Anda di halaman 1dari 158

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Proses kehamilan merupakan materantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukkan plasenta,

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

Menurut federasi obstertric ginekologi internasional, kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi sehinggga lahir bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dinama trimester

pertama dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40). (Prawirohardjo, 2014).

2.1.2 Tanda-tanda Kehamilan

A. Tanda pasti hamil

1) Terdengar denyut jantung janin (DJJ)

2) Palpasi bagian bawah.

3) Ultrasonorafi (USG) (dainty 2016).

B. Tanda tidak pasti kehamilan


1) Rahim membesar

2) Tanda hegar

3) Tanda chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan

vulva.

4) Tanda piskacek, yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah sehingga

menonjol jelas kearah pembesaran tersebut

5) Braxton Hicks, bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba)

akan mudah berkontraksi

6) Basal Metabolisme Rate (BMR) meningkat

7) Ballotement positif, jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut ibu

dengan cara menggoyang-goyangkan disalah satu sisi, maka akan

teraba “pantulan” disisi yang lain.

8) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif, tes urine dilaksanakan

minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari

pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin

dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal, mengindikasikan

bahwa wanita mengalami kehamilan (Sulistyawati, 2010).

C. Dugaan hamil

1) Amenore atau tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat

haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir,

supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan di

perkirakan akan terjadi. Wanita hurus mengetahui tanggal hari


pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan

dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang digunakan

menggunakan rumus dari Naegele :

TTP = ( Hari HPHT + 7 dan (bulan HPHT-3) dan (tahun HPHT+1).

2) Mual muntah, morning sickness, hiperemesis gravidarum.

3) Perubahan pada traktus urinarius Miksing/sering buang air kecil

4) Hiperpigmentasi : stria, cloasma, linea nigra

5) Perubahan Payudara Mastodinia (Dainty,Dkk 2016).

2.1.3 Perubahan Anatomi Dan fisiologi pada ibu hamil

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,

khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna dan payudara.

Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin dan semua

perubahan ini akan kembali seperti keadan sebelum hamil setelah proses

persalinan dan menyusui selesai.

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.

pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 kg dan

kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah

menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan

cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume total mencapai 5 l

bahkan dapat mencapai 20l atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah

pengaruh estrogen dan progesteron, pembesaaran ini disebabkan oleh

peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia

(produksi serabut otot dan dan jaringan fibrolastatis yang baru) dan

hipertropi (pembesaran serabut otot dan dan jaringan fibrolastatis yang

sudah ada) dan perkembangan desidua. Pada kehamilan 8 minggu

uterus sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu sebesar telur

angsa. Pada saat inilah fundus sudah dapat diraba dari luar atas

simpisis.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi servik akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya

hipertrofi dan hiperflsia pada kelenjar-kelenjar serviks. Serviks uteri

lebih banyak jaringan ikatnya, hanya kurang lebih 10 % yang jaringan

otot. Jaringan ini banyak mengandung kolagen yang karena pengaruh

estrogen menjadi lunak (tanda hegar) dan terjadi hipervaskulisasi

porsio, menyebabkan porsio berwarna biru.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan

folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum yang bisa

ditelmukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7


minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.

4) Vagina dan perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot di perinium dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat warna keunguanyang dikenal dengan tanda

chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi

akan berwarna keputihan, menebal dan pH antara 3,5-6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang

dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus

acidopphilus.

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai daerah payudara

dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada

multipara selain striae kemerahan ini sering kali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan

linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi


pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma

gravidarum. Selain itu pada aerola dan daerah genitalia juga akan

terliahat jelas pigmentasi yang berlebihan.

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting

payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama

sutu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.

Kolostrum ini baerasal dari kelenjar-kelenjar sinus yang mulai

bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat di

produksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting

hormone. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan

pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang

sama aerola akan lebih besar dan kehitaman.

7) Perubahaan metabolik

Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi

untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian asi. Sebagian besar

penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan

isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.

8) Perubahan pada sistem kardiovaskuler


Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung

setiap menitnya atau bisa disebut sebagai curai jantung (cardiac

output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada

usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia

kehamilan 16-28 minggu. Oleh karna curah jantung yang meningkat,

maka denyut jantung pada saat isirahat juga meningkat (dalam

keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit).

Setelah menjadi 30 minggu, curah jantung menurun karena

pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai

ke jantung.

9) Perubahan sistem pernafasan

Selama periode kehamilan, sistem pernafasan mengalami

perubahan. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan O2 yang

semakin meningkat. Disamping itu juga terjadi desakan diafragma

karena dorongan rahim yang semakin membesar. Ibu hamil akan

bernafas lebih dalam 20-25% dari biasanya. Rasa sesak nafas yang

sangat cepat akan membuat ibu hamil merasa lelah, hal ini

dikarenakan selama hamil kerja jantung dan paru-paru lebih besar.

10) Perubahan sistem pencernaan

Rahim yang semakin besar akan menekan rektum dan anus

bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit

semakin berat karena gerakan otot didalam usus di perlambat oleh

tingginya kadar progeteron.


11) Traktus urinarius

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunya kepala bayi

pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing.

desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat tersa penuh.

(Sarwono Prawirohardjo, 2014).

2.1.4 Perubahan psikologi pada ibu hamil

A. Stresor internal dan eksternal

Psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari

dalam diri ibu hamil ( internal ) dan dapat juga berasal dari faktor luar

dari ibu hamil. Psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari

dalam diri ibu cepat berubah latar belakang kepribadian ibu dan

pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.

Ibu hamil yang memiliki kepribadian kurang matang biasanya di

jumpai pada calon ibu dengan usia yang masih sangat muda, tidak

mau berbagi dengan orang lain atau tidak seimbang antara prilaku dan

perasannya, cenderung menunjukan emosi yang tidak stabil dalam

menghadapi kehamilannya di bandingkan denagn ibu hamil yang

memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa. Ibu hamil dengan

kepribadian seperti ini biasanya mennjukaan kecemasan dan ketakutan

yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi yang ada di kandungannya

selama kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami

depresi selama kehamilannya. Ia merasa kehamilannya merupakan

beban yang sangat berat dan tidak menyenangkan.


Demikian pula denagn pengaruh perubahan hormon yang

berlangsung selama kehamilan juaga berperan dalam perubahan

emosi, membuat perasaan jadi tidak menentu, konsentrasi berkurang

dan sering pusing. Hal ini menyebabkan ibu merasa tidak nyaman

sealama kehamilan dan memicu timbulnya stres yang di tandai ibu

sering murung. Sedangkan psikologis yang berasal dari luar diri ibu

dapat berupa pengalam ibu misalnya ibu mengalami masa anak – anak

yang bahagia dan mendapatkan cukup cinta kasih, berasal dari

keluarga bahagia sehingga mempunyai anak di anggap sesuatu yang di

inginkan dan menyenangkan maka ia pun akan terdorong secara

psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya.

Selain itu pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau

persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga

menimbulkan gangguan emosi yang mempengaruhi kehamilannya.

Gangguan emosi baik berupa stres atau depresi yang di alami pada

trimester pertaam kehamialn akan berpengaruh pada janin, karena

pada saat itu janin sedang dalam masa pembentukan. Akan

mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR. Bukan

hanya itu, pada pertumbuhan anakanya nanti anak akan mengalami

kesulitan belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif

karena bila dalam kehamilan ibu merasa gelisah maka terjadi

perubahan neorotransmiter janin melalui plasenta.


Untuk itu dalam pemberian asuhan antenatal, bidan harus mampu

memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan trimester I

sehingga orangtua mendapat banyak pengetahuan terutama tentang

perubahan yang terjadi selama kehamilan dan di harapkan bisa

beradaptasi pada perubahan – perubahan psikologis tersebut.

B. Dukungan keluarga

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat

berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan

mempengaruhi keadaan keluarga.

Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak

menjadi orang tua sehingga kehamilan di anggap krisis bagi bagi

kehidupan berkeluarga yang dapat di ikuti oleh stres dan kecemasan.

Jika krisis tersebut tidak dapat di pecahkan maka mengakibatkan

timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga dan

kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga.

Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses adalah kekuatan

bagi keluarga untuk menciptakan hubungan yang baik.

C. Dukungan suami

Orang yang paling penting bagi seorang wanita adalah suaminya.

Banyak bukti yang di tunnjukan bahwa wanita yang di tunjukan

bahwa wanita yang di perhatikan dan di kasihi oleh pasangannya

selama kehamilannya dann sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal


ini di yakini karena ada dua kebutuhan utama yang di tunjukan wanita

selama hamil yaitu menerima tanda–tanda bahwa ia dicintai dan di

hargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap

anaknya.

Ada empat jenis dukungan yang dapat di berikan suami sebagai

calon ayah bagi anaknyaantara lain:

1) Dukungan emosi

Yaitu suami yang sepenuhnya memberi dukungan sepenuhnya

memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan

menunjukan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta

peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibbu hamil.

2) Dukungan instrumental

Yaitu dukungan suami yang di berikan untuk memenuhi kebutuhan

fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.

3) Dukungan informasi

Yaitu dukungan suami dalam meberikan informasi yang di

perolehnya mengenai kehamilan.

4) Dukungan penilaian

Yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan

kehamilan istrinya (taufan, 2014).


2.1.5 Tanda bahaya pada kehamilan

A. Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

perdarahan banyak, atau perdarahan dengan disertai nyeri (abortus,

KET, mola hidatidosa), pada trimester II dan III bisa terjadi perdarahan

pervaginam baik disertai nyeri maupun tidak.

B. Sakit kepala yang hebat.

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala yang hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya jadi kabur atau berbayang. Sakit

kepala yang hebat pada kehamilan adalah gejala preeklamsi.

C. Pandangan kabur.

Masalah visual yang mengidentifikasi keadaan yang mengancam jiwa

adalah visual mendadak misalnya pandangan kabur atau berbayang.

D. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini

bisa berarti apendiksitis, KET, abortus, penyakit radang panggul,

persalinan pretrem, gastritis, penyakit kantong empedu, absrupsi

plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.

E. Bengkak pada muka dan tangan

Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada

muka dan tangan, tidak hilang dengan beristirahat dan disetai dengan
keluahan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia,

gagal jantung atau preeklamsi.

F. Bayi kurang gerak seperti biasanya.

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya mulai ke 5 atau ke 6 beberapa ibu

bisa merasakan gerakan janinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakanya

akan melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode

3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika makan dan minum dengan baik (Dainty, Dkk 2016)

2.1.6 Kebutuhan Fisik pada ibu hamil

A. Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek

nafas. Hal ini di sebabkan karena diafragma tertekan akibat

membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20 %. Ibu hamil

sebaiknya tidak berada di tempat – tempat yang tidak terlalu ramai dan

penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen.

B. Nutrisi

1) Kebutuhan gizi ibu hamil dengan berat badan normal.

Kebutuhan energi pada kehamilan, trimester I

membutuhkan tambahan 100 kkal/hari ( menjadi 1.900 – 2000

kkal/hari). Ini berarti sama dengan menambah satu potong ( 50 gr )

daging sapi atau dua buah apel dalam menu sehari. Selanjutnya

pada trimester II dan III, tambahan energi yang di butuhkan

meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi


100 gr daging ayam atau minum dua gelas susu sapi cair. Ideal

nyaa keaikan BB sekitar 500 gr/minggu.

Kebutuhan makan ibu hamil dengan BB normal/haari nasi

enam porsi, sayuran tiga mangkuk, buah empat potong, susu dua

gelas, daging ayam, ikan, telur tiga potong, lemak/minyak lima

sendok teh, gula dua sendok makan.

2) Kebutuhan gizi ibu hamil gemuk

Ibu hamil yang terlalu gemuk tidak boleh mengkonsumsi

mkanan dalam jumlah sekaligus banyak. Sebaiknya berangsur –

angsur, sehari menjadi 4 – 5 kali waktu makan. Penambahan energi

untuk ibu hamil gemuk tidak boleh >300 kkal/hari. Sementara

penambahan berat badan tidak boleh >3kg /bulan atau 1kg/minggu.

Makanan yang harus di kurangi adalah yang rasanya manis. Gurih

dan mengandung banyak lemak, seperti daging sapi, daging ayam

dengan kulit, makanan berminyak dan sejenisnya. Daging boleh di

konsumsi 100 gr atau satu potong besar/ hari. Buah – buahan yang

harus di batasi adalah durian, nangka, alpukat. Sedangkan untuk

minyak paling banyak 20 gr/ hari. Makanan yang kaya serat

lainnya di sarankan banyak di konsumsi.

3) Kebutuhan makan ibu hamil gemuk/ hari

Nasi dua gelas, sayuran tiga mangkuk, buah empat potong,

susu empat sendok makan, telur satu butir, daging satu potong

sedang, ikan satu potong sedang, tahu satu potong sedang, gula
pasir tiga sendok makn, lemak minyak tigga sendok teh, roti dua

iris.

4) Kebutuhan gizi ibu hamil kurus

Pengaturan makanan bagi ibu hamil kurus lebih sederhana.

Yang harus di perhatikan adalah jumlah cairan yang terkandung

dalam makanan. Air, baik air minum, jus atau makanan yang

mengandung kadar air tinggi, selain mudah menyegarkan juga

memancing timbulnya rasa mual. Supaya kebutuhan ibu yang

terlalu kurus tercukupi, di sarankan mengkonsumsi makanan

dengan sedikit kuah. Setelah makan, berjeda ½ hingga 1 jam

sebelum minum mengenai jenis dan jumlah makanan tidak ada

pantangannya.

Kebutuhan makanan ibu hamil kurus/ hari Nasi empat

gelas, sayuran tiga mangkuk, buah satu potong, susu sembilan

sendok makan, telur dua butir, daginng satu potong sedang, ayam

satu potong besar, ikan satu potong besar, tempe tiga potong

sedang, tahu tiga potong sedang, gula pasir lima sendok makan,

lemak atau minyak lima sendok teh, roti empat iris, biskuit enam

keping.

C. Makanan yang aman di konsumsi

1) Hindari makan daging atau ayam mentah dan setengah matang, cuci

perlengkapan masak dan tangan sebersih mungkin setelah mengolah

bahan tersebut.
2) Hindari ikan mentah seperti sushi

3) Hindari telur mentah dan makanan yang mengandung telur seperti

mayones, salmonella sering di jumpai pada telur, produk hasil

ternak, dan daging mentah.

4) Masukan ke kulkas semua makanan matang, makanan beku dan

produk peternakan.

5) Masak makanan siap saji atau hasil ternak siap makan sampai

matang, jangan mematangnya dalm keadaan dingin atau hangat.

6) Jangan minum susu sapi, kambing atau biri – biri yang tidak di

basteurisasi.

7) Cuci dengan seksama buah – buahan, sayuran dan salad.

8) Buang makanan yang berjamur dan kentang yang sudah berakar.

D. Personal hygiene

Kebersihan diri selama kehamilan penting unruk di jaga oleh

seorang ibu hamil. Personal hygiene yang buruk dapat berdampak pada

kesehatan ibu dan janin.

1) Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal

2x sehari.

2) Menjaga kebersihan alat genetal dan pakaian dalam.

3) Menjaga kebersihan payudara.

E. Pakaian

Pakaian yang baik bagi wanita hamil adalah:

1) Longgar, nyaman, dan mudah di kenakan.


2) Gunakan bra sesuai ukuran payudara dan mampu menjaga seluruh

payudara.

3) Untuk kasus kehamilan menggantung, perlu di sangga dengan stagen

atau kain bebat di bawah perut.

4) Tidak memakai sepatu tumit tinggi. Sepatu berhaak rendah baik

untuk puggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan pada

kaki.

F. Eliminasi

Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III

kehamilan. Sementara frekuensi BAB menurun akibat adanya

konstipasi. Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman terhadap masalah

eliminasi juga perlu mendapat perhatian.

1) Ibu hamil akan serinng ke kamar madi terutama ssaat malam

hingga mengganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di

kurangi.

2) Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan

lembab sehingga memudahkan masuk kuman.

3) Setiap habis BAB dan BAK, cebok dengan baik.

G. Seksual

Wanita hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan

suaminya sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menggangu

kehamilan. Ada beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin

berhubungan seksual dengan suaminya:


1) Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita

hamil.

2) Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin yang terdapat

dalam semen bisa menyebabkan kontraksi

3) Lakukan dalam frekuensi yang wajar 2 – 3x seminggu.

H. Mobilisasi bodi mekanik

Pertumbuhan rahim yang membesar akan menyebabkan

peregangan ligamen – ligamen atau otot – otot sehingga pergerakan ibu

hamil menjadi terbatas dan kadangkala menimbulkan rasa nyeri.

Mobilisasi dan bodi mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan

cara – cara yang benar antaralain:

1) Melakukan latihan atau senam hamil agar otot – otot tidak kaku

2) Jangan melakukan gerakan tiba – tiba atau spontan.

3) Jangan mengangkat secara langsung benda – benda yang cukup

berat, jongkoklah terlebih dahulu kemudian mengangkat benda.

4) Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangun dari

tempat tidur.

I. Ekercise ( senam hamil )

1) Pengertian

Senam hamil merupakan suatu perogram latihan fisik yang

sangat penting bagi calon ibu unruk mempersiapkan saat

persalinan. Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk


mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental pada persalinan

cepat, aman dan spontan.

2) Keuntungan

a. Melenturkan otot

b. Memberikan kesegaran

c. Meningkatkan self exteem dan self image

d. Sarana berbagi informasi

Waktu yang tepat melakukan senam hamil:

a. Jika kandungan mencapai 6 bulan ke atas, lakukan senam

hamil,kecuali ada kelainan tertentu pada hamil, diskusikan

kondisi kehamilan dengan dokter atau bidan.

b. Perempuan hamil yang melalukan senam hamil diharapkan

dapat menjalani persalinan dengan lancar, dapat memanfaatkan

tenaga dan kemampuan sebaik-baiknya sehingga proses

persalinan normal berlangsung relatif cepat.

c. Sebelum memulai senam hamil, lakukan dulu gerakan

pemanasan sehingga peredaran darah dalam tubuh akan

meningkat dan oksigen yang diangkut ke otot dan jaringan tubuh

bertambah banyak,serta dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya kenjang/luka karena telah disiapkan sebelumnya

untuk melakukan gerakan yang lebih aktif.


Hal-hal penting dalam melakukan senam

a. Persetujuan dokter atau bidan

b. Senam dengan instruktur

c. Cukup berlatih

d. Pakaian senam

e. Makanan

J. Istirahat atau tidur

a. Yoga

Yoga adalah olah fisik yang mengandalkan pernafasan dan

pemusatan pikiran. Teknik pengaturan nafas yang dilakukan

dalam yoga menimbulkan rasa relaks dan kelak sangat

membantu dalam proses persalinan. Umumnya kesalahan yang

sering terjadi adalah ketidak mampuan mengatur nafas saat

mengedan, dengan yoga diharapkan ibu tidak kehabisan nafas

saat mengedan. Selain itu gerakan yoga yang lambat juga dapat

mengelola otot tubuh termasuk ctot pelviks sehingga saat

bersalin kelak, rasa sakit cepat dikurangi.

b. Tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang

cukup. Kurang istirahat atau tidur, ibu hamil akan terlihat

pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam kurang

lebih 8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam. Umumnya ibu

mengeluh susah tidur karena rongga dadanya terdesak perut


yang membesar atau posisi tidurnya tidak nyaman. Tidur yang

cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat.

Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari

tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut

hingga pangkal paha di ganjal dengan satu bantal. Letak bantal

bias disesuaikan. Jika ingin tidur miring kekiri, bantal di taruh

sedemikian rupa sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi

miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke

kanan.Posisi tidur yang paling di anjurkan adalah tidur miring

ke kiri, posisi ini berguna untuk mencegah varises, sesak nafas,

bengkak pada kaki, serta dapat memperlancar sirkulasi darah

yang penting buat pertumbuhan jalinan. Bila ibu sulit tidur,

cobalah mendengarkan musik lembut yang akan mengiringi

persaan dan pikiran menjadi lebih tenang sehingga tubuh dan

perasaan jadi lebih rileks.

c. Mendengarkan musik

Selain menimbulkan perasaan rileks dan nyaman saat

mendengarkan, ternyata aluran musiknya sendiri dapat

memberikan stimulus pada perkembangan janin. Rangsangan

ini di yakini dapat menjadi stimulus awal perkembangan otak

janin. Jenis musik yang di pilih boleh musik klasik, musik

daerah yang memiliki alunan konstan dan menyengkan, musik

rohani dan doa. Semua ini bermanfaat yang sama untuk


relaksasi bagi ibu selama menjalani kehamilannya dan

memberikan rangsangan pra kelahiran yang sangat baik bagi

janin.

d. Meditasi dan berdoa

Berdoa dan meditasi merupakan relaksasi ringan yang

dapat di lakukan semua ibu hamil. Manfaatnya dapat

menenangkan pikiran agar terpusat pada satu hal, yaitu

kesehatan janinnya. Ini akan menolong calon ibu siap secara

emosi menghadapi persalinannya.

e. Pijat

Pijat adalah terapi tradisional yang dapat mengusir

kelelahan fisik, memperlancar peredaran darah dan

menghilangkan ketegangan pikiran. Pemijatan yang aman di

lakukan pada bagian tubuh leher, kaki, dan kepala (Taufan

2014).

2.1.7 Ante Natal Care (ANC)

Ante Natal Care adalah upaya prepentif program pelayanan

kesehatan obstretri untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamialan

(Sarwono 2014).

Ante Natal Care adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Kehamilan


melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan

sosial didalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang

normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi

dan menatalaksana kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup

bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

di harapkan.

Oleh karena itu, pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil di anjurkan

mengunjungi dokter atau bidan sedini mungkin semenjak merasa dirinya

hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan Ante Natal Care (ANC)

(Syaifudin, 2010).

Jadwal kunjungan antenatal care frekuensi pelayanan antenatal

care oleh WHO di tetapkan 4 kali dalam kunjungan ibu hamil dalam

kunjungan antenatal selama kehamilna dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Satu kali kunjungan petama (K1) selam trimester pertama

b. Satu kali kunjungan kedua (K2) selama trimester kedua

c. Satu kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) selam trimester

ketiga. (Dainty, 2016)

2.1.8 Tujuan asuhan Kehamilan

1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisisk serta mental ibu dengan

pendidikan, nutrisi, kebersihan disi, dan proses kelahiran bayi.


2. Mendekteksi dan melakuakan penatalaksaan komplikasi medis, bedah,

atau obstetrik selama kehamilan.

3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi

komlikasi.

4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,

menjalankan nifas secara normal, dan merawat anak secara fisik,

psikologis, dan sosial.

5. Memantau kemajuan kehamilan danuntuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

6. Mempersiapakan persalianan cukup bulan, ibu melahirkan bayi dengan

selamat, dan dengan trauma seminimal mungkin.

7. Mementau peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

tumbuh kembang dapat berlansung secara normal (Dainty, 2016)

2.1.9 Standar pelayanan ANC

Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal sebagai berikut :

1. Standar 1: identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinnteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluha dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2. Standar 2: pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan


seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.

Bidan juga harus mengenal kehamilan resti atau kelainan, khususnya

anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS atau infeksi HIV, memberikan

pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang di berikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat

data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila di temukan kelainan,

mereka harus mampu mengambil tindakan yang di perlukan dan

merujuknya untuk tindakan selanjutnya. Kelainan, mereka harus

mampu mengambil tindakan yang di perlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

3. Standar 3: palpasi abdomen

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan plpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur

kehamilan bertambah, pemeriksaan posisi, bagian terendah janin dan

masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4. Standar 4: pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

5. Standar 5: pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah

pada kehamilan dan mengenali tanda – tanda serta gejala preeklampsia

lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 6: persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami

serta keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan di rencanakan dengan baik, di samping persiapan

transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba – tiba terjadi keadaan

gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal

ini. (Taufan, 2014)

2.1.10 Standar pelayanan Kebidanan (ANC) 14 T.

1. Ukur berat badan dan tinggi badan

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari trimester I sampai trimester III yang berkisar

antara 9 sampai 13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang

tergolong normal adalah 0,4 sampai 0,5 kg tiap minggu mulai

trimester II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk

mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan rongga.


Rumus indeks Masa Tubuh (IMT) :

Berat badan (Kg)


IMT =
Tinggi badan (m)

Tabel 2.1 Rumus IMT

Anjuran pertambahan berat badan

Katagori IMT (sebelum hamil) Anjuran pertumbuhan berat badan total

(kg)

Rendah (IMT < 19,8) 12,5-18

Normal (IMT 18,8-26,0) 11,5-16

Tinggi (IMT 26,0- 29) 7-11

Tabel 2.2 Anjuran pertambahan berat badan

Sumber: Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neontus Bayi dan Balita

tahun 2012.

2. Ukuran tekanan darah

Tekanan darah yang normal 110/80 sampai 140/90 mmHg, bila

melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

3. Ukuran Tinggi Fundus Uteri

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc. Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa


dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir

(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal

harus sama dengan usia kehamilan dalam minggu yang dicantumkan

dalam HPHT.

No Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan Dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

Tabel 2.3 Usia Kehamilan Berdasarkan TFU

Sumber : Walyani, Elisabeth Siwi dan Th. Endang Puwoastuti.

2015. Asuhan kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta : Pustaka

baru press.

a. lohson

1. jika kepla belum masuk PAP maka rumusnya :

Berat janin = (Tinggi Fundus Uteri – 12) x 155 gram


2. jika kepla sudah masuk PAP maka rumusnya :

Berat janin = (Tinggi Fundus Uteri – 11) x 155 gram

Menghitung tafsiran berat janin (TBJ) dengan rumus diatas

keakurtannya akan meleset, karena faktoie sebagai berikut:

1. kekebalan didnding abdomen, ini memebuat kita kesulitan dalam

menetukan lokasi fundus uteri.

2. rumus ini tidak di kususkan untuk wanita indonesia, pola makan

yang berbeda akan menetukan besarnya janin ( Aichaika, 2013).

4. Pemberian tablet tambah darah (tablet besi) Fe

Untuk mencegah anemia gizi besi setiap ibu hamil harus mendapat

tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet

selama kehamilan yang diberikan sejak kontak petama.

5. Pemberian imunisasi tetanus toxoid

Imunisasi tetanus toxoid harus diberikan pada saat seorang wanita

hamil, melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada

minggu ke-4.

Imunisasi TT Interval Lama Perlindungan

(selang waktu minimal)

TT I Pada kunjungan Ante Natal Langkah awal pembentukan

Care (ANC) pertama kekebalan tubuh terhadap

penyakit tetanus

TT II 4 Minggu setelah TT I 3 tahun


TT III 6 bulan setelah TT II 6 tahun

TT IV 12 bulan setelah TT III 10 tahun

TT V 12 bulan setelah TT IV >25 tahun

Tabel 2.5 Imunisasi TT

Sumber :Walyani Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, 2015

6. Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan

pertama dan minggu ke 28, bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan

Anemia maka harus di beri suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg asam folat

hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

7. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)

Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali dan

ambil spesimen darah vena kurang dari 2 cc, apabila hasil test positif

maka dilakukan pengobatan dan rujukan.

8. Pemeriksaan Protein Urine

Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung

protein atau tidak untuk mendeteksi gejala preklampsi dan dipriksa 2

kali selam kehamilan.

9. Pemeriksaan Urine Reduksi

Untuk Bumil dengan riwayat DM bila harus positif maka perlu di

ikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DM.

10. Perawatan Payudara


Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil dilakukan 2

kali sehari sebelum mandi di mulai dari usia kehamilan 6 minggu.

11. Senam Hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat

pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit.

12. Pemberian Obat Malaria

Di berikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga

kepada Bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi di sertai

menggigil dan hasil apusan darah yang positif.

13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di

daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang

manusia.

14. Temu Wicara atau konseling yang meliputi :

1. Kesehatan ibu.

2. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).

3. Peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan.

4. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi.

5. Asupan gizi seimbang.

6. Gejala penyakit menular dan tidak menular.


7. Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di

daerah terkonsentrasi HIV atau bumil resiko tinggi terinfeksi

HIV.

8. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif.

9. KB pasca persalinan.

10. Imunisasi ( Elisabet 2015).

2.2 KPD

2.2.1 Pengertian

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang

terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya

(Nugroho,2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi

inpartu.

Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih

dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak

(Manuaba, 2009).

KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah

ketuban sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat

terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi

pada wanita dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi

janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina (Helen, 2003).

Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.


2.2.2 Patofisiologi

Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen,

sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan

infeksi (sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi,

Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,

jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan

kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1)

dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan

aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,

sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,

menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

2.2.3 Penyebab KPD

Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009

meliputi antara lain :

a. Serviks inkompeten

b. Faktor keturunan

c. pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia)

d. overdistensi uterus

e. malposisi atau malpresentase janin

f. faktor yang menyebabkan kerusakan serviks

g. riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih


h. faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama

hamil

i. merokok selama kehamilan

j. usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat

dari pada usia muda

k. riwayat hubungan seksual baru-baru ini

l. paritas

m. anemia

n. keadaan sosial ekonomi.

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh

terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi

persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang

ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut

akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003).

Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem

reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang

kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.


b. Sosial ekonomi (Pendapatan)

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa

uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan

hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang

menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya

pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak

mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak

pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu

primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang

wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia

kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang

telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu

dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan

grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil

dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah

kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah

melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan

sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih

beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen,

2008).
d. Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan

mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan

anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil

mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume

30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan

ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan

darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada

trimester pertama dan trimester ke tiga.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian

intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan

mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,

persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban

pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his,

retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri

(Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia

berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11

gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia

berat.
e. Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas

tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung

lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk

karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain.

Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan

seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati

yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian

KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi

kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami

ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat

ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga

memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.

Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang

persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari

pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena

komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang

semakin menurun pada kehamilanberikutnya (Helen, 2008).

g. Serviks yang inkompetensik

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada

otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak

mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan

anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium

uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang

memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan

mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga

yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta

keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).

h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya

1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

amniosintesis

2) Gemeli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau

lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang

berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim

secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi

rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative

kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga


mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin.

2002).

2.2.4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban

berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.

Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi

sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang

sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran

untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Manuaba, 2009).

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban

benar sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal

belum ada atau kecil. Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan

berbagai cara yang meliputi :

a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di

vagina.

b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa,

rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.


c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan

servikalis.

d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)

bila ketuban sudah pecah.

e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu

dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak

plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes

leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3,

kemungkinan adanya infeksi (Sarwono, 2014).

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,

bau dan PHnya.

1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi

biru, menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban

dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban

yang sedikit (Manuaba, 2009).


2.2.7 Komplikasi ketuban pecah Dini

Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ;

a. mudah terjadinya infeksi intra uterin,

b. partus prematur,

c. prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).

Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah

dini yaitu

a. peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,

b. komplikasi selama persalinan dan kelahiran,

c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi

karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap

masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).

2.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,

adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda

persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010),

meliputi :

a. Konserpatif

1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada

ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak

tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.


3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi,

tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,

dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah

24 jam.

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan

lakukan induksi.

7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra

uterin).

8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg

sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6

jam sebanyak 4 kali.

b. Aktif

1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6

jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan

persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea

4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang

penatalaksanaan KPD adalah :

a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas

paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru

yang sehat.

b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi

pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas

c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan

berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,

sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu

berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi

persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan

e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga

sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin

dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan

mungkin harus mengorbankan janinnya.


f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur

distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk

melakukan pemeriksaan kematangan paru.

g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu

6-24 jam bila tidak terjadi his spontan

2.3 Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan ialah proses pengelaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan

sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering yang nampaknya tidak

saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi

(Siwi, 2015)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Kuswanti

& Fitria, 2014).

2. Jenis Persalinan (Kuswanti & Fitria, 2014)

a. Persalinan Spontan

Persalinan spontan, yaitu persalinan yang berlangsung secara alami

yang berasal dari kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Buatan

Persalinan buatan, yaitu persalinan yang dibantu dari luar

misalnya, vaccum ekstraksi, forceps, dan SC.

c. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran, yaitu bila bayi sudah cukup besar untuk hidup

di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan

kesulitan dalam persalinan sehingga menimbulkan kesulitan dalam

persalinan, misal dengan induksi persalinan.

3. Istilah – Istilah Yang Berhubungan Dengan Persalinan (Kuswanti & Fitria,

2014).

a. Partus Immaturus

yaitu partus diamna umur kehamilan kurang dari 28 minggu dan

lebih dari 20 miggu dengan berat janin antara 500-1000 gram.

b. Partus Prematurus

Yaitu partus atau persalinan dari konsepsi yang dapat hidup tetapi

belum aterm (cukup bulan) dengan berat badan janin antar 1000-2500

gram atau kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.

c. Partus Postmaturus (Serotinus)

Yaitu partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan

yang diperkirakan.

4. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan

a) Estrogen
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim serta

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar, seperti rangsangan

oksitosin, prostaglandin, dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan

otot polos relaksasi.

b) Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim menghambat

rangsangan dari luar seperti rangsangan oxytocin, prostaglandin, dan

mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

5. Tanda–Tanda Persalinan

a. Adanya Kontraksi Rahim

Secara umum tanda awal bawa ibu hamil akan melahirkan adalah

mengejangnya rahim atau dikenal dengan kotraksi. Kontraksi yang

sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur dengan intensitas

makin lama makin meningkat.

b. Keluarnya Lendir Bercampur Darah

Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan pada mulut

rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarya lendir berwarna

kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang

membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi

lunak dan membuka.


c. Pengeluaran Cairan

Proses penting menjelang persalina adalah pecahnya air ketuban.

Selama 9 bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam cairan amnion.

Keluarnya air – air dan jumlah nya cukup banyak, berasal dari ketuban

yang pecah akibat terjadinya kontraksi yang semakin sering.

d. Pembukaan Serviks

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang, Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui

dengan pemeriksaan dalam. Serviks menjadi matang dalam priode yang

berbeda - beda sebelum persalinan kematangan serviks mengindikasikan

kesiapannya untuk persalinan (Siwi, 2015)

6. Tanda Persalinan Palsu

Terjadi aktivitas uterus dimana kekuatan kontraksi bagian bawah

uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas, karena itu dilatasi

serviks tidak terjadi dan nyeri karena kontraksi uterus sering dirasakan pada

panggul bawah dan tidak menyebabkan nyeri dari pinggang sampai ke perut

bagian bawah, lama kontraksi pendek dan tidak begitu kuat, bila dibawa

berjalan biasanya kontraksi menghilang. Kontraksi lebih sering terjadi pada

malam hari tetapi frekuensi dan intensitasnya tidak meningkat dari waktu

ke waktu. (Siwi, 2015)

7. Tanda –Tanda Persalinan Sudah Dekat

a. Terjadinya Lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan


fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang

disebabkan oleh:

1) Kontraksi braxton hicks

2) Ketegangan otot perut

3) Ketegangan ligamentum rotundum

4) Gaya berat janin kepala ke arah bawah

Masuknya bayi ke pintu atas panggul

1) Terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang

2) Di bagian bawah terasa sesak

3) Terjadi kesulitan saat berjalan

4) Sering miksi (sering kencing)

b. Terjadinya His Permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan,pengeluaran estrogen dan

progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu.

Sifat his palsu:

1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah

2) Datangnya tidak teratur

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

4) Durasinya pendek

5) Tidak bertambah jika beraktifitas


8. Pemeriksaan Menjelang Persalinan

Tujuannya untuk mengetahui kemajuan persalinan, yang meliputi

pembukaan serviks, masih ada atau tidaknya selaput ketuban. Dengan

pemeriksaan dalam dapat dinilai juga tentang kepala bayi apakah sudah

memutar atau belum, sampai mana putaran tersebut karena kondisi ini akan

menentukan jalannya persalinan. Detak jantung janin akan di monitor secara

teratur untuk mengetahui kesejahtraan janin. Kontraksi uterus dihitung

setiap kali ibu merasakan mules, dan pada perut ibu teraba mules (Siwi,

2015)

9. Faktor Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

a. Power (Tenaga Yang Mendorong Bayi Keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi

diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum rotundum.

b. Passage (Faktor Jalan Lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks,

dan perubahan pada vagina dan dasar panggul.

c. Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. ukuran kepala janin

lebih lebar dari pada bagian bahu kurang lebih seperempat dari panjang

ibu

d. Psikis Ibu

Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan

persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk


bekerjasama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri

persalinan

e. Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,

pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara.

10. Penurunan Kepala

Nilai penuruna kepala janin dengan hitungan perlimaan bagian kepala

janin yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan kepala janin

yang bisa di palpasi oleh jumlah jari yang bisa di tempatkan di bagian

kepala pada simpisis pubis). (Nurasiah, Rukmawati, & Badriah, 2012)

Penurunan kepala janin diantaranya :

a. 5/5 bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas sympisis pubis

b. 4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas

panggul

c. 3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin telah memasuki rongga

panggul

d. 2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada di atas

sympisis dan 3/5 bagian telah turun melewati bidang tengah rongga

panggul (tidak dapat digerakan)

e. 1/5 jika hanya satu dari lima jari masih dapat teraba bagian terbawah

janin yang berada diatas symfisis dan 4/5 bagian telah masuk rongga

panggul
f. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan

luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk kedalam rongga

panggul

Tabel 2.6 Penurunan Kepala Janin Menurut Hodge

Pemeriksaan Keterangan

Dalam

Hodge I Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP

dengan bagian atas simpisis dan promatorium

Hodge II Bidang ini sejajar dengan bidang hodge I,

terletak setinggi bagian bawah simfisis

Hodge III Bidang ini sejajar dengan bidang hodge I dan II

, terletak setinggi spina ishiadika kanan dan kiri

Hodge IV Ini sejajar dengan bidang hodge I, II dan III

terletak setinggi os koksigeus

(Prawirohardjo, 2009)
Tabel 2.7 Penurunan Kepala Janin Sesuai Sistem Perlimaan

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan


Keterangan
Dalam

Kepala diatas PAP,

mudah di gerakan

5/5

Sult digerakan, bagian

terbesar kepala belum


Hodge I – II
masuk panggul
4/5

Bagian terbesar kepala


Hodge II – III
belum masuk panggul

3/5

Bagian terbesar kepala

sudah masuk panggul


Hodge III

2/5

Kepala di dasar panggul


Hodge III – IV
1/5

Hodge IV Di perineum

0/5

(Rohania, Saswita & Masrinah, 2011)

11. Tahap Persalinan

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan

pembukaan serviks secara bertahap.

a) Pembukaan kurang dari 4 cm

b) Biasanya kurang dari 8 jam

2) Fase Aktif

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

b) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan

1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10cm)

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

d) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

Berdasarkan kurva friedman:


- Periode akselerasi , berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4cm

- Periode dilatasi maximal, berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm

- Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan 9cm menjadi 10cm/lengkap

b. Kala II (Pengeluaran Janin)

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas :

1) His terkoordinir, kuat,cepat dan lebih lama kira – kira 2 – 3 menit

sekali

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin mengejan.

3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

4) Anus membuka

Pada saat terjadi his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka

dan perineum meregang. Dengan his dan mengejan secara terpimpin

kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

Lama pada kala II ini primi dan multi berbeda, yaitu :

1) Primipara Kala II berlangusg 1,5 – 2 jam

2) Multipara Kala II berlangsung 0,5 – 1 jam pimpinan persalinan


c. Kala III (Kala Uri)

Yaitu kala pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi

rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi

pusat berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat

kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5

menit plasenta terlepas dan terdorong dalam vagina dan akan lahir

spontan atau dengan sedikit dorongan. Pada pengeluaran plasenta

biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira- kira 100 – 200. (Siwi,

2015)

1) Tanda kala III terdiri dari 2 fase

a) Fase Pelepasan

(1)Schultz

Plasenta lepas mulai dari bagian tengah kemudian terjadi

reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di

tengah kemudian seluruhnya.

(2)Duncan

Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal)

disertai adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila

plasenta mulai terlepas.

(3)Terjadi Serempak Atau Kombinasi Dari Keduanya

Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan

robek saat plasenta terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus

sampai uterus seleruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,


seluruh dinding uterus akan berkontraksi dan menekan seluruh

pembuluh darah yang akhirnya akan menghentikan perdarahan

dari situs plasenta tersebut.

b) Fase Pengeluaran Uri

(1) Strastman

Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat

bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah

terlepas

(2)Rahim menonjol diatas sympisis

- Tali pusat bertambah panjang

- Rahim bundar dan keras

- Keluar darah secara tiba – tiba

2) Tanda – Tanda Klinis Pelepasan Plasenta

a) Semburan darah

Semburan darah ini disebabkan karena penyumbatan retroplasenter

pecah saat plasenta lepas.

b) Pemanjangan tali pusat

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang

lebih bawah atau rongga vagina.

c) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi gobuler

Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus.


d) Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen

Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sesaat setelah plasenta lepas

TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta

ke segmen uterus yang lebih bawah.

Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala III selesai

secepat mungkin dengan melakukan langkah-langkah yang

memungkinkan plasenta lepas dan lahir lebh cepat. Tujuan dari

manajemen aktif kala III adalah mengurangi kejadian perdarahan

pascamelahirkan, mengurangi lamanya kala III, menurangi penggunaan

transfusi darah, dan mengurangi penggunaan terapi oksitosin.

Komponen manajemen aktif kala III yaitu:

1) Pemberian oksitosin IM dalam 1 menit segera setelah bayi lahir.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

3) Masase fundus uteri. (Rohani, 2011)

d. Kala IV (Empat) Persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala

IV yaitu;

1) Tingkat kesadaran

2) Pemeriksaan TTV

3) Kontraksi uterus

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika


jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Rohani, 2011)

12. Perubahan Fisiologis Persalinan

Persalinan merupakan perubahan dalam biokimia dan biofisika telah

banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara lain

penurunan kadar estrogen dan progesterone. Seperti yang telah diketahui

progesterone merupakan penenang bagi otot–otot uterus. Menurunnya kadar

kedua hormone ini terjadi kira – kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm

meningkat, lebih–lebih sewaktu partus.

a. Estrogen

Meningkatnya sensitivitas otot-otot rahim membesar dan menjadi

tegang mengakibatkan insekmia otot-otot uterus. Hal ini mungkin dapat

mengganggu sirkukasi uteroplasenta.

b. Progesteron

Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus, seperti

telah diketahui perubahan-perubahan yang terjadi pada villi kariales

sehingga mengakibatkan kadar progesterone menurun karena plasenta

meningkat dengan tuanya kehamilan. (Sulistyawati, 2012)

13. Perubahan Psikologi Pada Persalinan

a. Kala I

1) Perasaan tidak enak.

2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.


3) sering memikirkan antara lain apakah persalinan akan berjalan

normal.

4) Menganggap persalinan sebagai cobaan

5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolong.

6) Ibu merasa cemas (Siwi, 2015)

b. Kala II

Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan sensasi

yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan. Untuk

beberapa wanita desakan mengejan merupakan salah satu aspek

memuaskan sedangkan untuk yang lainnya merasakan desakan mengejan

dirasa mengganggu dan menyakitkan. (Kuswanti & Fitria, 2014).

c. Kala III

Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat, kemudian

rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu melanjutkan relaksasi dan

penapasan terpola karena rahim kadang-kadang mengalami kram yang

hebat. Atau sebaliknya, perhatian ibu tercurah seluruhnya pada bayi

sehingga hampir tidak menyadari terjadinya tahap ketiga ini. (Kuswanti

& Fitria, 2014).

d. Kala IV

Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan yang

penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan

merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya ibu

membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap kenyataan

bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak hamil dan sudah

menjadi seorang ibu (Kuswanti & Fitria, 2014).

14. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

a. Akses intravena

Adalah tindakan pemasangan infus pada pasien. Kebijakan ini

diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau darah untuk

mempertahankan keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi keadaan

darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien

b. Posisi dan Ambulasi

Posisi yang man selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien.

Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan

membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat

berjalanan lebih cepat.

c. Eliminasi Selama Persalinan

Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga

penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika

pasien masih berada dalam awal kala I, ambulasi dengan berjalan seperti

aktivitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin. Pasien akan

merasa tidak nyaman ketika merasakan dorongan untuk BAB.


Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi daripada perasaan

tidak nyaman, hal ini terjadi karena pasien tidak tahu mengenai caranya

serta khawatir akan respons orang lain terhadap kebutuhannya ini.

d. Kebersihan Tubuh

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan

tubuh pasien ialah saat tidak ada his, bidan atau perawat dapat membantu

menggantikan baju terutama jika sudah basah dengan keringat,seka

keringat yang membasahi dahi dan wajah pasien menggunakan handuk

kecil, ganti kain pengalas bokong jika sudah basah oleh darah atau air

ketuban.

e. Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks.

Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang,

terutama pada primipara.

f. Kehadiran Pendamping

Kehadiran seorang yang penting dan dapat dipercaya sangat

dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani proses bersain.

g. Bebas Dari Nyeri

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri

seperti, mandi dengan air hangat, berjalan-jalan di dalam kamar, duduk di


kursi sambil membaca buku atau novel kesukaan, posisi lutut-dada di

atas tempat tidur, dan sebagainya.

h. Menerima Sikap dan Perilaku Yang Baik

Wajah yang ramah selalu memberikan respons yang positif

terhadap apapun yang diungkapkan oleh pasien akan sangat mebantu

dalam kualitas komunikasi dengan pasien.

Informasi dan kepastian hasil yang aman bagi pasien dan bayinya

saat pertama pasien memasuki kamar bersalin untuk menjalani proses

persalinan, bidan sebaiknya memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga

akan informasi yang dapat membantu kelancaran komunikasi

selanjutnya.

i. Dukungan dan Upaya Menyamankan Pasien

Beberapa bentuk dukungan dan upaya untuk menyamankan pasien

antara lain :

1) Pengaturan posisi

2) Latihan relaksasi

3) Mengambil dan mengeluarkan nafas dalam setelah masing-masing

otot kontraksi

4) Latihan bernafas

5) Mencegah keletihan dan mengupayakan untuk istirahat

6) Menjamin privasi dan mencegah pemajanan

7) Penjelasan proses dan kemajuan persalinan


8) Penjelasan prosedur dan batasan yang berlaku

9) Menjaga kebersihan dan kondisi tetap kering

10) Perawatan mulut

11) Pengipasan

12) Usapan pada punggung

13) Kompres panas atau dingin pada punggung bawah

14) Usapan pada abdomen

15) Kandung kemih kosong

16) Menghilangkan kram pada tungkai

17) Penggunaan sentuhan fisik. ( Sulistyawati,2012 )

15. Standar Pertolongan Persalinan

a. Standar 9 Asuhan Persalian Kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

b. Standar 10 Persalinan Kala II yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dangan sikap

sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi

setempat.

c. Standar 11 Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk

membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap


d. Standar 12 Penanganan Kala II Gawat Janin melalui Episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin pada kala

II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

16. Asuhan Persalinan Normal

a. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II

a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan

vagina.

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir.

3) Memakai celemek plastik atau dari bahann yang tidak tembus

cairan

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/

wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan (anterior) ke belakang (posterior) dengan menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-

160x/menit).

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai

dengan keinginannya.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman).


13) Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

cara meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

e) Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran selang waktu 60 menit

15) Meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan

bayi, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm,

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.


Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas cepat dan

dangkal

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi

b) Jika tali pusat melilit leher sec ara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara dua klem

21) Setelah kepala lahir, tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar selesai, pegang kepala

bayi secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah kearah perineum

ibu untuk menopang kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki


(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki ibu jari dan jari-jari lainya)

25) Lakukan penilaian selintas :

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

c) Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas megap-megap lakukan

langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia

bayi baru lahir)

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi

dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelly)

28) Memberitahu ibu bahawa ia akan di suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari

telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser

hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik
terrsebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari

telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke

arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal

dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat. Memegang tali pusat

dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong

tali pusat diantara dua klem. Ikat tali pusat dengan benang

DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi dengan benang

tersebut dan ikat tali pusat dengan simbol kunci pada sisi lainnya.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan

bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada

ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari puting atau areola mamae ibu.

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu, di tepi atas

simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain memegang klem untuk

menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso cranial) secara berhati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

kembali prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi,


minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi

putting susu.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat

dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi)

sesuai dengan sumbu jalan lahir.

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dsari vulva dan lahirkan plasenta

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2) Lakukan kateterisasi (asepsik) jika kandung kemih penuh

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir

6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat


yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung

tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras). Segera setelah plasenta dan

selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus dengan lembut

hingga uterus berkontraksi setelah 15 detik masase

39) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal maupun fetal dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan

perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif

segera lakukan penjahitan.

41) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, bilas tangan tersebut dengan air DTT dan

keringkan dengan kain yang bersih dan kering

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Pastikan kandung kemih kosong


44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase fundus uterus

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahawa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali/menit)

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, di resusitasi dan

segera merujuk ke rumah sakit

b) Jika bayi terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke RS

Rujukan

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu dan bayi dan hangatkan ibu dan bayi

dalam satu selimut

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

dekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dnegan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah

di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering


51) Memastikan bahwa ibu nyaman, menganjurkan keluarga

memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya

52) Mendekontaminasi temoat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering

dan bersih

55) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik pada

bayi

56) Dalam satu jam pertama beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernafasan bayi normal (40-60 kali/menit) dan

temperatur tubuh (nnormal 36,5-37,5ºC) setiap 15 menit

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

HepatitisB di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewajtu-waktu dapat disusukan

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi


60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan.

2.3.1 Partograf

A. Pengertian

Patograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau

kemajuan kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik (JNPK-KR, 2008).

B. Patograf digunakan harus pada kondisi sebagai berikut :

1. Semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan, sebagai elemen

penting asuhan persalinan. Patograf harus digunakan, baik dengan

atau tanpa penyulit. Patograf akan membantu penolong persalinan

dan membantu keputusan klinik baik persalinan normal maupun

yang disertai dengan penyulit.

2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta dan rumah sakit).

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis

kandungan, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa

kedokteran).(JNPK-KR ,2008)

Penggunaan patograf secara rutin akan memastikan para ibu dan

bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga

mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa

mereka (JNPK-KR, 2008).


Partograf merupakan alat yang mencatat informasi berdasarkan

observasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan; hal

tersebut sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis

selama kala I persalinan.

Kegunaan utama partograf sebagai berikut :

1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan

memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.

2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan lama,

sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan

persalinan lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan

membantu penolong persalinan untuk melakukan hal – hal berikut.

1. Mencatat kemajuan persalinan. Mencatat kondisi ibu dan

janinnya. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran.

2. Menggunakan informasi yang tercatat untuk mengidentifikasi

secara dini adanya penyulit.

3. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Partograf digunakan harus pada kondisi sebagai berikut.

1. Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai elemen

penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik atau

dengan tanpa memantau, mengevaluasi, dan membuat keputusan


klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan

penyulit.

2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (Rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, dan rumah sakit).

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis

kandungan, bidan, dokter umum, residen, dan mahasiswa

kedokteran).

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan

bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu

juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

keselamatan jiwa mereka.

Berikut ini adalah komponen dalam halaman depan partograf.

1. Informasi tentang ibu.

2. Kondisi janin.

3. Kemajuan persalinan.

4. Jam dan waktu.

5. Kontraksi uterus.

6. Obat – obatan dan cairan yang diberikan.

7. Kondisi ibu.

8. Asuhan pengamatan dan kepuasan klinik lainnya.

Pencatatan selama fase laten persalinan


Kala I dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif,

yang dibatasi oleh pembukaan serviks.

1. Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

2. Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm.

Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan, dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah

dalam kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS)

ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali

membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan

intervensi harus dicatat.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara

seksama, yaitu sebagai berikut.

1. Denyut Jantung Janin (DJJ) diperiksa setiap ½ jam.

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap ½ jam.

3. Nadi diperiksa setiap ½ jam.

4. Pembukaan serviks diperiksa setiap 4 jam.

5. Penurunan diperiksa setiap 4 jam.

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam.

7. Produksi urine, aseton, dan protein diperiksa setiap 2 jam sampai

4 jam.

Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan

bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai

apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan.


Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama,

nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak

ada tanda – tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan

dipesankan untuk kembali jika kontraksi menjadi teratur dan lebih

sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh

meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya

dalam kondisis baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk

memberitahu penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi

kontraksi.

Pencatatan selama Fase Aktif Persalinan

1. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Catat waktu kedatangan (tertulis

sebagai”jam”pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah

ketuban.

2. Keselamatan dan kenyamanan janin

A. Denyut Jantung Janin

Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada

bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut

jantung janin setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda –

tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan

waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri


menunjukan DJJ, catat dengan memberi tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukan djj; kemudian

hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis

tidak terputus.

B. Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan

nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat

temuan – temuan di dalam kotak yang sesuai dibawah lajur

DJJ, gunakan lambang – lambang berikut.

U : Ketuban utuh (belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih.

K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )

M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan

adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau djj

secara seksama untuk mengenali tanda – tanda gawat janin

selama proses persalinan. Jika ada tanda – tanda gawat janin

(denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit), segera

rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Jika terdapat

mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat yang memiliki

asuhan kegawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir.


C. Moulage (penyusupan tulang kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras

panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau

tumpang tindih menunjukan kemungkinan adanya diproporsi

tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan

benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup

tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang

panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin

dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal

sesuai dan rujuk ibu dengan tanda – tanda disproporsi tulang

panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan

kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur

air ketuban. Gunakan lambang – lambang berikut.

a) 0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi.

b) 1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan.

c) 2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih,

tapi masih dapat dipisahkan.

d) 3 : tulang – kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.
D. Kemajuan persalinan

1. Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih

sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu

berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf

hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus

ditulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya

pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan

dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali

selama fase aktif persalinan digaris waspada. Hubungkan

tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh

(tidak terputus).

2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam)

atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan

catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan

serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin. Akan tetapi, kadangkala

turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi

setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.


Kata – kata turunnya kepala dan garis tidak terputus dari

0,5 , tertera diisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai.

3. Garis waspada dan garis bertindak.

Garis waspada dimulai dari pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada

jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis

waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam). Maka

harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase

aktif yang memanjang, macet, dan lain – lain).

Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang

diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas

kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas).

4. Jam dan waktu

a. Waktu mulainya fase aktif persalinan

dibagaian bawah partograf (Pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak – kotak yang diberi angka 1 –

16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak

dimulainnya fase aktif persaliaan.

b. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan


Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,

tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat

pemeriksaan dilakukan.

c. Kontraksi uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak

dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” disebalah luar

kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu

kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi

dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang

terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisii angka

pada kotak satu kali 10 menit. Isi 3 kotak.

d. 0bat – obatan dan cairan yang diberikan

5. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan jumlah unit oksitosin yang diberikan per

volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit

setiap 30 menit.

6. Obat – obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan / atau

cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

3. Kesehatan dan kenyamanan ibu


A. Nadi, tekanan darah dan suhu

Angka disebelah kiri angka partograf ini berkaitan dengan

nadi dan tekanan darah ibu.

B. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan. Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.

C. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase

aktif persalinan. Beri tanda panah pada partograf di kolom

yang sesuai.

D. Nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam, catat dalam kotak

yang sesuai.

E. Volume urine, protein, atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu minimal setiap 2

jam ( setiap kali ibu berkemih).

F. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah

tentang kemajuan persalinan.

Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal – hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta

tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga

kala IV (termasuk bayi baru lahir).


Catatan persalinan terdiri atas unsur – unsur berikut.

1. Data dasar

2. Kala I

3. Kala II

4. Kala III

5. Bayi baru lahir.

6. Kala IV

Cara pengisian partograf

Berbeda dengan halaman depan yangharus diisi pada akhir setiap

pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh proses

persalinan selesai. Adapun cara pengisisn catatan persalinan pada

lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut

unsur – unsurnya sebagai berikut.

1. Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,

catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada

saat merujuk. Isi data pada masing – masing tempat yang telah

disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak

disamping jawaban yang sesuai.

2. Kala I

Terdiri atas pertanyaan – pertanyatan tentang partograf saat

melewati garis waspada, masalah yang dihadapi,

penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaan tersebut.


3. Kala II

Terdiri atas efisiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya.

Beri tanda centang pada kotak disamping jawaban yang sesuai.

4. Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, fundus, plasenta lahir lengkap,

plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah

perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya.

5. Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang

badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,

pemberian ASI, masalah penyerta, serta penatalaksanaan terpilih

dan hasilnya.

6. Kala IV

Berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus,

kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

Cara pengisian

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap

pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh

persalinan selesai (Rohani, 2011).


2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian

Masa nifas dimulai setelah lahir plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandung kemih seperti keadaan sebelum hamilyang berlansung kira-

kira 6 minggu. (Taufan 2014)

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selam 6-8

minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya

persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti

keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan

fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas, yaitu

sebagai berikut :

A. Pengecilan rahim atau involusi

Rahim adalah tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil

serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.

Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan

ukuran kurang lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan rahim

makin lama akan makin membesar (Saleha, 2009).

Bentuk otot rahim mirip jeda berlapis tiga dengan serat-seratnya

yang melintang kanan, kiri, dan transversal. Diantara otot-otot itu ada
pembuluh darah yang mengalir darah keplasenta. Setelah plasenta

lepas, otot rahim akan berkontraksi aau mengerut, sehingga pembuluh

darah terjepit dan perdarahan berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya

berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira-kira

setinggi 2 jari dibawah umbilikus. Setelah satu minggu kemudian

beratnya berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya

sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi (Seleha, 2009).

Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan ke

bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60

gram. Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas suda selesai. Namun,

sebenarnya rahim akan kembali keposisinya yang normal dengan berat

30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas. Selama masa

pemulihan 3 bulan ini, bukan hanya rahim saja yang kembali normal,

tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan (Seleha, 2009).

B. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal.

Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu

banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan

pemeriksaan kadar haemolobinnya (hb) akan tampak sedikit menurun

dari angka normalnya sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu

rendah, maka bisa terjadi anemia atau kekurangan darah.

Oleh karena itu, selama hamil perlu diberikan obat-obatan penambah

darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah

atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah


melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula.

Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan

cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3

sampai ke-15 pasca persalinan (Seleha, 2009).

C. Proses lataksi atau menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon

plasenta iu tidak dihasilakan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI

keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, hal yang luar biasa adalah

sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolestrum yang sangat baik

untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh

kuman (Seleha, 2009).

2.3.2 Tujuan masa nifas

Kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa yang menyenangkan

dan ditunggu-tunggu karena telah berakhir masa kehamilan, tetapi dapat

juga menimbulkan masalah bagi kesehatan ibu. Oleh karena dalam masa

nifas perlu dilakukan pengawasan yang secara umum bertujuan untuk:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.


3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan

bayi sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan KB. (saleha, 2009).

2.3.3 Tahapan masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

1. Periode immediate postpartum

Masa segera plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia

uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan

pemeriksaan konntraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan

suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB ( saleha, 2009).

2.3.4 Kebijakan program nasional masa nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah

mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi :

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam 1. Mencegah terjadinya perdarahan

pada masa nifas.


setelah persalinan
2. Mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan dan memberi rujukan

bila perdarahan berlanjut.

3. Memberikan konseling kepada ibu

atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

4. Memberi ASI pada masa awal

menjadi ibu

5. Mengajarkan cara mempererat

hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia

Jika bidan menolong persalinan,


maka bidan harus menjaga ibu dan

bayi untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai keadaan ibu

dan bayi dalam keadaan stabil

2 Enam hari setelah 1. Memastikan involusi uteri berjalan

persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus tidak ada

perdarrahan abnormal, dan tidak ada

bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, atau kelainan pasca

melahirkan.

3. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak tanda-tanda penyulit.

5. Memberikan konseling kepada ibu

mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan bagaimana

menjaga bayi agar tetap hangat.

3 Dua minggu Sama seperti diatas (enam hari setelah

setelah persalinan persalinan)


4 Enam minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang

setelah persalinan penyulit-penyulit yang dialami atau

bayinya

2. Memberikan konseling untuk KB

secara dini.

Tabel 2.1 jadwal kunjungan nifas

Sumber : Siti saleha. 2009.”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas”. Jakarta :

Salemba Medika.

paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir dan untuk mencegah deteksi dini menangani masalah-

masalah yang terjadi.

1. Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan

a. Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan bila berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI masa awal menjadi ibu

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir

f. Menjaga bayi sehat dengan cara mencegah hipotermi


g. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu

dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2. Kunjungan II

Waktu : 6 hari setelah persalinan

Tujuan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikal, tidak ada berdarahan abnormal, tidak

ada bau

b. Menilai adanya demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawawatan bayi

sehari-hari.

3. Kunjungan III

2 minggu persalinan, tujuan

Sama dengan kunjungan 6 hari setelah persalinan

4. Kunjungan IV

Waktu 6 minggu setelah persalinan


a. Menyarankan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang bayi

alami

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (yuli, 2015).

2.3.5 Perubahan fisiologis masa nifas

A. Perubahan sistem reproduksi

1. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta pada uterus yang

berkontraksi posisi pundus uteri berada kurang lebih

pertengahan antara umbilicus dan simpisis atau sedikit lebih

tinggi. Dua hari kemudian kurang lebih sama dan kemudian

mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk

kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar,

involusi uterus melibatkan perorganisasian dan pengguguran

desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagai mana

diperhatikan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta

oleh warrna dan banyaknya lochea. banyaknya lochea dan

kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh sejumlah preparet

metergin dan lainnya dalam proses persalinan.involusi tersebut

dipercepat prosesenya bila ibu menyusui bayinya.

Involusi Tinggi fundus Berat Diameter Keadaan

uteri uterus bekas serviks

(gr) melekat
palsenta

(cm)

Bayi lahir Setinggi pusat 1000

Plasenta 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek

lahir pusat

1 minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari

pusat-simpisis setelah post

partum dapat
2 minggu Tak teraba diatas 350 3-4
dilalui 2 jari
simpisis
akhir minggu
6 minggu Bertambah kecil 50-60 1-2
pertama dapat

8 minggu Sebesar normal 30 dimasuki 1

jari

Tabel 2.2 Involusi Uterus Setelah Persalinan

Sumber : Sitti shaleha. 2013.”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas”.

Jakarta : Salemba Medika.

Lokhea adalah eksresi cairan rahim selam masa nifas dan

mempunyai reaksi basa yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lokhea mempunyai bau yang amis meskipun

tidak terlalu menyengat.


Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya diantaranya sebagai berikut :

a) Lochea Rubra (cruenta) : Muncul pada hari 1-2 pasca

persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa

selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa,

lanugo dan mekonium.

b) Lochea Sanguelenta : Muncul pada hari ke 3-7 pasca

persalinan, berwarna merah kuning dan berisi lendir.

c) Lochea Serosa : Muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih

sedikit darah dan juga terdiri dari leukosit dan robekan

laserasi plasenta.

d) Lochea alba : Muncul pada 2-6 minggu pasca persalinan,

berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan mati.

e) Lochea Purulenta : Terjadi infeksi keluar cairan seperti

nanah dan berbau busuk.

f) Lochiostitatis : Lochea yang tidak lancar keluarnya

(Sulistiyawati, dkk, 2010)

2. Serviks

Segera setelah berahirnya kala IV, serviks menjadi sangat

lembek, kendor, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan

lecet,terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihan padat dan


mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,lubang serviks

lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan dari retak

karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian

luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat

empat minggu postpartum (Saleha, 2009)

3. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang,tetapi jarang sekali kembali

seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada

minggu ketiga.Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang

kecil,yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkulae mitipormis yang bagi wanita multipara (Saleha,

2009)

4. Payudara

Selama sembilan bulan kehamilan jaringan payudara

tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan

makanan bagi bayi baru lahir.sampai hari ketiga setelah

melahirkan efek prolactin pada payudara mulai bisa dirasakan.

Pembuluh darah pada payudara menjadi bengkak terisi darah,

sehingga timbul rasa hangat dan rasa sakit. sel-sel acini yang

menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.

5. Sistem pencernaan pada masa nifas


a. Nafsu makan

Ibu biasnya merasa lapar segera setelah melahirkan

sehingga ibu boleh mengkonsumsi makanan ringan. Ibu

sering kali cepat lapar stelah melahirkan dan siap makan pada

1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet

yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgasia,

anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu akan merasa sangat

lapar.

b. Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singakat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia dan anastesia akan memperlambat pengembalian

tonus dan motalitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan akan tertunda selam 2-3 hari

setelah ibu melahirkan. Keadaaan ini disebabkan karena

tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada

awal pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan atau dehidrasi

6. Perubahan sistem perkemihan

a. Sistem urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil turut menyebabkan

peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar teroid


setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan penurunan

fungsi ginjal selam masa postpartum.

b. Uretra dan kandung kemih

Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih

selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan

lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemia

dan edema sering kali disertai di daerah-daerah kecil

hemoragi.

7. Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu badan

Suhu badan akan naik sedikit (37,5-380C) sebagai akibat

kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan.

b. Nadi

Normal pada orang dewasa 60-80 x/menit tetapi setelah

melahirkan biasanya nadi akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

merendah dikarenakan terjadi perdarahan.

d. Penafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu tubuh dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal
maka pernafasan akan mengikutinya, kecuali ada gangguan

khusus pada pernafasan.

8. Perubahan sistem kardiovaskular

a. Volume darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,

misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi,

serta pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis).

b. Curah jantung

Denyut jantung, volume secukupnya, dan curah jantung

meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita

melahirkan keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama

30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi

uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum, nilai ini

meningkat pada semua jenis kelahiran.

c. Perubahan sistem hemtologi

Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.

Pada hari pertama postpartum kadar fibrinogen dan plasma

akan sedikit menurun, tetapi darah akan lebih mengental

dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana

jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama


perslinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama darri

masa postpartum (saleha, 2009).

2.3.6 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan

ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan

harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak

mengandung cairan (Seleha, 2009).

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai

berikut :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup

c. Minum setidaknya tiga liter setiap hari

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI (Seleha, 2013).

1) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat

tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.


Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postparum terlentang

ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu

postpartum sudah memperbolehkan bangun dari tempat tidurnya

dalam 24-48 jam (Seleha, 2009).

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c. Early ambulation memungkinkan kita menganjurkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya

memandikan, menganti pakaian, dan memberi makan.

d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis).

Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation

tidak mempunyai pengaruh yan buruk, tidak menyebabkan

perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan

luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu

postpartum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung,

penyulit paru-paru, demam, dan sebagainya (Seleha, 2009).

2) Eliminasi

a. Buang air kecil

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.

Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali


berkemih belum melebihi 100 cc, Maka dilakukan kateterisasi.

Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu

menunggu 8 jam untuk kateterisasi (Seleha, 2009).

b. Buang air besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)

setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB,

maka perlu diberi obat pencahar per oral atau rektal. Jika setelah

pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan

klisma (huknah) (Seleha, 2009).

3) Personal higiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat

tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Seleha,

2013).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga

kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan

kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus.


Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

buang air kecil atau air besar

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan

disetrika

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelu

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut

(Seleha, 2009).

4) Istirahat dan tidur

Hal-hal yang dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan ibu agar istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan.

b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara berlahan-lahan, serta untuk tidur siang dan beristirahat

selagi bayi tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri (Seleha, 2009).

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari

atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ibu bergantung pada

pasangan yang bersangkuatan (Seleha, 2013).

6) Latiahan dan senam nifas

Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan

langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam

nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal

berikut :

a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali

normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan

ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggul.


b. Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat membantu.

1. Membantu tidur terlentang dan lengan disamping, tarik otot

perut selagi menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu

kedada, tahan mulai hitunglah 1 sampai 5. Rileks dan ulangi

sebanyak 10 kali.

2. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul

lakukan latihan keagel.

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan

pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan tulang

latihan sebanyak 5 kali.

d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap

minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu

ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan gerakan sebanyak

30 kali (Seleha, 2009).

2.3.7 Adaptasi psikologis ibu nifas

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

pasca persalinan. Terutama pada ibu primipara (Seleha, 2009).

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi

menjadi orang tua.

2. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.


3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

4. Harapan keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap :

A. Taking in period

Tahap terjadi 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,

ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang

dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat (Seleha,

2009).

B. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih bekonsentrasi pada

kemamuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu (Seleha, 2009).

C. Letting go period

Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai

secara penuh menerima tangung jawab sebagai “seorang ibu” dan

menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada

dirinya (Seleha, 2009).

Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :

1. Fisik
Istirahat, memakan makanan yang bergizi, sering menghirup udara segar,

dan lingkungan yang bersih

2. Psikologi

Steres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari

keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.

3. Sosial

Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,

menanggapi dan memperhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila

ibu terlihat sedih.

2.3.8 Proses laktasi dan menyususi

Persiapan payudara untuk menyusui dimulai sejak kehamilan yang

ditandai dengan payudara menjadi lebih besar seiring dengan

meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagi hasil dari

peningkatan kadar hormon estrogen. Semakin sering bayi menghisap,

semakin banyak susu yang dihasilkan. Pada proses laktasi terdapat dia

reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang timbul

akibat rangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1. Reflek prolaktin

Hormon prolaktin pada akhir kehamilan memegang peranan untuk

membuat kolostrum, namun jumlahnya terbatas karena dihambat

oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah

melahirkan seiring dengan lepasnya plasenta dan kurang

berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesteron akan


sedikit berkurang. Adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola,

akan merangsang ujung-ujung sara sensorik yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus

melalui medulla spinalis hipotalamus sehingga menekan keluaran

faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin. Sebaliknya,

merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi

prolaktin sehingga akan merangsang hipofisis anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin yang merangsang sel-sel alveoli

untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3

bulan setelah melahirkan sampai menyapihan dan pada saat tersebut

tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi,

namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang

melahirkan tetapi tidak menyusui, maka kadar prolaktin akan

menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui,

prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:

stress/pengarus psikis, anastesi, operasi, dan lain-lain.

2. Reflek let down

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi yang ada

dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofise) untuk pengeuaran

hormon oksitosin. Melalui aliran darah, hormon oksitosin menuju

uterus yangdapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga


terjadi involusi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah

terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan

selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down diantaranya adalah

melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan

memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang

menghambat reflek let down adalah stres, seperti keadaan

bingung/pikiran kacau, ketakutan tidak bisa menyusui bayi serta

keceasa (yuli, 2015).

2.3.9 Deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan penangannya

A. Perdarahan post partum

Perdarahan masa nifas adalah perdarahan yang melebihi 500 ml

setelah bayi lahir. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih

dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital

(seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin,

sesak nafas, setra tekanan darah <90 mmHg dan nadi >100 x/menit),

maka penanganan harus segera dilakukan.

1. Penanganan

Penanganan umum perdarahan postpartum:

a. Ketahui dengan pasti kondisi ibu nifas sejak awal (saat masuk).

b. Saat persalinan, pimpin persalinan dengan mengacu pada

persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan

perdarahan postpartum).
c. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama postpartum (di

ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4

jam berikutnya (di ruang rawat gabung.

d. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.

e. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.

f. Atasi syok.

g. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,

lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 UI IM dilanjtkan

infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tpm).

h. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi

kemungkinan robekan jalan lahi.

i. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

j. Pasang kateter menetap dan pantau masuk-keluar cairan.

k. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik

(Syaifudin, 2010).

B. Infeksi masa nifas

Infeksi masa nifas atau infeksi puerperalis adalah infeksi pada

traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas

insersi plasenta (Saleha, 2009).

Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran

reproduksi selama persalinan atau puerperium (Varney, 2007)

1. Penanganan
Penananan yang diberikan pada infeksi ifas adalah:

a. Dengan cara mengukur suhu per oral sedikitnya 4 kali sehari.

b. Memberikan terapi antibiotik.

c. Memperhatikan diet.

d. Melakukan transfusi darah bila perlu.

e. Bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk dalam rongga

perineum.

C. Pre eklampsia dan eklampsia

Preeklampsia pada masa nifas biasanya merupakan akibat

timbulnya pre eklampsia pada saat hamil ataupun bersalina, sehingga

masa nifas memerlukan observasi yang ketat terhadap kemungkinan

timbulnya gejala ulangan preeklampsia.

1. Penanganan

a. Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi

sampai tekanan diastolik diantara 90-110 mmHg.

b. Kolaborasi dengan dokter:

c. Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)

d. Pemberian obat anti hipertensi

e. Pemberian anti konvulsan sampai dengan 24 jam masa nifas

atau kejang terakhir.

f. Kateterisasi urin.
g. Jika jumlah urin <30 ml/jam maka infus cairan dipertahankan

1 liter/8 jam dan lakukan pemantauan kemungkinan oedema

paru.

h. Jangan tinggalkan pasien sendirian.

i. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai overlood.

j. Observasi TTV.

k. Auskultasi paru-paru untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya oedema paru.

l. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside.

D. Bendungan payudara

Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe

pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal

ini bukan disebabkan over distensi dari saluran sistem laktasi

(Syaifudin,2010).

1. Penanganan

a. Pemberian analgesik.

b. Mengosongkan payudara dengan pompa atau diurut bila bayi

malas menyusu.

c. Sebelum bayi disusukan dilakukan pengurutan terlebih

dahulu.

d. Lakukan kompres hangat dingin.

e. Lakukan perawatan payudara secara teratur.

f. Gunakan bra yang menopang dan tidak menekan payudara.


E. Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak

disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga

disebut juga Mastitis Laktasional atau Mastitis Puerperalis.

Sedangkan mastitis yang menyertai kehamilan disebut Mastitis

Gravidarum

1. Pencegahan

Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan .

intervensi meliputi beberapa tindakan higiene dan kenyamana.

a. Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat.

b. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan

payudara.

c. Kompres hangat pada area yang terkena.

d. Massase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu.

e. Peningkatan asupan cairan

f. Istirahat

g. Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stres

dan keletihan dalam kehidupannya.

h. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu (Varney, 2007).

F. Tromboflebitis

Tromboflebitis postpartum lebih umum terjadi pada wanita penderita

varikositis atau yang mungkin secara genetik yang rentan terhadap

relaksasi dinding vena dan stasis vena.


1. Penanganan

Penanganan tromboflebitis meliputi:

a. Tirah baring.

b. Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup.

c. Elevasi ekstremitas yang terkena

d. Kompres panans

e. Stoking elastis

f. Pemberian obat-obatan jika dibutuhkan, misalnya analgesik

untuk mengurangi keluhan nyeri serta antipiretik karena

adanya peningkatan suhu tubuh.

G. Depresi postpartum

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

setelah persalinan karena persalinan merupakan perjuangan hidup

seorang wanita terutama pada ibu primipara. Depresi postpartum

ditandai dengan gejala seperti perasaan sedih dan kecewa, sering

menangis, merasa gelisah dan cemas, kehilangan ketertarikan

terhadap hal-hal yang menyenangkan, nafs makan menurun,

kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu, tidak bisa

tidur, perasaan bersalah dan putus harapan (hopless), penurunan atau

peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan

memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayi.

2. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita

terbebas dari ancaman depresi potpartum yaitu:

a. Pelajari diri sendiri.

b. Tidur dan makan yang cukup.

c. Olahraga secara treatur.

d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan.

e. Beritahukan perasaan pada pasangan.

f. Masa nifas memerlukan dukungan keluarga dan orang lain.

g. Persiapkan diri dengan baik.

h. Lakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.

i. Adanya dukungan emosional dan dukungan kelompok depresi

postpartum (Saleha, 2009).

H. Keadaan abnormal yang dapat menyertai masa nifas

A. Subinvolusi uterus

Segeras setelah persalinan berat rahim sekitar 1000 g dan

selanjutnya mengalami masa proteolitik, sehingga otot uterus

menjadi kecil dan kembali ke bentuk sebelum hamil. Pada

beberapa keadaan terjadinya proses involusi uteri tidak berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan nya

terlambat. Keadaan demikian disebut subinvolusi uteri.

Penyebab terjadinya adalah karena adanya infeksi pada

endometrium, terdapat sisa plasenta, dan selaput ketuban,

terdapat bekuan darah atau mioma uteri.


Sikap bidan dalam menghadapi subinvolusi uteri adalah

melakukan konsultasi ke puskesmas, dokter keluarga atau rumah

sakit sehingga penderita mendapatkan pengobatan yang tepat.

B. perdarahan masa nifas sekunder

perdarahan masa nifas sekunder adalah perdarahan yang

terjadi setelah 24 jam pertama. Kejadiannya tidak terlalu besar,

apabila dengan makin gencarnya penerimaan gerakan keluarga

berencana. Penyebab utama perdarahan masa nifas sekunder

adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi

pada endo,etrium dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk

mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.

2.4 Bayi Baru Lahir

1.4.1. Pengertian

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakn individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran sert

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin

kehidupan ekstrauterin (dewi, 2013).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badannya 2.500 - 4.0000 gram (Dewi, 2013).

Bayi baru lahir normal adalahbayi yang lahir darikehamilan 37

minggusampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (arief,

2009).

1.4.2. Ciri-ciri BBL normal


1. Lahir aterem antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2.500-4000 gram

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Ingkar lengan 11-12 cm

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

8. Pernafasan  40-60 x/menit

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna

11. Kuku agak panjang dan lemas

12. Nilai APGAR >7

13. Gerak aktif

14. Bayi lahir langsung menangis kuat

15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dg baik

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

17. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik

19. Genitalia
a. Pada laki-laki kemtangaan ditandai dengan testis yang berbeda

pada skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uterus yang berlubang serta adanya labia mayora dan minora.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama yang berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2013).

2.3.4 Tanda APGAR

Tabel 2.9

Tanda APGAR

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh

(warna kulit) tubuh ekstermitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada < 100 >1000

(denyut jantung)

Grimace Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif

(tonus otot) sedikit fleksi

Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung

(aktivitas) menangis

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis

(pernapasan) teratur
Sumber : Vivian, Nanny Lia Dewi. 2013, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,

jakarta : Salemba Medika.

Interpretasi :

1. Nilai 1-3 akfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) (Dewi, 2013).

1.4.3. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir normal

1) Cara memotong tali pusat

a. Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu

mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 cmdari

klem.

b. Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan

tangan kiri (jari tengan melindungi tubuh bayi) lalu memotong

tali pusat diantara 2 klem.

c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan

simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.

Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem

pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi

larutan klorin 0,5%.

d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya

kepada ibu.

2) Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia


a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir. Kondisi bayi lahir

dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui

jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya

penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat

kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan

dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermi. Bayi

kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala mengigil oleh

karena kontrol suhunya belum sempurna.

b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir

harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering

kemudian diletakkan telungkup diatas dada ibu untuk

mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.

c. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi steril Pada BBL

cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan

menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran

dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL berisiko yang

berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat

lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya

stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik.

d. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan pada 1

jam atau segera setelah bayi lahir.


e. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir Ada empat

cara membuat bayi kehilangan panas, yaitu melalui radiasi,

evaporasi, konduksi, dan konveksi (Dewi, 2013).

f. Bayi yang baru lahir sangat membutuhkan vit.K karna bayi baru

lahir sangat rentan mengalami devisiensi vit.K dan diberikan

salep mata untuk mencegah penyakit mata karna klamidia

(penyakit menular Seksual) (Prawirohardjo 2014).

1.4.4. IMD

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan inkubator,

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infekesi

nosokomial. Kadar billirubin bayi juga lebih cepat normal karena

pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden

ikterus bayi baru lahir. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran

hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan

ikatan batin antara ibu dan bayi.

Pada protokol ini setelah bayi lahir hanya perlu dibersihkan

secukupnya dan tidak perlu membersihkan verniks atau mengeringkan

tangan bayi yag bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantu

bayi mencari putting ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai

menendang dan bergerak menuju putting. Bayi yang siap menyusu akan

menunjukan gejala reflex menghisap seperti membuka mulut dan

mengulum putting. Reflex menghisap yang pertama ini timbul 20-30


menit setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini,

bayi dapat langsung menyusu dan mendapat kolestrum yang kadarnya

maksimal pada 12 jam pascapersalinan (Prawirohardjo, 2010).

Inisiasi menyusui dini dengan cara membantu ibu yang mulai

menyusui bayinya dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. ASI

pertama yang berwarna kuning yaitu kolostrum. merupakan makanan

yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Kolostrum memiliki zat gizi yang

tepat dan memberi perlindungan ekstra terhadap infeksi. Kolostrum juga

membersihkan usus bayi. Kita tidak perlu meberi teh atau minuman

lainya pada bayi untuk tujuan membersihan usus bayi.

Bayi biasanya menunjukan isyarat bahwa ia siapa menyususi

dengan bergerak menuju payudara ibu atau dengan mengecup ngecup

bibirnya. Jika bayi pada awalnya mengalami kesulitan menyusui, ibu

dapat memeberikan beberapa tetets ASI pada bibir bayi dan puting ibu

untuk mendorong bayi mengisap (Susanto,2015)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah

dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri

(tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat

membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja

tanpa tambahan makanan lain kecuali obat) dan lama menyusui sampai

bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi

kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi

(Dewi, 2013)
1.4.5. Kunjunagn neonatus

A. Setelah bayi lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)

B. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatus 1)

C. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatus 2)

D. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatus 3) (KEMENKES, 2015)

Tabel 2.7

Kebijakan Teknis Kunjungan Neonatal

Kunjungan Waktu Tujuan

KN 1 6 jam – 8 jam 1. Menjaga agar bayi tetap hangat

dan kering.

2. Menilai penampilan bayi secara

umum yaitu bagaimana

penampakan bayi secara

keseluruhan dan bagaimana ia

bersuara yang dapat

menggambarkan keadaan

kesehataannya.

3. Tanda-tanda pernapasan, denyut

jantung dan suhu badan penting

untuk diawasi selama 6 jam

pertama.
4. Memeriksa adanya cairan atau

bau busuk pada tali pusat,

menjaga tali pusat agar tetap

bersih dan kering.

5. Pemberian ASI

KN 2 3 hari – 7 hari 1. Konseling pemberian ASI

ekslusif

2. Pemeriksaan tanda bahaya bayi

baru lahir

3. Pemberian imunisasi HB-0 bila

belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir

4. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi,

merawat tali pusat, menjaga


bayi agar tetap hangat dan

perawatan bayi sehari-hari

KN 3 8 hari – 28 hari 1. Pemeriksaan tanda bahaya bayi

baru lahir

2. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi,

merawat tali pusat, menjaga

bayi agar tetap hangat, dan

perawatan bayi sehari-hari

3. Menanyakan kepada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ibu atau

bayi alami

Sumber : Martinda. 2010.

1.4.6. Neonatus bayi dan anak balita dengan penyulit yang lazim terjadi

1) Bercak mongol

Suatu pigmentasi yang datar dan berwarna gelap di daerah pinggang

bawah dan bokong yang biasanya dapat ditemukan pada beberapa

bayi saat lahir.

2) Hemangioma

Suatu tumor jaringan lunak/tumor vaskuler jinak akibat proliferasi

(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal

dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.

3) Ikterus
Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terjadi pada

bayi baru lahir akibat hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan salah

satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, 25-50%

pada bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi berat lahir rendah.

4) Muntah

Keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah agak lama

makanan dicerna dalam lambung yang disertai dengan kontraksi

lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir,

bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai

sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian

ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan

karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan

selama proses persalinan.

5) Gumoh

Keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat

setelah makanan dicerna dalam lambung. Biasanya disebabkan

karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Muntah susu adalah

hal yang agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI.

Gumoh tidak akan menyebabkan perubahan berat badan secara

signifikan.

6) Oral trush

Terjadinya infeksi jamur candidiasis pada membran mukosa muluut

bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan,


membentuk plak-plak berkeping dimulut, ulkus dangkal, demam,

dan adanya iritasi gastrointerstinal.

7) Diaper rash (ruam popok)

Terjadinya ruam-ruam kemerahan pada bokong akibat kontak terus-

menerus dengan lingkungan yang tidak baik (popok/pampers).

8) Sebhorrea

Radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang

terdapat banyak kelenjar sebasea-nya, biasanya terjadi didaerah

kepala.

9) Furunkel (boil atau bisul)

Peradangan pada folikel rambut kulit dan jaringan sekitarnya yang

sering terjadi didaerah bokong, kuduk, aksila, badan, tungkai.

Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa

disebut sebagai furunkulosisi.

10) Milliariasis

Milliariasis yang disebut juga sudamina, liken tropikus, biang

keringat, keringat buntet, prickle heat, merupakan suatu keadaan

darmatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat

tersumbatnya pori kelenjar keingat.

11) Diare

Pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Buang air besar yang

tidak normal dan bentuk feses yang cair dengan pengeluaran

frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila BAB
sudah lebih dari 3 kali dalam sehari, sedangkan neonatus dikatakan

diare bila BAB sudah lebih dari 4 kali dalam sehari.

12) Obstipasi

Penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya

obstuksi pada saluran cerna, atau bisa didefinisikan sebagai tidak

adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Dewi, 2013).

1.4.7. Konsep imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan

untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan car

memasukan suatu zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara

oral.

Tabel 2.7

jadwal pemberian imunisasi

Umur Vaksin Keterangan

 Hepatitis B1 harus di berikan

dalam waktu 12 jam setelah lahir,

di lanjutkan ketika bayi berusia 1

dan 6 bulan apabila status


Saat lahir Hepatitis B1
HbsAG-B ibu positif, maka dalam

waktu 12 jam setelah lahir bayi

harus di berikan HBIg 0,5 ml

bersamaan dengan vaksin HB -1.


Apabila semula status HbsAG ibu

tidak di ketahui dan ternyata

dalam perjalanan selanjutnya di

kethui bahwa ibu HbsAG positif

maka masih dapat di berikan HB

ig 0,5 ml sebelum bayi berusia 7

hari.

 Polio 0 di berikan pada saat

kunjungan pertama. Untyk bayi

yang lahir di RB atau RS, polio

Polio-0 oral di berikan saat bayi di

pulangkan (untuk menghindari

transmisi virus vaksin kepada

bayi lahir.

 HB 2 di berikan saat bayi berusia

1 bulan interval HB 1 dan HB 2

adalah 1 bulan

1 bulan Hepatitis B2  Bila bayi prematur dan HbsAG

ibu negatif, maka imunisasi di

tunda sampai bayi berusia 2 bulan

atau berat badan 2000 gram

0-2 bulan  BCG dapat di berikan sejak lahir.


BCG
Apabila BCG akan di berikan
ketika bayi berusia lebih dari 3

bulan maka sebaiknya di lakukan

uji tberkulin terlbihdahulu, jika

hasil uji negatif maka imunisasi

BCG dapat di berikan.

 Vaksin BCG ulang tidak di

anjurkan karena manfaatnya di

ragukan.

 DPT 1 di berikan ketika bayi

berusia lebih dari 6 minggu, dapat


DPT-1
di pergunakan DPT 1 dengan

interval 4-6 minggu

 Polio 1 dapat di berikan

2 bulan bersamaan dengan DPT 1

 Interval pemberian polio 2, 3, 4

Polio-1 tidak kurang dari 4 minggu.

 Vaksin polio ulang di berikan 1

tahun sejak imunisasi polio 4, lalu

di lanjutkan pada usia 5-6 tahun

 DPT 2 (DTwp atau Dtap) dapat di

berikan secara terpisah atau


4 bulan DPT-2
kombinasikan dengan HIB 2 (

PRP-T).
 Polio 2 di berikan bersamaan
Polio-2
dengan DPT 2

 DPT 3 dapat di berikan terpisah

atau kombinasikan dengan Hib 3

 DPT ulang di berikan 1 tahun

DPT-3 setelah imunisasi DPT 3 dan pada

usia 5 tahun

 DT di berikan pada anak usia 12

tahun.

 Polio 3 di berikan bersamaan


Polio-3
dengan DPT 3.

 Hb-3 diberikan saat bayi berusia 6


6 bulan
bulan. Untuk mendapatkan

responsif imun oftimal, interval

Hb 2 dan Hb 3 minimal 2 bulan,

tetapi interval terbaiknya 5 bulan.

Hepatitis B-3  Departemen kesehatan mulai

tahun 2005 memberikan vaksin

Hb 1 monovalen (unijec) saat

lahir, dilanjutkan dengan vaksin

kombinasi DPT/HB pada usia 2, 3

dan 4 bulan.
 Imunisasi ulangan (boster) pada

usia 5 tahun tidak diperlukan,

idealnya pada usia ini dilakukan

pemerksaan anti HBs

 Campak-1 di berikan ketika bayi


9 bulan Campak
berusia 9 bulan

Sumber: (Vivian.2010)

1. Macam imunisasi

a. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang

karena tubuh yang secara dini membentuk antibodi.

b. Imunisasi aktif alamiah

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh setelah

sembuh dari suatu penyakit

c. Imunisasi aktif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksin yang

diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.

1. Imunisasi pasif

Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh

seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari

luar.

2. Imunisasi pasif alamiah


Adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan

oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung

ketika berada didalam kandungan.

3. Imunisasi pasif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan

serum untuk mencegah penyakit tertentu.

4. Imunisasi pasif didapat

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu

itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu

setelah pemberian serum daya lindung pendek (2-3 minggu).

1) Pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien

dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran

preventif yang mendapat prioritas. Sampai saat ini ada 7 penyakit

infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat.

Walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal.

Ketujuh penyakit tersebut dimasukan dalam program imunisasi

yaitu penykait tuberkolosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak

dan hepatitis B.

2) Tujuan pelaksanaan imunisasi

Untuk mencegah terjadinya infeksi, penyakityang dapat

menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian


imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak (Maeyati,

dkk, 2011).

1. Jenis vaksinasi

Berdasarkan ketentuan pemerintah dalam program imunisasi, maka

vaksinasi yang wajib diberikan kepada bayi dan anak yaitu :

a. Vaksin BCG

Vaksin ini mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette

Guerin) yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG ini akan

merangsang tubuh membentuk zat terhadap peyakit TBC

(tuberculosis). Vaksinasi ini memang tidak menjamin bayi atau

terhindar dari serangan kuman TBC tapi setidaknya melindungi

dari jenis penyakit TBC yang berat, seperti TBC tulang dan paru,

atau TBC selaput otak.

b. Vaksin DTP (difteria, Pertusis, Tetanus)

Vaksin ini diberikan sekaligus bersamaan untuk menerangi

pnyakit difteria, pertusis (batuk rejen) dan tetanus, dalam bentuk

kemasan gabungan vaksin DTP. Tetapi bisa juga diberikan dalam

kemasan tunggal (biasanya vaksin tetanus), atau gabungan vaksin

DT.

c. Vaksin poliomielitis

Vaksin polio ada dua jenis, vaksin salk yaitu virus yang sudah

dimatikan , dan vaksin sabin yang mengandung virus polio yang

sudah dilemahkan. kedua jenis vaksin ini akan memberikan


kekebalan yang sama, hanya berbeda dalam cara pemberiannya.

Setiap vaksin terdiri dari tipe I, II, III.

d. Vaksin campak

Kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin campak bisa

berlangsung seumur hidup, sama halnya kekebalan yang diperoleh

setelah terkena penyakit campak.

2.5 KB

2.5.1. Pengertian

Keluarga berencana adalah suatu program nasional yang dijalankan

pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena di asumsikan

pertumbuhan populasi penduduk tidak seimabang dengan ketersedian

barang dan jasa ( pembatasan kelahiran). KB dapat dipahami sebagai

aktivitas individual untuk mencegah kehamilan (man’u al-hamli) dengan

berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya dengan kondom pil KB dan

sebagainya ( pengaturan kelahiran) (Maryunani,2016)

Keluarga berencana menurut UU No 10tahun 1992 (tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga kecil, bahagia dan sejahetra (sri handayani,2010).

Menurut undang-undang RI No 10 tahun 1992 program KB nasional

diartikan sebagai uppaya peningkatan kependudukan kependudukan,

peran masyarakat melalui pengadilan kelahiran pembinaan ketahanan


keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam rangka

membanggakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan

sejahtera (NKKBS) (Sibagariang. Dkk, 2015).

2.5.2. Tujuan program KB

a. Tujuan umum adalah : membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi seuatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak, agar dipeoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera

yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

c. Tujuan KB meliputi

1. Agar uterus tidak terdorong keluar vagina.

2. Agar klien merasa nyaman :

a) Keluarga dan anak ideal

b) Keluarga sehat

c) Keluarg berpendidikan

d) Keluarga sejahtera

e) Keluarga berketahanan

f) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reprouksinya

g) Penduduk tumbuh seimbang

d. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah :

a) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga

dan bangsa.
b) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup

rakyat dan bangasa.

c) Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR

yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka

kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi.

(Maryunani,2016)

2.5.3. Sasaran dan program KB

Sasaran program KB meliputi :

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar

1.14 persen pertahun.

b. Menurunya angka kelahiran total menjadi keitar 2.2 persen pertahun.

c. Menurunya PUS yang tidak ingin mempunyai anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara

kontrasepsi ( un meet need) menjadi 6 persen.

d. Mengingatnya peserta KB laki-laki menjadi 4.5 persen.

e. Mengingatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif,

dan efisein.

f. Mengingatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi

21 tahun.

g. Mengingatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh

kembang anak.
h. Mengingatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

i. Mengingatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelengaraan

pelayanan program KB nasional (PPJMN,2004-2009).

(Maryunani,2016)

2.5.4. Ruang lingkup program KB

Ruang lingkup KB anatara lain :

a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja.

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga.

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.

e. Keserasian kebijakan kependudukan.

f. Pengelolaan SDM aparatur.

g. Penyengalaran pimpinan kenegaraan dan kepemrintahan.

h. Penigkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara.

(Marynani,2016)

2.5.5. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan Antara sel-sel telur (sel

wanita) dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menhindari/ mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan Antara sel telur yang matang dan sel

sperma (Maryunani, 2016)


Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan; dimana usaha tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula

bersifat permanen (Maryunani, 2016).

2.5.6. Pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana

Pelayanan kontrasepsi dengan Metode sederhana

1) Metode kalender/pantang berkala

Pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender

merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi sederhana yang

dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak

menggunakan senggema pada masa subur. Metode ini efektif bila

dilakukan secara baik dan benar. Dengan menggunakan sistem

kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencankan setiap

kehamilan.

Adapun manfaat metode kalender sebagai kontrasepsi yaitu :

a. Dapat digunakan untuk menghindari atau merencanakan

kehamilan.

b. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan

kontrasepsi.

c. Tidak ada efek samping.

d. Murah atau tanpa biaya

Sedangkan manfaat metode kalender sebagai kontrasepsi yaitu :

a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.


b. Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami

dan istri.

c. Memungkinkan mengertakan relasi/hubungan melalaui

peningkatan kominukasi antar suami istri.

2) Metode kontrasepsi suhu basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,

biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan

tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi.

Perinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah

menentukan masa subur, yaitu empat hari sebelum ovulasi karena

sperma dapat hidup sampai 4 atau 5 hari sampai 3 hari setelah

ovulasi dan menghindari senggema pada saat itu senggema dengan

menggunakan alat kontrasepsi,misalnya kondom.

3) Metode lendir serviks/metode ovulasi billings (MOB)

MOB adalah suatu cara/metode yang aman dan ilmiah untuk

mengetahui kapan masa subur wanita. Cara ini dapat dipakai baik

untuk menjadi hamil maupun untuk menghindari atau menunda

kehamilan. Metode ini sangat sederhana murah dan mudah

diterapkan karena berdasarkan pengalaman diri sendiri terhadap

gejala-gejala yang secara alamiah dialami oleh setiap wanita normal.

Kegunaan dari metode ini adalah suami istri dapat merecanakan

atau menunda kehamilan, menentukan waktu yang dikehendaki

untuk hamil, menentukan jenis kelamin anak yang diinginkan.


Metode ini bukanlah ramal meramal karena terjadinya ovulasi tidak

diramalkan tetapi dapat dihitung dengan cara menghitung hari-hari

sebelum dan sesudah menstruasi,dan ditentukan atas dasar tanda-

tanda tampak dan saat itu juga dan mudah dikenal oleh setiap wanita

normal.

4) Coitus interruptus

Metode coitus interruptus juga dikenal dengan metode

senggema terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan

cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik

penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk

kedalam rahim wanita.dengan cara ini kemungkinan terjadiya

pembuahan(kehamilan) bisa dikurangi.

a. Efektif bila digunakan dengan benar.

b. Dapat digunakan setiap pendukung metode KB lainnya.

c. Dapat digunakan setiap waktu.

d. Tidak membutuhkan biaya.

e. Tidak membutukan obat atau alat sehingga relatif sehat untuk

perempuan.

f. Tidak menganggu produksi ASI.

g. Tidak ada efek samping.

h. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.

i. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan

pengertian yang sangat dalam.


j. Untuk pasangan memugkinkan hubungan lebih dekat dan

penertian yang sangat dalam.

5) Kondom pria

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat

karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu

ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung

sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis,tetapi ada

yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastik

(polietilen) (Maryunanik, 2016).

2.5.7. Kontrasepsi hormonal

1. Oral

Kontrasepsi oral atau pil mencakup pil kombinasi dan seksuensial

yaitu berisi estrogen dan progesteron dan pil yang berisi progesterone

saja dikenal dengan istilah mini pil. Pil ini pada tahun 1930-an. Dr.

Kurzrok menunjukan bahwa estrogen oral dapat merendahkan

dosmenorhea dan menghambat ovulasi.

2. Suntik

Penelitian tentang suntik KB adalah pada tahun 1963 yaitu uji

coba pada depo provera suntik kemudian dilesensi diinggris pada

tahun 1984. Pada tahun 1990-an metode ini telah dilesensi sebagai

pilihan metode kontrasepsi pilihan pertama. Sampai saat ini jenis m

etode suntik yang digunakan adalah suntikan kombinasi dan suntikan

progestin.
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan progentin

secara consensus internasional bahwa disuntikan dibokong yaitu pada

musculus ventro gluteal dalam. Musculus ini dapat diukur dari spina

iliaca anterior superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian

diambil 1/3 bagian dari sias.

3. Kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implan.

a. Norplant, terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel

dengan lama kerja 5 tahun.

b. Jadena dan indoplant, terdiri dua batang silastik lembut berongga

dengan panjang 4,3 cm,diameter 2,5mm, berisi 75 mg levonogestrel

dengan lama kerja 3 tahun.

c. Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan

panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-

desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

2.5.8. Kontrasepsi oprasi

1. Metode operasi wanita (MOW)

Kontrasepsi ini disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita

disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi/tuba uterina.

Sedangkan pada pria, kontrasepsi mantap dinamakan vasektomi,yaitu

tindakan memotong vas deferens.

2. Metode operasi Pria (MOP)


Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah

memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus

mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil

keputusan.vasektomi adalah operasi yang aman,dan mudah dan hanya

memerlukan beberapa menit dirumah sakit atau klini KB yang sudah

berstandar untuk melakukan pembedahan ringan. KB ini baru efektif

setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum waktu

tersebut masih harus menggunakan barier lain (kondom). Secara

umum vasektomi tidak ada efek samping jangka panjang, tidak

berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual.

2.5.9. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

1. Pengertian

AKDR ( alat kontrasepsi dalam Rahim). Adalah alat

kontrasepsi yang dimasukan kedalam Rahim yang bentuknya

bermacam-macam, terdiri plastik. ( Anik Maryunani,2016).

Sangat efektif, reversible dab berjangka panjang ( dapat

sampai 10 tahun). CuT 380A, haid menjadi lebih lama dan lebih

banyak dan dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. (

Abdul Bari Sifudin, 2010)

1. Jenis AKDR

a. AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk

huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari


tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-

mana.

b. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T

(schering).

2. Cara kerja

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke dalam

tuba falopi.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sprema dank ovum

bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus.

3. Keuntungan

a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.

b. Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam

tahun pertama 1 kegagalan dalam 125-1270 kehamilan

c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A).

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.


f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu

takut untuk hamil.

g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus ( apabila tidak terjadi infeksi).

i. Dapat digunakan sebagai manopouse ( 1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).

j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

k. Membantu mencegah dengan kehamilan ektopik.

4. Kerugian

a. Efek samping yang umum terjadi :

1. Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 tahun pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan).

2. haid lebih lama dan banyak.

3. Perdarahan ( spotting)antar mentruasi.

4. Saat haid lebih sakit.

b. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

c. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

d. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

5. Efektifitas
a. AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah

risiko infeksi, perforasi dan perdarahan.

b. bahwa ekpulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari

oleh pasien; bila mau akan dapat dipasang lagi.

c. Kemampuan penolong meletakan di fundus amat

memperkecil risiko ekspulsi. Oleh karena itu diperlukan

pelatihan.

d. Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah: ketuban

pecah lama, infeksi intrapartum , perdarahan postpartum.

(Syafudin Dkk, 2010)

2.6 Dokumentasi

2.6.1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen

kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis

dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan

kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan,

2008)

Menurut Helen Varney (1997), manajemen kebidanan merupakan

proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh perawat-bidan pada

awal tahun 1970-an. Manajemen kebidanan memperkenalkan sebuah

metode dengan perorganisasian, pemikiran dan tindakan berurutan,

logis dan menguntungkan, baik bagi pasien maupun bagi tenaga

kesehatan. (Purwandari, 2008)


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir

bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani

kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Menurut buku 50 tahun IBI, 2007. Manajemen kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa

ddata, diagnossa kebidanan, perencanaan, pelakssanaan dan evaluasi.

Menurut Depkes RI, 2015. Manajemen kebidanan adalah metode

dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus

dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada

individu, keluarga dan masyarakat (Estiwidani, 2008).

2.6.2. Manejemen varney

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri

dengan evaaluasi. Langkah – langkah tersebut membentuk kerangka

yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,

setiap langkah tersebut bidan dipecah – pecah kedalam tugas – tugas

tertentu dan semuanya bervariasi sesuai kondisi klien.

1. Tahap Pengumpulan Data Dasar (langkah 1)


Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

a. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,

riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,

riwayat persalinan dan nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta

pengetahuan klien.

b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan pemeriksaan tanda –

tanda vital, meliputi :

a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, aulkutasi, dan perkusi).

b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta

catatan sebelumnya).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada formulir pengumpulan

data kehamilan, persalinan dan masa nifas.

Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami

komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan

melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal

yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan

data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar

tidaaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena

itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data subjektif,

data objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji


ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap

dan akurat.

2. Interpretasi Data Dasar (langkah II)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data

– data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian

diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis maupun

masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat

diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal – hal yang sedang dialami

wanita yang diindentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil

pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

3. Indentifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial dan Antisipasi

Penangananya (langkah III)

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah

potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosis/masalah

yang sudah diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat

waspada dan bersiap – siap mencegah diagnosis/ masalah potensial

ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan

asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah


potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak akan terjadi.

Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis.

4. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan

Tenaga Kesehatan Lain (langkah IV)

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses

manajemen asuhan kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya

berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal

saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan.

Misalnya pada saat wanita tersebut dalam persalinan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu

melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim

kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli

perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu

mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa

sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan

suatu tindakan harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi

keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan hal –

hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/ masalah

potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan

tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan


segera yang bisa dilakukan secara sendiri, kolaborasi atau bersifat

rujukan.

5. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh

yang ditentukan berdasarkan langkah – langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau

diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari

setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pendoman

antisipasi untuk klien tersebut. Pendoman antisipasi ini mencakup

perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah bidan perlu merujuk

klien bila ada sejumlah masalah yang terkait sosial, sosial, ekonomi,

kultural atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita

tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua

aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak,

yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.

Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan

dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini bersifat rasional dan valid

yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date) dan

sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.


6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman (Langkah

VI)

Pada langkah keenam, rencan asuhan menyeluruh

dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggita tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya

sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah

tersebut benar – benar terlaksana).

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi , bidan tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksanaanya rencana bersama yang

menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien dan berkualitas akan

berpengaruh pada waktu serta biaya.

7. Evaluasi (Langkah VII)

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji

ulaang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor

mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan

yang diberikan.

Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan

asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan, apakah benar – benar telah terenuhi

sebagaimana diindentifikasi didalam diagnosis dan masalah.


Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebuut

efektif, sedang sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses

manajemen asuhan merupakan sesuatu kegiatan yang

berkesinambungan. Maka bidan perlu mengulang \kembali setiap

asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Demikianlah langkah – langkah alur berpikir dalam penatalaksanaan

klien kebidanan. Alur ini merupakan suatu proses yang

berkesinambungan dan tidak terpisah satu sama lain, namun

berfungsi memudahkan proses pembelajaran. Proses tersebut

diuraikan dan dipilah seolah – olah terpisah antara satu

tahap/langkah dengan langkah berikutnya (Suryani, 2008).

2.6.3. Pendokumentasian dengan SOAP

Metode empat langkah yang dinamakan SOAP (subjektif, objektif,

assasment, plan) disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan

kebidanan, dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam

rekam medis sebagai catatan kemajuan pasien. Subjektif adalah apa

yang dikatakan klien. Objektif adalah apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan (laboratorium, tanda vital,

dan lain-lain). Assasement adalah kesimpulan dari data-data


subjektif/objektif. Plan adalah apa yang dilakukan berdasarkan hasil

penngevaluasian.

Dokumentasi itu perlu untuk:

1. menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan

kepada pasien

2. memungkinkan berbagi informasi diantara pemberian asuhan

3. memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan

4. memungkinkan pengevaluasian asuhan yang diberikan.

5. Memberi data untuk catatan rasional, riset, dan statistic

mortalitas/morbiditas.

6. Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu

tinggi kepada klien.

Tujuan penggunaan catatan SOAP untuk pendokumentasian :

1. Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi

yang sistematis yang mengorganisasi temuan dan kesimpulan

menjadi suatu rencana asuhan.

2. Metode ini merupakan penyaringan intisari dari proses

penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penydiaan dan

pendokumentasian asuhan.

3. SOAP merupakan urutan yang dapat membantu mengorganisasi

pikiran dan member asuhan yang menyeluruh

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,

dan tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap


kali mengkaji pasien. Selama masa antepartum, bidan dapat

menulis satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara

dalam masa intrapartum bidan boleh menulis lebih dari satu catatan

untuk satu paien dalam satu hari. Bidan juga harus melihat catatan

SOAP terlebih dahulu bila merawat seorang klien untuk

mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai peserta didik,

bidan akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan urutan

SOAP akan terjadi secara alamiah (Purwandari, 2008)

Anda mungkin juga menyukai