Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEHAMILAN

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, yaitu trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua dimulai dari minggu ke-13 hingga minggu ke-27, dan

trimester ketiga dari minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (Saifuddin,

2016).

Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambung yang

terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan

ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi,

pembentukan plasenta, sampai ke tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm (Manuaba, 2014).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.


b. Etiologi

Menurut (Saifuddin, 2016) proses kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

sistem hormonal yang kompleks.

2) Spermatogonium dalam pengaruh sel-sel intertisal leydig mulai

aktif mengadakan mitosis dan terjadilah proses spermatogenesis

yang sangat komlpeks yang akan menghasilkan spermatozoa.

3) Fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang

berlangsung diampula tuba.

4) Nidasi adalah masuknya sel kedalam endometrium. Nidasi terjadi

6 hari setelah fertilisasi. Tempat nidasi biasanya pada dinding

depan atau dinding belakang di daerah fundus uteri.

5) Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

Plasentasi berlangsung 12-18 minggu setelah fertilisasi.

2. Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Manuaba (2014), tanda - tanda kehamilan dibagi menjadi 3,

yaitu:

a. Tanda dugaan kehamilan

1) Amenorea ( tidak mendapat haid)

2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)

3) Mengidam (ingin makanan khusus)


4) Sinkope atau pingsan

5) Payudara tegang

6) Miksi atau sering BAK

7) Konstipasi/obstipasi

8) Pigmentasi kulit

9) Epulis atau disebut juga hipertrofi gusi.

10) Varises (penampakan pembuluh darah vena)

b. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Rahim membesar

2) Tanda Hegar pada saat pemeriksaan bimanual, tanda Chadwick

(perubahan warna pada vagina), tanda Piscaseck (pembesaran di

satu sisi rahim), kontraksi-kontraksi kecil pada uterus jika

dirangsang (Braxton Hicks) dan teraba Ballotement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

c. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin dalam rahim.

2) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagianjanin

3) Denyut jantung janin (DJJ)

Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Dopler.

Dilihat dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih yaitu

rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.


3. Perubahan Fisiologi pada ibu hamil

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian

besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap

janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua

perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah

proses persalinan dan menyusui selesai (Saifuddin, 2016).

a. Uterus

Uterus akan beradaptasi selama kehamilan untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram

dan kapasitas 10 mililiter atau kurang. Selama kehamilan, uterus

akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,

plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume

totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih

dengan berat rata-rata 1100 gram (Saifuddin, 2016).


Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan

sel- sel otot,sementara produksi miosit yang barusangat terbatas.

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh

hormoneestrogen dan sedikit oleh progesterone. Minggu-minggu

pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah

avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus

dan korpusakan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia

kehamilan 12 minggu. Panjang uterusakan bertambah lebih cepat

dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismusuteri

pada minggu pertama mengadakan hipertrofii sepertikorpusuteri

yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang

dikenal degan tanda hegar (Saifuddin, 2016).

Ternyata pertumbuhan rahim tidak sama kesemua arah,

tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta,

sehingga rahim bentuknya tidak sama disebut tanda piskaseck.

Perubahan konsentrasi hormonal yang memengaruhi rahim,yaitu

estrogen dan progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan

kontraksi rahim yang disebut Braxton Hicks (Manuaba , 2014).


Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri

Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi FundusUteri


(Minggu)

12 1/3 diatas simfisis


16 ½ di atas simfisis-pusat
20 2/3 diatas simfisis
22 Setinggi pusat
28 1/3 diatas pusat
34 ½ pusat-prosesus xiphoideus
36 Setinggi prosesus xiphoedeus
40 Dua jari (4 cm) dibawah prosesus xiphoideus
Sumber : (Manuaba , 2014).

Rumus perhitungan Tinggi Fundus Uterus menurut Mc.Donald

dapat dikalkulasikan sebagai berikut:

1) Usia kehamilan = TFU x 2/7 (memberikan hasil usia kehamilan

dalam bentuk bulan).

2) Usia kehamilan = TFU x 8/7 (memberikan usia kehamilan dalam

bentuk minggu).

3) Tinggi Fundus Uteri dalam sentimeter (cm), yang normal harus

sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan

berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT)


Jika hasil pengukuran beda 1-2 cm masih dapat ditoleransi, tetapi

jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan deviasi lebih besar dari 2 cm

dari umur kehamilan, kemungkinan terjadi bayi kembar,

polihidramnion, atau janin besar (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

Rumus Johnson Toshack untuk menentukan Tapsiran Berat

Janin (TBJ ) menurut Pratiwi dan Fatimah(2019), yaitu:

BB = (TFU-N) x 155.

Keterangan :

BB = Berat badan janin (gram)

TFU = Tinggi Fundus Uteri (cm )

N = 13 bila kepala belum melewati PAP, 12 bila kepala berada diatas

spina ischiadika, 11 bila kepala berada dibawah spina ischiadika.

b. Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga

janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan.

Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa.

Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler terutama

mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel

yang mengandung otot dan fibroblas, epitel, serta pembuluh darah.

Rasio relatif jaringan ikat terhadap otot tidak


sama sepanjang serviks yang semakin ke distal rasio ini semakin

besar (Saifuddin, 2016).

c. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpusluteum yang

dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relative minimal

(Saifuddin, 2016).

d. Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit otot-otot di perineum dan vulva. Sehingga

pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan

tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos

(Saifuddin, 2016).

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.Papilla mukosa

juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperi paku sepatu

(Saifuddin, 2016).
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana

sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang

dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidopilus

(Saifuddin, 2016).

e. Perubahan pada payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara

akan bertambah ukurnya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih

terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.

Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang

disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-

kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan,

air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan

oleh prolactin inhibiting hormone (Saifuddin, 2016).

4. Perubahan pada Sistem Integumen

Pada kulit diding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga mengenai daerah payudara dan

paha.perubahan ini deikenal dengan nama striae gravidarum. Pada

multipara selain striae kemerahan itu sringkali ditemukan garis berwarna

perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya (Saifuddin,

2016).
Perempuan kulit digaris tengah perutnya (linea alba) akan

berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra,

kadang- kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah

dan leher yang disebut dengan cloasma atau topeng kehamilan. Pigmentasi

yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau berkurang setelah

persalinan (Saifuddin, 2016).

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya

peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir

bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan

Progesteron diketahui mempunyaiperan dalanm melanogenesis dan

diduga bisa menjadi faktor pendorongnya (Saifuddin, 2016).

5. Perubahan pada Sistem Metabolisme

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,volume darah, dan

cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg (Saifuddin, 2016).

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara

pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah

berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg

(Saifuddin, 2016).
Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang

sebagian besar akan sigunakan untuk pertumbuhan janin. Jumlah itu

diperkirakan hanya 2,5 % dari total kalsium ibu, jumlah kalsium yang

dibutuhkan pada ibu hamil 1200 mg (Saifuddin, 2016).

Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan

sel dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan

akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi

pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan

menyebabkan neuraltube defect pada janin sehingga paraperempuan

yang merencanakan kehamilandianjurkan mendapat asupan asam folat

0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu. Sementara itu, pada

ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida dianjurkan

menonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/ hari sampai usia kehamilan

12 minggu. (Saifuddin, 2016).

Menurut Walyani (2015), cara yang dipakai untuk

menentukan berat badan ideal wanita hamil menurut tinggi badan

adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) dengan rumus

berat badan dibagitinggi badan pangkat 2 (IMT = BB/(TB)2).

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Diperkirakan selama kehamilan berat

badanakan bertambah 12,5kg (Saifuddin, 2016).


Tabel 2.2 Rekomendasi

Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan

Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi


(Kg)
Rendah <19,8 12,5-18
Normal 19,8- 11,5-16
26
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5
Sumber : (Saifuddin, 2016).

Pada trimester II dan III pada perempuan bergizi baik dianjurkan

menambah berat badan per minggu 0,4 kg, sementara pada

perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah

berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg

(Saifuddin, 2016).

6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan

ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu,

juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara mingggu ke-10 dan

20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi

peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan

dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan

perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga akan

menyebabkan terjadinya vasodilitasi dan penurunan resistensi

vaskular perifer (Saifuddin, 2016).


7. Sistem Pernapasan (Respirasi)

Kehamilan terjadi juga proses sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O 2. Disamping itu, terjadi desakan diafragma

karena dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32

minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan

kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam

sekitar 20 sampai 25% daripada biasanya (Manuaba, 2014).

8. Perubahan Pada Sistem Perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter

membesar, tonus otototot saluran kemih menurun. Kencing lebih

sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%.

Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang

terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan

mungkin hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea dan asam urat

dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing

(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering

mengganti celana dalam agar tetap kering.

9. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua

tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat


mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal,

mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada

akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung terutama pada akhir kehamilan (Saifuddin, 2016).

10. Perubahan Psikologis pada ibu hamil

a. Trimester pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Sebagian besar wanita mersa sedih dan ambivalen

tentag kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita

mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan

kesedihan. Adapun beberapa wanita, terutama mereka yang telah

merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil,

merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil

dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.Trimerster

pertama sering menjadi waktu yang sangat menyenangkan untuk

melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik

(Walyani, 2015).

Hasrat seksual pada trimester pertama sanat bervariasi

antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita

mengalami peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester

pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini

memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan

masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan


kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara

umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi,

payudara, yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran,

dan masalah- masalah lain yang merupakan normal pada trimester

pertama (Walyani,2015).

b. Trimster Kedua

Trimester kedua ini sering disebut sebagai periode

pancaran kesehatan karena pada saat ini ibu merasa lebih sehat.

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat.Tubuh ibu

sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa

tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum

terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah

menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan

pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan

bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai

seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa

terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya

libido. Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih

baik, kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu mulai

terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu

besar sehingga belum


menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan

mengerti tentang kehamilannya (Tyastuti, 2016).

Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama

kehamilannya, Ada beberapa teori tentang hal ini karenatubuh ibu terus

bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga

menimbulkan blok pikiran. Tak perlu terpengaruh dengan hal ini,

sediakan catatan kecil unutk membantu anda dan beristirahalah sedapat

mungkin.Pada kehamilan minggu ke 15- 22 ibu hamil akan mulai

merasakan gerakan bayi yang awalnya akan terasa seperti kibasan

tetapi di akhir trimester II akan benar- benar merasakan pergerakan

bayi. Pada ibu yang baru pertama kali sering tidak dapat mengenali

gerakan bayinya sampai mingguke 19-22.

Pada saat ibu sudah merasakan gerakan bayinya, ibu

menyadari bahwa didalam dirinya ada individu lain sehinggaibu lebih

memperhatikan kesehatan bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi

belum menjadi perhatian. Suami lebih giatmencari uang karena

menyadari bahwa tanggung jawabnya semakin bertambah untuk

menyiapkan kebutuhan biaya melahirkan dan perlengkapan untuk istri

dan bayinya. Pada semester ini perut ibu sudah semakin kelihatan

membesar karena uterus sudah keluar dari panggul, membuat suami

semakin bersemangat.
Hal ini juga dipengaruhi oleh karena suami merasakangerakan

bayinya ketika meraba perut istrinya (Tyastuti, 2016).

c. Trimester ketiga

Trimester tiga sering di sebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari

kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia

menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada

perasaan was-was meningat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini

membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan

menunggu tanda dan gejala persalinan muncul (Walyani,

2015). Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif

terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua

sementara perhatian utama wanita terfokud pada bayi yang

akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran

uterus keduanya menjafihal yang terus menerus mengingatkan

tentang keberadaan bayi. Sejumlah kekuatan muncul pada

trimester ketiga, wanita mungkin merasa cemas dengan

kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti : apakah

nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan

pelahiran (Walyani, 2015).

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik

yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan.


Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan dan memerlukan

dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.

Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual

yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang

karena abdomennya yang semakin besar menjad halangan.

Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode

alternative untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau

dapat menimbulkan perasaan bersalah jka ia merasa tidak

nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan dengan

jujur dengan perasaan dan konsultasi mereka dengan anda

menjadi sangat penting (Walyani, 2015).

11. Ketidaknyamanan pada Kehamilan

Ketidaknyamanan merupakan suatu perasaan yang kurang

ataupun yang tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental

pada ibu hamil. Kehamilan merupakan proses yang alamiahpada

wanita yang akan menimbulkan berbagai perubahan dan

menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan kondisi yang

normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh

mengenai hal-hal yang membuat kehamilannya tidak nyaman dan

kadang menyulitkan (Mastiningsih dan Agustina, 2019).

Beberapa ketidaknyamanan dalam kehamilan menurut

Tyastuti (2016) yaitu sebagai berikut:


a) Mual dan Muntah

Mual dan muntah secara pasti belum diketahui ada

beberapa pendapat tentang penyebab mual dan muntah yaitu :

(1) Mual dan muntah merupakan keluhan umum pada

kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan

perubahan hormonal pada wanita karena terdapat

peningkatan hormone estrogen, progesterone, dan

pengeluaran hCG plasenta. Hormon-hormon inilah yang

diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba,2010).

(2) Bahwa alasan mual tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan

peningkatan kadar hCG, hipoglikemi, peningkatan

kebutuhan metabolic serta efek progesterone pada sistem

pencernaan (Mrdfort, 2012).

(3) Wanita sering terpapar dengan bau/aroma, zat kimia di

lingkungan sekitar mereka yang dapat menambah rasa mual

mereka dan menyebabkan muntah. Perjalanan ke tempat

kerja membuat mereka bertemu banyak orang dan dikelilingi

oleh berbagai macam bau sehingga dapat mempengaruhi

keparahan mual muntahnya.


(4) Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres

emosional menambah ketidaknyamanan fisik. Syok dan

adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan

kembar, atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan,

juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual

dan muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2009).

(5) Status gravida dinilai dapat mempengaruhi mual muntah

pada ibu hamil. Pada primigravida menunjukkan

kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi yang

buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut

mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual dan

muntah. Sedangkan multigravida dan grandemultigravida

sudah mempunyai pengalaman, informasi dan

pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga

mampu mengatasi gejalanya (Tiran, 2009).

b) Edema

Kadang-kadang kita temui edema pada ibu hamil trimester II.

Edema ini biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan II.

Faktor Penyebab :
(1) Pembesaran uterus pada ibu hamil mengakibatkan tekanan

pada vena pelvik sehingga menimbulkan gangguan

sirkulasi. Hal ini terjadi terutama pada waktu ibu hamil

dudukatau berdiri dalam waktu yang lama.

(2) Tekanan pada vena cava inferior pada saat ibu berbaring

terlentang.

(3) Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah

(4) Kadar sodium(Natrium) meningkat karena pengaruh dari

hormonal. Natrium bersifat retensi cairan.

(5) Pakaian ketat.

c) Gatal dan kaku pada jari

Gatal-gatal dapat terjadi pada ibu hamil sepanjang

kehamilan artinya bisa terjadi pada kehamilan trimester I,

trimester II maupun trimester III. Hal ini menimbulkan

ketidaknyamanan pada ibu hamil sehingga bisa mengganggu

istirahat dan aktifitas ibu sehari- hari.

Beberapa faktor penyebabnya adalah:

(1) Penyebab gatal-gatal ini belum diketahui secara pasti,

kemungkinan penyebabnya adalah hypersensitive terhadap

antigen placenta.
(2) Perubahan gaya berat yang disebabkan karena pembesaran

rahim membuat berubahnya postur wanita dimana posisi

bahu dan kepala lebih kebelakang. Halini untuk

menyeimbangkan lengkungan punggung dan berat tubuh

yang cenderung condong ke depan.Hal ini dapat menekan

syarat di lengan sehingga mengakibatkan rasa gatal dan

kaku pada jari.

d) Haemorroid

Haemorroid biasa disebut wasir biasa terjadi pada ibu hamil

trimester II dan trimester III.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah :

(1) Konstipasi.

(2) Progesteron menyebabkan pristaltik usus lambat.

(3) Vena haemorroid tertekan karena pembesaran uterus.

e) Insomnia (sulit tidur)

Insomnia dapat terjadi pada wanita hamil maupun wanita yang

tidak hamil. Insomnia ini biasanya dapat terjadi mulai pada

pertengahan masa kehamilan. Insomnia dapat disebabkan oleh

perubahan fisik yaitu pembesaran uterus, dapat juga disebabkan

oleh karena perubahan psikologis misalnya perasaan takut,

gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran. Adakalanya

ditambahin oleh sering BAK dimalam hari/nochturia.


f) Keputihan/Leukorhea

Ibu hamil sering mengeluh mengeluarkan lendir dari vagina

yang lebih banyak sehingga membuat perasaan tidak nyaman

karena celana dalam sering menjadi basah sehingga harus sering

ganti celana dalam. Kejadian keputihan ini bisa terjadi pada ibu

hamil trimester pertama, kedua maupun ketiga.

Faktor penyebab :

(1) Meningkatnya kadar hormon estrogen pada ibu hamil

trimester I dapat menimbulkan produksi lendir servix

meningkat.

(2) Pada ibu hamil terjadi hyperplasia pada mukosa vagina.

g) Keringat Bertambah

Ibu hamil seringkali mengeluh kepanasan, mengeluarkan

keringat yang banyak. Keringat yang banyak menyebabkan rasa

tidak nyaman, kadang-kadang mengganggu tidur sehingga ibu

hamil merasa lelah karena kurang istirahat. Faktor penyebab

yang umum ditemukan pada ibu hamil antara lain karena

perubahan hormone pada kehamilan sehingga meningkatkan

aktifitas kelenjar keringat.

(1) Aktifitas kelenjar sebasea (kelenjar minyak) dan folikel

rambut meningkat.

(2) Penambahan Berat Badan dan meningkatnya metabolism

pada ibu hamil.


h) Mati rasa (baal), rasa perih pada jari tangan atau kaki

Mati rasa ini dapat terjadi pada kehamilan trimester II

dan trimester III. Mati rasa (baal) dapat disebabkan oleh karena

terjadinya pembesaran uterus membuat sikap/postur ibu hamil

mengalami perubahan pada titik pusat gaya berat sehingga

karena postur tersebut dapat menekan syaraf ulna.

Di samping itu hyperventilasi dapat juga menjadi

penyebab rasa baal pada jari, namun hal ini jarang terjadi. Untuk

meringankan atau mencegah, ibu hamil dapat dianjurkan untuk

tidur berbaring miring kekiri, postur tubuh yang benar saat duduk

atau berdiri.

i) Nafas sesak

Sesak nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester II

sampai pada akhir kehamilan. Ibu hamil dapat terserang nafas

sesak oleh karenapembesaranuterus dan pergeseran organ- organ

abdomen. Pembesaran uterus membuat pergeseran diafragma

naik sekitar 4 cm. Ada kalanya terjadi peningkatan hormon

progesterone membuat hyperventilasi. Untuk meringankan atau

mencegah bidan dapat menjelaskan penyebab fisiologisnya.

Bidan juga dapat melatih ibu hamil untuk membiasakan dengan

pernapasan normal. Ibu hamil juga harus tetap mengatur sikap

tubuh yang baik, saat berdiri tegak dengan kedua tangan

direntangkan diatas kepala kemudian menarik nafas panjang.


j) Nyeri Ligamentum Rotundum

Nyeri ligamentum rotundum ini biasa terjadi pada trimester

kedua dan ketiga. Faktor penyebab :

(1) Selama kehamilan terjadi hypertropi dan peregangan pada

ligamentum.

(2) Pada kehamilan terjadi penekanan pada ligamentum karena

uterus yang membesar.

k) Nyeri ulu hati (heart burn)

Nyeri ulu hati biasanya mulai terasa pada kehamilan trimester II

dan semakin bertambah umur kehamilan biasanya semakin

bertambah pula nyeri ulu hati. Hal ini dapat terjadi karena

produksi progesterone yang meningkat, pergeseran lambung

karena pembesaran uterus, dan apendiks bergeser kearah lateral

dan keatas sehingga menimbulkan refluks lambung yang dapat

mengakibatkan rasanyeri pada ulu hati.

l) Perut kembung

Tidak jarang ibu hamil mengeluh perut terasa kembung, hal ini

sering terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Faktor

penyebabnya adalah :

(1) Peningkatan hormon progesterone membuat motilitas usus

turun sehingga pengosongan usus lambat.

(2) Uterus yang membesar menekan usus besar.


m) Ptyalism ( air ludah berlebihan)

Ibu hamil sering merasakan saliva keluar lebih banyak dari

biasa, hal ini kadang-kadang dapat menimbulkan rasa mual

sehingga ibu hamil merasa tidak nyaman. Ptyalism biasanya

dirasakan ibu hamil mulai 2 sampai 3 minggu usia kehamilan dan

berhenti pada akhir kehamilan. Faktor penyebab:

(1) Meningkatnya keasaman mulut atau meningkatnyaasupan pati

sehingga menstimulasi (merangsang) kelenjar saliva (kelenjar

ludah) untuk meningkatkan sekresi.

(2) Ibu hamil mengurangi makan dengan maksud untuk

mengurangi mual dapat menyebabkan peningkatanjumlah

saliva di mulut.

n) Pusing, Syncope (pingsan)

Rasa pusing sering menjadikan keluhan ibu hamil trimester II

dan trimester III. Perasaan sangat menggangguketidaknyamanan

ibu hamil, kalau tidak penyebabnya tidak segera ditangani maka

dapat mengakibatkan tekanan darah rendah dan sampai

meninggal. Faktor penyebab :

(1) Ibu hamil tidur posisi berbaring terlentang, karena

penambahan berat badan dan pembesaran uterus maka

menyebabkan menekan pada vena cava inferior sehingga

menghambat dan mengurangi jumlahdarah yang menuju

ke hati dan jantung.


(2) Kemungkinan disebabkan karena hypoglycemia.

o) Sakit kepala

Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala, keluhan ini bisa

dirasakan ibu hamil baik trimester I, trimester II maupun

trimester III. Faktor penyebab :

(1) Kelelahan atau keletihan.

(2) Pasme / ketegangan otot.

(3) Ketegangan pada otot mata.

(4) Kongesti (akumulasi abnormal/berlebihan cairan tubuh).

(5) Dinamika cairan syaraf yang berubah.

p) Sakit punggung atas dan bawah

Sakit punggung pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil trimester

II dan III. Faktor penyebab :

(1) Pembesaran payudara dapat berakibat ketegangan otot.

(2) Keletihan.

(3) Posisi tubuh membungkuk ketika mengangkat barang.

(4) Kadar hormon yang meningkat menyebabkan cartilage pada

sendi besar menjadi lembek.

(5) Posisi tulang belakang hiperlordosis.

q) Varises pada kaki atau vulva

Varises pada kaki menyebabkan perasaan tidak nyaman pada

ibu hamil, biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan

Trimester III.
Faktor penyebab :

(1) Cenderung karena bawaan keluarga.

(2) Peningkatan hormon estrogen berakibat jaringan elastic

menjadi rapuh.

(3) Jumlah darah pada vena bagian bawah yang meningkat

r) Konstipasi atau sembelit

Konstipasiadalah BAB keras atau susah BAB biasa terjadi pada

ibu hamil trimester II dan III. Faktor penyebab :

(1) Peristaltik usus lambat disebabkan meningkatnyahormon

progesterone.

(2) Motilitas usus besar lambat sehingga menyebabkan

penyerapan air pada usus meningkat.

(3) Suplemen zat besi.

(4) Tekanan uterus yang membesar pada usus.

s) Kram pada kaki

Kram pada kaki biasanya timbul pada ibu hamil mulai

kehamilan 24 minggu. Kram ini dirasakan oleh ibu hamil sangat

sakit. Kadang-kadang masih terjadi pada saat persalinan

sehingga sangat mengganggu ibu dalam proses persalinan.

Faktor penyebab :

(1) Kadar kalsium dalam darah rendah.

(2) Uterus membesar sehingga menekan pebuluh darah pelvic.

(3) Keletihan.

(4) Sirkulasi darah ke tungkai bagian bawah kurang


t) Konstipasi atau sembelit

Konstipasiadalah BAB keras atau susah BAB biasa terjadi pada

ibu hamil trimester II dan III. Faktor penyebab :

(1) Peristaltik usus lambat disebabkan meningkatnyahormon

progesterone.

(2) Motilitas usus besar lambat sehingga menyebabkan

penyerapan air pada usus meningkat.

(3) Suplemen zat besi.

(4) Tekanan uterus yang membesar pada usus.

u) Kram pada kaki

Kram pada kaki biasanya timbul pada ibu hamil mulai

kehamilan 24 minggu. Kram ini dirasakan oleh ibu hamil sangat

sakit. Kadang-kadang masih terjadi pada saat persalinan

sehingga sangat mengganggu ibu dalam proses persalinan.

Faktor penyebab :

(1) Kadar kalsium dalam darah rendah.

(2) Uterus membesar sehingga menekan pebuluh darah pelvic.

(3) Keletihan.

(4) Sirkulasi darah ke tungkai bagian bawah kurang


B. MUAL DAN MUNTAH

1. Pengertian Mual dan Muntah

Mual Muntah adalah keluhan umum yang disampaikan pada

kehamilan muda.Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan

hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen,

progesterone, dan dikeluarkannya hormon chorionic gonadothropin

plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan Emesis

Gravidarum. (Manuaba, 2014)

Mual Muntah adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada

kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat

pula muncul setiap saat dan malam hari. Gejala ini dapat terjadi sekitar

6 minggu sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu (Arfiana et all, 2020).

2. Etiologi Mual dan Muntah

Penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan tidak

diketahui secara pasti. Adapun faktor-faktor predisposisi yang

dikemukakan penyebab mual dan muntah menurut (Niwang Ayu T.D.,

2016) yaitu:

a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan umumnya terjadi pada

primigravida, molahidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat

peningkatan kadar HCG.

b. Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam

sirkulasi marternal dan perubahan metabolik akibat kehamilanserta


resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-

perubahan iniserta adanya alergi yaitu merupakan salah satu

respon dari jaringan ibu terhadap janin.

c. Faktor psikologi dalam kehamilan memegang peranan yang

penting. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut

terhadap kehamilan dan persalinan, takut tanggungjawab sebagai

ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat mempererat

mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil akan membuat proses kehamilan

berlangsung dengan baik. Selama masa kehamilan dukungan dari

keluarga dibutuhkan terutama dukungan suami. Dukungan dan

kasih sayang dari suami dapat memberikan rasa nyaman dan

aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan

kehamilannya.

d. Faktor Endokrin lainnya seperti hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

3. Patofisiologi Mual dan Muntah

Mual muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama

disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG, khususnya karena periode

mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16

minggu pertama, yang pada saat itu hCG mencapi kadar tertingginya.
hCG sama dengan LH (luteizing hormone) dan disekresikan oleh sel-

sel trofoblas blastosit. hCG melewati control ovarium di hopifisis dan

menyebabkan fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik

plasenta. hCG dapat disekresikan dalam darah wanita dari sekitar tiga

minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi), suatu fakta yang

menjadi dasar bagi sebagian uji kehamilan.

Muntah diawali dengan stimulasi pusat muntah di medulla, yang

mengendalikan otot polos dalam dinding lambung dan otot skeletal di

abdomen serta sistem pernafasan, dan zona pemicu kemoreseptor di dasar

ventrikelkeempat, di dekat nervus vagus. Karena zona pemicu kemoreseptor

berada diluar sawar darah otak, zona pemicu kemoreseptor merespon

terhadap stimulus kimia dari obat- obatan dan toksin yang dihasilkan dalam

kondisi patologis tertentu. Zona pemicu kemoreseptor juga bertanggung

jawab atas terjadinya mual atau muntah akibat pergerakan. Stimulus dalam

zona pemicu kemoreseptor dihantarkan ke pusat muntah yang menyebabkan

otot dalam saluran gastrointestinal dan pernapasan memulai terjadinya

muntah (Tiran,2009).

Tanda mual dan muntah bisa muncul segera setelah implantasi dan

bersamaan saat produksi hCG mencapai puncaknya, diduga bahwa hormon

plasenta inilah yang memicu mual dan muntah dengan berkerja pada

chemoreseptor trigger zone pada pusat muntah. Pada trimester pertama

kehamilan, akan terdapat perasaan mual (nausea), ini akibat kadar hormon
esterogen meningkat tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga

motilitas seluruh traktus digetivus juga berkuang. Makanan lebih lama

berada di dalam lambung (Wiknjosastro, 2009; Sherwood, 2013).

Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada

wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron dan

dikeluarkannya human chorionic gonadothropine (HCG). Hormon-

hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. Faktor

psikologis dan hormonal menyebabkan penurunan motilitas dan sekresi

lambung sehingga menyebabkan terjadinya mual dan muntah pada ibu

hamil (Manuaba, 2014).

4. Tanda Dan Gejala Mual Muntah

Menurut (Saifuddin,2016) Mual Muntah mulai terjadi pada trimester

pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah,

penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan), tanda- tanda

dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mual Muntah

Menurut (Arfiana et all, 2020) faktor-faktor yang mempengaruhi

mual dan muntah adalah :

a. Faktor Hormonal merupakan faktor pencetus mual dan muntah yaitu

peningkatan kadar progesteron, estrogem dan human chorionic

gonadotropin (HCG).
b. Faktor Usia (paritas) faktor ini juga sebagai salah satu faktor pemicu

terjadinya mual dan muntah hal ini berkaitan dengan stres atau faktor

psikologis.

c. Faktor Nutrisi merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya mual

dan muntah.

6. Penanganan Mual dan Muntah

Menurut Siti Rofi’ah (2019) penatalaksanaan yang dapat dilakukan

yaitu menggunakan terapi farmakologis maupun non farmakologis.

a. Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian

antiemetik, antihistamin, antikolinergik dan kortikosteroid.

b. Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan pengaturan diet,

dukungan emosional, akupuntur, perubahan pola hidup, istirahat,

tidur, dan pemberian pengobatan herbal/ alamiah seperti permen

jahe, peppermint serta aromaterapi lemon.

7. Klasifikasi Mual dan Muntah

Menurut Runiari (2010), Klasifikasi emesis gravidarum di bedakan

menjadi tiga tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat.

a. Emesis gravidarum tingkat ringan ditandai dengan frekuensi mual atau

muntah 1-2 kali per hari. Ibu akan merasakan mual selama ≤ 1 jam.

Sedangkan jumlah yang dikeluarkan dari lambung setiap muntah

sedikit (kurangdari 1 cangkir).


b. Emesis gravidarum tingkat sedang ditandai dengan frekuensi mual

atau muntah 3-4 kali per hari.Dan setiap mual terjadi selama 2-3 jam.

Sedangkan jumlah yang dikeluarkan dari lambung setiap muntah sebanyak

1-2 cangkir.

c. Emesis gravidarum tingkat berat ditandai dengan frekuensi Mual dan

muntah terus menerus 5-6 kali setiap hari. Dan setiap mual terjadi

selama 4-5 jam. Jumlah yang dikeluarkan dari lambung setiap muntah

2-3 cangkir.

8. Pengukuran Mual Muntah

Instrumen baku yang tersedia dan telah digunakan untuk mengukur

emesis gravidarum menggunakan PUQE-24 score (Pregnancy-Unique

Quantification of Emesis (Koren et al , 2005). PUQE-24 score adalah

instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Koren et al (2002) dan telah

divalidasi oleh Koren et al (2005) kemudian digunakan dalam beberapa

penelitian yaitu Ebrahimi 2009, Wijaya 2017, dan latifah 2007.

PUQE scoring system berguna untuk mengukur tingkat keparahan

NVP (Nausea Vomiting Pregnancy) pada kehamilan dalam 24 jam. Skor

PUQE untuk setiap pasien dihitung dengan menggunakan tiga kriteria untuk

menilai keparahan mual muntah selama kehamilan yaitu jumlah jam

merasakan mual, jumlah episode muntah, dan jumlah episode muntah

kering dalam 24 jam terakhir. Indexs PUQE-24 memiliki 3 item pegkajian

dengan 5 skala likert. Rentang skore berkisar 1 sampai dengan 5, dimana

nilai 4-6 : NVP Ringan, 7-12 : NVP sedang, 13-15 : NVP berat.
Adapun isidari lembar PUQE-24 yaitu:

1. Dalam 24 jam terakhir, berapa lama anda merasakan mual atau tidak
nyaman di bagian perut?
a. Tidak merasakan sama sekali
b. Merasakan mual selama 1 jam atau kurang dari 1 jam
c. Merasakan mual selama 2-3 jam
d. Merasakan mual selama 4-6 jam
e. Merasakan mual selama > 6 jam

2. Dalam 24 jam terakhir, pernahkah anda muntah?


a. Tidak muntah sama sekali
b. Mengalami muntah 1-2 kali
c. Mengalami muntah 3-4 kali
d. Mengalami muntah 5-6 kali
e. Mengalami muntah lebih dari 7 kali
3. Dalam 24jam terakhir, berapa kali anda merasa ada doronganuntuk
muntah tanpa ada yang dimuntahkan?
a. Tidak merasakan sama sekali
b. Merasakan sebanyak 1-2 kali
c. Merasakan sebanyak 3-4 kali
d. Merasakan sebanyak 5-6 kali
e. Merasakan lebih dari 7 kali

9. Evidance Base

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40- 60%

multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi

lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar

hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan

hormon belum jelas,mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan

lambung yang kurang (Prawiroharjo,2012).


Hasil penelitian (Pratiwi & Subarnas, 2020) Tanaman yang dapat

dimanfaatkan dalam pembuatan aromaterapi diantaranya yaitu lavender

(Lavandala angustifolia), valerian (Valeriana officinalis), peppermint

(Mentha piperita L.), mawar (Rosa damascena), serai (Cymbopogon

citratus), chamomile (Matricaria recutita), melati (Jasminum

grandiflorum) dan rosemary (Rosmarinus officinalis). Dengan adanya

review ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat

aromaterapi serta dapat dilakukan pengembangan aromaterapi sebagai

produk terapi.

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mual muntah

a) Umur

Ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun cenderung

kurang dalam respon penerimaan obat. Hal ini dikarenakan belum

cukup siap dalam hal kematangan fisik dan mental serta fungsi sosial

dari calon ibu yang dapat mempengaruhi emosi ibu, sehingga terjadi

konflik mental dalam penerimaan respon obat berusia 20-35 tahun.

Masih tingginya ibu hamil yang mengalami mual muntah

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil belum mengetahui dan

memahami cara mengatasi mual muntah saat kehamilan. Umur

seseorang berkaitan dengan respon yang baik terhadap penerimaan

pengobatan dan penerimaan informasi (Siagian, 2013).


b) Pendidikan
Son Sun, et al (2011) mengatakan responden dengan pendidikan

tinggi memiliki kesadaran mengenai respon penerimaan obat yang

benar dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan dasar.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah orang

tersebut menerima informasi. (Widyastuti, et. al 2019).

Semakin banyaknya informasi yang diterima, semakin mudah

dan cepat bagi seseorang untuk memperbarui pengetahuannya dan

membentuk landasan kognitif yang utuh mengenai suatu hal

(Notoadmojo, 2013).

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku

terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam

perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang menyebabkan

sedikit keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, dan makin

tingginya pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima

informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

(Sumijatun, 2016).

c) Pekerjaan

Ibu yang bekerja cenderung meningkatkan tekanan mental

sehingga produksi asam lambung meningkat, dan terjadi iritasi

lambung sehingga respon perimaan obat yang tidak baik.


Pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka

atau konflik, hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam

respon penerimaan obat. (Runiari, 2010).

d) Paritas

Son Sun et al (2011) paritas berubungan dengan penerimaan

respon obat. Ibu hamil primigravida merupakan wanita yang baru

pertama kali hamil sehingga dalam respon penerimaan obat masih takut

hal ini dapat menyebabkan konflik mental dalam respon penerimaan

obat (Wiknjosastro, 2009).

e) Umur Kehamilan

Umur kehamilan berhubungan dengan respon penerimaan obat

pada ibu hamil. Semakin tua umur kehamilan semakin mudah

penerimaan respon obat karena alat reproduksi masih rentan dan

hormon pada ibu hamil yang meningkat sehingga kurang dapat

menerima pengobatan (Wiknjosastro, 2009). Pada penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat gravida ibu maka semakin

mudah ibu dalam penerimaan obat.

f) Peningkatan Hormon Human Chorionic Gonadrotropin (HCG)

Peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan

ganda dan mola, usia dibawah 24 tahun, perubahan metabolik dalam

kehamilan: alergi dan faktor psikososial, wanita dengan riwayat mual

pada kehamilan sebelumnya dan wanita yang mengalami obesitas juga

mengalami peningkatan risiko Human Chorionic Gonadrotropin

(HCG). (Widyastuti, et al. 2019).


Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar

hormon estrogen dan Human Chorionic Gonadrotropin (HCG) dalam

serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin

karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.

(Prawirohardjo, 2010).

g) Psikologi

Faktor psikologi memegang peranan yang penting pada

hiperemesis gravidarum, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan,

takut terhadap kehamilan dan persalinan, serta takut terhadap tanggung

jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup

(Prawirohardjo, 2015).

h) Status Gizi

Status gizi ibu hamil adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang

berpengaruh oleh konsumsi makanan dan minuman pada beberapa

waktu sebelum hamil. Apabila wanita hamil yang mengkonsumsi

sayur-sayuran hijau lebih teratur cenderung tidak mengalami mual

muntah begitupun sebaliknya. Selain itu mual dan muntah diduga

disebabkan karena defisiensi mineral / vitamin (Wirawan, 2016).


Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi vitamin dalam keadaan ini

akan menambah mual muntah pada kehamilan TM 1. Status gizi dapat

di di hitung dengan rumus IMT ( Index Massa Tubuh).

IMT = Berat Badan (kg)


Tinggi Badan2 (m)

Setelah menghitung IMT, kemudian hasilnya di kategorikan sesuai berikut:

IMT Kategori
Kurang dari 18,5 (<18,5) Berat badan kurang

Lebih dari 18,5 sama dengan sampai kurang


Normal
dari 24,9 ( ≥ 18,5 - ≤24,9)

Lebih dari sama dengan 25,0 sampai kurang


Berat badan berlebih
dari 27,0 (≥ 25,0 - ≤27,0)

Lebih dari sama dengan 27,0 (≥27,0) Obesitas

Gambar 2. 1 Kategori IMT

Sumber : Indonesian Journal Of Human Nutrition, 2016

C. AROMATERAPI

1. Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu bagian dari Complementary and

Alternative Madicine (CAM) yang dapat digunakan dalam perawatan

berbagai macam penyakit karena memiliki beberapa efek farmakologis,

seperti efek antimikrobial, sedatif, analgesik, spasmolitik, dan lain-

lainnya (Bascom, 2012).


Aromaterapi didefinisikan sebagai terapi yang menggunakan minyak

esensial untuk memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan

semangat, menyegarkan serta membangkitkanjiwa dan raga (Tzu, 2010).

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial konsentrasi

tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan diberikan melalui

pijat, inhalasi, dicampur ke dalam air mandi, untuk kompres, melalui

membran mukosa dalam bentuk pesarium atau supositoria dan terkadang

dalam bentuk murni. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan

minyak essensial memiliki berbagai khasiat pada kondisi kesehatan

seperti mengurangi stress, relaksasi tubuh, pengaturan emosional,

insomnia, kecemasan serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh,

pernapasan dan sistem peredaran darah. (Shah et al, 2011; Paula et al,

2017).

Aromaterapi digunakan sebagai alternatif untuk merelaksasikan

tubuh, memperbaiki mood serta menyegarkan pikiran. Kandungan

tanaman yang digunakan sebagai aromaterapi yaitu minyak essensial atau

yang lebih dikenal dengan minyak atsiri. Metode ekstraksi minyak atsiri

merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas minyak yang

dihasilkan. Minyak atsiri diperoleh dengan berbagai cara ekstraksi,

diantaranya yaitu dengan destilasi uap, hidrodistilasi, hidrodifusi,

ekstraksi superkritikal karbon dioksida (CO2), ekstraksi superkritikal

cairan, ekstraksi microwave bebas pelarut dan ekstraksipelarut (Aziz et al,

2018).
2. Sejarah Aromaterapi

Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang memang

terkenal dengan ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang

menciptakan dan meramaikan dunia pengobatan, farmasi, parfum serta

kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina, India serta

Timur Tengah sebelum masuk ke Eropa di abad pertengahan. Pada abad ke

19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman itu

tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari mereka.

Pada zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert

Tisserand yang meniulis buku The Art of aromatherapy (Poerwadi, 2006).

Riset kedokteran pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta

bahwa bau yang kita cium memiliki dampak penting pada perasaan kita.

Menurut hasil penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung terhadap

otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender meningkatkan frekuensi

gelombang alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan ini dikaitkan

dengan relaksasi(Sharma, 2009).


3. Aromaterapi Peppermint

Gambar 2.2 aromaterapi Peppermint

Secara teori, peneliti memberikan rekomendasi aromaterapi

Peppermint untuk mual muntah pada ibu hamil trimester I dengan terapi

aroma pengobatan alternatif yang menggunakan minyak essensial dimana

pengobatan ini bersifat noninstruktif, noninvasif, murah, sederhana, efektif

dan tanpa efek samping yang merugikan bagi ibu dan janinnya (price &

Shirley, 2007).

Menurut asumsi yang ditunjang dari teori sebelumnya, terapi

aroma mampu menurunkan intensitas rasa mual dan muntah pada

kehamilan karena aromanya segar dan dapat membantu memperbaiki atau

menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta

menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. Terapi aroma

sangat familiar di penciuman ibu hamil karena ibu hamil yang mengalami

mual muntah akan mencari aroma-aroma yang segar.


a) Peppermint

Peppermint termasuk dalam marga labiate yang memiliki tingkat

keharuman yang sangat tinggi, aroma yang dingin menyegarkan dan bau

mentol yang mendalam. Peppermint mengandung khasiat anti kejang dan

penyembuhan yang andal untuk kasus mual, salah cerna, susah membuang

gas diperut, diare, sembelit, sakit kepala dan pingsan (Zuraida dan Sari,

2017).

b) Kandungan Peppermint

Aromaterapi peppermint mengandung menthol (35-45%) dan

menthone (10%-30%) sehingga dapat bermanfaat sebagai antiemetik

dan antispasmodik pada lapisan lambung dan usus dengan menghambat

kontraksi otot yang disebabkan oleh serotonin dan substansi lainnya

(Stea, dkk. 2014). Aromaterapi peppermint yang mengandung minyak

atsiri menthol memiliki efek karnimatif dan antispasmodik yang bekerja

di usus halus pada saluran pencernaan sehingga mampu mengatasi

ataupun menghilangkan mual muntah (Tiran, 2008).

Daun mint mengandung menthol yang dapat mempercepat sirkulasi,

meringankan kembung, mual dan kram. Daun mint mengandung minyak

atsiri yaitu menthol yang berpotensi memperlancar sistem pencernaan

dan meringankan kejang perut atau kram karena memiliki efek anastesi

ringan serta mengandung efek karminatif dan antispasmodik yang

bekerja di usus halus pada saluran gastrointestinal sehingga mampu

mengatasi atau menghilangkan mual muntah (Tiran, 2008).


Oleh sebab itu, dengan menggunakan aromaterapi pappermint

secara teratur sesuai dosis yang ditentukan akan berinteraksi dengan

senyawa yang ada pada pappermint dengan sistem pencernaan ibu hamil.

Kandungan anti mual yang ada pada pappermint terdiri dari menthol

(50%), menton (10-30%), mentil asetat (10%), dan derivat menoterpen

lain seperti pulegon, piperiton, dan mentafuran. (Afrizal, 2011).

c) Efek Peppermint

Aromaterapi pappermint banyak dimanfaatkan untuk mengatasi

Morning sickness atau mual muntah dalam kehamilan diperlukan 2-3

tetes aromaterapi pappermint yang dihirup saat rasa mual dapat

memberikan pertolongan pertama. Dengan menghirup aromaterapi

pappermint secara teratur dengan dosis yang ditentukan akan

berinteraksi dengan senyawa yang ada pada pappermint dengan sistem

pencernaan ibu hamil. Kandungan anti mual yang ada pada aromaterapi

pappermint memberikan sensasi rileks, tenang dan menyegarkan

sehingga mampu menurunkan rangsangan otonom dengan berkurangnya

produksi saliva dan mengurangireaksi mual serta tidak berlanjut muntah

pada ibu hamil (Ana Soumy, 2010).

4. Pengaruh Aromaterapi Peppermint Terhadap Mual Muntah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuraida dan Sari (2017)

tentang Perbedaan Efektifitas Pemberian Essensial Oil Peppermint dan

Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Mual dan Muntah Pada Ibu

Hamil Trimester I di Puskesmas Baso Kabupaten Agam menemukan

bahwa terjadi penurunan intensitas mual muntah pada ibu hamil setelah
pemberian Essensial Oil Peppermint dan Aromaterapi Lavender, dimana

setelah pemberian Essensial Oil Peppermint terjadi penurunan rata-rata

intensitas mual muntah pada ibu hamil trimester I sebesar 5,42 dan setelah

pemberian Aromaterapi Lavender terjadi penurunan rata-rata intensitas

mual muntah pada ibu hamil trimester I sebesar 3,28. Terdapat perbedaan

efektifitas pemberian Essensial Oil Peppermint dan Aromaterapi Lavender

terhadap penurunan intensitas mual muntah pada ibu hamil trimester I

dengan perbedaan rata-rata penurunan sebesar 2,14 dan nilai p=0,001. Jadi

dapat disimpulkan pemberian Essensial Oil Peppermint lebih efektif dalam

penurunan mual muntah pada ibu hamiltrimester I.

Aromaterapi bekerja dengan cara mempengaruhi kerja otak, saraf-

saraf penciuman yang terangsang dengan adanya aroma tertentu, secara

langsung berhubungan dengan Hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian

otak yang mengendalikan sistem kelenjar, mengatur hormon- hormon, dan

mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas tubuh lainnya, seperti detak

jantung, fungsi pernapasan, pencernaan, suhu tubuh dan rasa lapar. Selain

itu saat minyak beraroma dihirup atau dioles, sel-sel saraf terangsang dan

mempengaruhi kinerja sistem limbik.

Sistem limbik ini berhubungan dengan daerah otak yang

berkaitan dengan fungsi ingatan, sirkulasi darah, dan sistem kelenjar.

Durasi optimal untuk menghilangkah mual muntah adalah 20 menit

(Setryaningsih, 2011).
5. Patofisiologi Aromaterapi

Organ penciuman merupakan satu-satunya indera perasa dengan

berbagai reseptor saraf yang berhubungan langsung dengan dunia luar dan

merupakan saluran langsung ke otak. Hanya sejumlah 8 molekul sudah

dapat memicu impuls elektrik pada ujung saraf. Cara kerja aromaterapi

membutuhkan 40 ujung saraf yang harus dirangsang sebelum seseorang

sadar bau apa yang sedang dicium (Maesaroh & Putri, 2019).

Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara

dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan

direkam oleh otak sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi

tiga tahap yaitu tahap pertama penerimaan molekul bau oleh olfactory

epithelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf,

selanjutnya pada tahap kedua bau ditransmisikan sebagai suatu pesan ke

pusat penciuman yang terletak pada bagian belakang hidung pusat

penciuman ini hanya sebesar biji buah delima pada pangkal otak yang

mengandung sel-sel neuron.

Sel neuron akan menginterpretasikan aromaterapi bau dan akan

mempengaruhi sistem limbik kemudian rangsangan dikirim ke

hipotalamus. Aroma minyak essensial yang dihirup, merupakan molekul

yang mudah menguap mengandung unsur aromaterapi ke puncak hidung.

Rambut getar (silia) berfungsi sebagai reseptor yang menghantarkan pesan

elektrokimia ke pusat emosi dan daya ingat seseorang.


Selanjutnya mengantarkan umpan balik ke seluruh tubuh melalui sistem

sirkulasi. Pesan yang diantarkan ke seluruh tubuh akan dikonversikan

menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan

senang, rileks, tenang, suasana hati bahagia dan meningkatkan

intelektualitas (Jamilah et al., 2013).

6. Metode penggunaan aromaterapi

Minyak essensial memiliki berbagai khasiat pada kondisi kesehatan seperti

mengurangi stress, relaksasi tubuh, pengaturan emosional, insomnia,

kecemasan serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh, pernapasan dan

sistem peredaran darah. Aromaterapi dapat memberikan ketenangan dan

kenyamanan bagi penggunanya (Shah et al, 2011; Paula et al, 2017).

Penggunaan aromaterapi dapat melalui berbagai cara diantaranya, yaitu :

1) Inhalasi

Salah satu cara dalam penerapan aromaterapi yaitu terapi melalui inhalasi.

Terdapat 2 metode yaitu inhalasi modern dan inhalasi sederhana. Inhalasi

modern yaitu alat inhalasi yang mengunakan mekanisme listrik

(nebulizer) dengan atau tanpa menggunakan air untuk meyebarkan zat-zat

yang dihasilkan secara langsung.. Inhalasi sederhana yaitu memberikan

terapi dengan cara dihirup, dilakukan dengan bahan dan cara yang

sederhana serta dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu media yang

dapat digunakan yaitu menggunakan tissue yang ditetesi essential oil

(Muchtaridi, 2015)
Penelitian yang sama dilakukan oleh Panca (2015), dimana

intervensi dilakukan selama kurang lebih sekitar 4 hari, yakni ibu hamil

diharuskan untuk meneteskan aromaterapi lavender sekitar 2 hingga 3

tetes pada sebuah kapas atau tisu sebanyak 3 kali pernapasan, kemudian

diulangi 5 hingga 10 menit kemudian.

2) Penguapan

Penghirupan minyak essensial lebih efektif dengan

menggunakan uap minyak yang dituangkan ke dalam wadah berisi air

panas atau menghirup dari kain yang telah direndam minyak essensial.

Penghirupan uap minyak essensial diarahkan langsung ke dalam

lubang hidung dan rongga mulut. Keuntungan penggunaan

aromaterapi melalui inhalasi dibandingkan obat dengan pemberian

oral yaitu tidak akan memengaruhi saluran pencernaan, terutama

ketika targetnya adalah jalan nafas atau paru-paru (Michalak, 2018).

3) Pijat aromaterapi

Ketika dilakukan pijat aromaterapi perlu diperhatikan pemilihan

minyak essensial yang cocok. Teknik pemijatan dan pemilihan

aromaterapi akan sangat berpengaruh pada efek terapi yang dihasilkan

(Michalak, 2018).

4) Aromatherapeutic baths

Aromatherapeutic baths digunakan dengan merendam sebagian tubuh

dalam air pada suhu sekitar 40oC selama 15-30 menit serta tidak

digunakan sabun yang berbusa.


Kemudian, aromaterapi berupa minyak essensial di teteskan ke dalam

air. Ketika tubuh terendam dalam air, minyak essensial akan

berpenetrasi ke dalam alirandarah melalui sebaceous, kelenjar keringat

serta jalan napas yang akan memberikan efek terapi pada kulit, saraf

maupun sistem kardiovaskular (Michalak, 2018).

5) Sauna

Suhu tinggi yang diberikan dalam sauna akan membuat pembuluh

darah berdilatasi, maka minyak essensial akan terfasilitasi untuk

berpenetrasi ke dalam tubuh sehingga menstimulasi jalan napas dan

membuat tubuh lebih rileks. (Michalak, 2018).

Metode penggunan aromaterapi yang banyak digunakan yaitu

melalui inhalasi karena lebih cepat, nyaman dan aman. Metode inhalasi

dapat menggunakan alat seperti vaporizer atau diffuser. Saraf penciuman

merupakan satu-satunya saraf kranial yang secara langsung terkena

rangsangan eksternal dan akan memproyeksikan pada korteks serebral

sehingga memberikan efek stimulasi yang kuat.

Ketika aromaterapi diberikan secara inhalasi, minyak essensial

akan menguap dan kontak dengan silia dari mukosa hidung, sehingga

memengaruhi sistem limbik serta hipotalamus yang menghasilkan efek

sedatif pada sistem saraf dan endokrin. Partikel yang di transfer

kemudian akan menghasilkan produk dari neurotransmitter berupa


dopamin dan serotonin yang akan memberikan efek sedasi, relaksasi,

stimulasi serta kegembiraan. Selain itu, saraf limbik dapat memperkuat

fungsi kognitif dengan merangsang sistem saraf otonom sehingga akan

mengurangi kecemasan dengan memberikan efek sedasi dan relaksasi

(Lee, 2016).

7. Cara Kerja Aromaterapi Peppermint

Kerja aromaterapi peppermint melalui inhalasi adalah molekul-

molekul volatile minyak esensial yang melewati reseptor olfaktori di hidung

mengenali karakteristik molekuler tersebut dan mengirimkan sinyal ke otak

melalui saraf olfaktori. Selain itu, beberapa unsur pokok dari molekul

tersebut masuk ke dalam aliran darah melalui paruparu dan berpengaruh

secara langsung terhadap saraf-saraf di otak setelah melewati barier darah

di otak. Sedangkan Ondansetron bekerja dengan memblok reseptor di

gastrointestinal dan area postrema yang berikatan dengan serotonin di

chemoreseptor triger zone (CTZ) menuju medulla oblongata sehingga

mencegah reflek mual dan muntah sehingga rasa mual muntah dapat

menurun dikarenakan adanya rasa rileks dan emosi yang stabil, Oleh sebab

itu chemoreseptor triger zone (CTZ) bekerja langsung pada otot yaitu pada

otot- otot polos pernapasan yaitu difragma dan otot abdomen sehingga

terjadi penurunan muntah (Putri K.N.D, 2010).


D. KERANGKA TEORI

Ibu Hamil

Faktor yang mempengaruhi Perubahan Hormon


mual muntah :

1. Predisposisi Mual Muntah


2. Organik
3. Psikologi
4. Endokrin
Upaya mengatasi
mual muntah

Non-Farmakologi :
Farmakologi : 1. Pengaturan Diet
1. Antiemetik 2. Dukungan Emosional
2. Antihistamin 3. Akupuntur
3. Antikolinergik 4. Perubahan Pola Hidup
4. Kortikosteroid 5. Pengobatan Herbal

6.6.Aromaterapi
Aromaterapi

Hormon dopamin dan serotonin Hipothalamus

Segar dan tenang Mual muntah turun

Bagan 2.3 Kerangka Teori (Modifikasi : Manuaba (2007), Siti Rofi,ah (2020),
Cholifah dan Nuriyanah (2019).
E. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Aromaterapi Mual Muntah Ibu Hamil


Peppermint Trimester I

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

F. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori, kerangka teori dan kerangka konsep

penilitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada

pengaruh pemberian aromaterapi peppermint terhadap mual muntah pada

ibu hamil Trimester I di UPT Puskesmas Wedi Kabupaten Klaten”.

Anda mungkin juga menyukai