Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1


BLOK INTERGUMEN

DISUSUN OLEH:

Nama : Yuni Asmilawati


NIM : 019.06.0094
Kelas :B
Kelompok : 10
Modul : Intergumen
Dosen : dr. Rizki Mulianti, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2021/2022

1|LBM 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD (Small Group
Discussion) LBM 1 yang berjudul “Punggungku Belang-Belang” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa LBM 1 yang
berjudul “Punggungku Belang-Belang” meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua
sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Rizki Mulianti, S.Ked. sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 10 yang
senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam
berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun makalah
ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Mataram, 11 November 2021


Hormat Saya

Penyusun

2|LBM 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

1.1 Skenario LBM 1.........................................................................................................................3

1.2 Deskripsi Masalah......................................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................8

PEMBAHASAN...................................................................................................................................8

2.1 Pembahasan Sesuai Diskusi SGD...............................................................................................8

BAB III............................................................................................................................................34

PENUTUP.......................................................................................................................................34

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................35

3|LBM 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario LBM 1


“PUNGGUNGKU BELANG-BELANG”

Sesi I
Seorang laki-laki 15 tahun dibawa oleh ibunya ke klinik FK UNIZAR dengan keluhan
bintik-bintik kemerahan berisi cairan di wajah dan seluruh badan disertai demam sejak 2 hari
yang lalu. Tetangga pasien menderita keluhan yang sama tapi hanya di 1 sisi punggungnya
saja disertai rasa nyeri, pasien bertanya apakah penyakitnya sama dengan tetanggganya? Jika
berbeda, bagaimana cara membedakannya dikarenakan kulit memiliki banyak lapisan dengan
fungsi yang berbeda.

1.2 Deskripsi Masalah


Berdasarkan skenario diatas kelompok kami mengajukan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan terjadinya gejala pada skenario?
2. Apa saja lapisan kulit dan fungsinya?
3. Apakah terdapat hubungan gejala yang dialami pasien dengan tetangganya?
4. Tatalaksana awal pada pasien?
5. DD dari skenario?
Apa yang menyebabkan terjadinya gejala pada skenario?
Apa saja lapisan kulit dan fungsinya?

4|LBM 1
Secara mikroskopik kulit terbagi menjadi 3 lapisan:
1. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa
beregenerasi, berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh
manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4-1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis
adalah keratinosit. Terselip diantara keratinosit adalah sel Langerhans dan
melanosit, dan kadang-kadang juga sel Merkel dan limfosit.
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah
disebut stratum basalis, di atasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan
stratum granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini dikenal sebagai stratum
Malpighi. Lapisan teratas adalah stratum korneum yang tersusun oleh
keratinosit yang telah mati (korneosit).
Susunan epidermis yang berlapis-lapis ini menggambarkan proses diferensiasi
(keratinisasi) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyediakan sawar kulit
pelindung tubuh dari ancaman di permukaan.
2. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi
ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi.
Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai
elemen yang berada pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa,
ground substance dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang,
kelenjar, folikel rambut dan saraf.

5|LBM 1
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis. Fibroblas
adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut
kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen
pertahanan imunologik pada kulit yang mampu bertindak sebagai fagosit, sel
penyaji antigen maupun mikrobisidal dan tumorisidal.
3. Subkutan
Subkutan yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan
suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi juga menyediakan bantalan yang
meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan
terbentuknya lekuk tubuh yang memberiksan efek kosmetik. Sel-sel lemak
terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa.
Apakah terdapat hubungan gejala yang dialami pasien dengan tetangganya?
Terdapat hubungan keluhan yang dialami pasien dengan apa yang dialami oleh
tetangganya. Hal ini diduga keluhan yang dialami pasien maupun tetangga disebabkan
oleh adanya infeksi oleh virus, misalnya virus varisela zoster. Virus ini dapat dengan
cepat menyebar melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Adapun cara
penularannya ini:
1. Melalui saluran pernapasan: Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa
virus Varisela-Zoster menyebar melalui udara. Oleh karena itu, penularan
penyakit bisa terjadi melalui saluran pernafasan, yaitu melalui selaput lendir
yang terdapat pada mulut dan hidung, berupa air liur, bersin dan batuk.
2. Cairan pada vesikel: Cairan yang terdapat pada vesikel (gelembung berisi
cairan pada kulit), apabila pecah dan cairan merembes keluar, maka berhati-
hatilah karena cairan tersebut mengandung banyak virus sehingga bisa
menular. Sehingga dianjurkan pada penderita tidak berkontak langsung dengan
orang lain.
Tatalaksana awal pada pasien?
1. Diberikan antipiretik seperti paracetamol untuk menurunkan demam
2. Istirahat secukupnya
3. Dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah menggaruk ruam-
ruam.
4. Menjaga higienitas tubuh dan lingkungan
DD dari skenario?

6|LBM 1
Berdasarkan kasus pada skenario kelompok kami mengajukan 2 diagnosis
banding yakni:
1. Herpes Zoster
2. Varisela Zoster

7|LBM 1
BAB II

PEMBAHASAN

DATA TUTORIAL

Hari/tanggal : Senin, 08 November 2021


Tutor : dr. Rizki Mulianti, S.Ked.
Ketua : Yuni Asmilawati
Sekretaris : Elza Febriany Kusuma

2.1 Pembahasan Sesuai Diskusi SGD


I. ANATOMI, HISTOLOGI & FISIOLOGI KULIT
1. Anatomi dan Histologi

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat


sekitar 5 kg dan luas 2 m² pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Kulit
menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia secara utuh
yang meliputi fungsi, yaitu:
a. Perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan
kimia).
b. Perlindungan imunologik
c. Ekskresi

8|LBM 1
d. Pengindera
e. Pengaturan suhu tubuh
f. Pembentukan vitamin D
g. Kosmetis
Fungsi-fungsi tersebut mudah dipahami dengan meninjau struktur
mikroskopik kulit yang terbagi menjadi 3 lapisan: epidermis, dermis dan
subkutis/hipodermis.
1. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa
beregenerasi, berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh
manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4-1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis
adalah keratinosit. Terselip diantara keratinosit adalah sel Langerhans dan
melanosit, dan kadang-kadang juga sel Merkel dan limfosit.
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah
disebut stratum basalis, di atasnya berturut-turut adalah stratum spinosum dan
stratum granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini dikenal sebagai stratum
Malpighi. Lapisan teratas adalah stratum korneum yang tersusun oleh
keratinosit yang telah mati (korneosit). Susunan epidermis yang berlapis-lapis
ini menggambarkan proses diferensiasi (keratinisasi) yang dinamis, yang tidak
lain berfungsi menyediakan sawar kulit pelindung tubuh dari ancaman di
permukaan.

9|LBM 1
a. Stratum Corneum
Lapisan kulit yang paling luar. Tersiri dari sel-sel mati
yang berisi filamen keratin. Sel-sel superfisial terus dilepaskan
atau deskuamasi dan tergantikan oleh sel-sel dari stratum basal
yang berada di bawahnya.
b. Stratum Granulosum
Keratinosit stratum mengandung keratohyaline granules
(KG) yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa. KG
mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dalam
pembentukan cornified cell envelope (CCE). Lapisan ini terdiri
dari beberapa lapis sel gepeng dan granula keratohialin di atas
stratum spinosum.
c. Stratum Spinosum
Lapisan ini terletak diatas stratum basal, terdiri dari
beberapa lapis sel yang terlihat seperti berduri (karena tonjolan
sitoplasma). Pembentukan filamen keratin pada lapisan ini
membentuk tonofilamen.
d. Stratum Basalis
Lapisan paling dasar epidermis. Lapisan ini terdiri dari
satu lapisan sel yang terletak pada membrana basalis. Lapisan ini
sebagai induk dari epidermis, sel-sel bermitosis, bergerak menuju
lapisan superfisial dan mengalami keratinisasi atau peningkatan
jumlah filamen keratin intermediet.
2. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi
ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi.
Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai
elemen yang berada pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa,
ground substance dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang,
kelenjar, folikel rambut dan saraf.
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis. Fibroblas
adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut
kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu elemen

10 | L B M 1
pertahanan imunologik pada kulit yang mampu bertindak sebagai fagosit, sel
penyaji antigen maupun mikrobisidal dan tumorisidal.

3. Subkutan
Subkutan yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan
suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi juga menyediakan bantalan yang
meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan
terbentuknya lekuk tubuh yang memberiksan efek kosmetik. Sel-sel lemak
terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa.

11 | L B M 1
4. Adneksa Kulit
Yang tergolong adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan
apokrin serta kuku. Folikel rambut sering disebut sebagai unit pilosebasea
karena terdiri atas bagian rambut dan kelenjar sebasea yang bermuara ke
bagian folikel rambut. Rambut yang tebal dan berpigmen disebut rambut
terminal, misalnya rambut kepala dan janggut. Rambut yang halus,
panjangnya kurang dari 1 cm dan tidak berpigmen disebut velus, terdapat pada
sebagian besar permukaan kulit kecuali kulit glabrosa. Rambut tumbuh
mengikuti siklus 3 fase anagen (pertumbuhan), katagen (involusi), dan telogen
(istirahat).
Kelenjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis disebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar erin terletak di dermis dalam, dekat
perbatasan dengan subkutis. Fungsi utama kelenjar ekrin adalah:1) mengatur
pelepasan panas, 2) eksresi air dan elektrolit, dan 3) mempertahankan
keasaman permukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi kuman patogen.
2. Fisiologi
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di
luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit,
kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah
kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit,

12 | L B M 1
perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit
(Arindha 2016).
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
a. Pelindung atau proteksi Epidermis terutama lapisan tanduk berguna
untuk menutupi jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan
melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka dan
serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat
menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia
dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsangrangsang
fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
b. Penerima rangsang Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang
sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin,
tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan
melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur panas atau thermoregulasi Kulit mengatur suhu tubuh melalui
dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang
keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu
tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50 C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing.
Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara
tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
d. Pengeluaran (ekskresi) Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu
keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-
pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya.
Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai
pembentukan keringat yang tidak disadari.
e. Penyimpanan Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f. Penyerapan terbatas Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama
zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon
yang terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan

13 | L B M 1
mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke
dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh
darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh
lainnya.
g. Penunjang penampilan Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu
keadaan kulit yang tampakt halus, putih dan bersih akan dapat
menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat
mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
II. PERBEDAAN JENIS INFEKSI KULIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS
Herpes Zoster Varisela Zoster
Demam + +
Nyeri + +
Etiologi VVZ VVZ
Usia > 40 tahun Anak-anak < 10 tahun
Anak dan dewasa jarang
Jenis kelamin Semua Semua
Penyebaran Menular Menular
Gejala khas Menyerang satu sisi/unilateral Perjalanan penyakit
dermatom sentrifugal/bilateral
Vesikel (tear drops)
Kerusakan Saraf Menyebabkan kerusakan saraf Jarang
Gambaran

III. UJUD KELAINAN KULIT (UKK/EFLORESENSI)


PRIMER
(Terjadi pada kulit yang semula normal/kelainan yang pertama)

14 | L B M 1
Makula:
Perubahan warna kulit tanpa
perubahan bentuk:
a. Hiperpigmentasi (warna coklat),
pigmen melanin
b. Biru, bayangan melanosit
c. Eritema (warna merah), (Fixed drug eruption)
vasodilatasi kapiler
d. Purpura, ektravasasi eritrosit
Papula:
Penonjolan padat di atas permukaan
kulit, diameter < 0,5 cm.

(Moluskum kontagiosum)
Nodul:
Penonjolan padat di atas permukaan
kulit, diameter > 0,5 cm.

(Prurigo nodularis)
Plakat:
Peninggian diatas permukaan kulit
seperti dataran tinggi atau mendatar
(plateau-like) yang biasanya
terbentuk dari bersatunya (konfluen)
beberapa papul, diameter lebih dari > (Psoriasis vulgaris)
0,5 cm.
Urtika:
Penonjolan yang ditimbulkan akibat
edema setempat yang timbul
mendadak dan hilang perlahan.

(Urtikaria)

15 | L B M 1
Vesikel:
Lepuh berisi cairan serum, diameter <
0,5 cm

(Herpes Zoster)
Bula:
Vesikel yang berukuran > 0,5 cm

(Pemfigoid bulosa)
Pustula:
Vesikel berisi nanah

(Folikulitis)
Kista:
Ruangan/kantong berdinding dan
berisi cairan atau material semi solid (
sel atau sisa sel), biasanya pada
lapisan dermis.

(Kista epidermal)
Purpura:
Warna merah dengan batas tegas
yang tidak hilang jika ditekan, terjadi
karena adanya ekstravasasi dari
pembuluh darah ke jaringan.

(Vaskulitis lekositoklastik)
SEKUNDER
(Akibat perubahan yang terjadi pada efloresensi primer)
Skuama:
Sisik berupa lapisan stratum korneum
yang terlepas dari kulit.

16 | L B M 1
(Psoriasis gutata)
Krusta:
Kerak atau keropeng yang
menunjukkan adanya cairan serum
atau darah yang mengering.

(Impetigo krusta)
Ekskoriasi:
Lecet kulit yang disebabkan
kehilangan lapisan kulit yang
melampaui stratum .
(Ekskroriasi neurotik)
Ulkus:
Tuka atau borok, disebabkan
hilangnya jaringan lebih dalam dari
ekskoriasi, memiliki tepi, dinding,
dasar dan isi.
(Pioderma gangrenosum)
Likenifikasi:
Penebalan lapisan epidermis disertai
guratan garis kulit yang makin jelas,
akibat garukan atau usapan yang
bersifat kronis.

(Liken simpleks kronis)


Fisura:
Hilangnya epidermis dan dermis yang
berbatas tegas berbentuk linier.

(Dermatitis kontak iritan kronis)

17 | L B M 1
Atropi:
Penipisan lapisan epidermis ataupun
dermis.

(Liken sklerosus)
Skar:
Digantinya jaringan normal kulit
dengan jaringan fibrotik pada tempat
penyembuhan luka.

(Skar hipertropi)
Kornedo:
Infundibulum folikel rambut yang
melebar dan tersumbat keratin dan
lipid.

Poikiloderma:
Kombinasi dari atropi,
hiperpigmentasi, hipopigmentasi dan
teleangiekstasi, yang memberikan
gambaran belang (mottled).
(Mikosis fungoides)
Teleangiekstasi:
Dilatasi pembuluh darah superfisialis

(Rosasea)
IV. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
1. HERPE ZOSTER
a. Definisi
Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan
manifestasi erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa
disertai nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas di satu
dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi infeksi
laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris
radiks dorsalis, gangglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik
yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.

18 | L B M 1
b. Etiologi
Hope Simpson, 1965, mengajukan hipotesis bahwa imunitas
terhadap virus varisela zoster berperan dalam etiopatogenesis
terjadinya herpes zoster. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis, obat-
obatan tertentu, infeksi lain, atau stres dapat dianggap sebagai pencetus
walaupun belum pasti.
c. Manifestasi Klinis
Herpes zoster dapat dimulai dengan timbulnya gejala
prodromal berupa sensasi abnormal atau nyeri otot lokal, nyeri tulang,
pegal, parestesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar dari ringan
sampai berat. Nyeri dapat menyerupai sakit gigi, pleuritis, infark
jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau empedu,
apendisitis. Dapat juga dijumpai gejala konstitusi misalnya nyeri
kepala, malaise dan demam. Gejala prodromal dapat berlangsung
beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari).
Setelah awitan gejala prodromal, timbul erupsi kulit yang
biasanya gatal atau nyeri terlokalisata (terbatas di satu dermatom)
berupa makula kemerahan. Kemudian berkembang menjadi papul,
vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari. Selanjutnya isi vesikel
menjadi keruh dan akhirnya pecah menjadi krusta (berlangsung selama
7-10 hari).
Bila virusnya menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius
terjadi sindrom Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit timbul di liang telinga
luar atau membran timpani disertai paresis fasialis, gangguan
lakrimasi, gangguan pengecapan 2/3 bagian depan lidah, tinitus,
vertigo dan tuli.
2. VARISELA ZOSTER
a. Definisi
Varisela zoster (chicken pox/ cacar air) merupakan infeksi akut
primer oleh virus Varisela-Zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
manifestasi klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
b. Etiologi

19 | L B M 1
Penyebabnya adalah virus varicella-zoster (VZV) yang
merupakan virus DNA double-stranded. Virus ini ditularkan melalui
percikan sekret saluran nafas pasien atau melalui benda-benda yang
terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Pasien bisa menularkan
penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir
telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya
penderita diisolasi (diasingkan).
c. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari.
Gejala klinis dimulai dengan gejala prodromal, yakni demam yang
tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbul
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip tetesan embun
(tear drops) di atas dasar eritematosa. Vesikel akan berubah menjadi
keruh menyerupai pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara
proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga pada
satu saat tampak gambaran polimorfi.
Penyebaran terutama di daerah badan, kemudian menyebar
secara sentrifugal ke wajah dan ekstermitas, serta dapat menyerang
selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat
infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.
Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
V. PENENTUAN DIAGNOSIS KERJA
VI. EPIDEMIOLOGI
Varisela tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak (90%), tetapi
dapat juga menyerang orang dewasa (2%), sisanya menyerang kelompok tertentu.
Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari
dihitung dari timbulnya gejala kulit. Angka kejadian 5 kasus per 1.000 populasi. Pada
individu dengan kondisi immunosupresi, angka kejadian meningkat. Risiko
postherpetic neuralgia meningkat dengan meningkatnya umur. Ratarata pasien dengan
usia lebih dari 60 tahun akan mengalami nyeri temporer ataupun prolonged pain
syndrome.

20 | L B M 1
Penelitian di Hongkong tahun 2008 menunjukkan, bahwa keadaan kelembaban yang
rendah terutama pada cuaca dingin berhubungan dengan lebih tingginya jumlah anak-
anak dengan varisela yang masuk ke rumah sakit .
VII. FAKTOR RISIKO
 Usia anak-anak lebih sering daripada orang dewasa
 Terpajan virus VVZ, pada anak biasanya dari anggota keluarga, tetangga atau
sekolah, sementara orang dewasa tertular dari anak, pasien yang dirawat di
rumah sakit atau berada pada lingkungan yang padat.
 Tidak dilakukan imunisasi.
VIII. PATOFISIOLOGI
Virus varisela zoster (VVZ) masuk ke dalam tubuh melalui mukosa saluran
napas atas dan orofaring. Meskipun VZV ditransmisikan melalui saluran nafas,
namun virus sangat jarang ditemukan pada mukosa saluran nafas pada fase awal
infeksi. Dengan metode PCR virus dapat dideteksi beberapa saat sebelum ruam timbul
atau setelah muncul ruam kulit. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologi yang
menunjukkan transmisi virus terjadi 24 – 48 jam sebelum ruam muncul. Lesi pada
orofaring dapat menyebarkan virus melalui droplet atau sekresi saluran nafas individu
yang terinfeksi. Virus yang masuk kemudian menyebar ke kelenjar lymph regional
dan terjadi fase viremia primer, yang selanjutnya akan menyebabkan virus menyebar
ke hepar dan menginfeksi sel mononuclear yang berfungsi sebagai sistem fagosit
selama masa inkubasi. Rata-rata masa inkubasi adalah 14 hari. Viremia dapat
dideteksi dalam 4 – 5 hari sebelum timbul gejala, dan beberapa hari setelah ruam
menghilang. VZV dapat ditemukan pada 11 – 24% sel mononuklear darah tepi pasien
yang diambil dalam 24 jam setelah timbul ruam dengan menggunakan metode kultur
sel.
Keadaan viremia menyebabkan virus dapat mengakses sel epidermal dan
mengalami replikasi, kemudian menimbulkan ruam yang khas. Bagaimana
mekanisme virus dapat ditransfer ke sel-sel kulit belum sepenuhnya diketahui. Tetapi
sel mononuklear darah tepi yang terinfeksi virus dapat bermigrasi keluar dari dinding
kapiler menunju jaringan kulit atau virus menyebar ke sel endotel yang membentuk
dinding kapiler, mengalami replikasi dan kemudian menyebar ke sel epitel.
Lesi varisela secara bertahap berupa makulopapular, vesikel, dan fase krusta.
Perubahan ini berhubungan dengan terjadinya vaskulitis yang melibatkan pembuluh
darah kecil dan terjadinya fusi sel epitel ke bentuk sel multinuklear yang selalu

21 | L B M 1
memunyai eosinophilic intranuclear inclusions. Proses evolusi ke bentuk vesikel
akibat proses degenerasi “ballooning” dari sel epitelial yang terlihat sebagai ruang
yang berisi cairan antara sel. Bertambahnya jumlah sel yang terinfeksi sebagai dasar
terjadinya lesi. Lesi Varisela umumnya tidak membentuk parut (scar) karena sel yang
terinfeksi relatif superfisial, tetapi kerusakan lapisan germinal epithelium dapat
terjadi. Ulserasi yang dalam dapat terjadi jika terjadi nekrosis pada seluruh lapisan
dermal tempat terdapat ruam. Virion VZV dapat ditemukan pada sel endotel kapiler
dan keratinosit dengan elektron mikroskop, dan virus bebas dilepaskan ke dalam
cairan vesikel yang menjadi infeksius. Bila respon imun pasien tidak adekuat pada
saat viremia, maka virus dapat menginfeksi paru, hepar, susunan saraf pusat dan
organ lainnya.

Gambar I: Masa Inkubasi (terjadi viremia primer)

Gambar 2: Pada masa akut (terjadi viremia sekunder)


IX. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, adanya demam dan ruam kulit
yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng).

22 | L B M 1
Anamnesis
Tidak biasa terjadi varisela subklinik. Masa inkubasi penyakit yang khas adalah
14 – 21 hari. Lesu dan demam adalah simtom paling awal, segera diikuti dengan
munculnya ruam, pertama pada punggung lalu kemudian pada wajah, anggota badan,
mukosa pipi serta faring. Vesikel segar berturut-turut muncul dalam crops selama 2- 4
hari berikutnya.
Pemeriksaan Fisik
Pada waktu 24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah
datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi
cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan
waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan
akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak
ditemukan pada batang tubuh bagian atas seperti dada, punggung, bahu. Bintik-bintik
sering ditemukan di kulit kepala. Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka
terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga bisa
ditemukan di kelopak mata, saluran pernafasan bagian atas, rektum dan vagina. Papula
pada pita suara dan saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan.

Gambar: Berbagai bentuk ruam pada varisela


Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada varisela tanpa
komplikasi. Namun untuk pemeriksaan tambahan bisa dilakukan pemeriksaan darah
rutin, test PCR dan pemeriksaan Tzank.
 Pada pemeriksaan sediaan darah tepi dapat ditemukan penurunan leukosit
(leukopenia) dan peningkatan enzim hepatik.
 Pada pemeriksaan Tzank dengan cara membuat sediaan hapusan yang
diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan

23 | L B M 1
didapati sel datia (Giant cell) berinti banyak. Namun hasil tidak spesifik untuk
varisela.
 Baku emas adalah pemeriksaan PCR guna membuktikan infeksi DNA VVZ.
X. TATALAKSANA FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI & KIE
Tatalaksana Farmakologi
Obat Status Dosis
Bayi/anak 10-20 mg/kgBB/hari: dosis terbagi 4-5 x 20
Asiklovir mg/kgBB/kali (maks. 800 mg/kali) selama 7
hari.
Dewasa Asiklovir: 5 x 800 mg/hari selama 7 hari
Valasiklovir: untuk dewasa 3x1 gram/hari
selama 7 hari
Famsiklovir: untuk dewasa 3x 250 mg/hari
selama 7 hari.
Immunokompremais Asiklovir: 10 mg/kgBB, intravena atau IV
drip 3x sehari, minimal 10 hari.
Asiklovir: 5x 800 mg/hari/oral minimal 10
hari .
Valasiklovir: 3x1 gram/hari minimal 10 hari
Famsiklovir: 3x 500 mg/hari selama minimal
10 hari.
Paracetamol ˂ 12 tahun 15 mg/kgBB PO atau rektal setiap 4-6 jam
jika perlu, maksimal 75 mg/kgBB/hari.

> 12 tahun dan dewasa 500-1000 mg setiap 4-6 jam jika diperlukan
maksimal 4 g/hari.
Difenhidramin 2-5 tahun 6,25 mg PO setiap 4-6 jam jika diperlukan,
maksimal 37,5 mg/hari
6- 12 tahun 12,5-25 mg PO setiap 4-6 jam jika perlu,
maksimal 150 mg/hari.
> 12 tahun dan dewasa 25-50 mg setiap 4-6 jam jika perlu, maksimal
300 mg/hari.

Tatalaksana Non Farmakologi dan KIE

24 | L B M 1
1. Pasien varisela tidak dilarang mandi, bahkan dianjurkan membersihkan tubuh
sesering mungkin dengan menggunakan sabun anti septik atau mandi dengan
air yang dicampur dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi sekunder
pada kulit.
2. Mengenakan pakaian yang longgar dan tidak menggesek ruam.
3. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin beberapa kali sehari.
4. Menjaga kebersihan kulit yang terkena ruam dan menjaganya tetap kering agar
infeksi tidak semakin buruk.
5. Bisa juga dioleskan lotion antihistamin atau lotion lainnya yang mengandung
mentol atau fenol.
6. Perlu menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap kering
dan bersih.
Pencegahan
Untuk mencegah varisela diberikan vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan
kepada individu yang akan kontak dengan pasien varisela dan individu yang berisiko
untuk terjadinya komplikasi bila terkena varisela serta mereka yang sering melakukan
perjalanan (traveling). Jenis vaksin, virus hidup yang dilemahkan, dengan efektivitas
86% dan pemberiannya subkutan. Vaksinasi terdiri dari 2 dosis dengan jarak 4 – 6
minggu. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan
memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem
kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-
zoster.
XI. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Komplikasi
Anak-anak biasanya sembuh dari varisela zoster tanpa masalah. Tetapi pada
orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat
atau bahkan berakibat fatal. Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air
adalah: pneumonia karena virus, peradangan jantung, peradangan sendi, peradangan
hati, Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), ensefalitis (infeksi otak).
Pada penelitian Chan et al, dari 598 pasien varisela, 47% pasien dengan komplikasi.
Komplikasi yang terbanyak adalah infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak
(43,1%), 18% dengan komplikasi neurologi, seperti ensefalitis, aseptic meningitis,
serebelitis, kejang-kejang tanpa demam, dan kejang demam, 8,2% komplikasi

25 | L B M 1
pneumonia. Dan 3,2% dengan komplikasi lainnya seperti sepsis, immune
thrombocytopenic purpura dan Henoch-Schonlein purpura.
Prognosis
Varisela tanpa komplikasi dan mendapat terapi antiviral yang sesuai,
umumnya prognosis baik. Kematian terjadi bila terjadi komplikasi yang berat
seperti sepsis, pneumonia berat, dan pada pasien dengan imunokompromais.
- Ad vitam : Bonam
- Ad functionam : Bonam
- Ad sanationam : Bonam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa scenario LBM 4


yang berjudul “Hidungku Mampet” mengalami Rhinitis alergi intermiten sedang-
berat. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diberikan pada skenario. Dari diagnosis ini tentunya
diharapkan mampu memberikan tatalaksana yang sesuai dengan terapi farmakologi
dan non farmakologi setelah mengetahui dengan pasti penyebab terjadinya rhintis
alergi. Penanganan rhintis alergi dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin.
Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor risiko rhintis alergi. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mengobati gangguan OMA serta mencegah
terjadinya rekuren. Sebelum dilakukan terapi perlu diketahui kepekaaan dan reaksi
alergi pasien terhadap terapi yang akan diberikan. Selain itu, prognosis yang dapat
kami duga untuk kasus dalam skenario adalah dubia ad bonam.

26 | L B M 1
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood L. 2016. Introduction to Human Physiology. 9th ed. Canada: Nelson


education.

Hall. John, et all. 2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th.
Jakarta: Elvesier

Tanto, Christ, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5 Jilid II. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.[ebook].

27 | L B M 1

Anda mungkin juga menyukai