Disusun Oleh:
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan makalah Asuhsn keperwatan Ventrikel Takikardi ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman angota kelompok yang merupakan tempat bertukar ilmu dan informasi. Dan terima kasih pula
kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis serta
sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para pembaca khususnya mengenai Askep
Ventrikel Takikardi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yaitu bagi penyusun
maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
A. Latar Belakang
Ventricular Tachycardia (VT) merupakan suatu gangguan ritme jantung yang ditandai dengan
detak jantung yang teratur tapi cepat. Jantung orang dewasa biasanya berdenyut antara 60 dan 100 kali per
menit pada keadaan istirahat. Pada takikardi ventikuler, jantung umumnya berdetak lebih dari 100 denyutan
per menit karena adanya gangguan pada impuls elektrik normal yang mengontrol detak jantung. Sinyal
elektrik yang lebih cepat dari pada normal dikirim ke ruang jantung bawah (ventrikel) yang menyebabkan
ventrikel berkontraksi dengan cepat. Denyut jantung yang cepat tidak memungkinkan ventrikel terisi
dengan darah yang cukup dan berkontraksi dengan baik untuk memompa darah secukupnya keseluruh
tubuh. Jika tidak dirawat, keadaan ini dapat memburuk dan menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel, yang
merupakan suatu kondisi yang mengancam keselamatan jiwa sehingga terjadi kematian jantung mendadak
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ialah :
1. Agar Mahasiswa dapat megetahui konsep dasar Ventricular Tachycardia meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis dan
pencegahan
2. Agar mahasiswa mengetahui Pengkajian dan Asuhan keperawatan pada Ventricular Tachycardia.
BAB I
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR VENTRICULAR TACHYCARDIA
1. DEFINISI
Ventricular Tachycardia (VT) merupakan disritmia yang mengancam jiwa yang terjadi jika fokus
iritabel ektopik di ventrikel mengambil alih sebagai pacemaker (pacu jantung). VT adalah kondisi dimana
ventrikel jantuk berdetak terlalu cepat. Hal ini disebabkan oleh gangguan aliran listrik jantung dengan
penyebab yang bervariasi. VT terjadi saat blik atau ruangan bawah jantung berdetak terlalu cepat dan tidak
sinkron dengan gerakan serambi (atrium) jantng. Akibatnya jantung tidak dapat memompa darah secara
efektif, sehingga tubuh kekurangan oksigen.
2. ETIOLOGI
Adapun etiologi tersering pada VT antara lain:
a. Gangguan sirkulasi koroner (iskemik miokard,
infark miokard, aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner)
b. Kardiomiopati
c. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium menentukan potensial istirahat
dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau
perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot jantung akan
memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
Penyebab lain dari ventrikel takikardi adalah :
a. Medikasi/ obat-obatan seperti digitalis dan obat anti aritmia, obat-obat anti aritmia bekerja dengan
mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel
otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung
b. Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh
lainnya)
c. Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal
d. Respon terkait gaya hidup ( kafein, alkohol nikotin, metamfetamin/kokain)
3. PATOFISIOLOGI
Seperti telah di jelaskan bahwa ventrikel takikardi sebabkan oleh infark miokard, iskemia ,jantung
koroner, pada pasien dengan ventrikel takikardi lebih banyak di sebabkan oleh arteri korener merupakan
pembuluh darah yang bertugas memberi nutrisi pada jantung itu sendiri, jika terjadi infark pada arteri
korener yang memperdarahi SA node di atrium menyebabkan kematian sel otot jantung menimbulkan
gangguan pada repolarisasi dan depolarisasi sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan di lepasnya
berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur hantaran listrik
jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya
aritmia. Penurunan kontraktilitas miokard akibat kematian sel otot jantung juga dapat menstimulus
pengaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsangan sistem saraf simpatis , akibatnya akan terjadi
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi. Selain itu iritabilitas
myokard ventrikel juga penyebab munculnya ventrikel takikardi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Ventricular Tachycardia antara lain:
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dari
ventrikel takikardia adalah:
a. EKG dengan gambaran sebagai berikut:
b. Obat Antiaritmia
Biasanya sebagai terapi adjuvan pada pasien VT yang menggunakan implantable cardioverter-
defibrillator (ICD) untuk mengurangi episode VT. Pada penelitian, pasien pengguna ICD tanpa obat
anti-aritmia, 90% mengalami aritmia berulang setelah 1 tahun; turun menjadi 64% setelah penggunaan
anti-aritmia.16 Indikasi obat anti-aritmia sebagai terapi adjuvan adalah menurunkun kejadian ICD
shocks, menurunkan episode VT untuk meningkatkan toleransi hemodinamik, mengatasi gejala VT,
meningkatkan kualitas hidup, dan menurunkan angka rawat inap akibat aritmia berulang
Lidocaine
Merupakan terapi lini pertama pada pasien VT stabil dan berguna untuk TVT disebabkan infark
miokard. Lidokain merupakan golongan antiaritmia kelas IB yang merupakan penghambat kanal
natrium dan memperpendek periode refrakter. Dosis anjurannya adalah 0,5 mg/kgBB, bolus intravena
setiap 3-5 menit, maksimum 1,5 mg/kgBB. Terapi dapat dilanjutkan secara kontinu menggunakan
syringe/infusion pump dengan dosis 0,05 mg/kgBB/menit. Pada periode akut VT akibat infark miokard,
lidokain menghasilkan survival lebih baik dibandingkan amiodarone
Beta Blocker/Penghambat Beta Merupakan terapi lini pertama pada pasien VT polimorfik khususnya
yang disebabkan oleh iskemi. Esmolol merupakan salah satu penghambat beta yang sering diberikan
dengan dosis 200 µg dalam 1 menit, jika tidak ada respons setelah 10 menit diberikan dosis 500 µg
dalam 1 menit. Jika sudah respons diberikan dosis rumatan 25µg/kg/menit sampai terapi diganti
menjadi propranolol oral.
Procainamide
Merupakan anti-aritmia kelas IA yang juga menghambat kanal natrium. Dosis yang dianjurkan adalah
1-3 mg/kgBB, bolus intravena setiap 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg/kgBB
Amiodarone
Dapat diberikan pada pasien VT dengan hemodinamik tidak stabil. Amiodarone merupakan antiaritmia
yang paling efektif, namun sebanyak 20% pasien berulang. Amiodarone memiliki efek vasodilator dan
inotropik negatif, sehingga dapat menstabilkan hemodinamik.
Mulai kerja amiodarone lebih lambat dibandingkan lidocaine dan procainamide. Dosis awal yang
dianjurkan adalah 5 mg/kgBB/jam intravena selama 10 menit, dapat diulangi satu kali jika belum
respons dan diikuti dosis rumatan 0,5 – 1 mg/menit
Magnesium Sulfat
Merupakan terapi pilihan pasien VT dengan interval QT memanjang dan beberapa episode torsade de
pointes. Dosis 1 gram/menit dengan dosis maksimal 25 g. Magnesium sulfat tidak efektif pada pasien
VT dengan interval QT normal
d. Kateter Ablasi
Ablasi penting untuk menurunkan frekuensi TV. Kateter ablasi menurunkan kejadian TV berulang pada
pasien infark miokard, penurunan fraksi ejeksi, dan TV dengan hemodinamik stabil.13
Ablasi diindikasikan pada pasien berisiko rendah henti jantung mendadak, TV monomorfik yang tidak
respons terhadap obat anti-aritmia, TV berulang, dan pasien yang tidak bersedia menggunakan obat
jangka panjang.12 Pada TV idiopatik yang berasal dari outflow tract region, keberhasilan ablasi hingga
80-90%. Komplikasi jarang, dapat menyebabkan tamponade jantung dan oklusi koroner
Sebanyak 90 % kasus TV monomorfik terjadi pada pasien dengan parut miokard. Pada pasien TV
dengan parut di miokard, ablasi merupakan terapi penting yang dapat mencegah dan mengurangi gejala
VT. Keberhasilan ablasi pada keadaan darurat bervariasi 50-80% dengan angka kejadian komplikasi 2-
10%.3 Keberhasilan ablasi lebih tinggi pada pasien TV akibat parut miokard dibandingkan TV yang
disebabkan kardiomiopati non-iskemik.12 Ablasi kateter lebih efektif daripada penggunaan obat anti-
aritmia pada 50% pasien.12 TV spontan pada pengguna ICD merupakan indikasi risiko gagal jantung
dan meningkatkan mortalitas. Ablasi kateter pada pasien TV setelah penggunaan ICD menurunkan
insidens TV spontan, namun tidak menurunkan angka mortalitas
7. KOMPLIKASI
Komplikasi VT antara lain:
a. Ventrikel Fibrilation
b. CHF
c. Kematian mendadak
8. PROGNOSIS
Prognosis VT tergantung pada penyakit yang mendasari, tatlaksana dan jenis VT yang muncul. Pasien IMA
yang mengalami episode VT monomorfik cenderung akan mengalami rekurensi VT karena terdapat
jaringan parut pada ventrikel yang menjadi sumber impuls ektopik Mortalitas
9. PENCEGAHAN
Beberapa pencegahan Ventricular Tachycardia antara lain:
a. Menjaga tingkat elektrolit yang seimbang
b. Perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok, menghindari konsumsi berlebihan alcohol dan
penggunaan narkoba, modifkasi diet dan olahraga sangat penting dalam mencegah VT pada pasien
dengan resiko penyakit kardiovaskular.
c. Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung berkembang yang
merupakan penyebab utama VT.
Pada prinsipnya, terapi bertujuan untuk:
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhytm control)
b. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
Pada pasien dengan riwayat infark miokard akut dan penurunan fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi 35%),
terdapat VT yang dapat dicetuskan dan tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan obat-obatan, maka
ICD tindakan ini mirip dengan alat pacu jantung lebih unggul dalam menurunkan mortalitas
Untuk pencegahan sekunder kematian mendadak (pasien yang berhasil diselamatkan dari aritmia fatal) pada
pasien pasca IMA dengan penurunan fungsi ventrikel kiri, ICD telah terbukti unggul dari pada amiodaron
Pengkajian 6 B:
a. Brain
Tingkat kesadaran biasanya mengalami penurunan kesadran akibat hipoksia
b. Breathing
Pola nafas dinilai kecepatan irama dan auskultasi. Bunyi nafas yang dinilai normal vesikuler, broncho
vesikuler, wheezing, ronchi, penurunan atau hilangnya bunyi nafas dapat menunjukkan adanya
pneumothoraks atau fibrosa pada pleura. Ekspansi dada dinilai penuh atau tidak penuh dan dinilai
ketidaksimetrisannya
c. Blood
Irama jantung frekuensi regular atau ireguler, adanya distensi vena jugularis, tekanan darah hipotensi
dapat terjadi akibat dari penggunaan ventilator. Bunyi jantung yang dinilai S1 terdengar saatb kontraksi
jantung atau sistol ventilator, S2 terdengar saat akhir kontraksi ventrikel, S3 dikenal dengan ventricular
gallop menandakan adanya dilatasi ventrikel. Edema dikaji lokasi dan derajatnya
d. Bladder
Biasanya terpasang kateter urin untuk mengetahui intake dan output yang sesuai kebutuhan tubuh
pasien
e. Bowel
Pencernaan dikaji rongga mulut, ada atau tidaknya lesi pada mulut, perubahan pada warna lidah dapat
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Bising usus ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji,
lakukan observasi kurang lebih 2 menit
f. Bone
Tulang, otot, integument, warna kulit, integritas kulit perlu dikaji adanya lesi dan dekubitus, turgor kulit
serta suhu, dan kelembabab kulit untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok kardiogenik
PENGKAJIAN KEPERAWATAN Ketua Tim :
……………………………………………………………………
INTENSIVE CARE UNIT /
CARDIO VASCULAR CARE UNIT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Hari/TGL Masuk :
NRM : Jam Masuk :
Diagnosa : Tachycardia Ventrikel Dokter PJ :
J.Kelamin : Perempuan Dari Ruangan :
Alergi : IGD IRNA OK/RR
BB : kg TB : cm Isolation Precation :
HIV TB HbSAg Lainnya ………..
RIWAYAT
Keluhan Utama : Sesak Napas
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Riwayat Alergi : Ya , …………………………………………… Tidak
Riwayat medis : Riwayat VT stabil berulang,rencana ablasi,riwayat HT
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Transfusi darah : Ya,waktu terakhir ………………… Jumlah ……… cc
Jenis PRC WBC FFP Lainnya
Tidak
Reaksi Transfusi : Tidak ada Ada ………………..………………………
Pernapasan = 35 x/mnt
Terapi Oksigen : Nasal Kanul RM NRM Ventilator Mode ………………
Irama : Reguler Ireguler
Bentuk Dada : Normal Pegeon chest Barrel Chest Funnel Chest
RESPIRATORY/BREATHING
Simetris Asimetris
Jalan Napas : Spontan OPA Size ……
ETT Size ………… Jarak di mulut ……………cm Cuf Press............cm/H2O
Trakheostomi Size …………..
Pola Napas : Apnea Bradipnea Takipnea Orthopnea
Kusmaul Hiperapnea Kusmaul Chyne Stokes
Bunyi Napas : Vesikuler Brokhial Bronkhovesikuler
Ronkhi Wheezes Krakels
Bau Napas : Tidak bau Asam Amonia Alkohol INTERPRETASI AGD:
Batuk : Spontan Stimulus dengan suction
Warna Bibir/Mukosa : Pink Pucat Sinosis
TD : 64/47 mmHg
Nadi : 202 x/mnt Kualitas Nadi : Reguler Ireguler Bradikardi Takikardi
CRT : SaO2 %
Bunyi Jantung : S1 S2 S3 S4 Mur-mur Gallop
CARDIOVASKULER/BLOOD
INTERPRETASI EKG : sinus ritme, ST depresi pada V2-V5, ST Slight pada V7, V8, V9, rS pada V2-V4
Tidak
Luka : Ya, Lokasi…………………………………………, Luas..............cm
Gambarkan
Tidak
Masalah Keperawatan :
1. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
2. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
3. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
4. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
5. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
6. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
7. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
DO:
Takikardi
HR: 202x/i
Gambaran EKG aritmia
VT QRS rate 198x/i
Durasi QRS 0,12 detik
Tekanan darah menurun
TD: 64/47 mmHg
Nama Pasien/No. RM :
Ruang Rawat :
Tanggal :
II Nyeri akut
No.
Diagnosa keperawatan Objektif (NOC) Intervensi keperawatan
Dx
I Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung akut
keperawatan selama Observasi:
3x24 jam penurunan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung pasien curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
teratasi dengan kriteria edema, paroxymal nocturnal dyspnea,
hasil: orthopnea, peningkatan CVP)
Tanda vital dalam 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
rentang normal: curah jantung (meliputinpeningkkatan berat
-Tekanan darah dari badan, distensi vena jugularis, palpitasi,
memburuk ronkhi basah, kulit pucat)
ditingkatkan menjadi 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan
cukup membaik darah ortostatik, jika perlu)
-Takikardia dari 4. Monitor intake dan output cairan
meningkat diturunkan 5. Monitor saturasi okksigen
ke cukup menurun 6. Monitor keluhan nyeri dada (misalnya
-Dispnea dari intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
meningkat diturunkan yang mengurangi nyeri)
ke cukup menurun 7. Monitor EKG 12 sadapan
Palpitasi dari 8. Monitor aritmia (kelainan irama dan
meningkatkan frekuensi)
diturunkan menjadi 9. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
cukup menurun sebelum dan sesudah sktivitas
Terapeutik:
Gambaran EKG
10. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
aritmia dari meningkat
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
diturunkan menjadi
11. Berikan diet jantung yang sesuai
cukup menurun
12. Beri dukungan emosional dan spiritual
13. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi:
14. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
15. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Kolaborasi:
16. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
No.
Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP)
Dx
CATATAN Nama : Umur :
PERAWATAN Ruangan : No. RM :
TANGGAL / CATATAN TANDA TANGAN
JAM (Silahkan tanda tangan pada setiap catatan di akhir shift) (NAMA JELAS)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed-
8.Jakarta : EGC
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan edisi . Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI