BLOK DIGESTIF I
Disusun Oleh:
NIM : 020.06.0037
Kelompok : 3
Kelas :A
LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang mahaesa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul “Praktikum Histologi
Traktus GI, Hepatobilier dan Pancreas”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai Praktikum
Histologi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. dr. Rizki Mulianti, S.Ked dan Rusmiatik, M.Biomed, AAM selaku dosen pemandu
praktikum histologi kelompok 3 yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan
dalam pelaksanaan praktikum.
2. Bapak/ ibu dosen universitas islam al-azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Tujuan ...................................................................................................................... 5
C. Manfaat .................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................................... 11
A. Waktu dan Tempat Praktikum .................................................................................. 11
B. Alat dan Bahan ......................................................................................................... 11
C. Cara Kerja ................................................................................................................ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................13
A. Hasil .........................................................................................................................13
B. Pembahasan ...............................................................................................................28
BAB V PENUTUP ...............................................................................................................46
A. Kesimpulan ...............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................47
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pencernaan manusia terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah, menelan,
mencerna, dan mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat
dicerna tubuh. Dalam melaksanakan prosesnya terdapat berbagai organ yang berperan dalam
sistem pencernaan terdiri dari sistem saluran yang dimulai dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Saluran pencernaan
berhubungan dengan organ-organ pencernaan tambahan yaitu kelenjar saliva, hepar, kandung
empedu dan pankreas.
Sistem percernaan jika dilihat dari histologinya dimulai dari lumen sampai ke
permukaan terdiri atas tunika mukosa (lapisan lendir), dengan bagiannya epitel, lamina
propia, dan muskularis mukosa. Lapisan kedua yaitu tunika submucosa, dan yang ketiga
yaitu tunika muskularis (lapisan otot) dengan bagiannya sirkuler (melingkar) dan longitudinal
(memanjang), lapisan terakhir yaitu tunika adventitia (tunika serosa). Bagian pencernaan
pada umumnya mengandung kelenjar yangmemiliki getah berlendir. Lendir itu mengandung
enzim untuk mencerna makanan secara kimia.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu untuk mengidentifikasi berbagai jenis dan ciri-ciri dari Sistem
Pencernaan.
2. Mahasiswa mampu untuk mengindentifikasi struktur histologis berbagai jenis dari
Sistem Pencernaan.
3. Mahasiswa dapat mngetahui letak jaringan pada sistem Pencernaan tubuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian apa saja yang terdapat pada selsel sistem
Pencernaan pada tubuh manusia.
5. Membandingkan struktur histologi saluran pencernaan makanan.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis dan ciri-ciri dari sistem Pencernaan sel-
sel tubuh.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fungsi dari berbagai jenis dari sistem Pencernaan
pada tubuh manusia.
5
3. Mahasiswa dapat mengetahui letak berbagai jenis dari sistem Pencernaan pada tubuh
manusia.
4. Mahasiswa jadi mengetahui mengenai bagian-bagian yang ada di dalam selsel yang
ada pada sistem Pencernaan pada tubuh manusia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
kardia esofagus (glandula cardialis oesophagi). Di submukosa terdapat kelenjar esofagus kecil.
Kedua kelenjar mengeluarkan mukus untuk melindungi mukosa dan mempermudah lewatnya
bahan makanan melalui esofagus. Dinding luar esofagus, muskularis eksterna, mengandung
campuran berbagai jenis serat otot. Di sepertiga atas esofagus, muskularis eksterna mengandung
serat otot rangka. Di sepertiga tengah esofagus, muskularis eksterna mengandung banyak serat
otot rangka maupun otot polos, sementara sepertiga bawah esofagus terutama terdiri atas serat
otot polos.
Usus halus (intestinum tenue) adalah saluran panjang berkelok-kelok dengan panjang
kira-kira 5-7 meter, merupakan bagian saluran pencernaan terpanjang. Usus halus terbentang dari
pertautan dengan lambung untuk menyatu dengan usus besar atau kolon (intestinum crassum).
Untuk keperluan deskriptif, usus halus dibagi menjadi tiga bagian: duodenum, jejunum, dan
ileum. Meskipun perbedaan mikroskopiknya hanya sedikit, namun ketiga segmen tersebut dapat
dibedakan.
Duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitorum (dua belas jari), merupakan
bagian terpendek dari usus halus yang terletak setelah lambung. Duodenum dimulai dari
bulboduodenale dan berakhir di ligamentum treits. Usus ini memiliki pH normal berkisar 9.
Duodenum bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis,
terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan lendir. Dinding duodenum tersusun atas lapisan-
lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.
Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara duodenum dan ileum. Jejunum dan
ileum digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam jejenum berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan duodenum, yakni berkurangnya kelenjar brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan ileum, yakni sedikitnya sel goblet dan plak peyeri.
Ileum merupakan bagian dari usus halus. Pada system pencernaan manusia, usus ini
memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum. Ileum memiliki pH
antara 7-8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi sebagai tempat penyerapan vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
Kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Histologis usus
8
besar secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada
tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan
mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus.
Hati terletak di lokasi yang sangat strategis. Semua nutrien dan cairan yang diserap di
usus masuk ke hati melalui vena porta hepatis, kecuali produk lemak kompleks, yang diangkut
oleh pembuluh limfe. Produk yang diabsorpsi mula-mula mengalir melalui kapiler-kapiler hati
yaitu sinusoid (vas sinusoideum). Darah vena porta yang kaya-nutrien mula-mula dibawa ke hati
sebelum masuk ke sirkulasi umum. Karena darah vena dari organ pencernaan di vena porta
hepatis miskin oksigen, arteri hepatika dari aorta mendarahi sel-sel hati dengan darah yang
mengandung oksigen, sehingga hati mendapat darah dari dua sumber.
Hati terdiri atas unit-gnit heksagonal yaitu lobulus hepaticus (hati). Di bagian tengah
setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis, yang dikelilingi secara radial oleh lempeng sel hati
(lamina hepatocytica), yaitu hepatosit, dan sinusoid ke arah perifer. Di sini, jaringan ikat
membentuk kanalis porta atau daerah porta (spatium portale), tempat terdapatnya cabang-cabang
arteri hepatika, vena porta hepatis, duktus biliaris, dan pembqluh limfe. Pada manusia, dapat
ditemukan tiga sampai enam daerah porta setiap lobulus. Darah arteri dan darah vena dari daerah
porta perifer mula-mula bercampur di sinusoid hati saat mengalir ke arah vena sentralis. Dari
sini, darah masuk ke sirkulasi umum melalui vena hepatika yang keluar dari hati dan masuk ke
vena kava inferior.
Sinusoid hati adalah saluran darah yang melebar dan berliku-liku, dilapisi oleh lapisan
tidak utuh sel endotel berfenestra (endotheliocytus fenestratum) yang juga menunjukkan lamina
basalis yang berpori dan tidak utuh. Sinusoid hati dipisahkan dari hepatosit di bawahnya oleh
spatium perisinusoideum (nisse) subendotelial. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam
sinusoid memiliki akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh dengan hepatosit.
Struktur dan jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinkan pertukaran zatyangefisien antara
hepatosit dan darah. Selain sel endotel, sinusoid hati juga mengandung makrofa Etfangdisebut
sel Kupffer (macrophagocytus stellatus), terletak di sisi luminal sel endotel.
Kandung empedu adalah organ kecil berongga yang melekat pada permukaan bawah hati.
Empedu diproduksi oleh hepatosit dan kemudian mengalir ke dan disimpan di dalam kandung
empedu. Empedu keluar dari kandung empedu melalui duktus sistikus dan masuk ke duodenum
melalui duktus biliaris komunis menembus papila duodeni mayor, suatu tonjolan mirip-jari di
9
dinding duodenum ke dalam lumen. Kandung empedu bukan merupakan kelenjar karena fungsi
utamanya adalah menampung dan memekatkan empedu dengan menyerap kandungan airnya.
Empedu dicurahkan ke dalam saluran pencernaan akibat rangsangan hormon setelah makan. Bila
kandung empedu kosong, mukosanya membentuk banyak lipatan yang dalam.
Pankreas adalah organ lunak memanjang yang terletak di belakang lambung. Caput
pancreatis terletak di lengkung duodenum dan cauda pancreatis meluas dari rongga abdomen ke
limpa. Sebagian besar pankreas adalah keleniar eksokrin. Unit sekretorik eksokrin atau asinus
mengandung sel asinar (cellula acinosa) bentuk-piramid, yang apeksnya berisi granula
sekretorik. Granula ini mengandung prekursor beberapa enzim pencernaan pankreas yang
disekresikan ke dalam duktus ekskretorius dalam bentuk tidak aktif. Unit endokrin pankreas
tersebar di antara asinus eksokrin berupa unit terpisah yang terpulas-pucat dengan banyak
pembuluh darah yaitu insula pancreatica (pulau Langerhans). Setiap insula dikelilingi oleh serat
jaringan.ikat retikular halus..Dengan metode imunositokimia khusus, empat jenis sel dapat
diidentifikasi di setiap insula pancreatica: sel alfa (endocrinocytus A), beta (endocrinocytus B),
delta (endocrinocytus D), dan sel polipeptida pankreas (endocrinocytus PP).
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2.1 ALAT
11
Gallbladder
Vesica Fellea
Insula Pancreatica
3.3 CARA KERJA
12
BAB IV
13
FUNDUS STOMACH
14
PYLORIC STOMACH
15
DUODENUM
16
JEJUNUM
17
ILEUM
18
APPENDIX
19
COLON
20
RECTUM
21
PANCREAS
22
LIVER
23
GALLBLADDER
24
HEPAR
25
VESICA FELLEA
26
INSULA PANCREATICA
27
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Sistem Digestive 1
1. Cardiac Stomach
5
1
2. Fundus Stomach
4 2
3
1
1. Submukosa
2. Epitel Permukaan
3. Lamina Propria
4. Muskularis Mukosa
5. Muskularis Eksterna
6. Arteri dan Vena
29
Berdasarkan pengamatan, lambung dibagi menjadi 3 bagian histologik: kardia,
fundus dan pylorus. Korpus dan fundus adalah bagian lambung yang terluas. Mukosa dan
submukosa daerah fundus digambarkan pada pembesaran yang lebih kuat. Epitel
pemukaan selapis silindris meluas ke dalam fuveola gastrica yaitu tempat bermuaranya
kelenjar gastrica tubular. Lamina propria mengisi celah diantara kelenjar gastrica dan
meluas dari epitel permukaan ke muskularis mukosa.
3. Pylorus Stomach
1
3
1. Foveola Gastrica
2. Kelenjar Pylorus
3. Lamina Propria
4. Muskularis Mukosa
5. Submukosa
Berdasarkan pengamatan, di mukosa bagian pylorus lambung, foveola gastric
lebih dalam daripada yang terdapat di daerah korpus dan fundus. Foveola gastrica meluas
ke dalam mukosa kira-kira separuh atau lebih ketebalannya. Kelenjar pylorus bermuara
ke dalam dasar foveola gastrica. Kelenjar pylorus adalah kelenjar tubular bercabang atau
bergelung yang mengandung sekresi mukus, terlihat dalam potongan melintang dan
memanjang. Struktur yang lain di daerah pylorus lambung serupa dengan terdapat di
30
bagian lain. Lapisan propria mengandung jaringan limfoid difus dan kadangkala nodulus
limfoid. Dibawah nodulus limfoid terdapat otot polos muskularis mukosa. Serat otot
polos dari lapisan sirkular muskularis mukosa berjalan ke atas di antara kelenjar pylorus
ke dalam lamina propria dan bagian atas mukosa. Di bawah muskularis mukosa adalah
jaringan ikat padat tidak teratur submukosa yang mengandung pembuluh darah arteriol
dan venula dalam berbagai ukuran.
4. Duodenum
2
4
1
3
6
5
7
31
Berdasarkan pengamatan, pada permukaan lumen duodenum terdapat villi yang
dilapisi oleh epitel selapis silindris dengan limbus striatus. Diantara villi terdapat ruang
intervilus dan bagian tengah setiap vilus mengandung lamina propria yang di dalamnya
ditemukan sel jaringan ikat, sel limfoid, sel plasma, makrofag, sel otot polos, dan sel
lainnya. Selain itu, lamina propria yang mengandung banyak pembuluh darah dan
pembuluh limfe yang melebar dan buntu yaitu lakteal. Di antara vili terdapat kelenjar
intestinal yang meluas sampai ke muskularis mukosa. Di bawah muskularis mukosa
adalah jaringan ikat padat tidak teratur submukosa. Di duodenum, submukosa terisi oleh
kelenjar duodenal penghasil-mukus yang terpulas-pucat dengan duktusnya menembus
muskularis mukosa untuk mencurahkan produk sekretoriknya di dasar kelenjar intestinal.
Di sekitar submukosa dan kelenjar duodenal terdapat muskularis eksterna.
5. Jejunum
3
1
2 4
32
Berdasarkan pengamatan, dapat dilihat lipatan permanen dan menonjol plika
sirkularis yang meluas ke dalam lumen jejunum. Bagian tengah plika sirkularis dibentuk
oleh jaringan ikat padat tidak teratur submukosa yang mengandung banyak arteri dan
vena. Banyak tonjolan mirip-jari, villi, melapisi plika. Di antara villi terdapat ruang
intervilus, dan di dasar vili terdapat kelenjar intestinal yang berada di lamina propria.
Kelenjar intestinal (kriptus Lieberkrihn) bermuara ke ruang intervilus.
Di lumen, setiap vilus memperlihatkan epitel silindris dengan limbus striatus dan
sel goblet. Di bawah epitel di lamina propria terdapat nodulus limfoid dengan pusat
germinal. Berkas serat otot polos dari rnuskularis mukosa meluas di lamina propria villi.
Setiap vilus juga mengandung sebuah lakteal sentral dan kapiler. Usus halus dikelilingi
oleh muskularis eksterna yang mengandung lapisan otot polos sirkular dalam dan lapisan
otot polos longitudinal luar. Sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terdapat di
jaringan ikat di antara lapisan otot muskularis eksterna. lleksus submukosa serupa
terdapat di submukosa usus halus, tetapi tidak tampak dalarn gambar ini. Peritoneum
viscerale atau serosa membungkus usus halus. Di bawah lapisan serosa terdapat serat
jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel adipose.
6. Ileum
3
4
33
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada preparat histologi Ileum
dengan perbesaran 10 x 10 maka terlihat beberapa bagian sebagai berikut:
1. Muskularis eksternal
2. Nodulus lymfhodeus
3. Epitel permukaan
4. Lakteal
Berdasarkan pengamatan, ada pun ciri khas dari ileum adalah agregasi nodulus
limfoid yaitu nodulus lymphoideus aggregatus submucosus (Peyer's patch). Setiap bercak
Peyer adalah agregasi banyak nodulus limfoid yang terdapat di dinding ileum
berseberangan dengan perlekatan mesenterium. Kebanyakan nodulus limfoid
memperlihatkan pusat germinal. Nodulus limfoid biasanya menyatu dan batas di antara
nodulus menjadi tidak jelas. Nodulus limfoid berasal dari jaringan limfoid difus lamina
propria. Vili tidak terdapat di daerah lumen usus tempat nodulus mencapai permukaan
mukosa. Nodulus limfoid biasanya meluas ke dalam submukosa, menembus muskularis
mukosa, dan menyebar di jaringan ikat longgar submukosa. Dalam gambar juga terlihat
epitel permukaan yang melapisi vili, kelejar intestinal, lakteal di vili, lapisan sirkular
dalam dan lapisan longitudinal luar di muskularis eksterna, dan serosa.
7. Appendix
1
4
2 3
34
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada preparat histologi Appendix
dengan perbesaran 10 x 10 maka terlihat beberapa bagian sebagai berikut:
1. Submukosa
2. Nodulus limfoid
3. Lamina propria
4. Muscularis mucosae
Berdasarkan hasil pengamatan, dalam membandingkan mukosa apendiks dengan
kolon, epitel mengandung banyak sel goblet, lamina propria di bawahnya mengandung
kelenjar intensinal (kriptus Lieberkuhn), dan terdapat muskularis mukosa. Kelenjar
intensial di apendiks kurang berkembang, lebih pendek, dan sering berjauhan letaknya
dibandingkan di kolon. Jaringan limfoid difus di dalam lamina propria sangat banyak dan
sering terlihat di submukosa. Nodulus limfoid dengan pusat germinal banyak ditemukan
dan sangat khas bagi apendiks. Nodulus ini berasal dari lamina propria dan meluas dari
epitel permukaan hingga submukosa. Submukosa memiliki banyak pembuluh darah.
Muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar.
Ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terletak di antara lapisan otot polos sirkular
dalam dan longitudinal luar muskularis eksterna.
8. Colon
4
3
1
2
35
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada preparat histologi Colon
dengan perbesaran 10 x 10 maka terlihat beberapa bagian sebagai berikut:
1. Kelenjar interstinal
2. Lamina propria
3. Nodulus limfonodus
4. Submukosa
Bedasarkan pengamatan, pada dinding kolon memiliki lapisan-lapisan dasar yang
serupa dengan lapisan yang ada di usus halus. Mukosa (4-7) terdiri atas epitel selapis
silindris, keleniar intestinal, lamina propria, dan muskularis mukosa. Submukosa di
bawahnya mengandung sel dan serat jaringan ikat, berbagai pembuluh darah dan saraf.
Muskularis eksterna dibentuk oleh dua lapisan otot polos. Serosa (peritoneum viscerale
dan mesenterium) melapisi kolom transversum dan kolon sigmoid. Adanya beberapa
modifikasi di dinding kolon yang membedakan bagian ini dari bagian lainnya di saluran
pencernaan.
Kolon tidak memiliki vili atau plika sirkularis, dan permukdan luminal mukosa
licin. Di kolon yang tidak melebar, mukosa dan submukosa memperlihatkan banyak
lipatan temporer. Di lamina propria dan submukosa kolon dijumpai nodulus limfoid.
Lapisan otot polos di muskularis eksterna kolon mengalami modifikasi. Lapisan sirkular
dalam terlihat utuh di dinding kolon, sedangkan lapisan longitudinal luar otot polos
dibagi menjadi tiga pita memanjang yang lebar yaitu taenia coli. Lapisan otot
longitudinal luar yang sangat tipis, yang sering terputus-putus, dijumpai di antara taenia
coli. Sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) terdapat di
antara kedua lapisan otot polos muskularis eksterna. Kolon transversum dan kolon
sigmoid melekat pada dinding tubuh melalui mesenterium. Oleh karena itu, serosa
menjadi lapisan terluar.
36
4.2.2 Sistem GI Tract
1. Rectum
5 6
7
2
4
8
3 1
37
Taenia coli di kolon berlanjut ke dalam rektum tempat muskularis eksterna terdiri
atas lapisan otot polos circular dalam dan longitudinal luar titik diantara kedua lapisan
otot polos terdapat Ganglion parasimpatis pleksus mienterikus (Auerbach). Adventisia
menutupi sebagian rektum, dan serasa menutupi sisanya. Banyak pembuluh darah
ditemukan di submukosa dan adventisia
2. Pancreas
3
2
38
terpisah. Insula pancreatica menunjukkan bagian endokrin dan merupakan ciri khas
pankreas.
Setiap asinus pankreatikus terdiri atas sel zimogenik penghasil-protein bentuk-
piramid yang mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius setiap
asini terlihat sel sentroasinar yang terpulas-pucat di dalam lumennya. Produk sekretorik
keluar dari asini melalui duktus interkalaris (intralobularis) yang mempunyai lumen kecil
yang dilapisi oleh epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar bersambungan dengan epitel
duktus interkalaris. Duktus interkalaris mengalir ke dalam duktus interlobularis yang
terdapat di dalam septum jaringan ikat interlobularis. Duktus interlobularis dilapisi oleh
epitel selapis kuboid yang menjadi lebih tinggi dan bertingkat di duktus yang lebih besar.
3. Liver
39
Jika dilakukan perbesaran yang lebih besar, maka akan terlihat serat retikular
halus membentuk sebagian besar jaringan ikat penunjang hati. Serat retikular berwarna
hitam dan sel hati berwarna merah muda atau ungu pucat. Serat retikular melapisi
sinusoid, menyokong sel endotel, dan membentuk anyaman padat serat retikular di
dinding vena sentralis. Serat retikular juga menyatu dengan serat kolagen di septum
interlobularis, tempat serat kolagen mengelilingi vena porta dan duktus biliaris. Di
anyaman retikular iuga terlihat inti hepatosit yang berwarna merah muda dan lempeng
hepatosit yang memancar dari vena sentralis ke arah septum interlobularis.
4. Gallbladder
5 6
3
4
7
2
1
40
muskularis mukosa atau submukosa. Mukosa terdiri dari epitel selapis silindris dan
jaringan ikat lamina propria di bawahnya yang mengandung jaringan ikat longgar,
Beberapa jaringan limfoid difus, dan pembuluh darah vena dan arteriole. Dalam keadaan
tidak teregang, dinding kandung empedu memperlihatkan lipatan mukosa temporer yang
menghilang saat kandung empedu teregang oleh empedu titik lipatan mukosa mirip
dengan villi di usus halus, namun ukurannya dan bentuknya berbeda, dan susunannya
tidak teratur. Kriptus atau divertikulum (crypta mucosae) terdapat di antara lipatan
mukosa dan sering membentuk identasi yang dalam di mukosa.
Di bagian eksternal lamina propria yaitu otot kandung empedu dengan berkas
serat otot polos tersusun acak yang tidak menunjukkan lapisan-lapisan yang jelas dan
serat elastik yang tersebar titik di sekeliling berkas serat otot polos terdapat lapisan tebal
jaringan ikat padat yang mengandung pembuluh darah besar, arteri dan vena, pembuluh
limfe dan saraf. Serosa melapisi seluruh permukaan kandung empedu yang menggantung
bebas titik lapisan jaringan ikat, tempat kandung empedu melekat pada permukaan hati
disebut adventisia.
5. Hepar
1
4
2 3
41
3. Arteri Hepatica
4. Vena Porta
Berdasarkan hasil pengamatan, hati merupakan sel endotel. Sel kecil ini memiliki
sitoplasma yang tipis dan inti yang kecil. Untuk menunjukkan sel fagositik di dalam
sinusoid fratl, hewan percobaan disuntik secara intravena dengan tinta India. Sel Kupffer
fagositik menelan partikelpartikel karbon dari tinta, yang mengisi sitoplasmanya dengan
endapan hitam. Akibatnya, sel Kupffer tampak jelas di dalam sinusoid di antara lempeng
hepatosit. Sel Kupffer adalah sel besar dengan beberapa prosesus dan bentuk tidak teratur
atau stelata yang menonjol ke dalam sinusoid. Inti sel Kupffer tertutup oleh partikel
karbon yang ditelan.
Potongan lobulus hati di antara vena sentralis dan jaringan ikat perifer septum
interlobularis daerah porta diperlihatkan secara lebih detail. Di septum interlobularis
terdapat potongan melintang sebuah vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris, dan
sebuah pembuluh limfe. Banyaknya potongan melintang arteri hepatika dan duktus
biliaris disebabkan oleh adanya percabangannya di septum atau salurannya masuk dan
keluar septum. Cabang vena porta dan arteri hepatika menembus septum interlobularis
dan membentuk sinusoid. Sinusoid berada di antara lempeng sel hati dan mengikuti
percabangan dan anastomosisnya. Sinusoid dan vena sentralis dilapisi oleh sel endotel
yang tidak utuh. Sel darah (eritrosit dan leukosit) di sinusoid mengalir ke arah vena
sentralis masing-masing lobulus. Di sinusoid juga terdapat makrofag yang disebut sel
Kupffer. Sinusoid dilapisi oleh sel endotel yang tidak utuh. Semua sinusoid mengalir ke
dan bermuara ke dalam vena sentralis.
42
6. Vesica Fellea
43
limfe, dan saraf. Serosa melapisi seluruh permukaan kandung empedu yang menggantung
bebas. Lapisan jaringan ikat, tempat kandung empedu melekat pada permukaan hati,
disebut adventisia.
7. Insula Pancreatica
1
2
44
pancreatica dari asini sekretorik eksokrin. Insula pancreatica mendapat pendarahan dari
pembuluh darah dan kapiler. Di sini sekretorik eksokrin terdiri atas sel bentuk piramid
yang tersusun mengelilingi lumen kecil dengan bagian tengahnya terlihat satu atau lebih
sel sentroasinar. Duktus ekskretorius terkecil di dalam pankreas adalah duktus
interkalaris yang dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Insula pancreatica dipisahkan dari
jaringan asini eksokrin di sekitarnya oleh lapisan tipis serat retikular. Insula lebih besar
dari pada asini dan merupakan kelompok padat sel-sel epitel yang ditembus oleh kapiler.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Melalui pengamatan dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa disepanjang saluran pencernaan terdapat epitel permukaan yang bertujuan untuk
melindungi jaringan dibawahnya. Pada saluran pencernaan khususnya pada usus halus
memiliki jaringan yang sama hanya saja yang membedakan antara duodenum, jejunum dan
ileum adalah kelenjar duodenal (Brunner), kelenjar ini biasanya terbatas di submukosa.
46
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi Difiore Dengan Korelasi Fungsional Edisi 11.
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pakurar, Alice S, John W. Bigbee. 2004. Digital Histology An Interactive CD Atlas with Review
Sherwood, Lauralee. 2017. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Tortora, Gerard J, dan Derrickson, Bryan. Dasar Anatomi & Fisiologi. Volume 2. Edisi 13.
EGC: Jakarta.
47