. Klindamisin
d. Azitromisin.(Saiful Basri 2017).
2. Rubella
Untuk Tahap Penyembuhan Sebenarnya Tidak Ada Obat Yang Spesifik.
Berikut Beberapa Penanganan Yang Dilakukan Jika Terinfeksi :
a. Farmakologi : Acetaminopen Atau Ibuprofen Dapat Mengurangi Demam
Dan Nyeri
b. Pengobatan Rawat Jalan
Dikarenakan Penyakit Rubela Merupakan Penyakit Yang Ringan (Jika
Menyerang Anak-Anak Dan Orang Dewasa). Seseorang Yang Menderita
Rubela Bisa Dijaga Di Rumah, Tetapi Tetap Menjaga Suhu Tubuh Pasien.
c. Pengobatan Untuk Wanita Yang Hamil
Pada Wanita Hamil Jika Terserang Virus Ini Maka Sebaiknya Segera
Diperiksa Ke Dokter Dan Kemungkinannya Dokter Memberikan Suntikan
Immunoglobulin. Ig Tidak Dapat Menghilangkan Virus Rubela Tetapi
Dapat Membantu Dalam Meringankan Gejala Yang Diberikan Oleh Virus
Ini Dan Dapat Mengurangi Risiko Pada Janin. Walaupun Tidak Ada Obat
Yang Spesifik, Namun Dapat Diberikan Pencegaha, Yaitu Dengan Vaksin
Dalam Bentuk Vaksin Kombinasi Yang Sekaligus Digunakan Untuk
Mencegah Infeksi Campak Dan Gondongan Dikenal Dengan Vaksin
Mmr(Amin Huda.2015 )
3. Cyto Megalo Virus
Tidak Ada Terapi Khusus Untuk Cmv Pada Individu Yang Sehat. Pasien
Dengan Gangguan Kekebalan Dan Mereka Yang Memiliki Gejala
Mononukleosis Atau Gejala Hepatitis Diobati Berdasarkan Gejala Yang
Timbul Atau Dengan Terapi Antivirus. (Bayu Fajar, 2018)
4. Herpes
Pada Lesi Yang Dini Dapat Digunakan Obat Topikal Berupa Salep Atau Krim
Yang Mengandung Preparat Idoksuridin (Stoxil, Viruguent, Virunguent-P)
Atau Preparat Asiklofir (Zofirax). Pengobatan Oral Preparat Asiklofir Dengan
Dosis 5 X 200 Mg Perhari Selama 5 Hari Mempersingkat Kelangsungan
Penyakit Dan Memperpanjang Masa Rekuren. Pemberian Parenteral Asiklofir
Atau Preparat Adenine Arabinosid (Vitarabin) Dengan Tujuan Penyakit Yang
Lebih Berat Atau Terjadi Komplikasi Pada Organ Dalam. Untuk Terapi
Sistemik Digunakan Asilofir, Falasiklofir Atau Farmsiklofir. Jika Pasien
Mengalami Rekuren 6 Kali Dalam Setahun, Pertimbangkan Untuk
Menggunakan Asiklofir 400 Mg Atau Falasiklofir 1000 Mg Oral Setiap Hari
Selama Satu Tahun. Untuk Obat Oles Digunakan Lotion Zinc Oxide Atau
Calamine. Pada Wanita Hamil Diberi Vaksin Hsv Sedangkan Pada Bayi Yang
Terinfeksi Hsv Disuntikkan Asiklofir Intravena. ( Amin Huda.2015 ).
G. Pemeriksaan Penunjang Torch
1. Toxoplasma Gondii
Tes Ini Mempergunakan Antigen Toxoplasma Yang Diletakkan Pada
Penyangga Padat, Mula-Mula Di Inkubasi Dengan Serum Penderita
Kemudian Dengan Antibodi Berlabel Enzim. Kadar Antibodi Dalam Serum
Penderita Sebanding Dengan Intertitas Warna Yang Timbul Setelah Ikatan
Antigen Antibodi Dicampur Dengan Substrat.
Cara Kerja :
a. Lokasi Pengambilan Sampel
1) Vena Mediana Cubiti ( Dewasa )
2) Vena Jugularis Superficial
b. Cara Kerja Pengambilan Sampel :
1) Bersihkan Daerah Vena Mediana Cubiti Dengan Alcohol 70% Dan
Biarkan Menjadi Kering Kembali
2) Pembendungan Vena Tidak Boleh Terlalu Kuat .
3) Tegangkan Kulit Diatas Vena Dengan Jari Tangan Kiri Agar Vena
Tidak Bergerak
4) Lepaskan Pembendungan Dan Ambillah Darah Sesuai Yang
Dibutuhkan
5) Taruh Kapas Diatas Jarum/Nald Dan Cabut Perlahan
6) Mintakan Agar Pasien Menekan Bekas Tusukan Dengan Kapas Tadi
7) Alirkan Darah Dari Syringe Kedalam Tabung Melaluji Dinding
Tabung Dan Berikan Label Berisi Tanggal Pemeriksaan,Nama Pasien
Dan Jenis Specimen.
2. Rubella
a. Tes Darah Serologi Antigen Rubela
b. Pemeriksaan Elisa ( Amin Huda.2015 )
3. Cyto Megalo Virus
Pemeriksaan Laboratorium Sangat Bermanfaat Untuk Mengetahui Infeksi
Akut Atau Infeski Berulang, Dimana Infeksi Akut Mempunyai Risiko Yang
Lebih Tinggi. Pemeriksaan Laboratorium Yang Silakukan Meliputi Anti Cmv
Igg Dan Igm, Serta Aviditas Anti-Cmv Igg. (Bayu Fajar, 2017)
4. Herpes
Herpes Dapat Ditemukan Pada Vesikel Dan Dapat Dibiakkan. Jika Tidak Ada
Lesi, Dapat Diperiksa Antibodi Hsv. Pada Percobaan Tzanck Dengan
Pewarnaan Giemsa Dari Bahan Vesikel Dapat Ditemukan Sel Datia Berinti
Banyak Dan Badan Inklusi Itranuclear. (Amin Huda.2015).
BAB III

TEORI ASKEP

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin:
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Keluhan Utama :
Merasakan Nyeri Di Ekstermitas, Demam
3. Riwayat Kesehatan:
a) Suhu Tubuh Meningkat
b) Malaise
c) Sakit Tenggorokan
d) Mual Dan Muntah
e) Nyeri Otot
4. Riwayat kesehatan dahulu
a. Pasien sering berkontak langsung dengan binatang
b. Pasien sering mengomsumsi daging setengah matang
c. Pasien pernah mendapatkan transfusi darah
B. Pemeriksaan Fisik
1. Muskuloskletal: Nyeri Dan Kelemahan Kepala
a) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
b) Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut. Normal:
tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
2. Wajah
a) Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal:
warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
b) Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
3. Mata
a) Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal:
simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan
sclera berwarna putih
4. Telinga
a) Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
dengar.
b) Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak ada nyeri
tekan.
5. Hidung
a) Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga,
hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan,
lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
b) Palpasi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi).
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
6. Mulut
a) Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur ,
lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab,
tidak ada lesi dan stomatitis.
b) Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris,
warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi
7. Leher
a) Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna sama
dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada
pembesaran kelenjer gondok.
b) Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak,
konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba).
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
8. Thorax
a) Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal:
simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
b) Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan
lebih teraba jelas.
c) Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi)
d) Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
9. abdomen
a) Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan
dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus.
b) Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah.Normal: suara
peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis,
arteri iliaka dan aorta.
c) Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah
jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas
bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan batas. Perkusi
ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan = hipertimpani.
d) Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan
cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu. Normal: tidak teraba
penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan.
10. Eksremitas

a) Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan pergerakan, Integritas

ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik,

ROM aktif, kekuatan otot penuh.

b) Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba jelas

C. Intervensi
1. Dx : Risiko Infeksi B.D gangguan integritas kulit
Noc :
 Immune Status
 Knowledge : Infection Control
 Risk Control
Kriteria Hasil:
 Klien Bebas Dari Tanda Dan Gejala Infeksi
 Mendeskripsikan Proses Penularan Penyakit, Faktor Yang Mempengaruhi
Penularan Serta Penatalaksanaannya
 Menunjukkan Kemampuan Untuk Mencegah Timbulnya Infeksi
 Jumlah Leukosit Dalam Batas Normal
 Menunjukkan Perilaku Hidup Sehat.
Intervensi :
1) Bersihkan Lingkungan Setelah Dipakai Pasien Lain
2) Pertahankan Teknik Isolasi
3) Instruksikan Pada Pengunjung Untuk Mencuci Tangan Saat Berkunjung Dan
Setelah Berkunjung Meninggalkan Pasien
4) Pertahankan Lingkungan Aseptik Selama Pemasangan Alat
5) Berikan Terapi Antibiotik Bila Perlu
6) Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)
7) Monitor Tanda Dan Gejala Infeksi Sistemik Dan Lokal
8) Monitor Kerentangan Terhadap Infeksi
9) Pertahankan Teknik Aspesis Pada Pasien Yang Beresiko
2. Dx : Hipertermi B.D penyakit ditandai oleh kulit kemerahan
Noc
a. Thermoregulasi
Kriteria Hasil :
1) Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
2) Nadi Dan Rr Dalam Rentang Normal
3) Tidak Ada Perubahan Warna Kulit Dan Tidak Ada Yang Mendorong
Intervensi :
1) Monitor Suhu Sesering Mungkin
2) Monitor Tekanan Darah, Nadi Dan Rr
3) Monitor Penurunan Tingkat Kesadaran
4) Berikan Anti Piretik.
5) Berikan Pengobatan Untuk Mengatasi Demam
6) Berikan Pengobatan Untuk Menggigil.
7) Monitor Suhu Minimal Setiap 2 Jam.
8) Rencanakan Pemantauan.
9) Pantau Warna Dan Suhu Kulit.
10) Pantau Tanda-Tanda Hipertermi Dan Hipotermi
3. Resiko infeksi B.D masuknya Virus Rubela Dalam Tubuh
Noc
a. Immune Status
b. Knowledge : Infection Control
c. Risk Control
Kriteria Hasil:
1) Klien Bebas Dari Tanda Dan Gejala Infeksi
2) Mendeskripsikan Proses Penularan Penyakit, Faktor Yang Mempengaruhi
Penularan Serta Penatalaksanaannya
3) Menunjukkan Kemampuan Untuk Mencegah Timbulnya Infeksi
4) Jumlah Leukosit Dalam Batas Normal
5) Menunjukkan Perilaku Hidup Sehat.
Intervensi :
1) Bersihkan Lingkungan Setelah Dipakai Pasien Lain
2) Pertahankan Teknik Isolasi
3) Instruksikan Pada Pengunjung Untuk Mencuci Tangan Saat Berkunjung Dan
Setelah Berkunjung Meninggalkan Pasien
4) Pertahankan Lingkungan Aseptik Selama Pemasangan Alat
5) Berikan Terapi Antibiotik Bila Perlu
6) Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)
7) Monitor Tanda Dan Gejala Infeksi Sistemik Dan Lokal
8) Monitor Kerentangan Terhadap Infeksi
9) Pertahankan Teknik Aspesis Pada Pasien Yang Beresiko
4. Hipertermi B.D Respon Sistemik Tubuh
Noc
a. Thermoregulasi
Kriteria Hasil :
1) Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
2) Nadi Dan Rr Dalam Rentang Normal
3) Tidak Ada Perubahan Warna Kulit Dan Tidak Ada Yang Mendorong
Intervensi :
1) Monitor Suhu Sesering Mungkin
2) Monitor Tekanan Darah, Nadi Dan Rr
3) Monitor Penurunan Tingkat Kesadaran
4) Berikan Anti Piretik.
5) Berikan Pengobatan Untuk Mengatasi Demam
6) Berikan Pengobatan Untuk Menggigil.
7) Monitor Suhu Minimal Setiap 2 Jam.
8) Rencanakan Pemantauan.
9) Pantau Warna Dan Suhu Kulit.
10) Pantau Tanda-Tanda Hipertermi Dan Hipotermi
BAB IV

ASKEP KASUS

Ny. M berusia 29 tahun, datang ke RS di temani suaminya dengan keluhan deman


disertai sakit tenggorokan,malaise,mual,muntah dan nyeri otot.Keluarga pasien
mengatakan bahwa dirumah Pasien sering berkontak langsung dengan binatang,
mengomsumsi daging setengah matang, dia sering makan sayuran mentah dan pasien
pernah mendapatkan tranfusi darah.Pemeriksaan fisik : TD 120/70 mmHg,
N:110x/mnt,Suhu 37,90C,Pernafasan 20x/mnt. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-
Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :Ny. M
Umur :29 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Alamat :Jl.dr.RATULANGI,Palopo,SulawesiSelatan
Pendidikan :S1
Pekerjaan :IRT
2. Keluhan utama : Demam
3. Riwayat kesehatan :sakit tenggorokan,malaise,mual,muntah dan
nyeri otot.
4. Riwayat kesehatan dahulu :
a. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
b. Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang
c. Klien pernah mendapatkan transfusi darah
5. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada riwayat penyakit menular.
6. Riwayat reproduksi :
1) Menache : 14 tahun
2) Siklus haid : 28-30 hari
3) Lamanya haid :5-7 hari
4) Keluhan haid :ada nyeri tap tidak mengganggu
7. Riwayat seksual :tidak ada hbungan seksual selama kehamilan
8. Riwayat pemakaian obat : tidak ada riwayat pemakaian obat-obatan.
9. Pola aktivitas sehari-hari :
a. Nutrisi :pasien makan 3x sehari dan minum air ±7-8
gelas perhari
b. Eliminasi :pasien BAK 3-4x dalam sehari,berwarna
kuning muda dan bau khas amoniak
c. Istirahat :pasien beristirahat ±7-8 jam perhari,setelah
persalinan beristirahat 5-7 jam
d. Personal higine :pasien mandi 2x sehari
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum :pasien nampak lemah

b. TTV :

Tekanan Darah :120/70mmHg

Suhu tubuh :37,90C

Nadi :110x/mnt

Pernapasan :20x/mnt

c. Kesadaran :compos mentis

Pemeriksaan head to toe

a. Kepala :

Inspeksi :bentuk Mesochepal,tidak ada luka,warna rambut

hitam,lurus,pendek,bersih

Palpasi :tidak ada nyeri tekan.


b. Mata :

Inspeksi :simetris,kunjungtiv tidak anemis,sklera tidak ikterik,refleks

cahaya(isokor)

c. Hidung :

Inspeksi :simestris,fungsi penciuman baik,terdapat sedikit sekret.

d. Telinga :

Inspeksi :simetrsi kanan dan kiri,fungsi pendengaran baik,terdapat

sedikit sekret

e. Mulut :

Inspeksi :mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis

f. Leher :

Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

g. Paru-paru:

I :dada kanan dan kiri pasien simetris

P : gerakan dada simetris

P :sonor

A :vesikuler normal

h. Jantung :

I :ictus cordis tidak tmpak

P : iktus ordis ICV IV MSL, sinistra, kuat angat (-)

P :pekak

A : bronchovesikuler
i. Abdomen :

I :tidak terdapat kolostomi diperut kiri,sekitar stoma tidak

berwarna kemerahan

A :peristaltik (+) 18x/mnt

P :terdapat nyeri tekan,tidak terdapat gangguan pada hepar

P :timpani

j. mammae :areola berwarna hitam,bentuk simetris,tidak ada benjolan

k. Genitalia :bentuk normal,kulit perenium memerah kadang disertai nyeri

akibat luka bekas jahitan.

l. Ekstremitas

Atas :tidak ada oedem

bawah : tidak ada oedem,reflex patella (+) ki/ka

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan gejala terkait penyakit
ditandai oleh gangguan pola tidur,merasa tidak nyaman,gelisah.
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism,penyakit yang
ditandai oleh takikardia
3. Mual berhubungan kehamilan yang ditandai mual
E. INTERVENSI
NANDA NOC NIC
1. Gangguan Setelah dilakukan  Monitor kepuasan
rasa observasi 2x24 jam pasien terhadap
nyaman pasien mampu manajemen nyeri
(nyeri) mengontrol nyeri dalam interval
berhubunga yang spesifik
n dengan  Berikan informasi
gejala mengenai
terkait nyeri,seperti
penyakit penyebab
ditandai nyeri,berapa lama
oleh nyeri yang akan
gangguan dirasakan,dan
pola antisipasi dari
tidur,meras ketidaknyaman
a tidak akibat prosedur
nyaman,geli  Gunakan
sah. tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
 Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
 Kolaborasi
dengan
pasien,orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih
dan
mengimplementa
sikan tindakan
penurun nyeri
nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
2. Hipertermi Setelah dilakukan  Monitor suhu paling
berhubunga observasi 2x24 jam tidak setiap 2 jam,sesui
n dengan pasien mampu kebutuhan.
peningkatan mengatur nadi menjadi  Monitor tekanan
laju normal darah,nadi,dan respirasi
metabolism, sesuai kebutuhan.
penyakit  Monitor suhu dan warna
yang kulit
ditandai  Monitor dan laporkan
oleh adanya tanda dan gejala
takikardia dari hipotermia dan
hipertermia
 Berikan medikasi yang
tepat untuk mencegag
dan mengontrol mengigil
 Diskusikan pentingnya
termoregulasi dan
kemungkinan efek
negatif dari demam yang
berlebihan,sesuai
kebutuhan
3. Mual Setelah dilakukan  Monitor efek dari
berhubunga observasi 2x24 jam manajemen mual secara
n kehamilan pasien mampu keseluruhan
yang mengatasi mual  Monitor asupan makanan
ditandai terhadap kandungan gizi
mual dan kalori
 Dorong pasien untuk
belajar strategi mengatasi
mual sendiri
 Kurangi atau hilangkan
faktor-faktor yang
bersifat personal yang
memicu atau
meningkatkan
mual(kecemasan,takut,ke
lelahan,dan kurangnya
pengetahuan
 Ajari penggunaaan
teknik
nonfarmakologi(mis,biof
eedback,hipnosis,relaksa
si,imajinasi
terbimbing,terapi
musik,distraksi,akupresu
r) untuk mengatasi mual.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya
lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia,
virus Polio, dan virus Coxsackie-B. TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt
membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis
yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak
spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga
menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan
laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH
agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.Untuk
menghindari penyakit ini adalah dengan dengan menghindari memakan daging
yang kurang matang, makan makanan bergizi, melakukan pemeriksaan sebelum
kehamilan, melakukan vaksinasi, periksa kandungan secara teratur, jaga
kebersihan, dan menghindari kontak langsung dari penderita. ).Penyakit ini
sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat
pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan
kehamilanInfeksi
B. Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui
media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan
tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Saiful. 2017. Toksoplasmosis Okular Kongenital Volume 17

https://doi.org/10.24815/jks.v17i2.8993

Bobak, Lowdermilk, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Fajar, Bayu. 2018. Infeksi CMV. Volume 1.

https://doi.org.10.26891/jkm.vl2.2018.114-117

Huda, Amin. 2015. Aplikasi Nanda NIC NOC. Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

Sidarta, Felicia. 2013. Keperawatan Mternitas.

Anda mungkin juga menyukai