Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Patofisiologi Sistem Pencernaan


Penyakit Imunologi Pada Sistem Pencernaan
dr. Yanda Ardanta, M.Kes

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 4
PERTEMUAN 3,4
KELAS A TINGKAT 1 REKAM MEDIS INFORMASI KESEHATAN
SAL SABILAH 2213462030
AYUNDA PUTRI 2213462004
RABIATUL ADAWIYAH 2213462028
BEBETO PAKPAHAN 2213462005
ELFINA SIHOMBING 2213462010
DANIEL SAPUTRA PANDIANGAN 2213462009
FADDILAH AFIFAH NASUTION 2213462011

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah Yang
berjudul “patofisiologis dari penyakit Imunologi pada system pencernaan” dengan
baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan saya juga berterima
kasih pada Dr. Yanda Ardanta, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Pengantar
kodefikasi..

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak berterima kasih yang


sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
berharap untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 6 Maret 2023

Penulis
DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI ............................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1

C. TUJUAN MAKALAH ........................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENCERNAAN PADA MANUSIA………..................................................... 2


B. PENYAKIT IMUNOLOGI SISTEM PENCERNAAN..................................... 4
C. MENYUSUN PATOFISIOLOGI PENYAKIT IMUNOLOGI SISTEM
PENCERNAAN…………………………………………………………….... 5

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN................................................................................................... 10
B. SARAN ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengertian Sistem Pencernaan

Ketika makanan masuk ke dalam mulut, makanan-makanan tersebut akan melalui


berbagai proses agar bisa bermanfaat bagi tubuh manusia. Makanan akan diserap
nutrisinya, sehingga mampu menambah energi bagi tubuh untuk memulai aktivitas.

Inilah yang menjadi tugas utama dari sistem gastrointestinal atau pencernaan. Sistem ini
terdiri dari berbagai organ yang saling bekerjasama untuk mendorong makanan hingga
menyerap sari-sarinya ke dalam tubuh. Lalu sebenarnya apa pengertian dari sistem ini?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sistem pencernaan merupakan sistem
yang terdiri dari organ-organ seperti hati, usus, sampai pankreas. Dimana, fungsi utama
dari sistem ini yakni sebagai pengatur proses pencernaan makanan.

Proses pencernaan yang terjadi, berlangsung secara kimiawi dengan memanfaatkan enzim
yang ada pada setiap organ. Selain itu, proses pencernaan juga dapat dilakukan secara
mekanik, yakni memanfaatkan gerakan otot pada organ-organ pencernaan.
Dari kerjasama organ dengan beragam proses pencernaannya inilah, makanan bisa
dipecah menjadi ukuran kecil. Sehingga, makanan tersebut bisa tercerna dengan baik oleh
organ tubuh manusia.

Fungsi Sistem Pencernaan yang Perlu Diketahui

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sistem ini memiliki fungsi utama untuk
mencerna makanan yang masuk ke dalam tubuh. Makanan akan mulai diolah sejak
pertama kali masuk ke dalam mulut. Proses pencernaan inilah yang membuat makanan
dengan mudah diserap oleh tubuh.

Tidak hanya itu, fungsi dari sistem ini ada beragam, diantaranya sebagai berikut:

 Memotong makanan dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga mudah masuk ke dalam
mulut.
 Mengubah potongan makanan menjadi lebih halus, sehingga mudah diserap oleh sel-
sel tubuh.
 Menyerap nutrisi seperti vitamin, mineral dan gizi lainnya untuk dimanfaatkan sel
tubuh dalam berbagai aktivitas.
 Membantu tubuh memperoleh energi dan gizi untuk proses perkembangan sel tubuh.
 Membuang limbah makanan yang tidak digunakan oleh tubuh dalam bentuk feses.
Cara Kerja Organ Sistem Pencernaan

Sistem berarti susunan yang teratur dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengertian ini juga berlaku untuk sistem dalam pencernaan tubuh manusia.
Dimana, setiap organ memiliki fungsi tersendiri dalam proses pencernaan makanan.

Organ-organ tersebut saling bekerjasama dan membentuk sistem untuk melaksanakan


proses pencernaan ini. Secara umum, organ-organ dari sistem ini terbagi menjadi 6 jenis.
Berikut disajikan 6 jenis organ pencernaan beserta proses yang terjadi didalamnya.

1. Proses Pencernaan di Organ Mulut

Mulut adalah jalan utama masuknya makanan dan minuman. Organ pencernaan ini terdiri
dari deretan gigi dan lidah yang membantu proses pencernaan. Melalui mulut terjadi dua
proses pencernaan, yakni pencernaan mekanik dan kimia.

Ketika makanan memasuki mulut, makanan akan dipotong menjadi potongan yang lebih
kecil oleh gigi. Proses inilah yang disebut sebagai proses pencernaan mekanik.
Kemudian, air liur akan membasahi makanan dan terjadi proses pencernaan kimiawi.

Sebab, air liur membawa enzim amilase, yang dapat memecah kandungan karbohidrat
dalam makanan. Dengan bantuan lidah, makanan akan didorong hingga masuk ke dalam
kerongkongan. Lidah memiliki papilla yang berupa tonjolan untuk membantu mengetahui
rasa dari makanan yang dikunyah.

2. Proses Pencernaan di Kerongkongan

Organ sistem pencernaan selanjutnya adalah kerongkongan. Dalam organ pencernaan


yang satu ini, tidak terlalu banyak proses pencernaan yang terjadi. Proses yang
berlangsung juga cukup sederhana dan tidak membutuhkan enzim selama proses
berlangsung.
Kerongkongan sendiri merupakan saluran yang menghubungkan antara mulut dan
lambung. Di bagian ujungnya ada lipatan kecil yang disebut sebagai epiglotis. Bagian ini
menjadi pembatas antara saluran pernapasan dan pencernaan.

Selama berada di kerongkongan, makanan hanya mengalami proses pencernaan mekanik.


Proses ini terjadi ketika otot-otot kerongkongan bergerak untuk mendorong makanan.
Gerakan otot kerongkongan tersebut dinamakan sebagai gerakan peristaltik.

Jadi, ketika makanan berhasil dikunyah dan di dorong hingga ke kerongkongan, makanan
akan terus di dorong untuk masuk ke lambung. Di bagian ujung bawah kerongkongan ini,
terdapat otot berupa cincin yang disebut sebagai sfingter.

Otot tersebut membantu makanan tidak kembali naik ke kerongkongan. Biasanya, otot ini
akan melemah dan terbuka dengan mudah, ketika seseorang menderita penyakit asam
lambung atau gerd.

3. Proses Pencernaan di Lambung

Selama di lambung, makanan akan di proses secara mekanik dan kimiawi. Proses
mekanik terjadi ketika otot-otot lambung bergerak untuk mencerna makanan. Kemudian,
makanan akan dicerna lagi bersama enzim pencernaan dalam proses kimiawi.

Makanan yang telah diolah oleh lambung akan berukuran lebih kecil dan setengah padat.
Olahan lambung ini disebut juga dengan istilah kim. Selanjutnya, kim akan dibawa
menuju usus halus lewat otot sfingter yang terletak di antara lambung dan usus halus.

Kim tidak langsung dilepas secara bersamaan. Namun, proses pelepasan kim berlangsung
secara bertahap, sedikit demi sedikit. Jadi, makanan akan bertahan di lambung selama 4
jam, mulai dari proses pengolahan dan pelepasannya sampai masuk ke usus halus.

4. Proses Pencernaan di Usus Halus

Organ usus halus memiliki panjang kurang lebih 10 meter dengan lebar 2,5 meter. Bagian
dari usus ini terdiri dari usus dua belas jari atau duodenum, usus kosong atau jejunum,
serta usus penyerapan atau ileum. Setiap bagian usus halus berperan penting dalam proses
pencernaan makanan.

Bagian dindingnya terdiri dari tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk memperluas bidang
penyerapan. Selain itu, usus halus juga melakukan proses pencernaan kimia dengan
bantuan enzim yang diproduksi oleh kelenjar pada dinding usus halus.
Usus halus juga memanfaatkan enzim-enzim dari pankreas dan hati selama proses
pencernaan. Berbagai gizi yang terkandung dalam makanan akan terserap dengan baik
melalui organ satu ini.

5. Proses Pencernaan di Usus Besar

Setelah dari usus halus, proses sistem pencernaan dilanjutkan menuju usus besar.
Bagian organ ini memiliki panjang sekitar 5 meter hingga 6 meter. Fungsi utama dari
organ ini adalah menyerap air dari makanan yang sebelumnya tidak terserap di usus
halus.

Sama seperti usus halus, usus besar terdiri dari tiga bagian yakni, bagian sekum, bagian
kolon, serta rektum. Sekum adalah bagian pangkal usus besar yang menjadi penghubung
antara usus besar dan usus halus. Kemudian, makanan dibawa menuju kolon.

Selama di kolon inilah, makanan akan mengalami penyerapan air. Di usus besar juga
terjadi pembusukan oleh bakteri baik. Jika proses penyerapan sudah selesai, sisa makanan
akan dibawa menuju rektum. Bagian rektum sendiri adalah akhir dari usus besar yang
terletak sebelum anus.

Rektum berukuran 8 inci dan bertugas menerima sisa makanan dari usus besar. Apabila
terjadi kontraksi, sisa makanan akan segera dibuang melalui anus.

6. Anus

Bagian akhir dari proses pencernaan adalah anus. Organ ini terdiri dari otot-otot yang
mengontrol proses pengeluaran sisa makanan yang disebut feses. Anus berbentuk saluran
dengan ukuran 5,08 cm. Ketika rektum penuh, otot anus akan berkontraksi untuk
mengeluarkan feses.

Masalah Kesehatan pada Sistem Pencernaan


Organ-organ pencernaan tersebut, harus terjaga kesehatannya agar proses pencernaan
dapat berjalan dengan baik. Namun, siapa sangka jika organ pencernaan juga bisa
mengalami berbagai masalah kesehatan. Beragam faktor bisa menjadi penyebab masalah
kesehatan ini.

Jenis masalah kesehatan yang bisa dialami organ pencernaan pun beragam. Mulai dari
masalah ringan hingga serius. Berikut disajikan beberapa masalah kesehatan pencernaan
yang kerap ditemui, diantaranya sebagai berikut:

1. Diare

Masalah kesehatan ini ditandai dengan seringnya melakukan buang air besar. Biasanya,
tekstur feses yang dikeluarkan lebih encer. Hal ini bisa terjadi karena proses penyerapan
air di usus besar tidak berjalan dengan baik. Jadi, feses yang dikeluarkan masih banyak
mengandung air.

Selain itu, faktor lain seperti jenis makanan yang dikonsumsi juga bisa menjadi penyebab
utamanya. Jenis makanan pedas adalah makanan yang menjadi penyebab masalah satu
ini. Tidak hanya itu, masalah kecemasan juga bisa menjadi penyebab terjadinya diare.

2. Gerd

Gastreosophageal reflux disease atau gerd bisa terjadi ketika otot cincin di ujung
kerongkongan tidak bisa dikontrol dengan baik. Ketika otot ini terbuka, maka cairan di
lambung akan naik ke kerongkongan. Sehingga, penderitanya akan merasakan sensasi
panas dan terbakar.

Selain makanan, faktor penyebab penyakit ini adalah stress dan kondisi kehamilan.
Masalah kesehatan ini umumnya terjadi pada ibu hamil, sebab otot-otot pembatas
lambung dan kerongkongan sering terbuka karena pengaruh hormon.

Jika tidak diselesaikan dengan baik, gerd akan menyebabkan penyakit lainnya seperti
radang kerongkongan. Masalah ini juga akan membawa masalah kesehatan yang lebih
serius, jika tidak ditangani dengan baik.

3. Sembelit

Sembelit atau konstipasi adalah keadaan ketika proses buang air besar tidak berlangsung
selama beberapa waktu. Masalah kesehatan ini bisa terjadi karena penderita kekurangan
serat, sehingga feses sulit dikeluarkan.

Jika tidak ditangani, sembelit bisa membuat feses semakin menumpuk di saluran
pencernaan. Tentu saja hal ini sangat berbahaya, mengingat feses berisi sisa makanan
yang bisa saja mengandung racun. Jika dibiarkan menumpuk akan membahayakan
kesehatan pencernaan.

Cara Menjaga Kesehatan Pencernaan

Cara menjaga kesehatan sistem pencernaan adalah dengan memperhatikan makanan


dan pola hidup. Mengurangi stress dan pandai mengelolanya, juga bisa dijadikan salah
satu cara untuk mendapatkan pencernaan yang baik.

Adapun cara-cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan pencernaan, diantaranya
sebagai berikut:

 Mengkonsumsi makanan berserat, sebab serat membantu proses pencernaan berjalan


lancar.
 Mengkonsumsi makanan mengandung probiotik atau bakteri baik, seperti yoghurt dan
tempe.
 Memilih makanan yang mengandung lemak tak jenuh, contohnya telur, alpukat dan
kacang-kacangan.
 Banyak minum air putih.
 Tidak langsung tidur setelah mengkonsumsi makanan.
 Tidak lupa berolahraga agar tubuh tetap aktif bergerak.
Jadi, tujuan utama sistem pencernaan adalah membantu mengolah makanan yang
masuk ke tubuh. Sistem ini dibantu oleh organ-organ seperti mulut, lambung hingga usus.
Dengan adanya sistem ini, tubuh bisa menyerap nutrisi dari makanan yang masuk ke
tubuh.

Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian penyakit tersebut?
2. Jelaskan factor resiko penyakit tersebut?
3. Jelaskan gejala penyakit tersebut?
4. Jelaskan diagnose penyakit tersebut?
5. Jelaskan pengobatan penyakit tersebut?
6. Jelaskan pencegahan penyakit tersebut?

Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian penyakit tersebut
2. Menjelaskan factor resiko penyakit tersebut
3, Menjelaskan gejala penyakit tersebut
4. Menjelaskan diagnose penyakit tersebut
5. Menjelaskan pengobatan penyakit tersebut
6. Menjelaskan pencegahan penyakit tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

Patofisiologi Penyakit Imunologi Pada Sistem pencernaan

1. Inflammatory Bowel Disease

Inflammatory bowel disease (IBD) adalah kondisi medis yang terjadi karena adanya
peradangan pada saluran pencernaan. Kasus inflammatory bowel disease di Indonesia
memang masih jarang ditemukan. Namun, Anda tetap perlu mengenali inflammatory bowel
disease sebagai bentuk kewaspadaan.

Inflammatory bowel disease adalah salah satu jenis gangguan pencernaan yang dapat
menyebabkan penderitanya mengeluhkan beberapa kondisi, seperti diare, nyeri pada perut,
kehilangan nafsu makan, hingga BAB berdarah.

Mari kenali apa itu inflammatory bowel disease selengkapnya melalui pembahasan berikut
ini.

Apa itu Inflammatory Bowel Disease (IBD)?


IBD atau inflammatory bowel disease adalah peradangan yang terjadi pada saluran
pencernaan dan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini dapat dialami oleh
siapa saja, namun lebih sering terjadi pada seseorang berusia 15 sampai dengan 30 tahun.

Ada 2 jenis inflammatory bowel disease yang paling umum terjadi, yaitu:

 Kolitis ulseratif: kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terjadi pada kolon
(usus besar) dan rektum.
 Crohn’s disease: crohn’s disease adalah peradangan kronis yang terjadi pada
seluruh lapisan dinding sistem pencernaan, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, hingga rektum. Namun, crohn’s disease ini umumnya terjadi pada usus
halus.

Banyak orang menganggap IBD dan irritable bowel syndrome (IBS) adalah dua kondisi
medis yang sama karena menunjukkan gejala serupa, yaitu sakit perut dan diare. Padahal,
dua kondisi medis tersebut memiliki perbedaan yang signifikan.

Inflammatory bowel disease adalah kondisi medis yang termasuk ke dalam gangguan
organik dan telah menyebabkan kerusakan atau peradangan pada saluran pencernaan.
Sedangkan irritable bowel syndrome adalah suatu sindrom yang membuat penderitanya
merasakan keluhan pencernaan tertentu namun bukan diakibatkan dari kerusakan
fungsional saluran pencernaan.

Inflammatory bowel disease hingga kini belum bisa disembuhkan secara total. Akan tetapi,
tindakan medis tetap dibutuhkan dalam menangani inflammatory bowel disease untuk
mencegah terjadinya komplikasi penyakit serius lain.

Penyebab IBD

Penyebab inflammatory bowel disease hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun,
para ahli menduga penyebab utama dari inflammatory bowel disease adalah gangguan
sistem imun. Sistem imun dalam tubuh penderita inflammatory bowel disease akan
menyerang sel sehat ketika sedang melawan bakteri dan virus di dalam saluran pencernaan.
Hal tersebut membuat inflammatory bowel disease termasuk ke dalam kelompok penyakit
autoimun.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang diduga akan meningkatkan risiko
terjadinya inflammatory bowel disease pada seseorang, yaitu:

 Usia. Kasus inflammatory bowel disease lebih sering ditemukan pada seseorang
yang berusia di bawah 30 tahun.
 Ras kulit putih. Inflammatory bowel disease dapat dialami oleh berbagai kalangan
ras, namun hingga kini kasusnya lebih sering ditemukan pada orang ras kulit putih.
 Memiliki keluarga dengan riwayat IBD.
 Memiliki kebiasaan merokok.
 mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, naproxen
sodium, dan lain sebagainya.
 Stres berlebih.

Gejala IBD

IBD cenderung menunjukkan gejala yang beragam dan tergantung dari tingkat
keparahannya, mulai dari gejala ringan hingga serius. Namun, beberapa gejala umum
dari inflammatory bowel disease adalah sebagai berikut:

 Diare.
 Nyeri dan kram perut.
 Perut kembung.
 BAB berdarah.
 Kehilangan nafsu makan.
 Berat badan turun drastis tanpa penyebab yang jelas.
 Mudah lelah.
 Demam.

Komplikasi IBD

Inflammatory bowel disease dapat menimbulkan komplikasi penyakit apabila tidak


mendapatkan penanganan yang tepat, seperti:

 Kanker usus besar.


 Batu ginjal.
 Malnutrisi.
 Anemia.
 Osteoporosis.
 Fistula ani, yaitu kondisi medis berupa terbentuknya saluran tidak normal di antara
rektum dengan bagian ujung usus besar.
 Radang sendi, kulit, dan mata.
 Penggumpalan darah.

Cara Mengatasi IBD

Dokter akan melakukan beberapa tindakan medis untuk menangani inflammatory bowel
disease, di antaranya:

 Terapi obat. Beberapa obat yang biasa diresepkan oleh dokter untuk
mengatasi inflammatory bowel disease adalah obat antiradang, obat
imunosupresan, antibiotik, obat pereda nyeri, serta obat anti diare.
 Tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan akan dilakukan dengan mengangkat
seluruh usus besar dan rektum untuk menangani kolitis ulseratif. Sedangkan
tindakan pembedahan yang dilakukan untuk menangani crohn’ disease adalah
dengan mengangkat organ saluran pencernaan yang bermasalah serta
membersihkan nanah.
Dokter juga akan menyarankan penderita IBD untuk melakukan diet khusus sebagai upaya
pencegahan komplikasi malnutrisi. Pada kondisi serius, dokter akan menyuntikkan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh pasien ke pembuluh darah atau melalui selang makanan.

2. Kolitis Ulseratif

Definisi
Kolitis ulseratif adalah salah satu jenis penyakit radang usus (inflammatory bowel disease).
Kolitis ulseratif terjadi saat usus besar dan rektum mengalami peradangan. Peradangan
yang terjadi dapat menyebabkan sariawan kecil yang dikenal dengan luka atau ulkus pada
lapisan kolon. Peradangan biasanya dimulai pada bagian rektum dan menyebar ke atas.
Penyakit ini juga dapat melibatkan seluruh bagian dari usus besar. Peradangan
menyebabkan pergerakan usus besar menjadi lebih cepat dan kosong lebih sering. Ulkus
terbentuk dari sel-sel pada permukaan lapisan usus besar yang mati. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan dan mengeluarkan nanah dan lendir (mukus).
Angka kejadian penyakit kolitis ulseratif adalah 9-20 kasus per 100.000 orang per tahun
dan kebanyakan terjadi pada usia dewasa. Penyakit ini dapat menyerang pada seluruh usia,
namun kebanyakan kolitis ulseratif terjadi di antara usia 15-30 tahun. Di atas usia 50 tahun,
ada juga kejadian kolitis ulseratif dengan jumlah cukup banyak, biasanya pada laki-laki.

Penyebab
Penyebab yang diyakini oleh peneliti bahwa kolitis ulseratif dapat diakibatkan oleh sistem
pertahanan tubuh atau imun yang aktif berlebihan. Meskipun demikian, hal ini masih tidak
jelas terkait alasan beberapa sitem imun merespon dengan menyerang usus besar dan
bagian lainnya tidak diserang.

Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya kolitis ulseratif. Faktor-
faktor tersebut di antaranya:

 Genetik. Genetik dapat berperan sebab ada gen yang diturunkan dari orang tua dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kolitis ulseratif
 Kelainan sistem imun. Kelainan sistem imun tertentu dapat meningkatkan risiko
terjadinya kolitis ulseratif
 Faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti bakteri, virus dan antigen dapat memicu
sistem imun.

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kolitis ulseratif adalah:

 ada keluarga yang pernah mengalami kolitis ulseratif


 ras kulit putih
 penggunaan obat isotretinoin dalam pengobatan jerawat

Gejala

Gejala pada penyakit kolitis ulseratif bervariasi bergantung pada kondisi masing-masing
individu. Gejala dapat berubah sepanjang perjalanan waktu. Pasien yang mengalami kolitis
ulseratif dapat mengalami periode waktu dengan gejala yang ringan atau tanpa ada gejala
sama sekali. Hal ini dikenal dengan istilah medis yaitu remisi. Meskipun demikian, gejala
dapat kembali muncul dan dapat menjadi lebih berat. Kondisi ini dikenal dengan istilah
medis yaitu flare-up.
Beberapa gejala yang dapat muncul pada kolitis ulseratif adalah:

 nyeri perut
 tinja berdarah
 diare
 demam
 nyeri pada dubur
 penurunan berat badan
 malnutrisi

Selain itu, ada gejala lain yang mungkin dapat muncul yaitu:

 nyeri sendi
 bengkak pada sendi
 mual
 penurunan nafsu makan
 masalah kulit
 sariawan pada mulut
 peradangan pada mata.

Diagnosis
Diagnosis kolitis ulseratif adalah diagnosis yang dapat ditegakkan melalui wawancara
medis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang bila tersedia dan diperlukan
untuk dilakukan.

Pada wawancara medis, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan oleh pasien saat
ini. Gejala-gejala yang ada dapat mengarahkan ke suatu penyakit tertentu sehingga Anda
perlu mengutarakan gejala yang dirasakan selengkap mungkin dan disertai dengan sejak
kapan gejala tersebut mulai dirasakan.

Informasi ini penting bagi dokter dalam rangka menegakkan diagnosis medis tertentu.
Apabila gejala yang dirasakan mengarahkan ke penyakit kolitis ulseratif, maka dokter akan
melanjutkan ke pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan gejala yang
dirasakan oleh pasien sehingga dapat ditemukan beberapa tanda klinis yang adalah tanda
objektif yang didapatkan oleh dokter melalui pemeriksaan fisik.

Pada kasus kolitis ulseratif, dokter dapat menemukan adanya nyeri perut dan tinja berdarah
melalui pemeriksaan colok dubur.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang juga memiliki peran dalam menegakkan atau memastikan
diagnosis dari gagal ginjal akut.

 Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap untuk menilai apakah ada
anemia atau tidak.
 Pemeriksaan darah lainnya sebagai penanda peradangan yaitu C-reactive protein (CRP),
dan laju endap darah (LED)
 Pemeriksaan tinja dapat dipertimbangkan untuk menilai adanya penanda peradangan,
darah, bakteri, dan parasit
 Pemeriksaan CT-scan untuk menilai daerah perut dan pinggul
 Pemeriksaan endoskopi untuk menilai kondisi lambung, kerongkongan, dan usus halus
 Pemeriksaan kolonoskopi untuk menilai kondisi di dalam usus besar

Tata Laksana
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang kronis. Tujuan terapi adalah untuk menurunkan
peradangan yang menjadi penyebab dari gejala-gejala yang ada dan mendapatkan periode
remisi dalam waktu yang lama.

Obat-obatan yang diberikan bergantung pada kondisi medis yang diderita termasuk
seberapa parah kondisi yang dialami saat ini. Obat-obatan untuk mengurangi peradangan
dan pembengkakan dapat diberikan untuk gejala klinis yang ringan. Obat-obatan ini akan
membantu dalam meringankan banyak gejala yang diderita. Beberapa contoh obat yang
dapat diberikan adalah sulfasalazine, mesalamine, balsalazide, atau olsalazine.

Beberapa pasien mungkin membutuhkan kortikosteroid untuk membantu dalam


mengurangi peradangan namun memiliki beberapa efek samping sehingga penggunaannya
terbatas. Apabila terdapat infeksi, antibiotik dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada
penderita.

Obat-obatan yang termasuk di dalam golongan penekan imun atau imunosupresan dapat
diberikan pada pasien dengan gejala sedang hingga berat. Obat imunosupremen dibuat dari
antibodi dan membantu dalam menghentikan peradangan. Penggunaan obat-obatan ini
dapat membantu dalam mencegah gejala yang muncul kembali. Beberapa contoh obat yang
dapat diberikan adalah adalimumab, ustekinumab, infliximab, atau tofacitinib.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada kasus kolitis ulseratif adalah kanker kolon. Semakin
lama penyakit ini diderita, semakin besar kemungkinan munculnya kanker. Kolonoskopi
akan dipertimbangkan dan dilakukan apabila risiko tinggi kecurigaan terhadap kanker
kolon. Disarankan untuk dilakukan skrining setiap 1-3 tahun untuk menilai secara dini
apakah sudah ada kanker kolon pada pasien lama dengan kolitis ulseratif. Beberapa
komplikasi lain yang dapat muncul adalah:

 penebalan dinding usus


 perdarahan usus
 sepsis, atau infeksi darah
 dehidrasi berat
 ruptur kolon
 peradangan pada kulit, sendi, dan mata,
 toxic megacolon 'pembengkakan usus besar yang cepat'
 penyakit liver

Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada bukti yang jelas mengenai pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menghindari dari kolitis ulseratif. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang dapat
menurunkan risiko terjadinya kolitis ulseratif yaitu:

 konsumsi makanan dengan gizi seimbang


 menghindari merokok dan asap rokok
 menghindari minum alkohol
 berolahraga rutin sebanyak 3-5 kali per minggu selama 30 menit masing-masingnya
 cukup istirahat
 kelola stress
 tidur minimal 7-8 jam per hari

Kapan Harus ke Dokter?


Jika Anda mengalami perburukan gejala yang sudah ada seperti nyeri perut yang muncul
lebih berat, perdarahan pada saluran cerna yang ditandai dengan tinja berdarah, sebaiknya
Anda memeriksakan diri lebih lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD) atau
spesialis penyakit dalam konsultan gastro-entero-hepatologi (Sp.PD-KGEH).

Atau jika kolitis ulseratif dialami oleh anak Anda yang berusia kurang dari 18 tahun,
periksakan ke dokter spesialis anak (Sp.A) Dokter akan melakukan wawancara medis,
pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang tertentu untuk menetapkan diagnosis
pasti dari penyakit yang mendasarinya dan tata laksana yang tepat dan sesuai kebutuhan.

3. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn adalah radang saluran pencernaan akut dan kronis. Meskipun dapat
mempengaruhi jaringan dari mulut hingga anus, penyakit ini biasanya menyerang usus
kecil (ileum) - bagian yang paling dekat dengan usus besar. Oleh karena itu penyakit yang
ditemukan Burrill B. Crohn (1884-1983) dikategorikan sebagai penyakit radang usus.

Penyebab penyakit Crohn tidak sepenuhnya dipahami. Penyakit ini tampaknya terjadi
karena bakteri yang biasanya menghuni usus masuk ke jaringan di dalam dinding usus
dan memicu respons dari sistem kekebalan tubuh. Sel kekebalan kemudian menyerang
sel-sel dari dinding usus itu sendiri (suatu "autoimun" respons), menyebabkan tanda-
tanda dan gejala inflamasi yang dikenal sebagai penyakit Crohn.

Gejala
Gejala pertama penyakit Crohn biasanya sakit di perut pada pusar atau usus buntu di
bagian bawah sebelah kanan perut. Penyakit Crohn biasanya disertai dengan diare.

Selain itu, penyakit Crohn dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:


• perut tertekan dan kram
• anemia, atau rendahnya jumlah sel darah merah
• arthritis, dengan sakit sendi dan bengkak
• diare
• kelelahan
• demam
• kerusakan hati
• hilangnya nafsu makan
• kekurangan gizi, sebagai akibat dari kerusakan usus
• pendarahan anus
• kulit ruam
• gangguan visual

Diagnosis dini dan pencegahan komplikasi


Penyakit Crohn sering dikacaukan dengan sindrom iritasi usus besar, yang menyebabkan
keterlambatan diagnostik dan komplikasi.

Meskipun sayangnya tidak mungkin untuk mencegah timbulnya penyakit Crohn, penting
untuk melakukan intervensi dini melalui diagnosis yang benar dan untuk mencegah
komplikasi melalui pemantauan yang cermat.

Menjaga perkembangan penyakit di bawah kontrol membantu pasien untuk menjalani


kehidupan yang lebih teratur.

Diagnosis dini penyakit Crohn dan pencegahan komplikasi dicapai terutama melalui:

 tes darah
 analisis tinja;
 pemeriksaan perut non-invasif (USG loop usus, CT scan, MRI perut) dalam kasus
diare kronis, sakit perut, penurunan berat badan, dll. Pemeriksaan ini berfungsi
untuk mengevaluasi dinding usus, untuk menyingkirkan atau mendiagnosis
kemungkinan komplikasi.
Selain itu, ada pemeriksaan invasif – seperti gastroskopi atau kolonoskopi – yang
memungkinkan dokter untuk menilai kondisi mukosa usus secara langsung dan
menyelidiki, pada tingkat mikroskopis, apakah ada perubahan struktural pada jaringan.

Biopsi yang dilakukan secara berkala dapat membantu mencegah neoplasma usus.

Diagnosis Penyakit Crohn


Risiko penyakit Crohn meningkat karena faktor genetik, adanya gangguan sistem
kekebalan tubuh, kebiasaan merokok, dan riwayat infeksi penyakit. Deteksi dini perlu
dilakukan untuk mencegah komplikasi penyakit Crohn. Caranya dengan bicara pada dokter
untuk segera dilakukan diagnosis. Berikut langkah pemeriksaan penyakit Crohn untuk
penetapan diagnosis:

1. Pemeriksaan Awal

Dokter menanyakan gejala dan penyebab kemunculannya. Kondisi kesehatan diperiksa


untuk diagnosis penyakit Crohn, yaitu lewat pemeriksaan denyut nadi, suhu tubuh, tekanan
darah, dan pemeriksaan perut.

2. Pemeriksaan Darah

Tujuannya untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan darah dapat
mengetahui infeksi tubuh lain, seperti anemia yang rentan menyebabkan perdarahan
saluran cerna dan kekurangan gizi.

3. Pemeriksaan Feses

Penyakit Crohn ditandai adanya lendir dan darah pada feses, sehingga pemeriksaan ini
berfungsi mengetahui apakah gejala yang muncul disebabkan oleh parasit cacing gelang
atau kondisi lainnya.

4. Kolonoskopi

Kolonoskopi adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada usus besar dan
rektum. Caranya dengan memasukkan selang fleksibel yang dilengkapi kamera dan lampu
ke dalam usus besar melalui anus dan bagian akhir saluran cerna (rektum). Pengambilan
sampel jaringan (biopsi) dapat dilakukan pada prosedur ini. Tujuannya untuk melihat
perubahan sel - sel dinding saluran cerna secara mikroskopis.

5. Kapsul Endoskopi Nirkabel

Kamu diminta menelan kapsul yang masuk ke dalam usus kecil. Kapsul nantinya
memberikan gambar ke alat perekam. Kamu tidak perlu khawatir karena setelah beberapa
hari, kapsul keluar dari tubuh saat buang air besar.
6. CTE dan MRE

Keduanya singkatan dari computed tomography enterography. Tujuannya untuk


mendiagnosis penyakit Crohn pada usus halus. Prosedur ini menggunakan cairan kontras
diminum atau dimasukkan lewat hidung agar mencapai usus halus menggunakan selang.
Kemudian, usus halus dipindai menggunakan metode resonansi magnetik (MRE) atau
sinar-X (CTE).

Penyakit Crohn: perawatan


Tujuan umum dari perawatan yang tersedia saat ini untuk penyakit Crohn adalah untuk
'mematikan' peradangan usus untuk menginduksi remisi gejala dan mempertahankan
kondisi dalam jangka panjang.

Dalam kasus komplikasi yang parah dan ireversibel, pembedahan tetap menjadi
pendekatan utama.

Di antara kelas obat yang paling umum digunakan adalah imunosupresan, seperti
azathioprine, 6-mercaptopurine dan methotrexate, untuk mengurangi aktivitas sistem
kekebalan tubuh.

Berkat penelitian dalam beberapa tahun terakhir, kami memiliki terapi generasi terbaru
yang mampu mengganggu, dengan cara yang semakin spesifik, dengan proses inflamasi
dan autoimun yang menjadi ciri khas penyakit Crohn.

Salah satu contohnya adalah antibodi monoklonal seperti ustekinumab.

Cara terbaik untuk mengatur terapi


Selain pilihan obat yang paling cocok, penting untuk menentukan dosis terapi.

Untuk beberapa penyakit, seperti artritis reumatoid, diabetes, dan hipertensi, digunakan
strategi pengobatan-untuk-target, yang 'menyesuaikan' terapi dan peningkatan dosis
berdasarkan indikator dan pemantauan tertentu.

Lainnya bergantung pada penilaian klinis pasien dan dengan demikian pada gejala
mereka saja.

4. Celiac Disease (Non-Tropical Sprue)

Penyakit celiac (juga disebut non-tropical sprue, celiac sprue, intoleransi gluten, dan

enteropati sensitif gluten) adalah gangguan usus di mana tubuh tidak dapat mentolerir
gluten. Gluten adalah protein alami dalam banyak biji-bijian, termasuk gandum, jelai,

gandum hitam, dan oat.

Orang dengan penyakit celiac memiliki reaksi kekebalan yang dipicu oleh gluten. Reaksi

kekebalan menyebabkan peradangan pada permukaan usus kecil di mana ia merusak

struktur kecil - vili - di permukaan usus. Ini juga merusak tonjolan seukuran rambut yang

lebih kecil yang disebut mikrovili. Vili dan mikrovili yang sehat dibutuhkan untuk

pencernaan yang normal. Ketika rusak, usus tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik

dan Anda bisa kekurangan gizi.

Kecenderungan untuk mengembangkan penyakit celiac bersifat genetik (diturunkan).

Penyakit celiac paling umum di antara orang-orang keturunan Eropa utara. Penyakit

celiac tidak selalu dikenali karena gejalanya bisa ringan dan bisa disalahkan pada masalah

usus umum lainnya. Penyakit celiac dapat didiagnosis pada usia berapa pun.
Penyakit seliaka adalah kondisi autoimun karena sistem kekebalan tubuh sendiri merusak

vili usus, meski prosesnya diawali dengan mengonsumsi gluten. Orang dengan penyakit

celiac juga lebih mungkin mengembangkan penyakit autoimun lainnya, seperti penyakit

tiroid dan diabetes tipe 1. Beberapa kondisi sering muncul bersamaan dengan penyakit

celiac, termasuk dermatitis herpetiformis (ruam kulit yang gatal dan melepuh) dan

peradangan hati. Orang yang memiliki sindrom Down memiliki risiko lebih tinggi terkena

penyakit celiac daripada biasanya.

Gejala

Gejala dan tingkat keparahannya dapat bervariasi. Beberapa gejala berasal dari

peradangan di usus. Gejala lain datang dari kekurangan nutrisi, akibat kegagalan usus

Anda mencerna makanan dengan baik.

Anak-anak umumnya mengalami gejala hanya setelah mereka mulai mengonsumsi

makanan yang mengandung gluten.

Gejala umum meliputi:

Sakit perut

Gagal tumbuh secara normal (sering disebut “gagal berkembang”) atau keterlambatan

pertumbuhan

Penurunan berat badan

Perut kembung atau kembung yang menyakitkan

Tinja pucat, berbau busuk, berminyak

Diare kronis (tahan lama) atau berulang

Sifat lekas marah


Pada orang dewasa, gejalanya mungkin termasuk:

Diare kronis yang tidak membaik dengan pengobatan

Kotoran berbau busuk, berminyak, pucat

Gas

Perut kembung berulang

Penurunan berat badan

Kelelahan

Infertilitas, kurang menstruasi

Nyeri tulang atau sendi

Depresi, lekas marah atau perubahan suasana hati

Masalah neurologis, termasuk kelemahan, keseimbangan yang buruk, kejang, sakit

kepala, atau mati rasa atau kesemutan di kaki

Ruam kulit yang gatal dan nyeri (dermatitis herpetiformis)

Perubahan warna gigi atau hilangnya enamel, luka pada bibir atau lidah

Tanda-tanda kekurangan vitamin lainnya, seperti kulit bersisik atau hiperkeratosis (karena

kekurangan vitamin A), atau gusi berdarah atau mudah memar (karena kekurangan

vitamin K)

Diagnosa

Penyakit celiac akan menimbulkan gejala selama Anda terus mengonsumsi gluten. Jika

seseorang dengan penyakit celiac mengikuti diet bebas gluten yang ketat, ususnya bisa

sembuh dan penyakitnya bisa dikendalikan. Setiap paparan gluten dapat memicu

kambuhnya gejala.
Durasi yang Diharapkan

Penyakit celiac akan menimbulkan gejala selama Anda terus mengonsumsi gluten. Jika

seseorang dengan penyakit celiac mengikuti diet bebas gluten yang ketat, ususnya bisa

sembuh dan penyakitnya bisa dikendalikan. Setiap paparan gluten dapat memicu

kambuhnya gejala.

Pencegahan

Karena penyakit celiac adalah kelainan genetik dan karena gluten ditemukan di hampir

semua makanan, tidak ada cara praktis untuk mencegahnya. Jika itu terjadi, Anda dapat

menghentikan kerusakan usus dan menghilangkan gejala Anda dengan mengikuti diet

bebas gluten yang ketat. Meskipun tidak terbukti, beberapa ahli menduga bahwa jika

penyakit celiac terjadi pada keluarga Anda, Anda mungkin dapat menunda penyakit

tersebut untuk anak Anda sendiri atau mengurangi kemungkinan mereka terkena penyakit

tersebut dengan menyusui, sehingga Anda menunda pengenalannya. makanan lain untuk

diet bayi Anda.

Perlakuan

Perawatan yang efektif terdengar sederhana: Hilangkan saja gluten dari makanan Anda,

kerusakan usus akan sembuh seiring waktu, dan gejala Anda akan hilang. Namun, itu

lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Banyak produk mengandung gluten. Beberapa produk, terutama makanan siap saji,

mungkin tidak mencantumkan gluten sebagai bahannya. Saat ini ada banyak publikasi

online dan cetak untuk membantu penderita penyakit celiac menghindari gluten dalam

makanan mereka.
Berikut beberapa tip dasar untuk menghindari gluten:

Hindari sereal, roti, atau produk biji-bijian lain yang mengandung gandum, gandum

hitam, jelai, atau oat. Ini termasuk tepung putih atau gandum utuh (termasuk biskuit,

kerupuk, kue, dan sebagian besar makanan panggang lainnya), semolina, couscous, remah

roti, sebagian besar pasta, dan malt.

Hindari keju olahan, campuran keju, keju cottage rendah lemak atau bebas lemak atau

krim asam.

Hindari produk susu, seperti yogurt atau es krim yang mengandung bahan pengisi atau

aditif.

Hindari sup kalengan atau campuran sup.

Hindari sayuran krim.

Hindari produk yang mengandung pati makanan yang dimodifikasi, pati makanan, protein

nabati terhidrolisis, zat penstabil, atau pengganti atau pengganti lemak.

Hindari daging olahan atau olahan.

Hindari bir, gin, dan wiski.

Hindari kopi beraroma, susu malt, atau teh herbal dengan jelai malt.

Cari produk bertanda "bebas gluten". Semakin banyak perhatian diberikan pada penyakit

ini, semakin banyak produk yang tersedia.

Makanan yang tidak mengandung gluten antara lain produk yang terbuat dari kedelai atau

tepung tapioka, beras, jagung, soba atau kentang. Makanan bebas gluten lainnya termasuk

kacang-kacangan; ikan segar, daging atau unggas; sayuran segar, beku atau kalengan

tanpa saus; anggur; dan keju dan yogurt alami yang polos.

Bukti saat ini menunjukkan hingga 2 ons gandum setiap hari dapat ditoleransi dengan

baik oleh penderita penyakit celiac.


Kapan Memanggil Seorang Profesional

Temui ahli kesehatan Anda jika Anda mengalami diare kronis, kelelahan kronis, atau

penurunan berat badan yang tidak disengaja atau progresif. Gejala anak-anak yang paling

serius seperti gagal tumbuh kemungkinan besar akan ditemukan selama pemeriksaan

rutin. Anda harus menghubungi dokter anak Anda jika anak Anda mengalami penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan, sakit perut, diare berkepanjangan, perut

kembung berulang kali, atau sering sakit setelah makan.

Prognosa

Kebanyakan orang yang mengikuti diet ketat bebas gluten dapat mengharapkan gejala

membaik dalam beberapa minggu, dan kerusakan pada vili usus biasanya pulih dalam

beberapa bulan. Selama diet diikuti, penderita penyakit celiac harus dapat menjalani

hidup normal tanpa gejala lebih lanjut. Orang dengan penyakit celiac berisiko mengalami

gangguan autoimun lain. Orang dengan penyakit celiac juga memiliki peningkatan risiko

mengembangkan limfoma usus kecil, kanker usus kecil. Oleh karena itu, dokter Anda

harus mempertimbangkan kemungkinan ini jika muncul masalah atau gejala baru.

Jika tidak diobati, penyakit celiac dapat menyebabkan malnutrisi parah dan dapat

membuat Anda berisiko mengalami konsekuensi serius, termasuk osteoporosis (tulang

tipis), anemia, infertilitas, neuropati (kerusakan saraf), dan kejang.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Penyakit autoimun
Dugaan terkuat penyebab radang usus sejauh ini adalah penyakit autoimun. Kondisi ini
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan infeksi bakteri dan virus
malah menyerang jaringan tubuhnya sendiri, termasuk sel-sel di saluran pencernaan.
Pada penyakit radang usus, sistem kekebalan tubuh salah mengira bakteri baik
atau probiotik dalam usus yang berfungsi membantu mencerna makanan sebagai bakteri
yang berbahaya. Akhirnya, sistem imun tubuh menyerang usus yang dan terjadilah
peradangan.
Selain itu, beberapa ahli menduga radang usus terjadi karena adanya respons imun
terhadap infeksi bakteri atau virus yang berlebihan hingga merusak sel-sel tubuh yang
sehat.

2. Faktor genetik
Seseorang juga bisa mengalami penyakit radang usus bila ia mendapatkan gen penyebab
radang usus dari orang tuanya. Itulah mengapa seseorang dengan orang tua, saudara, atau
keluarga sedarah yang memiliki penyakit radang usus berisiko lebih tinggi mengalami
penyakit ini.

3. Faktor eksternal
Meski masih diperlukan penelusuran lebih lanjut, berbagai faktor lingkungan,
seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan penggunaan obat-obatan tertentu, diduga
memiliki peran yang besar terhadap terjadinya penyakit radang usus.
Selain itu, berbagai makanan dan minuman tertentu, seperti alkohol, minuman bersoda,
makanan berlemak seperti gorengan dan fast food, produk susu, kacang-kacangan, serta
makanan pedas, juga bisa meningkatkan risiko radang usus dan memperburuk gejala
penyakit ini.

4. Stres
Stres memang bukan penyebab radang usus secara langsung. Namun, stres merupakan
faktor yang memiliki andil besar dalam terjadinya gejala radang usus. Stres fisik dan
emosional yang berat juga diketahui bisa memperburuk kondisi penyakit ini.
Ketika stres, sistem imun tubuh akan merespons dengan mengeluarkan protein bernama
sitokin yang berfungsi untuk melawan infeksi. Pada orang dengan gen penyebab radang
usus, respons ini akan menyebabkan peradangan berlebihan pada usus, sehingga gejala
radang usus muncul atau bertambah parah.
Itulah beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab radang usus. Beberapa faktor
seperti keturunan memang tidak bisa dihindari. Namun, Anda bisa mengurangi risiko
kejadian radang usus dengan menjalani pola hidup sehat, seperti banyak minum air
putih, berhenti merokok, dan mengurangi stres dengan berolahraga teratur serta tidur
setidaknya 7–8 jam sehari.
Selain itu, jika Anda memang berisiko lebih tinggi terkena radang usus, jangan ragu
untuk berkonsultasi dengan dokter, apalagi jika Anda mulai mengalami salah satu
gejalanya. Semakin cepat perawatan atau perubahan pola hidup diterapkan, semakin besar
juga kemungkinan penyakit ini dapat dikendalikan.

SARAN
Kami yang menyusun makalah ini menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu segala bentuk kritikan dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan guna penyempurnaan makalah ini serta meningkatkan pemahaman akademis
kita bersama.

Anda mungkin juga menyukai