Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

ATRESIA DUODENUM

Disusun oleh :

1. Aan Anjani (055)


2. Andini pp (064)
3. Aulia haerizqa (068)
4. Hanifah Adhiyani (082)
5. Brigita Galuh (072)
6. Inge mulia ningrum (086)
7. Lidya ayu astuti (089)
8. Luthfi azmatun nabilah (090)
9. Meiga nur aisah(092)
10. Nurul dian isnawati (094)
11. Petricia Wulan Dari (096)
12. Rani ananti (098)
13. Rusyda Isnaini Nuriyah (100)
14. Yuni nidaul khasanah (104)

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ‘Tentang asuhan kebidanan noenatus atresia
duodenum’

Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan berbagi
hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian
dari makalah ini

Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan.

Klaten, 26 Mei 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................................................1

B. Rumusan masalah......................................................................................................1

C. Tujuan masalah..........................................................................................................2

D. Manfaat masalah....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definsi Atresia duodenum.......................................................................................3

B. Patosiologis..............................................................................................................4

C. Epidimiologi.............................................................................................................4

D. Penyebab dan tanda gejala.......................................................................................5

E. Pemeriksaan dan diagnosis....................................................................................6

F. Penataklasaan.........................................................................................................7

G. Peran bidan jika menemukan atresia duodenum....................................................9

H. Asuhan kebidanan..................................................................................................10

I. Pencegahan.............................................................................................................10

PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................11

B. Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


13

II
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal
web denganperforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau
remaja.Penggunaan USG telahmemungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum
teridentifikasi sebelum kelahiran. Padapenelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi
kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi denganobstruksi duodenum diidentifikasi sejak in
utero. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambarandouble-bubble (gelembung ganda)
pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung,dan gelembung kedua
mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi.Diagnosis prenatal
memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untukmelahirkan di
sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomalisaluran
cerna.Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi
duodenumkongenital intrinsik merupakan dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal
kongenital (atresiaduodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%, stenosis
duodenum 7-20%). Insidenobstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik, dan campuran)
adalah 1 per 3400 kelahiran hidup.Tidak terdapat predileksi rasial dan gender pada penyakit
ini.Jika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan
segeramenjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari
neonatus yangmenderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi
pada sekitar 40% kasusobstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering
dikaitkan dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita trisomi 21

B. Rumusan masalah

Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk merumuskan
masalah diantaranya :

1. Apa pengertian dari Atresia Duodenum?

2. Jelaskan patosiologis dari Atresia Duodenum?

3. Sebutkan penyebab ,Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!

4. Jelaskan pemeriksaan atau diagnosis Atresia Duodeni!

5. Jelaskan Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni!

1
6. Jelaskan tindakan bidan bila menemukan penyakit!

7. Sebutkan pencegahan Dari Atresia Duodenium

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk
memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir

a. Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.

b. Untuk mengetahui dari Patofisiologi Atresia Duodeni.

c. Untuk mengetahui penyebab Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.

d. Untuk mengetahui pemeriksaan atau diagnosis

e. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni.

f. Untuk mengetahu tindakan bidan bila menemukan

g. Untuk mengetahui pencegahaan dari atresia duodeni.

D. Manfaat Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya, dan dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan Neonatus pada Bayi dan Balita
dengan Atresia Duodeni kususnya pada mahasiswa kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defnisi atresia duodenum

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang baik. Atresia intestinal
merupakan obstruksi yang sering terjadi pada neonatus yang baru lahir. Atresia intestinal dapat
terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Atresia intestinal dapat terjadi pada berbagai tempat pada
usus halus. 50% kasus atresia intestinal terjadi pada duodenum. Gejala yang sering ditimbulkan
yakni obstruksi usus. Gejala akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Muntah yang terus
menerus merupakan gejala yang paling sering. Apabila kondisi anak tidak ditangani dengan
cepat, maka anak akan mengalami dehidrasi, penurunan berat badan, gangguan
keseimbangan elektrolit. Jika dehidrasi tidak ditangani, dapat terjadi alkalosis metabolik
hipokalemia atau hipokloremia. Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen.
Pemeriksaan penunjang saat masa prenatal yakni dengan menggunakan prenatal
ultrasonografi. Pemeriksaan penunjang postnatal yakni roentgen. Pemeriksaan roentgen yang
pertama kali dilakukan yakni plain abdominal x-ray. X-ray akan menujukkan gambaran double-
bubble sign tanpa gas pada distal dari usus. Managemen yang dilakukan meliputi menagemen
preoperatif, intraoperatif serta managemen postoperatif. Angka harapan hidup untuk bayi
dengan duodenal atresia yakni 90-95%. Mortalitas yang tinggi disebabkan karena prematuritas
serta abnormalitas kongenital yang multiple.

Meskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui,
patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik. seringnya ditemukan keterkaitan atresia
atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini
disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. atresia duodenum
berbeda dari atresia usus lainnya, yang merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah mesenterik pada perkembangan selanjutnya. tidak ada faktor resiko
maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. meskipun hingga sepertiga
pasien dengan atresia duodenum menderita pula trisomi 21 (sindrom down), namun hal ini
bukanlah faktor resiko independen dalam perkembangan atre

3
2.2 Patofisiologi

Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak


adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan rekanalisasi pita padat
epithelial (kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa epitel
duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke lumen
duodenal secara sempurna.

Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami
rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis atau kematian sel
terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. Kadang-
kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan pankreatik yang
mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan
duodenal daripada suatu perkembangan dan atau berlebihan dari pancreatic buds.

Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang tersusun
atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel yang berasal dari
mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan peranan
sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari
duodenum

2.3 Epidemiologi

Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi
duodenum kongenital intrinsik merupakan 2/3 dari keseluruhan obstruksi duodenal kongenital
(atresia duodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%, stenosis
duodenum 7-20%). Insiden obstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik, dan campuran)
adalah 1 per 3400 kelahiran hidup. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender pada penyakit ini

Mortalitas dan Morbiditas

Jika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan
segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari
neonatus yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur.Kemudian Hidramnion
terjadi pada sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling
sering dikaitkan dengan trisomi 21. Dan Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita
trisomi 21

4
Manifestasi Penyakit

Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal web
dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak kanak atau remaja. Penggunaan
USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum
kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi kongenital di 11 negara
Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero.

Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda) pada
USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua mengacu
pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal
memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di
sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali saluran
cerna.

2.4 Penyebab atresia duodenum

Penyebab dari atresia duodenum merupakan kerusakan yang terjadi disuplay darah yang
rendah pada masa kehamilan sehinggau duodenum mengalamipenyempitan dan menjadi
obstruksi.

· Tanda dan gejala

- Pembengkakan abdomen Pada bagian atas

- Muntah terus-menerus, meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

- Tidak memproduksi urine setelah beberapa kali buang air kecila

- Muntah banyak segera setelah lahir & berwarna hijau karena empedu

- Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar

Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi. Atresia duodenum
ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Seringkali muntahan
tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15% kelainan ini terjadi proksimal dari
ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis duodenum melewati deteksi abnormalitas
saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih jarang lagi hingga dewasa tanpa
diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak yang muntah dengan tampilan
biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna proksimal hingga terbukti sebaliknya,
dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

5
Setelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid.
Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum
proksimal. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan biasanya tidak terganggu.
Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi kecuali
kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. Jika hidrasi intravena belum dimulai,
maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi/hipokloremi dengan asiduria paradoksikal, sama
seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Tuba orogastrik pada bayi dengan suspek
obstruksi duodenal khas mengalirkan cairan berwarna empedu (biliosa) dalam jumlah
bermakna.

Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa gas pada distalnya adalah
gambaran khas atresia duodenal.

Adanya gas pada usus distal mengindikasikan stenosis duodenum, web duodenum, atau
anomali duktus hepatopankreas. Kadang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf dengan
posisi pasien tegak atau posisi dekubitus. Jika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia
duodenum, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonograf

2.5 Pemeriksaan dan diagnosis

Pemeriksaan diagnostik

· Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda jika obstruksi tidak
lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.

· Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat suatu
gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam duodenum yang mengembung
naik ke puncak. Selain itu isi duodenum dapat membentuk satu garis batas permukaan saluran
udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian abdomen.

· Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat suatu
gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam deodenum yang mengembung
naik ke puncak. Selain itu isi deodenum dapat membentuk satu garis batas permukaan saluran
udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian abdomen

6
Diagnosis

· Dikonfirmasi dengan pemeriksaan x-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen


menunjukkan gambaran klasik “double bubble”. Pemeriksaan dengan kontras tidak diperlukan.

· Bila udara terlihat pada usus distal dari duodenum, obstruksinya incomplete,
mengarahkan pada stenosis duodenal atau malrotasi

· Malrotasi dengan volvulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak berbentuk
scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube

Komplikasi

· Pada peristiwa atresia duodenum ini biasanya akan diikuti adanya obstruksi-obstruksi
yang lain, seperti:

· Obstruksi lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan dua ujung
kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang
tidak bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim adalah jaringan “windscocle” yakni
suatu flap jaringan yang dapat mengembang yang terjadi karena anomaly saluran empedu.

· Atresia membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya terjadi di sebelah
distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.

· Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik seperti pancreas
anular atau oleh pita-pita laad pada penderita malrotasi.

2.6 Penatalaksanaan

· Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau
arogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.

· Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus dilakukan untuk
mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum mempunyai
anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.

· Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan mobati
anomaly lain yang berakibat fatal.
7

· Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus proksimal yang


melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltic

· Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan
nafas.

· Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan per oral.

· Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi diperlukan tanpa
boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal dipisahkan, seluruh usus
besar diletakkan di dalam perut sebelah kiri, setelah mula-mula membuang appendiks dan usus
halus diletakkan di sebelah kanan posisi janin tidak berputar (non rotasi).

· Apendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di kemudian hari.

· Memasang kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah bawah


obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik kateternya. Ini dilakukan jika terjadi
malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum intrinsic seperti membrane atau
stenosis.

· 10. Pada pancreas anular paling baik ditangani dengan duodenoduodenostomi tanpa
memisah pancreas, dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan yang tidak
berfungsi. Obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan diodenoplasti karena ada
kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara pada diafragma sendiri

1. Pemberian terapi cairan intravena

2. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan ketidakseimbangan


elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit melalui infus intravena. Lakukan
juga evaluasi anomali kongenital lainnya. Masalah terkait (misalnya sindrom Down) juga harus
ditangani.

Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak darurat.
Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini
berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan atas, meskipun dengan
perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum
dengan cara yang minimal invasif.
8

Indikasi operasi : Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi diindikasikan untuk
semua bayi yang mengalami kondis ini, karena malformasi ini dapat diperbaiki dengan
sempurna

Komplikasi

Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi, terutama bila tidak
terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut seperti
pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan motilitas usus, atau refluks
gastroesofageal

2.7 Penanganan bidan bila menemukan bayi atresia duodenum

Pada pengobatan awal bayi pada atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau orogastrik
dengan penggantian cairan secara intervena.

· Ekokardiogram dan fotorontgen dada serta tulang belakang harus dilakukan untuk
mengevaluasi anomaly yang lain anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.

· Koreksi definitive atresia avodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan mengobati
anomaly lain yang berakibat fatal.

· Duodoni Duodenostami adalah operasi perbaikan atresia duodenum, usus proksimal yang
telah melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltik.

· Pemasangan pipa gestratomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan
nafas.

· Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum frensencstomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan peroral.

· Jika obstruksi disebabkan oleh pipa lada dengan meliotosi operasi diperlukan tanpa boleh
ditunda setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal dipisahkan, seluruh usus besar
diletakkan didalam harus diletakkan disebalah kanan posisi janin tidak berputar (mal rotasi)

· Aapendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis kemudian hari.

· Memasang kateter nasagastik berujung balon ke dalam jejunum kesebelah obstruksi,


balon ditiup dengan pelan-pelang, menarik kateternya. ini dilakukan apabila terjadi malrotasi
yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum instrisik seperti membrane atau sterosis.
9

Pada Pancrease anilare paling baik ditangani dengan duodenoduoderostomi tanpa


memisahkan pancrease dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan yang
tidak berfungsi. obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan diadenoplasti karena ada
kemungkinan bahwa duktus koledafus dapat bermuara pada diafragma sendiri (Ngastiyah,
1997).

2.8 Asuhan Kebidanan

· Perbaikan keadaan umum dengan mengatasi muntah-muntah sebelum operasi.

· Berikan informed consent dan informena chace sebelum dilakukan rujukan atau tindakan
pembedahan.

2.9 Pencegahan

dicegah dengan suplementasi asam folat, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai
salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekul defisiensi asam folat
adalah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metilasi
protein dalam sel, baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan
biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.

ini juga bermanfaat untuk memperluas aspek pencegahan bagi kasus meningokel dan kelainan
neural tube defect pada umumnya, serta aspek pengobatan terhadap kasus defek tulang
kepala, bahkan sejak pasien masih berada di dalam kandungan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang baik. Atresia intestinal
merupakan obstruksi yang sering terjadi pada neonatus yang baru lahir. Atresia intestinal dapat
terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Atresia intestinal dapat terjadi pada berbagai tempat pada
usus halus. 50% kasus atresia intestinal terjadi pada duodenum

© Penyebab atresia duodenum :

Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5

© Gejala atresia duodenum:

1. Bisa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas

2. Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu (biliosa)

3. Muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

4. Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kecil

5. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium

© Masalah

1. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

2. Prematuritas

3. Anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal, CNS, dan


musculoskeletal
11

© Penatalaksanaan

1. Pemberian terapi cairan intravena

2. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

B. Saran

Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang kelaianan bawaan
dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum sebagai tambahan ilmu pengetahuan
dan bekal kita apabila sudah mengabdi dimasyarakat atau di tempat pelayanan kesehatan,
demi kesejahteraan neonatus.
12

DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.com/2014/12/kelompok-22-atresia-doudenum.html?m=1

https://www.halodoc.com/atresia-duodenum-kelainan-usus-yang-bisa-sembuh-dengan-operasi

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/atresia-bilier/
13

Anda mungkin juga menyukai