Anda di halaman 1dari 43

ANATOMI FISIOLOGI

Sistem Gastrointestinal atau Pencernaan

OLEH :

Kadek Sintyani (01)


Anak Agung Mita Utami (27)
Ni Nyoman Elisa Jayanti (15)
Ni Ketut Parni Jayanti (18)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2020/2021
i | Sistem Pencernaan
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah
melimpahkan rahmatnya dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang Anatomi Fisiologi sistem gastrointestinal atau pencernaan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya.

Semarapura, Agustus 2020

Penulis

ii | Sistem Pencernaan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................1

BAB II.PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pencernaan........................................................................................2


2.2 Organ-Organ Pada Sistem Pencernaan...........................................................................2
2.3 Kelenjar - kelenjar Pada Sistem Pencernaan................................................................33
2.4 Kelainan Pada Sistem Pencernaan................................................................................36

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................38
3.2 Saran.............................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................39

iii | Sistem Pencernaan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Agar makanan yang kita makan dapat
di serap di usus halus, maka makanan itu harus di ubah menjadi bentuk sederhana melalui proses
pencernaan, zat makanan yang mengalami proses pencernaan di dalam tubuh adalah karbohidrat,
protein, dan lemak. Sedangkan unsur-unsur mineral, vitamin, dan air tidak mengalami proses
pencernaan. .Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan
makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dapat di bedakan atas saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan.Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri
dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum),
usus besar (kolon), dan anus. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim-enzim yang membantu
proses pencernaan kimiawi. Kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu :

1 Apakah pengertian dari sistem pencernaan ?

2 Apa saja organ-organ sistem pencernaan manusia ?

3 Bagaimana proses pencernaan makanan di dalam tubuh ?

1 | Sistem Pencernaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Sistem pencernaan adalah proses menerima makanan, merubahnya menjadi energi dan
menegeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses
penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa –
sisa makanan melalui anus. Dalam pelaksanaan proses pencernaan makanan organ pencernaan
dibantu oleh enzim dan hormon yang prosesnya berbeda tiap organ dan mempunyai fungsi
masing-masing.

Berdasarkan prosesnya pencernaan makanan pada manusia terdiri dari proses


pencernaaan mekanis yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang
terjadi di lambung dan proses pencernaan kimiawi yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh
enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang bermolekul besar menjadi molekul
yang berukuran kecil. Setiap organ dalam sistem pencernaan manusia memiliki peranan penting
dengan fungsi yang berbeda-beda, misalnya mulut sebagai pintu masuk makanan dimana
makanan akan dikunyah secara mekanik oleh gigi dengan unsur kimiawi yang dimiliki oleh lidah
yang mengandung enzim amylase ( Ptyalin ) akan mempermudah proses sistem pencernaan
manusia dengan menghancurkan makanan menjadi serpihan yang lebih kecil, pada tahap
berikutnya menuju lambung disini makanan akan dipecah kembali dan diproses menjadi zat-zat
gizi yang selanjutnya diserap oleh tubuh melalui usus dan sirkulasi darah.

2.2 Organ Sistem Pencernaan pada Manusia

1. Mulut ( Oris )
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi, dan

2 | Sistem Pencernaan
bagian rongga mulut atau bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput
lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus
yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung
akhir saraf sensoris. Di dalam mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan,
yaitu: bibir, gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Dan di dalam ronggga mulut, makanan
menggalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi.

.    a.   Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu
memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-
enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama pertumbuhan
dan per-kembangan, gigi manusia mengalami perubahan dan perkembangan, gigi manusia
mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi
dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu (dens lakteus).  Pada anak berusia 6
tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut: Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8
buah, berfungsi memotong makanan. Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi

3 | Sistem Pencernaan
merobek makanan. Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi
mengunyah makanan. Struktur luar gigi terdiri atas bagian-bagian berikut:
a.       Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak dari luar.
b.      Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanamdi dalam rahang.
c.       Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung oleh gusi.

b.      Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur  dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa
makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah tersusun atas otot
lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar
lendir (mukosa).
Sebagai indera pengecap, pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa (papila).
Ada tiga bentuk papila, yaitu:
1.        Papila fungiformis
2.        Papila filiformis
3.        Papila serkumvalata
Lidah dapat merespon berbagai jenis dan macam rasa seperti rasa manis, rasa pahit, rasa
asam dan rasa asin. Kita dapat menikmati makanan danminuman karena adanya indra pengecap
ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian yang sebelah samping
untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis dan bagian lidah yang
belakang untuk rasa pahit.

c.       Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu sebagai berikut.
1.      Glandula parotis, kelenjar air liur dekat telinga. Kelenjar ini menghasilkan getah hanya
berbentuk air.
2.        Glandula submadibularis atau kelenjar ludah bawah rahang bawah.
3.          Glandula sublingualis atau kelenjar ludah bawah lidah.

4 | Sistem Pencernaan
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi di
dalam mulut. Setelah  makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara
kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan.
Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan
menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan
dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke
sistem pencernaan selanjutnya.

2. Faring

Faring (tekak) merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan


kerongkongan (esofagus)

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di
bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebrae servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah
berhubungan dengan esofagus.

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm, terbentang lurus
antara basis krani setinggi vertebra servikalis VI, ke bawah setinggi tulang rawan krinkoide,
bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari
dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-
unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.

Faring adalah tabung fibromuskular yang melekat pada dasar tengkorang di atas dan
berhubungan dengan esofagus di bagian bawah. Dinding faring terdiri atas lapisan ukosa,
fibrosa, dan muscular. Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Laringofaring ada dibelakang epiglotis dan laring dan berhubungan dengan
esofagus dibagian bawah.

5 | Sistem Pencernaan
Faring merupakan saluran musculo membranosa dari basis cranii yang berhubungan
dengan cavum timpani di sisi lateral. Faring mempunyai dinding musculomembranosa tidak
sempurna dibagian depan. Jaringan musculomembranosa nantinya akan diganti dengan apertura
nasalis posterior, isthmus faucium yang bermuara kedalam rongga mulut, dan aditus larynges.

a. Bagian-Bagian Faring

Berdasarkan letaknya, faring dibagi atas :


1). Nasofaring (pars nasalis)

Nasofaring merupakan bagian superior yang menghubungkan hjdung dengan faring.


Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole,
ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.

Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus
faring yang disebut osa Rosenmuller, kantong Ratkhe, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh nasofaring glosofaring,
nasofaring vagus dan nasofaring asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna. Bagian
petrosus os. temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.

2). Orofaring (parsoralis)

Orofaring merupakan bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan faring.

6 | Sistem Pencernaan
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah
adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, ke belakang adalah vertebra servikal.

Struktur yang terdapat di rongga orofaring, terdiri atas:

a) Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut. Gangguan
otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan
nasofaring vagus.

b) Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arcus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah muscle
konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu
ruang kecil yang dinamakan fosa supra tonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya
merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang
merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul yang sebenarnya bukan merupakan
kapsul yang sebenarnya.
c) Tonsil

Tonsil adalah massa yang tediri dari jaringan limfoid dan di tunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil
lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina
yang biasa disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil
biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan
mempunyai celah yang disebut kriptus.

Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam
kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.

7 | Sistem Pencernaan
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering disebut juga kapsul tonsil. Kapsul
ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.

Tonsil mendapat darah dari arteri palatina minor, arteri palatina asendens, cabang tonsil
arteri maksila eksterna, arteri faring asendens dan arteri lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di
dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah
anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara
klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus tiroglosus.

3). Laringofaring (Hipofaring)

Laringofaring (pars laringis) merupakan bagian inferior yang menghubungkan faring


dengan laring yang terbentang antara hioid sampai esofagus.

Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior adalah vertebra servikal. Bila
laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau
dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di
bagian dasar lidah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh
ligamentum glosoepiglotika medial dan lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga kantung pil.

Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega)
ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar
dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita
suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau
bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus
laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini
penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di faring dan laring pada tindakan
laringoskop langsung.

b. Otot-Otot Faring

8 | Sistem Pencernaan
Otot-otot pada faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu muscular constrictor pharyngis
superior, medius, dan inferior. Serabut dari ketiga bagian tersebut berjalan hampir melingkar.
Muscular stylopharingeus dan muscular salphingopharyngeus serabutnya berjalan dengan arah
hampir longitudinal. Kontraksi otot-otot ini dapat mendorong bolus kedalam esofagus. Serabut
paling bwah disebut muscular cricopharyngeus. Otot ini melakukan efek sfingter pada ujung
bawah faring sehingga dapat mencegah masuknya udara ke dalam esofagus saat gerakan
menelan.

Fungsi otot-otot faring :

Nama Otot Fungsi Persarafan

M. Constrictor Membantu palatum molle dalam menutup


Pharyngis Superior nasofaring , mendorong bolus kebawah

M. Constrictor
Mendorong bolus ke bawah Plexus
Pharyngis Medius
pharyngeu
M. Constrictor
Mendorong bolus ke bawah s
Pharyngis Inferior

M.
Sebagai sfingter pada ujung bawah laring
Cricopharyngeus

Nasofarin
M. g
Mengangkat laring selama proses menelan
Stylopharyngeus Glossopha
ryngeus

M.
Salphingopharynge Mengangkat faring Plexus
us Pharyngeu
M. Mengangkat dinding faring, menarik plica s
Palatopharyngeus palatopharyngeal ke medial

9 | Sistem Pencernaan
c. Fungsi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan artikulasi.

1). Fungsi Menelan:

Proses menelan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : fase oral, fase faringeal dan fase esophagus
yang terjadi secara berkesinambungan. Pada proses menelan akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

 Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik.

 Upaya sfingetr mencegah terhamburnya bolus selama fase menelan.

 Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi.

 Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laringe.


Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus
makanan kearah lambung.

 Usaha untuk membersihkan kembali esophagus.

a. Fase Oral

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan air
liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga mulut melalui
dorsumlidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsic lidah. Kontraksi muscle
levator veli palatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavant’s ridge) akan terangkat pula.

Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi
penutupan nasofring sebagai akibat kontraksi muscle levator veli palatine. Selanjutnya terjadi
kontraksi muscle paltoglossus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
muscle palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.

10 | Sistem Pencernaan
b. Fase Faringeal

Fase faringeal terjadi secara reflex pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan
dari faring ke esophagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi muscle stilofaring,
muscle tirohioid dan muscle palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga
sfingter laring, yaitu plika ariepligotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena
kontraksi muscle ariepliglotika dan muscle aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga
penghentian aliran darah ke laring karena reflex yang menghambat pernapasan, sehingga bolus
makanan akan meluncur kea rah esophagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam
keadaan lurus.

c. Fase Esophageal

Fase esophageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke


lambung.Dalam keadaan istirahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan
bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi relaksasi muscle krikofaring, sehingga
introitus esophagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esophagus. Setelah bolus
makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esophagus
pada saat istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks
dapat dihindari.

Gerak bolus makanan di esophagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi muscle
konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong
ke distal oleh gerakan peristaltic esophagus. Dalam keadaan istirahta sfingter esophagus bagian
bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8mmHg lebih dari tekanan didalam lambung
sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagalsfingter ini akan
terbuka secara reflex ketika dimulainya peristaltic esophagus servikal untuk mendorong bolus
makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat maka sfingter iniakan menutup
kembali.

Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.
Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula muscle salpingofaring dan

11 | Sistem Pencernaan
muscle palatofaring, kemudian muscle levator veli palatine bersama-sama muscle konstriktor
faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring muscle levator veli palatine menarik paltum
mole ke atas belakang hampIr mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh
tonjolan ( fold of).

Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu
pengangkatan faring sebagai hasil gerakan muscle palatofaring (bersama muscle salpingofaring)
dan oleh kontraksi aktif muscle konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja
tidak pada waktu yang bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap
pada periode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang
secaracepat bersamaan dengan gerakan palatum

3. Esofagus (Kerongkongan)

Kerongkongan (Esofagus) ini merupakan organ pencernaan berbentuk seperti tabung


berotot yang ini memiliki fungsi membawa makanan dari mulut ke lambung. Esofagus ini
mendorong makanan dengan sebuah gerakan hasil kombinasi kontraksi otot yang disebut dengan
gerakan peristaltik. Panjang esofagus pada orang dewasa ini sekitar 23 – 25 cm dengan lebar itu
sekitar 2 cm.

Kerongkongan (Esofagus) ini merupakan salah satu bagian organ pencernaan yang
terletak setelah faring serta sebelum lambung, dan juga berlekatan dengan trakea. Kata Esofagus
ini berasal dari bahasa Yunani yakni, “Oeso” yang berarti “membawa” serta “phagus” yang
artinya adalah “memakan”. Di dalam bahasa Indonesia, esofagus ini sering disebut dengan
kerongkongan. Di dalam kerongkongan ini makanan tersebut hanya lewat selama kurang lebih 6
detik. Setelah itu makanan tersebut kemudian akan didorong ke lambung. Dinding kerongkongan
terdiri dari 4 (empat) lapisan. Lapisan mukosa yang terletak di bagian di dalam dibentuk oleh
epitel berlapis (pipih) yang diteruskan ke faring di bagian atas serta kemudian mengalami
perubahan yang menyolok pada perbatasan kerongkongan-lambung, menjadi epitel selapis toraks
pada lambung. Mukosa kerongkongan di dalam keadaan normal memiliki sifat alkali (basa) serta
tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.

Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang menghasilkan mukus. Mukus ini
berguna untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan serta juga untuk melindungi

12 | Sistem Pencernaan
mukosa dari “cedera” akibat dari zat kimia. Lapisan otot di luar tersusun longitudinal dan di
dalam tersusun sirkular. Sepertiga atas kerongkongan adalah otot rangka. Sedangkan sepertiga
bawah adalah otot polos. Daerah peralihan tersebut terdapat di tengah dan juga mengandung otot
rangka serta otot polos.

Susunan otot-otot yang demikian itu menyebabkan kerongkongan tersebut bisa/dapat


melakukan gerakan otomatis kembang kempis. Gerakan tersebut disebut dengan gerak peristaltik
yang menyebabkan makanan tersebut dapat bergerak menuju lambung.

a. Struktur Esofagus (Kerongkongan)

Krongkongan (Esofagus) ini mempunyai struktur yang sama dengan organ pencernaan lainnya
seperti misalnya usus serta lambung. Struktur esofagus ini disusun oleh 4 dinding berikut (Dari
luar ke dalam), yaitu :

1) Lapisan Serosa

Ini merupakan lapisan terluar yang terdiri atas pembuluh darah, limfe serta saraf. Lapisan
serosa pada esofagus tersebut berupa jaringan ikat. Lapisan serosa ini mempunyai rongga-rongga
kecil tempat keluarnya cairan serosa yang memiliki fungsi sebagai pelumas gerakan otot.

2) Lapisan Otot

Lapisan otot pada esofagus ini adalah lapisan otot polos yang bekerja tanpa kita sadari.
Terdapat 2 jenis serabut otot, diantaranya serabut otot longitudinal (memanjang) serta serabut
otot sirkuler (melingkar). Kombinasi dari kontraksi kedua jenis otot ini akan menghasilkan

13 | Sistem Pencernaan
gerakan peristaltik usus yang memiliki fungsi untuk memecah makanan dan juga membawanya
ke organ pencernaan selanjutnya.

3) Lapisan Submukosa

Berupa lapisan jaringan ikat longgar yang berisi pembuluh darah, limfe, saraf serta
kelenjar lendir. Pembuluh darah di lapisan submukosa esofagus ini memegang peranan penting
di dalam mengedarkan makanan yang diserap.

4) Lapisan Mukosa

Lapisan mukosa disusun oleh sel epitel berlapis gepeng bertingkat serta jaringan ikat
tipis. Lapisan mukosa mempunyai sel goblet yang bisa menghasilkan lendir. Di dalam keadaan
normal, esofagus ini tidak tahan terhadap asam lambung yang sifatnya itu asam sehingga akan
terasa seperti rasa nyeri/seperti terbakar pada saat terjadi kelainan naiknya asam lambung itu ke
mukosa esofagus.

b. Bagian-Bagian Esofagus (Kerongkongan)

Kerongkongan (Esofagus) ini terbagi 3 bagian diantaranya :

1) Bagian Superior (1/3 atas esofagus)


sebagian besar otot penyusun esofagus tersebut pada bagian ini ialah otot rangka (bekerja
secara sadar/dapat dikendalikan).

14 | Sistem Pencernaan
2) Bagian Tengah (2/3 tengah esofagus)
ini terdiri dari otot campuran dari otot rangka serta otot halus.

3) Bagian Inferior (3/3 bawah esofagus)


otot penyusunnya ini merupakan otot halus yang bekerja tanpa kita sadari (tidak dapat
dikendalikan).

c. Fungsi Esofagus (Kerongkongan)

Adapun fungsi kerongkongan adalah :

1) Menyalurkan makanan dari mulut ke lambung

Ini ialah fungsi dasar dari kerongkongan. Di dalam leher manusia ini terdapat dua jenis
saluran diantaranya kerongkongan serta tenggorokan. Kerongkongan di dalam hal ini memiliki
fungsi sebagai pipa penyalur makanan dari mulut ke lambung, sementara itu tenggorokan ini
ialah saluran pernapasan yang tugasnya menghubungkan antara mulut dengan paru paru.

2) Menghasilkan Gerak Peristaltik

Di dalam kerongkongan, tentu saja makanan tersebut tidak begitu saja tersalurkan.
Terdapat otot-otot yang menghasilkan sebuah gerak peristaltik sehingga pada dindingnya itu
berkontraksi serta secara perlahan, makanan tersebut terdorong masuk ke lambung. Perlu untuk
diketahui, bahwa makanan ini hanyalah lewat saja tanpa mengalami proses pencernaan, yang
mana aktivitas pencernaan tersebut akan dimulai di lambung.

3) Mencegah Laju Isi dan Cairan Lambung

Lambung ini, disaat adanya proses pencernaan, ini akan menghasilkan suatu asam yang
kuat, yakni asam klorida dan juga berbagai enzim yang mempunyai tugas dalam membantu
proses pencernaan. Campuran tersebut dinamakan dengan asam lambung.

Terjadinya suatu penyempitan sfingter di kerongkongan tersebut, maka akan dapat atau bisa
mencegah masuknya cairan lambung itu ke kerongkongan akibat dari kadar asam lambung yang
naik.

15 | Sistem Pencernaan
4. Lambung

Lambung ialah salah satu dari suatu organ pencernaan makanan pada manusia. Lambung
berfungsi untuk menyimpan suatu makanan untuk sementara dan mengolah suatu makanan
tersebut agar bisa masuk ke usus kecil. Lambung mempunyai pH = 2 sehingga bersifat sangat
asam, sifat ini berfungsi agar lambung bisa menghancurkan suatu makanan dan membunuh
mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Sebuah dinding lambung disusun oleh 3
jenis otot, yaitu terdiri dari otot melingkar, memanjang, dan menyilang, sehingga padaa saat otot-
otot lambung ini berkontraksi akan terjadi gerakan memutar makanan yang disebut gerakan
peristaltik.

a. Bagian-bagian Lambung

1. Kardia

Kardia ialah suatu wilayah pertama dari sebuah lambung yang terletak dibawah/setelah
kerongkongan. karena itu, makanan akan memasuki kardia ketika meninggalkan kerongkongan
melalui sfingter esofagus bagian bawah.

2. Fundus

Fundus yaitu Dalam sebuah anatomi lambung, itu ialah bagian paling atas. Dimana suatu
gas dihasilkan Ketika pencernaan kimia terjadi di lambung,. Gas-gas ini akan terakumulasi
dalam fundus. Selain itu, fundus juga dapat menyimpan suatu makanan yang tidak tercerna

16 | Sistem Pencernaan
selama sekitar satu jam. Fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini
memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :

a. Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadi pepsin
dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang
penting.

b. Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan
untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.

c. Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini
mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhadap
kerusakan oleh HCL atau autodigesti.

3. Korpus

Korpus ini ialah suatu wilayah utama lambung yang terletak di pusat organ, dan disinilah
sistem pencernaan kimia makanan terjadi.

4. Pilorus (lubang antara perut dan usus)

Pilorus ialah bagian yang menghubungkan lambung ke usus kecil. pilorus Ini ialah bagian
di mana suatu makanan dikumpulkan dan dicerna sebelum memasuki sebuah usus kecil melalui
sfingter pilorus. Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan
mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

b. Lapisan Dinding Lambung

17 | Sistem Pencernaan
1. Mucosa

Mucosa ialah suatu lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti
enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan yang satu ini berbentuk seperti palung untuk
memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak suatu volume getah
lambung yang dapat dikeluarkan.

2. Submucosa

Submucosa ialah suatu lapisan dimana suatu pembuluh darah arteri dan vena dapat
ditemukan untuk menyalurkan suatu nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk
membawa suatu nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.

3. Muscularis

Muscularis ialah suatu lapisan otot yang membantu perut dalam sistem pencernaan
mekanis. Lapisan yang satu ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yaitu otot melingkar, memanjang,
dan menyerong.

4. Gerak Peristaltik (Gerak Menggelombang).

Gerak peristaltik ialah yang menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-


aduk/bergejolak. Lapisan terluar itu yaitu serosa yang berfungsi sebagai lapisan pelindung perut.

18 | Sistem Pencernaan
Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi suatu gaya gesekan yang
terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

c. Enzim-Enzim Yang Terdapat Dalam Lambung

Enzim di lambung berfungsi untuk memecah zat-zat dalam makanan, sehingga makanan
dapat dicerna dan diserap dengan baik oleh usus. Enzim pencernaan berfungsi untuk memecah
nutrisi di dalam makanan menjadi lebih kecil agar mudah diserap oleh tubuh. Lambung
menghasilkan enzim dan asam amino. Enzim yang dihasilkan lambung adalah pepsin dan renin.
Fungsi enzim dan asam lambung adalah :

1) Enzim pepsin, mengubah protein menjadi pepton.

2) Enzim renin, mengubah protein menjadi kasein (protein susu) dan mengendapkan
kasein susu.

3) Enzim lipase gastrik, mengubah lemak menjadi asam lemak.

4) Asam Lambung (HCL) berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin dan
membunuh mikroorganisme patogen yang masuk bersama makanan.

d. Persarapan dan Aliran Darah Pada Lambung

Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplay saraf parasimpatis untuk
lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan
ramus gastric, pilorik, hepatic dan seliaka.

Persarafan simpatis melalui saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum. Serabut-
serabut afferent simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus auerbach dan
submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasi
aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.

19 | Sistem Pencernaan
Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam
klinis adalah arteri duodenalis dan pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan
sepanjang bulbus posterior duodenum.

Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan.
Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain
saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.

e. Fungsi Lambung

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan
bergerak ke saluran pencernaan Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi, berikut fungsi
Lambung :

1) Fungsi motorik

a) Fungsi reservoir

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke
saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan
relaksasi reseptif otot polos yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.

b) Fungsi mencampur

Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah


lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

c) Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung di atur
oleh saraf dan hormonal.

d) Fungsi pencernaan dan sekres

20 | Sistem Pencernaan
Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL. Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh
protein yang di makan, peregangan antrum, rangsangan vagus.Sekresi factor intrinsik.
Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.Sekresi mucus. Membentuk
selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih
mudah untuk diangkut.

f. Proses Pencernaan Makanan Di Lambung

1. Proses Mekanik

Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut
disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik. Gelombang
ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan
menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di
fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu jam
atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan
air liur tetap berlanjut.

Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai
dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi
tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave menekan
sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua
makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit
lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan
lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.

2. Proses Kimiawi

Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa,
pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide antara
asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah
menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang
sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa.

21 | Sistem Pencernaan
Pepsin disekresikan menjadi bentuk inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat
mencerna protein di sel-sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah
menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan
oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin
diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan getah
lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida rantai
pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik
pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa.

Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas)
ke dalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting
dalam mencerna susu. Renin dan Calium bereaksi pada susu untuk memproduksi curd.
Penggumpalan mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum
(bagian pertama dari usus halus). Renin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.

g. Pengaturan Sekresi Dan Gerak Lambung

1. Fase sefalik

Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai
akibat melihat, mencium, memikir atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya
oleh saraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi.

Sinyal neurogenic yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat
nafsu makan. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya,
kelenjar gastrik dirangasang mengeluarkan asam HCl, pepsinogen dan menambah mucus. Fase
sefalik mengahasilkan sekitar 10% dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan
makanan.

2. Fase gastrik

Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi yang terjadi pada
antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding
lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui aferen vagus dan kembali ke lambung

22 | Sistem Pencernaan
melalui eferen vagus, impuls – impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara
langsung juga merangsang kelenjar – kelenjar lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan
kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk sekresi. Pelapasan gastrin
juga dirangsang oleh PH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan
dan alcohol.

Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.Fase sekresi gastrin menghasilkan lebih
dari 2/3 sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total
sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2000 ml.

3. Fase Intestinal

Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sekresi
lambung ini di duga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah di cerna
sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormone yang
menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan lambung. Tetapi, peranan usus kecil
sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih besar.

Pengaruh otak pada manusia, pengelihatan, bau, dan pikiran mengenai makanan
meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini disebabkan oleh reflex terkondisi saluran cerna
yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai
separuh dari jumlah asam yang disekresikan sebagai respon terhadap makanan normal.

h. Kontraksi Lapar

Otot-otot lambung jarang tidak aktif. Segeralah setelah lambung kosong, dimulai
kontraksi peristaltik yang ringan. Perlahan-lahan intensitasnya meningkat setelah lebih beberapa
jam. Kontraksi yang lebih hebat dapat dirasakan, dan malahan dapat dirasakan sebagai sakit
ringan. Kontraksi lapar ini dihubungkan dengan kesan lapar, dan diduga merupakan pengatur
penting bagi nafsu makan.

Sebenarnya rasa lapar dan rasa kenyang itu diatur oleh otak, berada pada suatu organ
kecil di otak yang disebut dengan “hipotalamus”. Rasa lapar dan kenyang kita diatur berdasarkan
informasi keadaan kecukupan zat makanan di dalam tubuh kita. Pada saat tubuh kita kekurangan

23 | Sistem Pencernaan
zat gula maka pusat otak untuk rasa lapar akan terangsang. Begitu juga sebaliknya bila tubuh kita
dalam keadaan kecukupan zat gula, maka pusat kenyang di otak akan terstimulasi.

Beda ambang rangsang di pusat otak inilah yang menyebabkan perbedaan banyaknya
makan setiap orang. Selain itu rangsangan bau makanan serta “gambar” makanan yang tercipta
dari visualisasi mata akan menyebabkan rangsangan pusat lapar lebih banyak. Ditambah lagi
memori otak yang menyimpan tentang enaknya rasa makanan juga akan merangsang pusat lapar
otak.

Hal diatas kemudian menjadi pertimbangan bagi para ahli khususnya ahli bedah saraf
tentang kemungkinan mengatur pusat lapar di otak. Pengetahuan dan penelitian sudah
membuktikan bahwa bila pusat lapar dirangsang maka kita akan merasa lapar dan bila pusat
kenyang dirangsang maka kita akan merasa kenyang pula. Oleh sebab itu saat ini sedang
dikembangkan cara untuk merangsang pusat lapar dan kenyang otak yang baik dan tepat.

Pusat-pusat kontrol ini sangat kecil dan terletak di antara pusat-pusat pengatur lainnya.
Salah rangsang maka akibatnya bisa tidak baik atau bahkan fatal. Teknik-teknik stereotaktik dan
ablasi dengan radiofrekuensi terus dikembangkan oleh ahli bedah saraf untuk bisa menyelesaikan
masalah obesitas ini. Besarnya rangsangan juga terus diteliti agar didapatkan angka yang paling
tepat untuk masing-masing orang.

i. Pengosongan Lambung

Kecepatan lambung mengosongkan isinya ke dalam duodenum bergantung pada jenis


makanan yang di makan. Makanan yang mengandung karbohidrat meninggalkan lambung dalam
beberapa jam. Makanan yang kaya akan protein akan meninggalkan lambung lebih lambat, dan
pengosongan lebih lambat setelah makanan yang mengandung lemak.

Kecepatan pengosongan lambung juga bergantung pada tekanan osmotic zat yang masuk
ke dalam duodenum. Hiperosmolalitas isi duodenum dirasakan oleh “Osmoreseptor duodenum”
dan mencetuskan penurunan usaha pengosongan lambung melalui saraf.

Pada pengaturan pengosongan lambung, antrum, pillorus dan duodenum bagian atas
tampaknya berfungsi sebagai suatu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh kontraksi berurutan

24 | Sistem Pencernaan
daerah pillorus dan duodenum. Di antrum, kontraksi parsial di depan isi lambung yang sedang
bergerak maju akan mencegah masuknya massa padat di duodenum dan isi lambung yang akan
di campur dan di hancurkan.

Isi lambung yang lebih cair dialirkan sedikit demi sedikit ke dalam usus halus. Secara
normal, regurgitasi dari duodenum tidak terjadi karena kontraksi segmen pillorus cenderung
menetap sedikit lebih lama daripada kontraksi duodenum. Pencegahan regurgitasi ini juga dapat
di sebabkan oleh stimulasi cek dan skretin pada sfingter pillorus.

5. Usus Halus

Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan
usus besar. Usus halus (Intestinum minor) adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya sekitar 6 m, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan.. Fungsi usus halus yaitu
Menerima zat-zat rnakanan yang sudab dicerna untuk diserap melalu i kapiler- kapiler darah dan

25 | Sistem Pencernaan
saluran-saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam amino,dan karbohidrat diserap
dalam bentuk emulsi, lemak.

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum) :

a. Usus dua belas jari (duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Duodenum merupakan tabung
berbentuk C dengan panjang perkiraan 25 cm (10 inch) Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum.Usus dua belas jari memiliki pH yang normal berkisar sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

Dinding dari duodenum terdiri atas 4 lapisan. Lapisan pertama adalah lapisan mukosa
dengan muskularis mukosa, lamina propia serta epitel. Lapisan kedua adalah jaringan ikat
submukosa dengan kelenjar duodenal (Brunner). Lapisan ketiga adalah dua lapis otot polos pada
muskularis eksterna. Lapisan terakhir adalah serosa peritoneum visceralis.

b. Usus Kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Jejunum
diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya
berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”. Pada orang dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, di mana 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Lapisan bagian dalam
mukosa jejunum ditandai dengan adanya banyak lipatan menonjol yang mengelilingi lumennya
26 | Sistem Pencernaan
(plika sirkularis). Karakteristik unik jejunum adalah adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan
vasa recta yang lebih panjang dibandingkan dengan yang ada di ileum.Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili). Vili merupakan mukosa yang mengalami
modifikasi. Diantara vili terdapat intervillous space. Setiap vili berisi inti yaitu lamina propria ,
serabut otot polos yang menonjol dari muskularis mukosa ke vili, dan pembuluh limfatik sentral
yaitu lacteal. Diantara vili-vili terdapat kelenjar intestinal. Di dasar kelenjar intestinal terdapat sel
paneth yang merupakan kelenjar eksokrin memproduksi lisozim. Sel paneth juga memiliki fungsi
fagositosis dengan demikian sel ini memiliki fungsi penting untuk mengontrol flora mikroba
pada usus halus

c. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia) illeum memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu Dibandingkan dengan jejunum,
ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan-lipatan mukosa (plika sirkularis) yang lebih
sedikit dan kurang menonjol, vasa recta yang lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak,
dan lebih banyak arcade arteriae.

6. Usus Besar

27 | Sistem Pencernaan
Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter, dan lebarnya
5 – 6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, lapisan Jaringan ikat.

Fungsi usus besar, terdiri dari:

1. Menyerap air dan makanan.


2. Tempat tinggal baktert koli.
3. Tempat feses.
Bagian dari usus besar yaitu kolon asenden, kolon tranversum, kolon descenden, rectum dan
sigmoid.

Makanan yang tidak dicerna diusus halus, misalnya selulosa bersama dengan lendir akan menuju
ke usus besar menjadi fases. Dalam usus besar juga terdapat bakteri escherichia coli. Bakteri ini
membantu dalam proses pembusukan sisa makanan. Bakteri e.coli juga menghasilkan vitamin K.
Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah.

Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu mulai dari usus buntu (apendiks), bagian
mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus. Didalam usus besar fases di dorong secara
teratur dan lambat oleh gerakan pristalsis menuju ke rektum (poros usus). Gerakan pristalsis
dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar). Pada saat buang air besar otot sfingeres dianus di
pengaruhi oleh otot lurik (otot sadar). Jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan
adanya konstrasi otot dinding perut yang di ikuti dengan mengendurnya otot sfingeter anus dan
konstraksi kolon serta rektum, akibatnya feses dapat terdorong keluar anus.

7. Rektum dan Anus

28 | Sistem Pencernaan
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood, 2001). Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Hati

29 | Sistem Pencernaan
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita,warnanya cokelat,dan
beratnya kurang lebih setengah kilogram.Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen
disebelah kanan bawah diafragma.Hati terbagi atas 2 lapisan utama yaitu : permukaan atas
berbentuk cembung,terletak dibawah diafragma,dan permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan fisura transversus.

Fisura Longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dinagian atas hati,selanjutnya
hati dibagi menjadi 4 belahan yaitu : lobus kanan,lobus kiri,lobus kaudata,dan lobus
quadratus.Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.Arteri
hepatica,keluar dari aorta dan memberi seperlima darah pada hati,darah ini mempunyai
kejenuhan 95%-100%,masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan
kapiler vena,akhirnya keluar sebagai vena hepatica.Vena porta,yang terbentuk dari lienalis dan
vene mesentrika superior mengantarkan empat per lima darahnya ke hati.Darah ini mempunyai
kejenuhan 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limfe dan usus.Guna darah ini
membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.Besarnya kira-
kira berdiameter 1 mm.Satu dengan yang lain terpisahkan oleh jaringan ikat yang membuat
cabang pembuluuh darah ke hati,cabang vena porta arteri hepatika dan saluran empedu
dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta.Darah berasal dari vena
porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobules disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid
darah atau kapiler hepatica.Pembuluh darah halus berjalan diantara lobules hati,disebut vena
interlobular.Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk kedalam bahan lobules yaitu vena
lobuler.Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lainyang disebut dengan vena
sublobuler,yang satu sama lain membentuk vena hepatica dan langsung masuk kedalam vena

30 | Sistem Pencernaan
kava inferior.Empedu dibentuk dalam sela-sela kecil didalam sel hepar melalui kapiler yang
halus/korekuli.Bahan-bahan termasuk glikogen lemak,vitamin,zat besi,vitamin yang larut dalam
minyak,atau lemak disimpan di hati.Hati membantu mempertahankan suhu tubuh karena luasnya
organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung sehingga mengakibatkan darah
banyak mengalir melalui organ ini yang menaikkan suhu tubuh.Perlekatan peritoneal dan
ligamentum hati :

1. Ligamentum falsiformis,merupakan lipatan peritoneum berlapis ganda berjalan ke atas


dari umbilikalis menuju ke hati berjalan ke permukaan anterior dan superior hati.
2. Ligamentum teres hepatis,berjalan masuk ke fisura yang terdapat ke permukaan
visceral hati,bersatu dengan cabang kiri vena porta.
3. Ligamen venosum,suatu pita fibrosa yang merupakan sisa duktus venosus melekat
pada cabang kiri vena porta,duktus venosus tertutup menjadi pita fibrosa.
4. Omentum minus,berasal dari tepi porta hepatis dan fisura yang melewati ligamentum
venosum dan berjalan kebawah menuju kurvatura minor lambung.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Hati
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

. Kandung Empedu

31 | Sistem Pencernaan
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2
fungsi penting yaitumembantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012;
Pearce, 2007; Sherwood, 2001).Bagian-bagian dari kandung empedu :

1. Fundus Fesika felea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir setelah
korpus vesika velea.
2. Korpus vesika felea, bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisi getah
empedu.
3. Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran pertama
masuknya getah empedu ke dalam kandung empedu.
4. Duktus sistikus, panjangnya kurang lebih 3 ¾ berjalan dari leher kandungan empedu
dan bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
5. Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
6. Duktus koledokus, saluran yang membawa empedu ke duodenum

Getah empedu merupakan suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang
dihasilkan setiap hari 500-1000 cc,sekresinya berjalan terus-menerus,jumlah produksi
meningkat sewaktu mencerna lemak.

Pankreas

32 | Sistem Pencernaan
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari).Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu Asini yang menghasilkan enzim-enzim
pencernaan, dan pulau pankreas yangmenghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang
dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan
cara menetralkan asam lambung (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood,
2001). 9. Hati Hati merupakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati,
hepar. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa Anatomi
Fisiologi 100 fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Hati juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih
besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan
proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zatzat gizi, darah
dialirkan ke dalam sirkulasi umum (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood,
2001).

2.3 Kelenjar-Kelenjar Pencernaan Manusia

Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim. Enzim


pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Berikut adalah kelenjar pencernaan pada
manusia.

1. Kelenjar Ludah (Parotis)

33 | Sistem Pencernaan
Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di
bawah telinga, sebelah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva).
Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikis yang membayangkan makanan tertentu serta
refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam mulut. Saliva mengandung enzim ptialin
atau amilase ludah. Kelenjar liur atau kelenjar ludah pada mamalia adalah kelenjar eksokrin,
yaitu kelenjar yang mempunyai saluran sendiri, yang memproduksi air liur. Kelenjar ini juga
menyekresi amilase, enzim yang memecah karbohidrat menjadi maltosa. Kelenjar ini pada
manusia terdapat di bawah lidah. Produksi air ludah dapat terganggu apabila terjadi dehidrasi,
panas dalam, atau disebabkan oleh suatu penyakit (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce,
2007; Sherwood, 2001).  ANATOMI FISIOLOGI  101

2. Kelenjar Submandibula

Kelenjar Submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di rahang bawah, di atas
otot disgatrik. Produksi sekresinya adalah campuran serous dan mukous dan masuk ke mulut
melalui duktus Wharton. Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70% saliva di
kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar
tubuloasiner bercabang. Bagian sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-
sel seromukosa mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah.
Sel-sel pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim
lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.

34 | Sistem Pencernaan
3. Kelenjar Sublingua

Kelenjar Sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah di dekat
kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk ke kavum oral keluar dari kelenjar
ini.Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.

4. Kelenjar Liur Minor

Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kavum oral di dalam lamina
propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini biasanya merupakan sejumlah asinus
yang terhubung dalam lobulus kecil. Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali
Kelenjar Von Ebner) dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan
saliva. Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.Kelenjar Von Ebner
terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan serous yang memulai
hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen esensial indra perasa.

5. Kelenjar Lambung

Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsin, enzim renin dan asam
klorida (HCl). Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung.
Sekresi atau pengeluaran asam lambung dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan yang masuk
ke dalam lambung, serta dipengaruhi oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding
lambung. Produksi asam lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.

6. Kelenjar Pankreas

Kelenjar pankreas terletak di rongga perut di dekat lambung. Pankreas menghasilkan


enzim pencernaan yang dialirkan menuju duodenum, yaituenzim amilase, enzim tripsinogen,

35 | Sistem Pencernaan
enzim lipase dan NaHCO3. Sekresi enzim dari pankreas dipengaruhi oleh hormon sekretin.
Hormonsekretin dihasilkan oleh duodenum pada saat makanan masuk duodenum (usus dua belas
jari). Pankreas memiliki kelenjar endokrin dan eksokrin. Bagian yang predominan adalah
kelenjar eksokrin, yang terdiri atas kelompok-kelompok sel sekretorik seperti anggur yang
membentuk kantung-kantung (asinus). Kelenjar endokrinnya terdiri atas pulau-pulau Langerhans
yang tersebar di seluruh pankreas. Kelenjar eksokrin pankreas menyekresikan enzim pankreas,
oleh sel-sel asinus. Enzim proteolitik berupa tripsinogen, kimotripsinogen, dan
prokarboksipeptidase.Tripsinogen merupakan bentuk inaktif yang ketika disekresikan ke lumen
duodenum akan diaktifkan oleh enterokinase di usus halus menjadi tripsin. Tripsin kemudian
mengubah kemotripsinogen dan prokarboksipeptidase menjadi kimotripsin dan
karboksipeptidase. Tiap-tiap enzim proteolitik tersebut menyerang ikatan peptida yang berbeda.
Produk akhir yang dihasilkan adalah campuran asam amino dan rantai peptida pendek. Amilase
pancreas mengubah polisakarida menjadi disakarida maltosa. Amilase disekresikan dalam bentuk
aktif karena tidak membahayakan sel-sel sekretorik.Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida
menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu 103 satuan lemak yang dapat diabsorbsi.
Defisiensi enzim pankreas menyebabkan maldigesti lemak yang serius, sehingga dapat
menimbulkan steatorea (kelebihan lemak pada feses).Alkali encer, oleh sel-sel duktus yang
melapisi duktus pankreatikus. Cairan alkalis ini kaya akan NaHCO3. Fungsinya untuk
menetralkan kimus yang asam dari lambung, karena enzim-enzim pankreas bekerja dengan baik
pada pH netral atau sedikit basa (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood,
2001).

2.4 Kelainan Sistem Pencernaan

36 | Sistem Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan.Gangguan-gangguan ini antara lain adalah
diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, hingga infeksi usus buntu (apendisitis). Berikut
adalah gangguan dan kelainan sistem pencernaan manusia.

1. Parotitis atau penyakit gondong

Parotitis adalah penyakit yangdisebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air ludah di
bagian bawah telinga akibatnya kelenjar air ludah menjadi bengkak atau membesar.

2. Xerostomia
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai dengan
rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat makanan kurang tercerna
dengan baik.
3. Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih
dalam satu hari (24 jam). Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau
organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya
air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

4. Konstipasi (Sembelit)

Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena feses keras atau
kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor psikogenik, kurang
aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat dan abnormalitas usus.Sembelit terjadi jika kim
(bubur makanan) masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap
usus, maka feses menjadi keras dan kering.

5. Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan
permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung

37 | Sistem Pencernaan
menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut.
Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

6. Gangguan Lain

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain yaitu peritonitis, yang
merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat
makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa
nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang
disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat
makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung.
Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula
apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,

38 | Sistem Pencernaan
penelanan dan pencampuran) dengap enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris)
sampai anus.

Makanan mengalami proses pencernaan agar dapat di serap oleh usus. Proses pencernaan
adalah proses perubahan makanan dari bentuk kasar (kompleks) menjadi bentuk yang halus
(sederhana) sehingga dapat diserap usus. Proses pencernaan pada manusia dibedakan menjadi
pencernaan secara mekanik dan pencernaan secara kimiawi. Pencernaan secara mekanik yaitu
mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi halus. Sedangkan pencernaann secara kimiawi,
yaitu pencernaan dengan bantuan enzim.

Fungsi saluran pencernaan untuk memproses makanan dan memilah zat yang terkandung
oleh tubuh untuk dijadikan energi.

3.2 Saran

Menjaga asupan makanan penting dilakukan karena secara tidak langsung menjaga
saupan makanan menjaga sistem pencernaan dari gangguan yang timbul dari asupan makanan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fried, George H. and George j. Hadamenos. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Pearce, C, Evelyn, 1999, Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

39 | Sistem Pencernaan
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC

Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

40 | Sistem Pencernaan

Anda mungkin juga menyukai