PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga.
Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar
liang telinga. Impaksi Serumen adalah penumpukan serumen pada kanalis
eksternus dalam jumlah dan warna yang bervariasi. (Rospa Hetaria, 2011)
2.2 Etiologi
2
2.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan penyakit kulit yant terjadi pada kulit lapisan dermis.
Dermatitis yamg terjadi pada telinga menyebabkan serumen tidak dapat
dikeluarkan karena adanya krusakan kuliit,akibatnya serumen terjadi penumpukan
.
3
PATWAY
Penumpukan serumen
Telinga
NYERI
GANGGUAN PENDENGARAN
4
2.4 Manifestasi Klinis
1. Penumpukan serumen
2. Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi
inf.
6. Ketajaman Auditorius.
5
c) Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah
melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian.
Agar telinga yang satunya tak mendengar.
7. Uji Weber
6
8. Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang
mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara.
Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius
eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus
mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih
lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang
temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran
sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari
tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara
diterima seperti sangat jauh dan lemah.
2.6 Komplikasi
Menurut Bruner & Sudarth, (2012) komplikasi yang dapat terjadi pada impaksi
serumen, diantaranya :
1. Otalgia
2. Vertigo
3. Otitis media
4. Resiko infeksi
2.7 Penatalaksanaan
7
serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan
menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi
perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi
tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan
akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak
digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi
pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Agar tidak terjadi penumpukan serumen secara berlebihan khususnya pada orang
orang dengan produksi serumen yang banyak sebaiknya dilakukan pembersihan
serumen dengan cairan khusus untuk serumen yang mengeras dan menutup
saluran telinga.
9
DAFTAR PUSTAKA
Rirind.2015.http://id.scribd.com/document/264376954/lp-impaksi-serumen.
Ilmu,Gudang.2014.http://dokumen.tips/document/lp-impaksi-serumen
Yuliatc.2009.http://rsa.ugm.ac.id/gangguan-pendengaran-impaksiserumen.
10