PEMBAHASAN
A. DEFENISI
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya (Asuhan
Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis Dan Komunitas - Mad Zaini -
Google Buku, n.d.).
B. JENIS-JENIS NAPZA
1. Ganja
a. Istilah ganja yang sering digunakan untuk menyebutkan ganja adalah
cimeng, kanabis, marijuana, pot, tai, sick, gass, gelek, rasta, dope, weed, mary
jane, sinsemilla.
b. Pengaruhnya:
Merasa rileks,
nyaman dan gembira (euphoria),
halusinasi (sensasi palsu) dalam penglihatan, penciuman, pencicipan dan
pendengaran
2. Ekstasi
a. Istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan ekstasi adalah XTC, ineks,
adam, clarity, E, Fantasy pills, cece, cein, kancing, rolls, beans, flipper, hammer.
b. Pengaruh
Meningkatkan empati dan keakreaban,
menjadi mudah bergaul,
gembira berlebihan,
gelisah tidak dapat diam dan halusinasi.
3. Sabu-sabu (Methamphetamine)
a. Istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan sabu-sabu adalah ubas dan
tawas
b. Pengaruh
Menimbulkan rasa nyaman dan menyenangkan,
gembira,
semangat meningkat,
rasa lapar dan lelah tertunda, 5. tubuh berkeringat
4. . Putaw (Heroin)
a. Istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan putaw (heroin) adalah putih
dan pete.
b. Pengaruh
Pupil mata menyempit,
timbul rasa mual dan muntah,
tenggorokan kering,
tidak mampu berkonsentrasi,
mengantuk,
apatis (acuh tak acuh)
5. Alkohol (Miras)
a. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang
berupa bahan psioaktif dan apabila dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan
kesadaran.
b. Zat sejenis alkohol adalah sebagai berikut:
Anggur,
bir,
bourbon,
brendi,
brugal,
caipirinha,
chianti,
jaqermeister,
mirin,
prosecco,
rum,
sake,
sampanye,
tuak,
vodka,
wiski.
c. Pengaruh
Minuman beralkohol dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO)
seperti gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan dan berperilaku,
timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf
pusat,
sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lamakelamaan tanpa sadar
akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
6. Inhalan
a. Inhalan adalah depresan susunan saraf pusat dan merupakan senyawa
kima yang cepat berubah bentuk dari cairan menjadi bentuk uap pada saat
terpapar ke udara.
b. Jenis inhalan yang sering disalahgunakan ialah sebagai berikut:
Bensin,
bahan perekat (lem),
cat Semprot,
pengencer cat yang mengandung toluene,
minyak pernis.
c. Pengaruh
Menimbulkan perasaan senang berlebihan,
puyeng,
penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan,
bicara pelo (tergannggunya cara pelafalan kata).
Kandungan yang terdapat pada narkoba tersebut memang bisa memberikan dampak yang
buruk bagi kesehatan jika disalahgunakan. Menurut UU tentang Narkotika, jenisnya
dibagi menjadi menjadi 3 golongan berdasarkan pada risiko ketergantungan.
Narkotika Golongan 1
seperti ganja, opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi karena
beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.
Narkotika Golongan 2
Narkotika Golongan 3
Dan yang terakhir, narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup
ringan dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.
PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,
Rohip, Dum, MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : -
Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu - Sedatif & Hipnotika (obat penenang,
obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain - Halusinogenika : Iysergic acid
dyethylamide (LSD), mushroom.
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan,
antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
C. PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Ganja
Persepsi waktu yang salah,
denyut nadi meningkat,
jarak pandang menjadi tidak normal,
kemampuan berpikir secara logis menurun,
daya pikir lambat,
pikiran menerawang kealam khayal,
menyebabkan cemas, panik bahkan gangguan jiwa,
beresiko terkena penyakit kanker paru-paru dan penyakit paru lainnya.
2. Ekstasi
aktivitas mental-emosional meningkat,
tubuh kepanasan dan kekurangan cairan, pusing dan lelah (dehidrasi),
merusak organ tubuh seperti hati, ginjal dan otak,
dapat terjadi kejang jantung dan gagal jantung,
menimbulkan depresi, gangguan daya ingat dan gangguan jiwa (psikosis)
3. Sabu-sabu (Methamphetamine)
Selera makan hilang,
pernapasan menjadi cepat,
denyut jantung dan pernapasan meningkat,
suhu tubuh meningkat,
gelisah dan tidak dapat diam,
dapat mengalami serangan panik,
stroke atau gagal jantung,
kurang gizi dan berat badan turun,
depresi,
memicu agresivitas kekerasan dan perilaku aneh,
kejang-kejang dan kematian.
4. Putaw (Heroin)
Haid tidak teratur (pada wanita),
berat badan turun drastis,
kurang gizi,
impotensi,
kejang-kejang dan kematian,
terjadi sakaw seperti kejang otot, menceret, tremor (bergetar tanpa kendali),
panic, hidung dan mata berair, menggigil, berkeringat, gelisah, tidak bisa
tidur, dan nyeri sekujur badan.
5. Alkohol (Miras)
Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap,
muka merah atau mata juling,
perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah
tersinggung, bicara asal-asalan atau kehilangan konsentrasi,
perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan
kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya
dan terganggu pekerjaannya,
mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut
sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol, sering
gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung dan banyak
berhalusinasi.
6. Inhalan
Memperlambat kerja otak dan system saraf pusat,
merusak otak, hati, ginjal dan paru-paru,
menimbulkan kematian akibat terhentunya pernapasan dan gangguan pada
jantung.
Menurut soetjiningsih (2010), factor risiko yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA antara lain factor
genetic, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya) dan karakteristik individu
1. Faktor genetic
Resiko factor genetic didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dan orang tua kandung alkoholik
mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alcohol disbanding remaja dari orang tua angkat
alkoholik. Penelitian ini membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih
besar dibandingkan remaja kemabar dizigot
2. Lingkungan keluarga
Pola asuh dalam keluarga snagat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh
orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah
dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat. Fakta berbicara bahwa tidak
semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua anggota keluarga. Banyak keluarga
mengalami problem-problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga.
Banyak keluarga berantakan ditandai oleh relasi orang tua tidak harmonis dan matinya komunikasi
antara mereka.
Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalaupu keluarga ini tetap
dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah tangga yang tidak akrab dimana
anggota keluarga tidak merasa betah. Orag tua sering meninggalkan rumah di pagi hari dan pulang
di waktu malam. Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai hubungan yang biasa-biasa
saja dengan orang tuanya. Mereka jarang menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang
tuanya (Jehani, dkk, 2006)
3. Faktor pergaulan
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA teman kelompok (peer Group) mempunyai
pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri sesorang.
Menurut HAwari (2010) perkenalan pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman kelompok.
Pengaruh kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang
bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat
perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan kekambuhan (relapse)
Bila hubungan orang tua dan anak tidak baik, maka akan terlepas ikatan psikologisnya dengan
orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh teman kelompok. Berbagai cara teman
kelompok ini mempengaruhi, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan samapi dijebak dan
seterusnya sehingga anak turut menyalahgunakan NAPZA dan sukar melepaskan diri dari teman
kelomponya.
Marlatt dan Gordon (1980) dalam penelitiannya terhadap para penyalahguna NAPZA yang kambuh
menyatakan bahwa mereka kembali kambuh karena ditawari oleh teman-teman yang masih
menggunakan NAPZA (mereka kembali bertemu dan bergaul). Kondisi pergaulan social dalam
lingkungan yang seperti ini merupakan kondisi yang dapat menimbulkan kekambuhan. Proporsi
pengaruh kelompok sebagai penyebab kekambuhan dalam penelitian tersebut mencapai 34%
4. Karakteristik individu
a. Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah mereka yang termasuk
kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh
lingkungan dan sedang mencari identitas diri serta senang memasuki kehidupan kelompok. Hasil
temuan tim kelompok kerja pemberantasan penyalahgunaan Narkoba departemen pendidikan
nasional menyatakan sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah anak usia
sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh siregar (2004) proporsi menyalahguna NAPZA
tertinggi pada kelompok umur 17-19 tahun (54%)
b. Pendidikan
Menurut friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang menyatakan apakah pendidikan
mempunyai resiko penyalahgunaan NAPZA akan tetapi, pendidikan ada kaitannya dengan cara
berfikir, kepemimpinan, pola asuh, komunikasi serta pengambilan keputusan dalam keluarga
Hasil penelitian prasetyaningasih (2009) menunjukkan bahwa pendidikan penyalahgunaan
NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan dasar (50,7%). Asumsi umum
bahwa semakin tinggi pendidikan semakin mempunyai wawasan/ pengalaman yang luas dan
cara berfikir serta bertindak yang lebih baik. Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat
pemahaman terhadap informasi yang sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak
negative yang dapat ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit berkembang
menerima informasi baru serta mempunyai pola piker yang sempit.
c. Pekerjaan
Hasil studi BNN dan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia tahun 2009 di kalangan
pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa penyalahguna NAPZA tertinggi pada karyawan
swasta dengan prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan karyawan BUMN
dengan prevalensi 11% (BNN, 2010)
4. Model Eklektik
Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi.
Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan program 12 langkah merupakan
pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan
jumlah dan variasi masalah yang ada pada setiap pasien adiksi.
5. Model Multi Disiplin
Program ini merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan
menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan
keluarga dan pasien.
6. Model Tradisional
Tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari hal-hal praktis dan
keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program bersifat jangka pendek dengan
aftercare singkat atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari : medikasi,
pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh :
pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal.
7. Faith Based Model
Sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan farmakoterapi.
Tahapan pengobatan merupakan program yang dibangun untuk jangka panjang dengan
tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang panjang. Dalam
mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu
layanan ke layanan lain seperti dari detoksifikasi ke rehabilitasi fase primary ke tahap
aftercare dan follow up (lanjutan).