Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

GANGGUANG FUNGSI HATI DAN GANGGUAN SALURAN EMPEDU

OLEH :

Ni Putu Yulia Mentari

P07134120139

IV C / D-III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan ”Makalah Gangguan Fungsi Hati
dan Gangguan Saluran Empedu” ini tepat pada waktunya. Saya sampaikan
terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan sehingga
makalah ini bisa tersusun. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk

i
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik Semester IV Program Studi D-III
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

Saya sampaikan terimakasih kepada bapak dan ibu dosen pengampu mata kuliah
Kimia Klinik yang telah berkontribusi dalam menambah wawasan dan
pengetahuan saya sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga saya harapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan lebih lanjut. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis.

Denpasar, 7 April 2022

Ni Putu Yulia Mentari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

a. Latar Belakang.........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................................2
c. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

a. Pengertian Hati........................................................................................................3
b. Pengertian Empedu..................................................................................................3
c. Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Hati.................................................................4
d. Factor Penyebab Gangguan Saluran Empedu.........................................................5
e. Pemeriksaan Laboratorium Gangguan Fungsi Hati.................................................6
f. Pemeriksaan Laboratorium Gangguan Saluran Empedu.........................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

a. Kesimpulan..............................................................................................................10

DARTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.
Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan
kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri
hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat
makanan yang diabsorbsi usus.Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak
lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang
dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari
sistem retikuloendotelial. Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme
glukosa dan lipid, membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil
pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter tetapi
menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati
dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik.

Empedu adalah organ berukuran kecil yang terletak di bawah organ hati.
Organ ini mampu memproduksi dan menyimpan cairan empedu yang berperan
penting dalam proses pencernaan, termasuk mencerna kolesterol yang terkandung
di dalam makanan yang dikonsumsi. Sebagian besar batu empedu berasal dari
endapan kolesterol yang akhirnya mengeras dan membentuk batu. Saluran
empedu, yang terdiri dari organ dan saluran yang menghasilkan dan menyebarkan
cairan empedu ke duodenum (usus kecil), adalah bagian penting dari system
pencernaan. Saluran yang terdiri dari hati, pankeras, duodenum, dan saluran
empedu umum serta perihilar ini juga dikenal sebagai pohon empedu atau system
empedu. Cairan empedu yang disekresi oleh hati memiliki peran penting dalam
pencernaan lemak. Pada awalnya, cairan ini disimpan dalam kantong empedu dan
ketika sistem pencernaan menemukan adanya lemak, cairan empedu ini kemudian
dikirimkan ke duodenum. Sayangnya, saluran empedu rentan terhadap segala
macam gangguan, seperti halnya bagian tubuh lainnya. Salah satu gangguan yang

1
paling umum terjadi adalah obstruksi/penyumbatan yang disebabkan oleh batu
empedu. Dalam kasus ini, empedu tidak dapat melepeskan cairan empedu ke
duodenum, sehingga muncul gangguan hati yang dapat menyebabkan gagal hati.
Namun, saluran empedu yang tersumbat juga dapat disebabkan oleh factor lainnya
seperti infeksi, jaringan parut, atau bahkan kanker. Masalah saluran empedu
lainnya yang tidak begitu umum terjadi namun biasanya menyerang anak-anak
adalah penyakit atresia bilier. Gangguan ini mungkin jarang terjadi, namun
gangguan ini merupakan penyebab utama dari kebanyakan kasus transplantasi hati
pada anak-anak di Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hati?


2. Apa yang di maksud dengan empedu?
3. Apa saja fakror penyebab gangguan hati?
4. Apa saja factor penyebab gangguan empedu?
5. Bagaimana pemeriksaan laboratorium gangguan fungsi hati?
6. Bagaimana pemeriksaan laboratorium gangguan saluran empedu?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu hati


2. Untuk mengetahui apa itu empedu
3. Untuk mengetahui factor penyebab gangguan fungsi hati
4. Untuk mengetahui factor penyebab gangguan saluran empedu
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan gangguan fungsi hati
6. Uttuk mengetahui bagaimana pemeriksaat gangguan saluran empedu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hati

Hati merupakan organ tubuh yang paling sering mengalami kerusakan apabila
terkena toksik. Zat toksik yang masuk kedalam tubuh akan mengalami peroses
detoksefikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati. Senyawa racun ini akan
diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Jika
jumlah racun yangmasuk kedalam tubuh relatif kecil atau sedikit fungsi
detoksifikasi baik, dalam tubuh tidak akan terjadi gejala keracunan. Namun,
apabila racun masuk ke hati dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
kerusakan struktur mikroanatomi hati (Jayati, 2015).

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2 - 1,8 kg atau 25%
berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas
abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat
kompleks. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
tranversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Permukaan anterior yang
cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform
yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri
(Sudoyo, 2010). Hati dibungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang disebut
kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Lobus hati tersusun olehunit-unit yang lebih kecil disebut dengan lobulus.
Lobulus terdiri dari sel-sel hati (hepatosit) yang menyatu dalam suatu
lempeng.Hepatosit dianggap sebagai unit fungsional hati. Sel-sel hati dapat
melakukan pembelahan sel dan mudah diproduksi kembali saat dibutuhkan untuk
mengganti jaringan yang rusak (Corwin, Elizabeth J. 2007).

2.2 Pengertian Gangguan Saluran Empedu

Kandung empedu merupakan sakus (kantong) yangberbentuk buah pir dan


melekat pada permukaan posterior hati oleh jaringan ikat. Kandung empedu
memiliki fundusatau ujung yang memanjang badan atau bagian utama, danleher
yang bersambung dengan duktus sistikus.Empedu adalah cairan dengan fungsi

3
yang tak terpisahkan dari sistem pencernaan manusia. Tanpa cairan ini dan
kantung yang menampungnya, proses penyerapan makanan tidak dapat berjalan
secara optimal. Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1000 ml/hari.
Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung
empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50%. Fungsi utama kandung
empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu yang dihasilkan hati.
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Empedu memiliki
peranan penting dalam sistem pencernaan dan sistem ekskresi manusia. Terutama
untuk membantu penyerapan lemak dan membantu hati mengeluarkan zat-zat
beracun dari dalam tubuh. Empedu merupakan cairan berwarna hijau kekuningan
yang mengandung pigmen bilirubin, biliverdin dan urobilin yang diproduksi dan
disekresikan oleh organ hati untuk kemudian disalurkan ke dalam duodenum
(usus dua belas jari).

2.3 Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Hati


1. Umur
Hati berfungsi sangat penting dalam metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Disamping itu juga memegang peranan besar dalam proses
detoksifikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin. Dengan meningkatnya usia
secara histologik dan anatomic akan terjadi perubahan akibat atrofi
sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga
menyebabkan penurunan fungsi hati (Wiarto, 2013). Salah satu
pemeriksaan fungsi hati adalah pemeriksaan SGPT menurut penelitian
Dewi (2016) diperoleh hasil kadar SGPT mengalami peningkatan pada
umur 39 – 78 tahun sebanyak 6 orang sedangkan pada umur 19 – 38 tahun
sebanyak 16 orang memiliki kadar SGPT normal.
2. Frekuensi konsumsi minuman beralkohol.
Menurut penelitian Nabila (2011), bahwa pemberian etanol dengan dosis
8gr/kg berat badan pada tikus wistar dapat meningkatkan kerusakan sel
hepar secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sebagian besar kerusakan jaringan sel hepar alkoholik kronik diakibatkan
oleh asetaldehid yang tertimbun di dalam hati dan dibebaskan ke dalam
darah setelah seseorang minum alkohol dalam jumlah besar.

4
3. Jangka waktu mengonsumsi minuman beralkohol
Pemakaian alkohol dalam jangka waktu lama dapat meginduksi
dan meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatakan aktivitas zat-
zat racun yang terdapat pada hati dan zat-zat yang dapat menimbulkan
kanker, menghambat pembentukan protein dan menyebabkan gangguan
fungsi hati (Wiarto, 2013).
4. Volume minuman alkohol yang dikonsumsi
Jika minum alkohol dalam jumlah banyak dapat menekan aktivitas
otak bagian atas, sehingga menghilangkan kesadaran. Alkohol yang
dikonsumsi setiap hari dapat menyebabkan penyakit salah satunya adalah
gangguan fungsi hati. Gangguan mekanisme dapat mengakibatkan
terjadinya pembengkakan dengan adanya kenaikan enzim transminase
yang diproduksi oleh hati yaitu SGPT (Conreng, 2014).
5. Jenis minuman alkohol yang dikonsumsi
Alkohol yang diminum akan cepat diserap ke dalam pembuluh
darah kemudian disebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh.
Semakin tinggi kadar alkohol dalam minuman maka akan semakin cepat
penyerapan kedalam darah di dalam hati dan alkohol akan dioksidasi
sehingga hati dapat mengalami gangguan seperti adanya kenaikan enzim
transaminase yaitu SGPT(Wiarto, 2013).

2.4 Apa Faktor Penyebab Gangguan Saluran Empedu

Beberapa factor resiko penyebab gangguan saluran empedu antara lain:

a) Jenis kelamin : Perempuan memilikki 2 – 3 kali mengalami batu empedu


dibandingkan pria
b) Usia : Setelah usia 40 tahun risiko mengalami Kolelitiasis meningkat 4 –
10 kali. Usia berkaitan erat dengan sekresi dan kejenuhan kolesterol.
c) Berat badan dan penyakit lain : Kondisi obesitas dengan BMI > 30 Kg/m²
dan penderita diabetes memiliki risiko yang besar terbentuknya
Kolelitiasis.
d) Kehamilan : meningkatnya kadar estrogen akan meningkatkan kadar
kejenuhan kolesterol dalam empedu.

5
e) Obat-obatan : Penggunaan obat yang mengandung estrogen pada terapi
sulih hormon (hormone replacement therapy) meningkatkan risiko
terbentuknya Kolelitiasis.
f) Penurunan berat bedan secara cepat : diet yang terlalu ketat menyebabkan
pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan pengeluaran
g) kolesterol dalam empedu meningkat serta memicu terbentuknya
Kolelitiasis.
h) Konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat yang berlebihan
menyebabkan timbulnya deposit Kolelitiasis.
i) Memilikki riwayat Kolelitiasis dalam keluarga.

2.5 Pemeriksan Laboratorium Gangguan Fungsi Hati

Menurut Rosida (2016) Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk


penapisan atau deteksi adanya kelainan atau penyakit hati, membantu
menengakkan diagnosis, memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari
etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya
diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsihati.

a. Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang dihasilkan oleh
hati. Fungsi albumin adalah mengatur tekanan onkotik, mengangkut
nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah dari tubuh.Apabila terdapat
gangguan fungsi sintesis sel hati maka kadar albumin serum akan menurun
(hipoalbumin) terutama apabila terjadi lesi sel hati yang luas dan kronik.
Penyebab lain hipoalbumin diantaranya terdapat kebocoran albumin di
tempat lain seperti ginjal pada kasus gagal ginjal, usus akibat malabsorbsi
protein, dan kebocoran melalui kulit pada kasus luka bakar yang luas.
Hipoalbumin juga dapat disebabkan intake kurang, peradangan, atau
infeksi. Peningkatan kadar albumin sangat jarang ditemukan kecuali pada
keadaan dehidrasi.
b. Globulin
Globulin merupakan unsur dari protein tubuh yang terdiri dari globulin
alpha, beta, dan gama. Globulin berfungsi sebagai pengangkut beberapa

6
hormon, lipid, logam, dan antibodi. Pada sirosis, sel hati mengalami
kerusakan arsitektur hati, penimbunan jaringan ikat, dan terdapat nodul
pada jaringan hati, dapat dijumpai rasio albumin : globulin terbalik.
Peningkatan globulin terutama gamadapat disebabkan peningkatan sintesis
antibodi, sedangkan penurunan kadar globulin dapat dijumpai pada
penurunan imunitas tubuh, malnutrisi, malababsorbsi, penyakit hati, atau
penyakitginjal.
c. Bilirubin
Bilirubin berasal dari pemecahan heme akibat penghancuran sel darah
merah oleh sel retikuloendotel. Akumulasi bilirubin berlebihandi kulit,
sklera, dan membran mukosa menyebabkan warna kuning yang disebut
ikterus. Kadar bilirubin lebih dari 3 mg/dL biasanya baru dapat
menyebabkan ikterus. Ikterus mengindikasikan gangguan metabolisme
bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit bilier, atau
gabunganketiganya.Pemeriksaan bilirubin untuk menilai fungsi eksresi
hati di laboraorium terdiri dari pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin
serum direk, dan bilirubin serum indirek, bilirubin urin dan produk
turunannya seperti urobilinogen dan urobilin di urin, serta sterkobilin dan
sterkobilinogen di tinja. Apabila terdapat gangguan fungsi eksresi
bilirubinmakakadar bilirubin serum total meningkat. Kadar bilirubin serum
yang meningkat dapat menyebabkan ikterik.
d. SGOT/SGPT
Enzim transaminase meliputi enzim alanine transaminase (ALT) atau
serum glutamate piruvattransferase (SGPT) dan aspartate transaminase
(AST) atau serum glutamate oxaloacetate transferase (SGOT).Pengukuran
aktivitas SGPT dan SGOT serum dapat menunjukkan adanya kelainan sel
hatitertentu, meskipun bukan merupakan uji fungsi hati sebenarnya
pengukuran aktivitas enzim ini tetapdiakui sebagi uji fungsi hati.Enzim
ALT/SGPT terdapat pada sel hati, jantung, otot dan ginjal.Porsi terbesar
ditemukan pada sel hati yang terletak di sitoplasma sel hati.AST/SGOT
terdapat di dalam sel jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, pankreas,
limpa dan paru. Kadar tertinggi terdapat did alam sel jantung. AST 30%

7
terdapat di dalam sitoplasma sel hati dan 70% terdapat di dalam
mitokondria sel hati. Tingginya kadar AST/SGOT berhubungan langsung
dengan jumlah kerusakan sel. Kerusakan sel akan diikuti peningkatan
kadar AST/SGOT dalam waktu 12 jam dan tetap bertahan dalam darah
selama 5 hari.Peningkatan SGPT atau SGOT disebabkan perubahan
permiabilitas atau kerusakan dinding sel hati sehingga digunakan sebagai
penanda gangguan integritas sel hati (hepatoseluler). Peningkatan enzim
ALT dan AST sampai 300 U/L tidak spesifik untuk kelainan hati saja,
tetapi jika didapatkan peningkatan lebih dari 1000 U/L dapat dijumpai
pada penyakit hati akibat virus, iskemik hati yang disebabkan hipotensi
lama atau gagal jantung akut, dan keruskan hati akibat obat atau zat toksin.
Rasio DeRitis AST/ALT dapat digunkanuntukmembantu melihat beratnya
kerusakan sel hati. Pada peradangan dan kerusakan awal (akut)
hepatoseluler akan terjadi kebocoran membran sel sehingga isi sitoplasma
keluar menyebabkan ALT meningkat lebih tinggi dibandingkan AST
dengan rasio AST/ALT <0,8 yang menandakan kerusakan ringan. Pada
peradangan dan kerusakan kronis atau berat maka keruskan sel hati
mencapai mitokondria menyebabkan peningkatan kadar AST lebih tinggi
dibandingkan ALT sehingga rasio AST/ALT > 0,8 yang menandakan
keruskan hati berat atau kronis.
e. ALP/GGT
Aktivitas enzim ALP digunakan untuk menilai fungsi kolestasis. Enzimini
terdapat di tulang, hati, dan plasenta. ALP di sel hati terdapat di sinusoid
dan memberan salauran empedu yang penglepasannya difasilitasi garam
empedu, selain itu ALP banyak dijumpai pada osteoblast. Kadar ALP
tergantung umur dan jenis kelamin. Aktivitas ALP lebih dari 4 kali batas
atas nilai rujukan mengarah kelainan ke arah hepatobilier dibandingkan
hepatoseluler.Enzim gamma GT terdapat di sel hati, ginjal, dan pankreas.
Padasel hati gamma GT terdapat di retikulum endoplasmik sedangkan di
empedu terdapat di sel epitel. Peningkatan aktivitas GGT dapat dijumpai
padaikterus obstruktif, kolangitis, dankolestasis. Kolestasis adalah
kegagalan aliran empedu mencapaiduodenum.

8
2.6 Pemeriksaan Laboratorium Gangguan Saluran Empedu

Pemeriksaan Billirubin Ini dilakukan untuk mengukur jumlah bilirubin dalam


darah. Tes ini bertujuan untuk mendiagnosis atau memantau perkembangan
penyakit kantung empedu dan pemeriksaan Endoskopi Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP) ERCP adalah prosedur yang menggunakan
kamera dan sinar-X untuk melihat masalah pada saluran empedu dan pankreas. Ini
membantu dokter mencari batu empedu yang tersangkut di saluran empedu

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hati merupakan organ tubuh yang paling sering mengalami kerusakan apabila
terkena toksik. Zat toksik yang masuk kedalam tubuh akan mengalami peroses
detoksefikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati. Sistem empedu terdiri
dari kantung empedu dan saluran yang terhubung dengannya. Kantung empedu
terletak di dalam rongga perut sebelah kanan, tepat di antara bagian bawah lobus
kanan dan lobus quadratus liver. Kantung empedu memiliki kapasitas
penyimpanan sebesar 30 – 50 mililiter. Dari tampak depan, bagian atas kantung
empedu tertutupi oleh liver. Sementara itu, bagian bawahnya berbatasan langsung
dengan bagian awal usus 12 jari. Untuk mencegah terjadinya suatu gangguan baik
itu pada hati maupun empedu maka kita harus selalu peka terhadap Kesehatan diri
sendiri. Jika terjadi hal yang mencurigai tanda-tanda gangguan hati dan empedu
sebaiknya segera memeriksakan diri ke laboratorium dengan dilakukannya tes
darah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rosida, A. (2016). Pemeriksaan laboratorium penyakit hati. Berkala


Kedokteran, 12(1), 123-131.
Pujiyanta, A., & Pujiantoro, A. (2012). Sistem Pakar Penentuan Jenis Penyakit
Hati dengan Metode Inferensi Fuzzy Tsukamoto. Jurnal Informatika, 6(1),
617-629.
Ginal, R. (2015). Efek Ekstrak Daun Tanaman Kayu Kuning (Arcangelisia
flava merr) Sebagai Pencegah Gangguan Fungsi Hepar Melalui
Pemeriksaan Kadar Bilirubin, Sgpt Dan Sgot Pada Serum Darah Tikus
Putih (Rattus norvegicus) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA)..
Ines, M. D. (2018). Karakteristik Pasien dengan Gangguan Fungsi Hati di
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2017.
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 4(1).

11

Anda mungkin juga menyukai