Anda di halaman 1dari 7

ESAI KEPERAWATAN JIWA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DAN PRNGARUH PEMBERIAN TERAPI PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH
ALPIN PIRDAUS 113063C117002

DOSEN PENGAMPU: LANAWATIS.Kep, NERS. M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
PENDAHULUAN
A. Komunikasi Terpeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Fatmawati, 2010)
Komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hal
ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien (Stuart, 1998) atau proses dimana perawat menggunakan pendekatan terencana dalam
mempelajari klien (Potter – Perry, 2000).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana
terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi
orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

B. Gangguan Jiwa-Isos
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang
lain (NANDA, 2012). Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien dengan isolasi sosial disebabkan karena
seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain,
di mana jika tidak diberikan tindakan keperawatan yang berkelanjutan akan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan persepsi sensori dan berisiko untuk menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan
lingkungan (Fitria, 2009). Untuk itu, penting bagi perawat untuk membantu mengatasi masalah isolasi
sosial pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan tepat yang tersedia di
pelayanan keperawatan.

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang paling banyak terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di dunia adalah 0,1 per mil dengan tanpa memandang perbedaan status
sosial atau budaya (Varcarolis and Halter 2010). Sedangkan hasil riset dasar kesehatan nasional tahun
2007 menyebutkan bahwa sebanyak 0,46 per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat.
Mereka adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat (Depkes RI,
2007).
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan
kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah
satu gejala negatif skizofrenia adalah menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial). Isolasi sosial
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat et al, 2005).

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial
budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan
merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan
(Kusumawati dan Hartono, 2010).

C. Faktor Pengaruh

 Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien


Isolasi Sosial
Latihan keterampilan sosial berisi diskusi tentang penyebab isolasi sosial, diskusi tentang
keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak bersosialisasi serta latihanlatihan berkenalan dengan
satu orang atau lebih dari satu orang. Dari hasil diskusi didapatkan rata-rata klien mengatakan
penyebab menarik diri yaitu karena malas bersosialisasi dan mengatakan bahwa orang lain
berbuat jahat pada dirinya. Klien juga bisa menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian
tidak bersosialisasi dengan orang lain. Klien melakukan latihan berkenalan dengan satu orang
atau lebih dan memasukkan ke dalam jadwal sebagai bukti telah melakukan latihan berkenalan
dengan klien lain di dalam satu ruangan. Hal ini sesuai dengan tujuan strategi pertemuan yaitu
klien mampu membina hubungan saling percaya, menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu
berinteraksi dengan orang lain (Purba,dkk,2008 dalam Nasution, 2011).
Menurut Keliat (2009) untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi
sosial kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena tidak
mudah bagi klien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu perawat harus konsisten
bersikap terapeutik terhadap klien. Selalu menepati janji adalah salah satu upaya yang dapat
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Jika pasien sudah percaya dengan
perawat, program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan. Perawat tidak mungkin
secara drastis mengubah kebiasaan klien dalam berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan
tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu perawat dapat melatih klien
berinteraksi secara bertahap. Mungkin pada awalnya klien hanya akan akrab dengan perawat,
tetapi setelah itu perawat harus membiasakan klien untuk dapat berinteraksi secara bertahap
dengan orangorang disekitarnya.
Latihan keterampilan sosial secara luas memberikan keuntungan dengan meningkatkan
interaksi, ikatan aktivitas sosial, mengekspresikan perasaan kepada orang lain dan perbaikan
kualitas kerja. Pasien mulai berpartisipasi dalam aktivitas sosial seperti interaksi dengan teman
dan perawat. Latihan keterampilan sosial sangat berguna dalam meningkatkan fungsi sosial pada
pasien skizofrenia kronis karena pasien dapat belajar dan melaksanakan keterampilan dasar yang
dibutuhkan untuk hidup mandiri, belajar dan bekerja dalam komunitas tertentu (Kumar,2015).
 Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku
Klien Isolasi Sosial
TAK adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Stuart and Sundeen (2006)
menambahkan bahwa TAK dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis
pada klien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. TAK dapat menstimulus
interaksi diantara anggota yang berfokus pada tujuan kelompok. TAK Sosialisasi juga membantu
klien berinteraksi/berorientasi dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk
mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi
klien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan
memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi, kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap


 persiapan,
 orientasi,
 tahap kerja dan
 tahap terminasi
dengan menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau
stimulasi.

 EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


DALAM MPKP JIWA TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN
Kemampuan yang dimiliki PP dalam menerapkan asuhan keperawatan isolasi sosial dan MPKP Jiwa
dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang ada di ruangan, seperti lingkungan fisik, ketersediaan
sarana, kejelasan kebijakan, dan supervisi. Kemampuan dan keterampilan merupakan salah satu variabel
individu yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang (Gibson, 1987). klien secara sistematis
dan terorganisasi. Hubungan antara implementasi MPKP dan kemampuan klien isolasi sosial
menunjukkan bahwa perawat pelaksana yang memiliki kemampuan dalam implementasi asuhan
keperawatan yang tinggi dapat membantu meningkatkan kemampuan klien isolasi sosial untuk mengatasi
masalah menarik dirinya.
Langkah yang dapat dilakukan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien isolasi sosial secara komprehensif meliputi terapi individu, terapi kelompok, dan terapi keluarga
maupun komunitas. Pemberian asuhan keperawatan dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi juga perlu diterapkan pada klien isolasi sosial untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial dalam kelompok karena dengan pendekatan secara berkelompok
memungkinkan klien untuk saling mendukung, belajar menjalin hubungan interpersonal, merasakan
kebersamaan dan dapat memberikan masukan terhadap pengalaman masing-masing klien, sehingga
dengan adanya latihan bersosialisasi secara kelompok terjadi peningkatan pada kemampuan klien dalam
bersosialisasi dengan orang lain.

Kemampuan klien dalam mengatasi isolasi sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal
maupun internal. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan klien adalah lama
hari rawat. Lama hari rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit
yang dapat dinilai atau diukur. Lama hari rawat dapat digunakan untuk melihat seberapa efektif dan efi
siennya pelayanan kesehatan jiwa yang telah diberikan.

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan klien yang mengalami
masalah isolasi sosial. Kondisi keluarga yang terapeutik dan mendukung klien sangat membantu
kesembuhan klien dan memperpanjang kekambuhan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat,
tidak hanya terfokus kepada klien, tetapi juga diberikan kepada keluarga klien isolasi sosial untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat klien. Keterlibatan keluarga dalam
setiap perawatan klien isolasi sosial sangat penting.

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga, termasuk dalam tugas dan kemampuan
yang harus dimiliki oleh perawat. Bekerja sama dengan anggota keluarga merupakan bagian penting dari
proses keperawatan klien gangguan jiwa (Stuart & Laraia, 2005). Secara umum, asuhan keperawatan
yang diberikan kepada keluarga adalah untuk meningkatkan fungsi kesehatan keluarga yaitu dengan:

1) membantu keluarga untuk mengenali masalah yang terjadi pada klien;

2) memutuskan untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan;

3) melatih keluarga untuk merawat klien;

4) memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk klien; dan

5) melakukan follow up kepada keadaan klien isolasi sosial.

 SOSIAL SKILL TRAINING PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL


Sebelum pemberian terapi generalis perawat melakukan pengkajian dan melakukan pre
test kepada pasien dengan menanyakan beberapa tanda gejala isolasi sosial, serta kemampuan
klien dalam bersosialisasi Pemberian terapi generalis diberikan bersamaan dengan pemberian
terapi aktivitas kelompok dan terapi spesialis. Terapy spesialis yang diberikan adalahsocial skill
training, Tujuan pemberian terapi ini adalah supaya klien menpunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik, dan klien mampu merubah peilaku klien yang masih kurang baik dimana hasil
akhirnya adalah klien mampu asertif dalam mengatasi semua stessor yang dihadapi oleh klien.
Fase eksploitasi merupakan fase dimana klien ketergantungan, kemandirian dan saling
ketergantungan yang bertujuan untuk agar klien mampu mengurangi kecemasan dan pada
akhirnya klien mampu memecahkan masalahnya sendiri (Fitzpatrik,2005 dalam Parker & Smith,
2010).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap
orang lain (NANDA, 2012). Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien dengan isolasi sosial disebabkan
karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul perasaan malu untuk berinteraksi dengan
orang lain, di mana jika tidak diberikan tindakan keperawatan yang berkelanjutan akan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan persepsi sensori dan berisiko untuk menciderai diri sendiri, orang
lain, bahkan lingkungan.

Saran
Klien dengan isolasi sosial diharapkan dapat diberikan terapi Social skill training.

Anda mungkin juga menyukai