GANGGUAN PSIKOSOSIAL
Proseptor Institusi
1. Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008). Menurut Nanda 2018 – 2020, definisi Ansietas merupakan perasaan
tidak nyaman, takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons
2. Penyebab/Etiologi
a. Faktor Predisposisi
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
selanjutnya.
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
3. Pohon Masalah
Stressor
4. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau
(dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
e) Mempertimbangkan informasi
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
1) Respon fisik:
2) Respons kognitif
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
1) Respons fisik
b) Hiperventilasi
h) Mondar-mandir, berteriak
2) Respons kognitif
c) Sulit berpikir
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
1) Respons fisik
d) Pupil dilatasi
2) Respons kognitif
c) Kepribadian kacau
f) Tidak rasional
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
g) Kaget, takut
h) Lelah
5. Gejala Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas),
a. Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
f. Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala
HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max
Hamilton. Skala HARS dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang lain, bila tinggal sendiri dan takut
d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
g. Gejala somatic: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
gertakan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat,
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan detak
j. Gejala pernafasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas
k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas perut.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek cepat.
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
b. Uji psikologis
7. Penatalaksanaan Medis
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
b. Terapi psikofarmaka
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
e. Terapi psikoreligius
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
8. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu:
Identitas Klien
dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
besar.
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
kerentanan tertentu.
diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
dengan depresi
d. Fisik
Tanda Vital:
N : Menurun
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2007):
B6 : Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
berlebihan.
2) Identitas: gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
5) Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
Hubungan Sosial:
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam
Spiritual:
2) Kegiatan ibadah
f. Status Mental:
1) Penampilan: pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
5) Afek: labil
menyelesaikan masalah.
10) Tingkat kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat
11) Memori: pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)
akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat
jangka pendek.
14) Daya titik diri: menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
kesehatan.
j. Pengetahuan Kurang
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau
lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu
Ketegangan Motorik:
Hiperaktivitas Otonomik:
b) Jantung berdebar-debar
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
b) Mudah terkejut/kaget
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
a. Ansietas
e. Kurangnya pengetahuan
berdaya
cemas
DO:
dan murung
orang lain
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL DENGAN
1. Definisi
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran
yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri
akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Persepsi tubuh
secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersepsikan diri kita secara fisik
(Muhith A, 2015). Gangguan citra tubuh ini mencakup perasaan yang tidak puas
terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan (Lestari, 2015), Sedangkan menurut Nanda 2017, Gangguan citra tubuh
2. Penyebab/Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Adanya riwayat :
Biologis :
masa bayi, anak dan remaja, Anoreksia, bulimia, atau berat badan kurang
atau berlebih dari berat badan ideal, perubahan fisiologi pada kehamilan dan
Psikologis :
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak realistis.
Sosial budaya :
b. Faktor Presipitasi
Trauma
2. Gejala Klinis
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
6) Menggungkapkan keputusasaan.
Sedangkan menurut Lestari (2015), tanda dan gejala gangguan citra tubuh sesuai
dengan temuan pada saat pengkajian pada pasien dapat dibedakan menjadi 4, yaitu
1) Observasi
3) Subjektif
terganggu
a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, tidak puas dengan hasil operasi
terganggu
a. Pengkajian Keperawatan
2) Alasan masuk
4) Pengkajian fisik
5) Psikososial
Genogram
Konsep Diri : Gambaran diri atau citra tubuh, Identitas Diri, Peran Diri,
Hubungan Sosial
6) Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
d. Alam Perasaan
e. Afek
8) Pengetahuan
9) Aspek Medik
Diagnosa Medis
DIAGNOSA KETIDAKBERDAYAAN
1. Definisi
akan mendapat hasil, ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak
dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut
diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut Menurut Varcarolis, (2000) dalam
Hidayat (2014).
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit
mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
2. Penyebab/Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis :
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita
gangguan jiwa)
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
terakhir periksa)
AIDS
1) Psikologis :
sekarang
f) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
saksi
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
2) Sosial budaya :
c) Pendidikan rendah
h) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara
pasif.
a. Faktor Presipitasi
1) Biologis :
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
g) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
2) Psikologis :
pekerjaan.
yang lain
c. Pohon Masalah
perawatan
mendapat perlawanan
Tidur berlebihan
ketidak-berdayaan yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
berlangsung singkat.
DIAGNOSA KEPUTUSASAAN
1. Definisi
memandang keterbatasan atau tidak adanya alternative pribadi serta tidak mampu
merupakan kondisi subjektif seorang individu melihat tidak ada alternative atau
pilihan yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi yang dimilikinya.
kondisi dimana seorang individu tidak memiliki pilihan lain dalam dirinya dan tidak
dapat mengontrol atau memobilisasi energy nya untuk kepentingan pribadi, yang
ketika seorang individu masih memiliki motivasi dalam hidupnya dan ia masih bisa
dalam hidup sehingga nanti nya akan timbul perasaan putus asa.
2. Penyebab/Etiologi
a. Aspek biologis, riwayat keluarga depresi, status nutrisi seperti memiliki riwayat
anoreksia dan BB kurang atau berlebih, status kesehatan secara umum yaitu
c. Aspek sosial, tidak sekolah/ putus sekolah, pekerjaan dan pendapatan, sosial
berumah tangga, spiritual yang kurang dan pernah ditolak dikelompok sebaya.
3. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
4. Gejala Klinis
1. Fisiologis :
c) Tidur bertambah
2. emosional :
tuhan
3. Individu Memperlihatkan :
b. Penurunan verbalisasi
c. Penurunan afek
sendiri.
4. Kognitif :
membuat keputusan
b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
ditetapkan
1. Fisiologis
b. Anoreksia
c. BB menurun
2. Emosional
a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Tegang
f. Rapuh
3. Individu memperlihatkan
b. Penurunan motivasi
c. Keluh kesah
d. Kemunduran
e. Sikap pasrah
f. Depresi
4. Kognitif
datang
b. Bingung
klien
makan
alternative
1. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart
dan Sundeen, 2007). Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang terjadi
secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan,
dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009). Sedangkan Menurut Nanda
2017, Harga diri rendah situsional didefinisikan sebagai munculnya persepsi negative
2. Penyebab/Etiologi
a. Faktor predisposisi
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan elsternal, yaitu sebagai
berikut:
transisi peran:
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
Keterangan
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah transisi
antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah sebagai
berikut.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko
harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan
sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata dan asing baginya.
5. Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan
sebagai berikut.
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan, misalnya: malu
sendiri.
c. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa,
f. Mencederai diri
Berdasarkan pengertian, rentang respon, penyebab, dan tanda gejala harga diri
rendah di atas, maka dapat disimpulkan proses terjadinya masalah klien mengalami
harga diri rendah situasional biasanya diakibatkan oleh koping sesorang yang tidak
efektif dalam menghadapai masalah gangguan citra tubuh atau gangguan identitas
personal.
yang menimpa dirinya sehingga salah satu anggota geraknya harus dilakukan
amputasi, maka dalam situasi tersebut secara tiba-tiba klien merasa harga diri rendah.
Bila masalah tersebut tidak diatasi dengan baik oleh klien kemungkinan akan
Proses terjadinya masalah tersebut secara ringkas dapat ditampilkan dalam pohon
masalah.
6. Masalah Keperawatan
2. Keefektifan koping
5. Ketidakberdayaan
6. Keputusasaan
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah situasional
sebagai berikut.
3. Data Sujektif:
Contoh:
“Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah kehilangan
kaki saya.”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala keluarga lagi.”
4. Data Objektif:
f. Produktivitas menurun
h. Keluhan fisik
2. Ketidakefektifan koping
5. Ketidakberdayaan
6. Keputusasaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24
Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-isolasi-sosial/
Asep Hidayat (2014) “Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis”. Ed.9. Jakarta:
EGC.
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.2003
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta :
Trans Info Media.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Erna Cahyani.2016.Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Ansietas.( Online.
Available ) From: https:// www. scribd. com/ document /320503011/LP-SP-Ansietas ,
Diakses pada Kamis, Diakses pada Senin, 25 Februari pukul 18.00
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK Universitas
Indonesia
Iskandar Dkk;2012;Asuhan Keperawatan Jiwa;Bandung;Refika aditama
Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ;
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kusumawati dan Hartono . 2013 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Lestari, Retno. 2015. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Citra Tubuh.
Disampaikan pada Kuliah Mental Health Nursing Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya.
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press :
Surabaya
Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Andi
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Nanda Internasional.2018.Diagnosis Keperawatan 2018-2020. EGC : Jakarta.
Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta: Salemba Medika.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat
Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur, 29-37.
Nuriinaya Muhammad Toha. 2012. Laporan Pendahuluan Ansietas Jiwa. (Online.available).
From: https://www.scribd.com/doc/148768349/Lp-Ansietas-Jiwa
Rasmun, (2014). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2015. “Asuhan Keperawatan Jiwa” Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
MEdia.
Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC
Stuart dan Sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
Stuart, GW and Loreia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th Ed.
Philadelphia : Elsevier Mosby.
Stuart dan Sundeen . 2015 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2012
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC
Yosep, I., 2010, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama
Yosep, I & Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawtan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Yudi Hartono Dkk;2012;Buku ajar keperawatan jiwa;Jakarta;salemba medika
Yusuf, dkk (2015 ). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Zaini, Mad. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Di Pelayanan Klinis dan
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.