BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1. Definisi kehamilan
a. Anc atau asuhan antenatal care adalah upaya preventif
perogram pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan (Sarwono, 2014).
b. Kehamilan merupakan proses pelepasan telur (ovum) hanya
terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke 14 pada siklus
menstruasi normal 28 hari. (Ida Ayu, 2009).
c. Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi
jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang di tandai
dengan terjadinya menstruasi.(Ummi hani, 2010)
2. Perubahan anatomi fisiologi kehamilan
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi
seberat 1000 gram saat akhir kehamilan
2) Serviks
Perubahan warna dan konsistensi
3) Vagina dan vulva
Organ vagina dan vulva mengalami peningkatan sirkulasi darah
karena pengaruh estrogen, sehingga tampak makin merah dan
kebiru-biruan (tanda Chadwiks).
4) Ovarium
Terjadinya kehamilan indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu
8
5) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai
persiapan pemberian ASI pada saat laktasi, perkembangan
payudara di pengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan
somatomammotropin. Pembentukan payudara akan terasa lebih
lembut, kenyal dan berisi, serta jalur-jalur pembuluh darah
disekitar wilayah dada akan lebih terlihat jelas dari biasanya, hal
ini untuk persiapan saat menyusui. Fungsi hormon estrogen yaitu
menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara dan
menimbulkan pertumbuhan lemak dan air serta garam, sehingga
payudara tampak makin besar. Fungsi hormon progesteron yaitu
mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi dan jumlah sel
asinus. Fungsi hormon somatomammotropin yaitu memegaruhi
sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin,
penimbunan lemak sekitar alveolus payudara dan merangsang
pengeluaran kolestrum pada kehamilan.
b. Perubahan sistem sirkulasi
Peredaran darah ibu di pengaruhi beberapa faktor berikut ini :
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri vena pada sirkulasi
retroplasenter
3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron
Akibat dari faktor tersebut di jumpai beberapa perubahan
peredaran darah yaitu :
a) Volume darah
Volume darah semakin meningkat, di mana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga
terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Curah jantung
9
e. Perubahan integumen
1) Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH), pengaruh
lobus hipofisis anterior, dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum lividae atau
alba, areola mammae, papila mammae, linea nigra, dan pipi
(cholasma gravidarum). Setelah persalinan, hiperpigmentasi ini
akan menghilang.
2) Perubahan kondisi kulit yang berubah terbalik dari keadaan
semula, yang biasanya (pada saat belum hamil) kulit kering,
maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula sebaliknya. Hal
ini terjadi karena adanya perubahan hormon di dalam tubuh ibu
hamil. Pada seorang multigravida sering tampak striae livide
bersama dengan striae albican, setelah partus striae livide ini
berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albican.
3) Rambut menjadi lebih kering atau berminyak karena adanya
perubahan hormon.(Ratna, 2008).
f. Perubahan pembesaran rahim
Perubahan karena pembesaran rahim terjadi terjadi pada bagian-
bagian rahim itu sendiri yang susunannya sedemikian rupa
sehingga dapat menampung dengan berat air ketuban kurang lebih
1 kg, ari-ari ( plasenta) ½ kg,dan janin seberat 3 kg ( total 4 ½ kg ).
Rahim semula sebesar kira-kira 30-40 gram, berkembang menjadi
1 kg dan keseluruhan pertambahan berat ibu hamil sekitar 12-15
kg. Pembesaran rahim yang dapat di lihat dan di raba dari luar,
dapat menjadi pegangangan untuk memperkirakan besarnya janin
dalam rahim dan tuanya kehamilan
g. Perubahan warna kulit
Pada perubahan kulit yang terjadi mungkin ada hubungan dengan
perubahan kulit itu meliputi hiperpegmentasi ( warna lebih gelap)
pada pipi yang berbentuk seperti sayap kupu di sebut juga kloasma
11
2. Tahapan persalian
a. Kala I
Kala I Persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)
persalinan kala I di bagi menjadi dua fase yaitu :
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap
b) Pembukaan serviks kurang dari 4 jam
c) Biasanya berlangsung hingga 8 jam
2) Fase aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 kali dalam 10 menit
dan lamanya 40 detik atau lebih)
b) Pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1 cm / jam atau lebih hingga pembukaan lengkap
(10 cm)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve
Friedman, perhitungan pembukaan pada primigravida 1 cm /
jam dan multigravida 2 cm / jam.
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai
dengan lahirnya bayi. Gejala kala II atau kala pengeluaran adalah :
1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dan durasi 50-100
detik
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang di tandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
34
a. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak
b. Tujuan khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik
2) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya
3) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan :
gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan
bayi sehat dan KB
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
(Dainti maternity, 2014)
3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Adapun tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Mengidentifikasi serta merespon terhadap kebutuhan dan
komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari,
2 minggu dan 6 minggu.
b. Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga
c. Membuat kebijakan, perecanaan kesehatan dan administrator.
d. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
e. Memulai dan mendorong pemberian ASI.
(Dainti maternity, 2014)
4. Tahapan masa nifas
a. Puerperium dini : masa kepulihan, yakni saat-saat ibu di bolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
b. Puerprium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu
48
(Suherni, 2013)
b. Kardiovaskuler dan darah
curah jantung mencapai puncaknya setelah pelahiran, yang pada
sebagian besar pasien normal mencapai 80% diatas nilai sebelum
50
b. Nutrisi
Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bias disebut juga
dengan menu seimbang.
Tujuannya adalah:
1) Membantu memulihkan kondisi fisik
2) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
3) Mencegah konstipasi
4) Memulai proses pemberian ASI eksklusif
Ibu nifas perlu tambahan 500 kalori tiap hari, dan kebutuhan
cairan/minum ± 3 liter/ hari dan tambahan pil zat besi selama 40
hari post partum, serta kapsul vitamin A 200.000 unit.
c. Ambulasi
Kenyataannya ibu yang baru melahirkan enggan banyak bergerak,
karena merasa letih dan sakit. Pada persalinan normal ambulasi
dapat dilakukan 2 jam post partum. Untuk pasien post SC yaitu
24-36 jam post partum.
Tujuan ambulasi:
1) Melancarkan pengeluaran lochea
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Memungkinkan untuk mengajar ibu memelihara anaknya
4) Mempercepat involusi dan memperlancar peredaran darah.
d. Eliminasi
Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi pada
8 jam post partum. Anjurkan ibu berkemih 6-8 jam post partum
dan setiap 4 jam setelahnya, karena kandung kemih yang penuh
dapat megganggu kontraksi dan involusi uterus. Bila ibu
mengalami sulit berkemih sebaiknya dilakukan toilet training untuk
BAB, jika ibu tidak bias BAB lebih dari 3 hari maka perlu diberi
laksan/ pencahar. BAB tertunda 2-3 hari post partum dianggap
fisiologis.
54
e. Istirahat
Ibu perlu istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu dapat beristirahat atau tidur siang selagi bayi
tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/ suami. Bila istirahat
kurang akan mempengaruhi ibu:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusio uteri dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan diri sendiri
f. Kebersihan diri/personal hygiene
Ibu nifas perlu menjaga kebersihan dirinya karena:
1) Mengurangi/mencegah infeksi
2) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan tubuh,
putting susu dan perenium, mengganti pembalut minimal 2 kali
atau setiap kali habis kencing.
g. Seksual/senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai
melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap. Banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau enam minggu
setelah persalinan, keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
h. Keluarga berencana
Indealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluaranya. Namun bidan dapat
55
2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah,
2013)
2. Tahapan bayi baru lahir
a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik
dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
(Vivian, 2011)
3. Fisiologi bayi baru lahir
a. Sistem pernapasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal
sesuai dengan usia kehamilan perkembangan sistem pulmonal.
Tabel II
b. Klem, potong dan ikat tali pusat dengan dua ikatan. Untuk
menjaga sisa tali pusat bersih dan kering, seharusnya tidak
mencapai perineum. Periksa perdarahan, ikat ulang kembali tali
pusat lebih erat. Studi menunjukan bahwa tali pusat harus
dibiarkan bersih dan kering.
c. Periksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit
d. Setelah 5 menit lakukan penilaian umum bayi menggunakan skor
Apgar
e. Pastikan bahwa ruangan hangat untuk mencegah hipotermias,
tapi menghindari kebakaran dalam ruang berasap. Tarulah
bayinya di kontak kulit ke kulit dengan ibunya, mulai menyusui dan
dorong ibu untuk menyusui sesering mungkin, selimuti bayi dan
ibu. Minta ibu untuk minum minuman hangat. Membawa sumber
panas ke dekat ibu dan bayi
f. Mempertahankan suhu. Periksa kehangatan dengan merasakan
kaki bayi setiap 15 menit. Jika kaki merasa dingin, periksa suhu
aksila. Jangan menempatkan termometer di ketiak. Jika bayi tidak
sakit dan suhu 36,5 C atau lebih, hangatkan bayi dengan
menempatkan bayi didalam inkubator atau dibawah lampu yang
lebih hangat. Memonitor suhu aksila setiap jam,. Jika bayi sakit
atau suhu ketiak kurang dari 36,5 C meskipun sudah di upayakan
untuk menghangatkan, segera transfer / rujuk bayi secepat
mungkin ke unit rujukan / rumah sakit sambil tetap menjaga
kontak kulit ke kulit.
g. Memeriksa bayi dari kepala sampai kaki mencari setiap
penyimpangan atau kelainan. Menghindari mengekspos bayi
terlalu banyak karena hal ini menyebabkan kehilangan panas.
Pastikan untuk memeriksa anus dan daerah genital. Pastikan
bahwa ibu dapat mengamati pemeriksaan, catat setiap tindakan,
baik yang untuk ke unit / rumah sakit secepat mungkin.
66
h. Timbang bayi setelah lahir. Hal ini harus dilakukan dengan cepat
untuk menghindari mengekspos baru lahir dan untuk mencegah
hipotermia.
i. Berikan vitamin K1 mg IM kepada semua bayi yang baru lahir.
j. Bungkus bayi dengan pakaian hangat, pastikan kepala bayi
tertutup.
k. Melakukan tugas pasca prosedur
1) Tempat semua barang sekali pakai dan plasenta dalam wadah
tahan bocor. Tempatkan linen kotor dalam wadah tahan bocor
2) Merendam instrumen dilarutan klorin 0,5% selama 10 menit.
3) Rendam kedua tangan bersarung dalam larutan klorin 0,5%
lepaskan sarung tangan dengan membalik dari dalam keluar.
4) Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan dengan
handuk bersih
l. Pastikan bahwa bayi disusui dalam waktu satu jam setelah
melahirkan dan setiap dua jam setelahnya. Ini akan mencegah
hipoglikemia. Tanda – tanda hipoglikemia termasuk gelisah,
kejang, hypotonia, apnea, dan gerakan spontan berkurang.
Hipoglikemia berkepanjangan yang tidak di obati akan
menyebabkan kerusakan otak dan kadang – kadang kematian.
Jika anda menduga hipoglikemia karena tidak kemampuan untuk
memulai menyusui (komplikasi ibu atau sakit / kecil baru lahir),
berikan dekstrosa 10%, 5 ml/ kg secara oral dan merujuk.
Pastikan bahwa bayi di dekap ibu setiap jam.
m. Jangan memberi apapun pada bayi kecuali ASI, meskipun bayi
lahir pervaginam ataupun sectio caesaria.
n. Periksa bahwa bayi BAB mekonium dalam 24 jam pertama dan
urine dalam 48 jam pertama
o. Ukur lingkar kepala (occipito – frontal) dan panjang tubuh 24 jam
setelah lahir atau saat lahir atau pada kontak pertama.
67
p. Catat semua temuan akurat pada catatan ibu dan bayi yang
relevan, termasuk dalam kartu ANC (Buku KIA) pada lembar
catatan neonatal
q. Anjurkan anggota keluarga untuk memandikan bayi setelah 24
jam lahir . (Emi, 2016)
Hari puncak, hari terakhir adanya lendir licin mulur dan ada
perasaan basah. Keuntungan dalam kendali wanita, memberikan
kesempatan pada pasangan menyentu tubuhnya, meningkatkan
kesadaran terhadap perubahan tubuhnya ,memperkirakan lendir
yang subur sehingga kemungkinan kehamilan dapat digunakan
untuk mencegah kehamilan.Kerugian membutuhkan komitmen,
perlu diajari oleh spesialis KB , dapat membutuhkan 2-3 kali
siklus haid untuk mempelajari metode, infeksi vagina dapat
mempersulit identifikasi lendir yang subur, beberapa obat yang
digunkan mengobati flu dsb dapat menghambat produksi lendir
serviks melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai
beberapa wanita, membutuhkan pantang.
7) Metode symtothermal
Dasar kombinasi antara bermacam macam metode KB alamiah
untuk menentukan masa subur/ ovulasi yaitu melakukan dengan
mengamati perubahan lendir serviks dan perubahan suhu basal
dan perhitungan kalender masa subur melalui metode kalender.
Keuntungan tidak ada efek fisik, aman, ekonomis,meningkatkan
hubungan kerja sama antara suami istri apabila menginginkan
kehamilan, tidak memerlukan tindakan lanjut atau alat kontasepsi
lain setelah belajar metode symtothermal yang benar.
Ketebatasan tidak cocok digunakan oleh wanita yang
mempunyai bayi, berpenyakit pasca perjalanan dan minum
alkohol, kurang efektiv karna pengguna harus mengamati dan
mencatat suhu basal tubuh maupun lendir serviks, memerlukan
kerja sama antara pasutri, pengguna harus mendapatkan
pelatihan/intrusksi yang benar
b. Matode kontrasepsi dengan alat
1) Kondom adalah selumbung atau sarung karet yang dapat terbuat
dari bahan lateks (karet) plastic ( vinil) atau bahan alami (hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.Mekanisme
73
1. Definisi
a. Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berfikir
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. (Kepmenkes, 2007)
b. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang
diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah,
penemuan, keterampilan dalam tahapan yang logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Varney,
2007)
2. Tujuh Langkah Verney
a. Langkah 1: Pengkajian
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap. Pada langkah pengkajian, bidan mengumpulkan
semua informasi akurat dan lengkap dari beberapa sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien dengan cara wawancara dengan
klien, suami, keluarga dan dari catatan/dokumentasi pasien
untuk memperoleh data subjektif. Sementara itu, data obyektif
dilakukan dengan melakukan observasi dan pemeriksaan.
Anamnesis/Data Subjektif
Data-data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut:
1) Identitas klien.
2) Alasan datang.
3) Riwayat perkawinan.
4) Riwayat penyakit sekarang (berhubungan dengan masalah
atau alasan datang):
(1) Tanggal dan jam terjadinya serangan;
82
6) Riwayat keluarga
a) Usia ayah dan ibu, status (hidup atau mati);
b) Kanker;
c) Penyakit jantung;
d) Hipertensi;
e) Diabetes;
f) Penyakit ginjal;
g) Penyakit jiwa;
h) Kelainan bawaan;
i) Kehamilan ganda;
j) TB (tuberkulosis);
k) Epilepsi;
l) Kelainan darah (anemia dan lain-lain);
m) Alergi;
n) Kelainan genetik;
o) Riwayat keturunan kembar.
7) Riwayat haid
Anamnesis haid memberikan kesan pada kita tentang faal
alat reproduksi/kandungan, meliputi:
84
a) Umur menarche;
b) Frekuensi, jarak/siklus jika normal;
c) Lamanya;
d) Jumlah darah keluar;
e) Karakteristik darah (misal bergumpal);
f) HPHT, lamanya dan jumlahnya normal;
g) Dismenorea;
h) Perdarahan uterus disfungsional, misal: spotting
menoragia, dan lain-lain;
i) Penggunaan produk sanitary (misal: celana dalam,
pembalut);
j) Sindrom syok keracunan;
k) Sindrom premenstruasi;
8) Riwayat obstetri dan ginekologi
9) Riwayat seksual
10) Riwayat KB/kontrasepsi.
11) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk memperoleh data
objektif. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a) Pemeriksaan umum.
b) Pengukuran tanda-tanda vital.
c) Pemeriksaan fisik khusus.
d) Pemeriksaan penunjang:
(1) Pemeriksaan laboratorium;
(2) Pemeriksaan rontgen.
(3) Pemeriksaan USG.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
85
Potensial :
a) Potensial : polihidramnion
b) Besar dari masa kehamilan
c) Ibu dengan diabetes mellitus
d) Kehamilan kembar
Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab
pembesarab uterus yang berlebihan uterus. Kemudian bidan
harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi
perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pembesaran uterus yang berlebihan. Pada persalinan
dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu
dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi
saluran kemih yang menyebabkan tingginya kemungkinan
terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan anamnesis dan
88