Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA (BILIER) DUKTUS

HEPATIKUS”

Disusun Oleh:

 Junedi. Rumadan (Nim : p2012077)


 Hostin. Mangar (Nim : p2012065 )

YAYASAN BANGUN PERSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PASAPUA AMBON PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
T/A.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Than Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II tentang “Asuhan Keperawata
Pada Anak Dengan Kasus Atresia (Bilier) Duktus hepatikus” makalah ini di ajukan guna
memenuhi tugas mata kulia

Kami mengucap terimah kasih kepada bapak dosen yang telah membimbing dan
semua pihak yag telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan pada waktunya
makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapka demi sempurnanya makalah ini. semoga makalah ini
memberikan informasi bagi semua dan bermanfaat untuk pengebangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ambon, 4 November 2022

penyususn
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................................

BAB I........................................................................................................................................

PENDAHULUAN....................................................................................................................

a. Latar Belakang.............................................................................................................
b. Rumusan Masalah........................................................................................................
c. Tujuan...........................................................................................................................

BAB
II ......................................................................................................................................

PEMBAHASAN......................................................................................................................

1. Anatomi dan fungsi sistem bilier..................................................................................


2. Definisi atresia bilier.....................................................................................................
3. Klasivikasi atresia bilier................................................................................................
4. Etiologi..........................................................................................................................
5. Manisfestasi klinis.........................................................................................................
6. Patofisiologi..................................................................................................................
7. Pemeriksaan..................................................................................................................
8. Penatalaksanaan..........................................................................................................
9. Komplikasi

BAB III....................................................................................................................................

ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................

A. Pengkajian.....................................................................................................................

BAB IV....................................................................................................................................

PENUTUP................................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
.
B. Saran..............................................................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia Billier adalah penyakit serius yang mana ini terjadi pada satu dari 10.000
anak-anak dan sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dan pada
bayi baru lahir Asia Dan Afrika-Amerika dari pada di kaukasia bayi baru lahir.
penyebab atresia billier tidak di ketahui, dan keperawatan hanya sebagian berhasil.
Atresia bilier adalah alasan paling umum untuk pencangkokan hati pada anak-anak di
Amerika serikat dan sebagian besar dunia barat (Santoso, Agus, 2010. Health
Academy).
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstra hepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu. jadi, Atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada
sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan
aliran empedu. akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penempukan garam empedu
dan peningkatan bilirubin direk. hanya tindakan bedah yang dapat mengatasi atresia
biler. bila tindakan bedah di lakukan pada usia 8 minggu, angka keberhasilanya adalah
86%, tetapi bila pembedahan dilakukan pada usia >8 minggu maka angka
keberhasilanya hanya 36%. oleh karena itu diagnostik atresia bilier harus di tegakan
sedini mungkin, sebelum usia 8 minggu (Dr. Parlin. 1991. Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu
Kesehatan Anak FK UI).
Kerusakan hati yang timbul karena Atresia bilier disebabkan oleh Atresia dari
saluran-saluran empedu yang bertanggung jawab untuk mengalirkan empedu dari hati.
Empedu di buat dari hati dan melewati saluran empedu dan masuk ke usus dimana ia
membantu mencerna makanan, lemak, dan kolestrol. Hilangnya saluran empedu
menyebabkan empedu untuk tetap di hati. ketika empedu mulai merusak hati,
menyebabkan jaringan perut dan hilangnya jaringan hati. akhirnya hati tidak akan dapat
bekerja dengan baik dan sirosis akan terjadi. Setelah gagal hati, pencangkokan hati
menjadi perlu. Atresia bilierdapart menyebabkan kegagalan hati dan kebutuhan untuk
transplatasi hati dalam 1-2 tahun pertama kehidupan.
B. Rumusan Masalah
 Apakah definisi dari Atresia Bilier ?
 Apa sajakah klasivikasi dari Atresia Bilier ?
 Apa sajakah faktor resiko dari Atresia bilier ?
 Apa sajakah etiologi dari atresia bilier ?
 Apa sajakah manisfestasiklinis dari atresia bilier ?
 Apa sajakah penatalaksanaan dari atresia bilier ?
 Apa sajakah komplikasi dari atresia bilier ?
 Bagaimana pengkajian pada klien dengan atresia bilier ?
 Bagaimana diagnosa pada klien dengan atresia bilier ?
 Bagaimana intervensi pada klien dengan atresia bilier ?

C. Tujuan
 Tujuan umum
Menjelaskan tentang konsep atresia bilier serta pendekatan asuhan keperawatanya.
 Tujuan kusus
1. Mengidentifikasi defenisi dari atresia bilier
2. Mengidentifikasi klasivikasi dari atresia bilier
3. Mengidentifikasi faktor resiko dari atresia bilier
4. Mengidentifikasi etiologi atresia bilier
5. Mengidetifikasi manisvestasiklinis dari atresia bilier
6. Mengidentifikasi pelaksanaan dari atresia bilier
7. Mengidentivikasi komplikasi pada atresia bilier
8. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan atresia bilier
9. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan atresia bilier
10. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan atresia bilier
BAB II
PEMBAHASAN

1. Anatomy Dan Fungsi Sistem Bilier


Sistem empedu terdiri dari organ-organ dan saluran (saluran empedu,
kandunganempedu, dan struktur terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi
empedu.
Ketika sel hati mengeluarkan empedu, yang di kumpulkan oleh sistem saluiran yang
mengalir dari hati melalui duktus hepatika kanan dan kiri. saluran ini akhirnya mengalir ke
duktus hepatik umum. duktus hepatika kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari
kantong empedu untuk membentuk saluran empedu umum, yang berlangsung dari hati ke
duodenum (bagian pertama dari usus kecil).
Namun, tidak semua berjalan dari empedu langsung ke duodenum. sekitar 50% dari
empedu yang di hasilkan oleh hati adalah pertama di simpan di kantong empedu, organ
berbentuk buah pir yang terletak tepat di bawah hati.
Kemudian, ketika makanan dimakan, kontrak kandung empedu dan melepaskan
empedu ke duodenum di simnpan untuk membantu memecah lemak.
Fungsi utama sistem bilier yang meliputi:
a. Untuk mengeringkan produk limbah dari hati ke duodenum.
b. Untuk membantu dalam pencernaan dengan pelepasan terkontrol empedu.

Empedu merupakan cairan kehijauan kuning (terdiri dari produk-produk limbah,


kolesterol, dan garam empedu) yang di sekresikan oleh sel-sel hati untuk melakukan dua
fungsi utama termaksud yang berikut:
a. Untuk membawah pergi limbah
b. Untuk memecah lemak selama pencernaan

Garam empedu adalah komponen aktual yang membantu memecah dan menyerap
lemak. empedu, yang di keluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran adalah apa yang
memberikan kotoran warna gelapnya coklat.

2. Definisi Atresia Bilier


Atresia biliar (Biliary Atresia) adalah suatu hambatan batan di dalam pipa/
saluran-saluran yang membawa cairan empedu dari lifer menuju ke kantong empedu.
ini merupakan kondisi kongenital, yang berarti terjadi pada saat kelahiran.
Atresia bilier merupakan kelainan yang berkisar dari hipoklasia segmental/
generalisatan saluran empedu dan atresia sampai oblitelasi lengkap. Duktus biliaris
ekstra/intra hepatik. Atresia billiary merupakan kelainan kongenital yang berhubungan
dengan kolangio hepatik intra uteri dimana saluran empedu mengalami fibrosis. proses
ini sering berjalan terus setelah bayi lahir sehingga kronosis umumnya buruk. atresia
billiary merupakan obstruksi total aliran empedu karena destruksi / tidak adanya saluran
/ sebagian saluran empedu ekstra hepatik. jadi Atresia billiary adalah suatu keadaan di
mana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.

pasien dengan atresia bilier dapat dibagi menjadi dua grup yakni:
 perinata lform (isolated billiary atresia)
65 kurang lebih 90% bentuk ini di temukan pada neonatal dan bayi berusia 2-8
minggu. inflamasi atau peredangan yang progresif pada saluran empedu ekstra
hepatik timbul setelah lahir. bentuk ini tidak muncul bersama kelainan kongenital
lainya.
 fetal emrionic form
10 kurqng lebih 35% bentuk ini di tandai dengan colestatis yang muncul amat
cepat , dalam 2 minggu kehidupan pertama. pada bentuk ini, saluran empedu tidak
terbentuk pada saat lahir dan biasanya dio sertai dengan kelainan kongenital lainya
seperti situs impersus, polisplenia malmutasi dan lain-lain.

3. Klasifikasi Atresia Bilier


Kasai menganjurkan klasifikasi atresia bilier sebagai berikut:
I. Atresia (sebagian atau total) duktus bilier komunis segmen progsimal paten
II. a. obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis, duktus sistikus,
dan kandung empedu semuanya normal).
b.obliterasi duktus bilier komonis, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus,
kandung empedu normal.
III Semua sistem duktus bilier ekstra hepatik mengalami obliterasi sampai ke filus.

Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat di operasi (correctable), sedangkan
tipe III adalah bentuk yang tidak dapat di operasi (non correctable), sayangnya dari semua
kasus atresia bilier, hanya 10% yang tergolong tipe I dan II

4. Etiologi
Etiologi atresia bilier masi belum di ketahui dengan pasti. atresia billiary terjadi antara
lain karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan krusakan progresif
pada duktus bilier ekstra hepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu. ada
juga sebagian ahli yang menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang di
kaitkan dengan adanya kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21 serta terdapatnya
annomalioragan pada 10-30% kasus atresia billiary.
beberapa anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier, seringkali memiliki
cacat lainya, di jantung, limpah atau usus.
Sebuah fakta penting bahwa atresia bilier bukan merupakan penyakit keturunan, kasus
atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar identik, di mana hanya satu anak yang
menderita penyakit tersebut. atresia bilier kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah
peristiwa yang terjadi selama hidup janin atau saat kelahiran. kemungkinan yang
“muncul” dapat mencakup satu atau kombinasi dari faktor-faktor predisposisi berikut:
a) infeksi firus atau bakteri
b) masalah dengan sistem kekebalan tubuh
c) komponen yang abnormal empedu.
d) kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
e) hepatocelluler dysfunction

5. Manisfestasi klinis
bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir, gejala penyakit ini
biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. gejala-gejala termasuk:
a) Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat tinggi
(pigmen empedu) tertahan di dalam hati dan akan di keluarkan dalam aliran darah.
joundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru
lahir. ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan.
seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus
berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir.
b) Urin gelap yang di sebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecah dari
hemoglobin) dalam darah. bilirubin kemudian di saring oleh ginjal dan di buang
dalam urin.
c) Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarna bilirubin yang masuk
ke dalam usus untuk mewarnai feses, juga perut dapat menjadi bengkak akibat
pembesaran hati.
d) penurunan berat badan, berkembang katika tingkat ikterus meningkat .
e) degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, icterus, dan
hepatomegali, saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang larut
dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defesiensi lemak larut dalam
air serta gagal tumbuh.

pada saat usia bayi mencapoai 2-3 bulan, timbul gejala berikut:
a) Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi
b) Gatal-gatal karena asam empedu yang menumpuk dan menyebar ke dalam aliran
darah yang menyebabkan kulit merasa gatal
c) Rewel
d) Splenomegali menunjukan sirosis yang progresif dengan hipertensi portal/ tekanan
darah tinggi pada vena portal (pembuluh darah yang mengangkut darah dari
lambung, usus dan limpah ke hati).

6. Patofisiologi
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu, dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan
traktus bilier ekstrahepatik juga menyebabkan obstruksi aliran empedu.
obstruksi saluran bilier ekstra hepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia
terkonjungasi yang di sertai bilirubinuria.
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. obstruksi total
dapat di sertai tinja yang alkoholik. penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik
adalah: sumbatan batu empedu pada ujung bawa duktus koledokus, karsinoma kaput
pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan cairan empedu balik ke hati. ini akan menyebabkan peradangan, edema
degenerasi hati. dan apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati. bahkan hati
menjadi fibrosis dan cirrhosis. kemudian menjadi pembesaran hati yang menekan vena
portal sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu ke luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus. akhirnya terbentuk
sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan,
edema dan degenerasi hati bahkan hati menjadi fibrosis, sirosis dan hipertensi portal
sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal,
bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan di keluarkan ke dalam aliran darah, yang
dapat mewarnai kulit dan dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning.

Genogram

7. Pemeriksaan Diagnosis
Belum ada satupun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya diandalkan untuk
membedakan antara kolestasis intrahepatik dan ektrahepatik. secara garis besar,
pemeriksaan dapat di bagi menjadi 3 kelompok :
1) Laboratorium rutin dan kusus untuk menentukan etiologi dan mengetahui fungsi
hati (darah, urin, tinja).
2) Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan menilai perenkim hati.
3) Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang diagnosis
atresia bilier.
8. Penatalaksanaan
1) Terapi medikamentosa
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang di hasilkan oleh hati terutama asam empedu
(asam litokolat).
2) Terapi Nutrisi
Terapi yang memungkinkan anak tumbuh dan berkembang seobtimal mungkin.
3) Terapi bedah
Kasai prosedur dan pencangkokan atau transpalasi hati.

9. Komplikasi
1) kolangitis
komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatik ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending colangitis.
2) Hipertensi portal
terjadi setidaknya pada dua pertiga anak-anak setelah pertoenterostomy.hal paling
umum yang terjadi adalah varises esofagus.
3) Hepatopulmonari syndrome dan hipertensi pulmonal
seperti pasien pada penyebab lain secara spontan (sirosis atau prehepatic hipertensi
portal) atau diperoleh (bedah) portosistemyc shunts, shunts pada arterivenosus
pulmo mugkin terjadi.
4) keganasan
Hepatocarsinomas, Hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat timbul pada
pasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis.skrining untuk keganasan
harus di lakukan secara teratur dalam tindak lanjut oasien dalam operasi kasai yang
berhasil.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
An M (laki-laki 7 bulan 4 hari) di bawah ke rumah sakit dengan keluhan satu bulan
pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna
pucat, air kencing berwarna gelap, demam, perut membesar, selalu rewel, Mual dan
muntah . dari hasil pemeriksaan di ketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan
kadar bilirubin dan hasil rontgen di dapatkan adanya pembesaran hati

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data demografi klien :
Nama : An. M
Umur : 7 bulan 4 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kradian kadipuro, Banjarmasin
Agama : Islam
Tgl MRS : 11 oktober 2012
Jam MRS : 16:00 WIB
Diagnosa : Atresia Bilier

b. Identitas penanggung jawab :


Nama : Tn. D
Umur : 40 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan/pekerjaan : SLTA / Wirasuasta
Hubungan dengan klien : Ayah klien

c. Keluhan utama :
Ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4’C)

d. Riwayat penyakit sekarang :


Demam selama 4 hari, rewel, mual muntah, perut klien buncit dan keras, kulit
tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.

e. Riwayat penyakit sebelumnya :


ayah klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami penyakit apapun
kecuali demam biasa
f. Imunisasi : HB-0 di berikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat bayi
berusia 1 bulan, polio oral di berikan bersamaan dengan DPT (I-III).
a) Status gizi : kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan
terutama vitamin larut lemak (A.D.E.K)
b) Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : klien An M
mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan
minuman, serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
c) Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual : klien An M
menunjukan karakter awal kepribadianya dengan menganalisi siapa
yang mengasuhnya, klien menyukai saat di gendong dan di ayun-ayun,
perilaku kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dengan
menggerakan jari tangan menggenggam ibu jari ibu yang berhubungan
emosi dengan orang tua, saudara (sibling), dan orang lain.

g. Riwayat Kesehatan keluarga :


a) Komplikasi keluarga : keluarga berperan aktif terutama ibu klien An M
dalam merawat klien.
b) Lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan sekitar rumah berada di
area perindustrian kimia.
c) Kultur dan kepercayaan : klien dan keluarnya menganut agama Islam
d) Presepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR meningkat > 40x/menit, suhu (38,4’C), penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
b. B2 (Blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, N meningkat 103x/menit
(tachicardi).
c. B3 (Brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai
koma.
d. B4 (Bladder) : perubahan warna urin dan feses
- urine : warna gelap, pekat
- feses : warna pucat, steatorea, diare
e. B5 (Bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan
makanan berbentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan BB/TB
(5,1 kg / 62 cm), dehidrasi, distesi abdomen, hepatomegali.
f. B6 (Bone) ; letargi, kelemahan otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas di
tekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin K), Oedem periver, juandice, kerusakan kulit.
3. Analisa Data

no Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS: Inflamasi yang progresiv Hypertermi
Ayah klien mengatakan tubuh
anaknya panas tinggi Kerusakan progresif pada
duktus bilier ekstra
DO: hepatik
Tubuh klien (Palpasi) teraba panas
(suhu tubuh meningkat 38,4’C) Mekanisme tubuh untuk
meningkatkan suhu tubuh

Hypertermi

2 DS: Pembesaran hepar Kekurangan


Ayah klien mengatakan kulit volume cairan
anaknya tampak berwarna kuning Distensi abdomen
(pucat)
D0: Perut terasa penuh
Penurunan turgor kulit
Nadi meningkat 103x/menit Mual muntah
(tachicardi).
Meningkat Cairan banyak yang
Intake = 700 ml/hari keluar
Output = 1000 ml/hari

4. Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktus bilier ekstrahepatik.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
(Noc) (Nic)
1 Hypertermi Tujuan : suhu Mandiri:
berhubungan akan kembali 1. Berikan kompres air 1. dapat membantu
dengan normal dalam biasa pada aksila, mengurangi demam.
inflamasi akibat 3x24 jam kening, leher dan 2. mengetahui adanya
kerusakan Kriteria hasil : lipatan paha. kemungkinan kenaikan
progresif pada suhu normal 2. pantau suhu minimal suhu secara mendadak
duktus bilier 36,5-37,5’c setiap 2 jam sekali 3. membantu mengurangi
ekstrahepatik. -nadi dan sesuai kebutuhan panas di tubuh
pernapasan 3. berikan pasien pakaian 4. memberikan rasa
dalam rentan tipis nyaman dengan
normal (N= < mengurangi keadaan
160X/menit, 4. manipulasi lingkungan panas akibat suhu
RR= seperti penggunaan pengaruh lingkungan
30-40X/menit) AC, kipas angin di gunakan untuk
Kolaborasi: mengurangi demam
Berikan obat anti piretik dengan aksi sentralnya
sesuai kebutuhan pada hipotalamus
2 Kekurangan (Noc) (Nic)
volume cairan Tujuan: setelah 1. berikan cairan IV 1. memberikan terapi
berhubungan di berikan (biasanya glukosa) cairan dan pergantian
dengan mual tindakan elektrolit. elektrolit
dan muntah. keperawatan di 2. awasi nilai 2. menunjukan hidrasi
harapkan intake laboratorium, contoh dan
dan ouput HB / Ht, nat, albumin. mengidentivikasikan
cairan menjadi retensi natrium / kadar
seimbang . protein yang dapat
kriteria hasil : 3. kaji tanda-tanda vital, menimbulkan
o Tanda- nadi perifer, pengisian membentukan edema
tanda vital kapiler, turgor kulit. 3. indikator volume
stabil awasi intake dan sirkulasi / perfusi
o turgor kulit output, bandingkan memberikan informasi
membaik dengan BB misalnya tentang kebutuhan
o pengisian muntah. penggantian cairan /
kapiler nadi efek terapi.
periver kuat
o pengeluaran
urine
individu
sesuai.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia bilier (billary atresia) adalah suatu hambatan di dalam pipa / saluran-saluran
yang membawa pipa empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder),
ini merupakan kondisi conganital, yang berarti terjadi saat kelahiran.
Etiologi atresia bilier masi belum di ketahui dengan pasti. sebagian ahli
mengatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang di kaitkan dengan adanya
kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21; serta terdapat anomali organ pada 30% kasus
atresia bilier. namun, sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah
akibat proses inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul dengan sehat ketika mereka lahir. gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup, gejala-gejala
seperti ikterus, jaundice urin gelap tinja berwarna pucat, penurunan berat badan dan ini
berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.

B. Saran
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan yang tepat
demi tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang obtimal bagi
penderita atresia bilier.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. (1992), Ilmu Kesehatan Anak Ed, 2. Jakarta:EGC. David.


(1994). Buku Ajaran Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Kumar, Robins cotran. (1999). Buku Saku Robins Dasar Patologi Penyakit Ed. 5.
Jakarta: EGC.
Markum, A. H. (1999). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai