Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus.
Serumen merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi
apokrin dari glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi
dan rambut.
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan
sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen
obsturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus).
Sumbatan serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan
fungsi pendengaranmenyebabkan rasa tertekan/ penuh pada telingavertigo, dan
tinnitus.Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis
kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental,
adanya benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih
dalam saat mencoba membersihkan telinga

1.2 Rumusan Masalah

Apa itu impaksi serumen?

Apa penyebab terjadinya impaksi serumen?

Apa saja pemeriksaan penunjang dari impaksi serumen?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui itu impaksi serumen

Untuk mengetahui penyebab terjadinya impaksi serumen

Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari impaksi serumen

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat


penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu (Mansjoer, Arif:1999)

Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga.
Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar
liang telinga. Impaksi Serumen adalah penumpukan serumen pada kanalis
eksternus dalam jumlah dan warna yang bervariasi. (Rospa Hetaria, 2011)

Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat


penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu (Bruner & Sudarth, 2002)

Jadi impaksi serumen adalah gagguan pendengaran yang disebabkan oleh


penumpukan serumen di liang telinga dalam jumlah, warna dan tekstur yang
bervariasi

2.2 Etiologi

Adanya Impaksi serumen ada beberapa factor antara lain:

1. dermatitis kronik pada telinga luar

2. liang telinga sempiT.

3. produksi serumen terlalu banyak dan kental

4. benda asing diliang telinga.

5. terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek


telinga)

2
2.3 Patofisiologi

Dermatitis merupakan penyakit kulit yant terjadi pada kulit lapisan dermis.
Dermatitis yamg terjadi pada telinga menyebabkan serumen tidak dapat
dikeluarkan karena adanya krusakan kuliit,akibatnya serumen terjadi penumpukan
.

Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan


otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan
serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit
pendengaran. usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api,
jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa
menyebabkan infeksi. Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam
saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-
kacangan.

3
PATWAY

Cara membersihkan serumen (kotoran ) salah

Penumpukan serumen

Serumen mengeras/membatu dan menekandinding

Telinga

NYERI

Perubahan persepsi sensori laserasi kulit dan

trauma membrane timpani

getaran pembran timpaniterganggu

GANGGUAN PENDENGARAN

4
2.4 Manifestasi Klinis

1. Penumpukan serumen

2.Gatal, rasa nyeri, dan rasa penuh ditelinga

3.Gangguan pendengaran (ditemukan dengan pemeriksan ketajaman pendengaran)

4. Telinga berdengung (tinitus)

5. Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).

2.5 Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik

1. CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang

2. Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi
inf.

3. Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal


beberapa bulan setelah resolusi klinik

4. MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait

5. Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik.

6. Ketajaman Auditorius.

a) Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif


dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan.

b) Bisikan kata atau detakan jam tangan.

5
c) Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah
melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian.
Agar telinga yang satunya tak mendengar.

d) Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak


tangan.Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar
batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan
dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri
(dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan
kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus
pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih
tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak
dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

7. Uji Weber

Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah


garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau
pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien.
Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau
telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara
seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah
kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena
obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan
konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami
lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk
kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.

6
8. Uji Rinne

Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang
mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara.
Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius
eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus
mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih
lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang
temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran
sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari
tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara
diterima seperti sangat jauh dan lemah.

2.6 Komplikasi

Menurut Bruner & Sudarth, (2012) komplikasi yang dapat terjadi pada impaksi
serumen, diantaranya :

1. Otalgia

2. Vertigo

3. Otitis media

4. Resiko infeksi

2.7 Penatalaksanaan

Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan


gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang

7
serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan
menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi
perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi
tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan
akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak
digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi
pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.

Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga,


antara lain :

1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada


aplikator (pelilit).

2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.

3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan


karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan
dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang
suhunya sesuai dengan suhu tubuh.

4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan


dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37
oC agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami


telinga. Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga
luar liang telinga. Impaksi Serumen adalah penumpukan serumen pada kanalis
eksternus dalam jumlah dan warna yang bervariasi.

3.2 Saran

Agar tidak terjadi penumpukan serumen secara berlebihan khususnya pada orang
orang dengan produksi serumen yang banyak sebaiknya dilakukan pembersihan
serumen dengan cairan khusus untuk serumen yang mengeras dan menutup
saluran telinga.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rirind.2015.http://id.scribd.com/document/264376954/lp-impaksi-serumen.

(Diakses tanggal 22 oktober 2019)

Ilmu,Gudang.2014.http://dokumen.tips/document/lp-impaksi-serumen

.(Diakses tanggal 20 oktober 2019)

Yuliatc.2009.http://rsa.ugm.ac.id/gangguan-pendengaran-impaksiserumen.

(Diakses tanggal 22 oktober 2019)

10

Anda mungkin juga menyukai