Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

FUNGSI MELANIN PADA KULIT TERHADAP SINAR MATAHARI

Disusun oleh:

Tiara Tari Kupula


0607012210001

Pembimbing:
dr. Ita Puspita Dewi, Sp. DV, FINSDV, FAADV

SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. M. SOEWANDHIE
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : `Tiara Tari Kupula

NIM : 0607012210001

Universitas : Universitas Ciputra Surabaya

Tingkat : Program Studi Pendidikan Dokter Profesi


Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Periode Kepaniteraan Klinik : 1 Mei 2023 – 29 Mei 2023
Judul Referat : Fungsi Melanin pada Kulit Terhadap Sinar
Matahari

Diajukan : 12 Mei 2023

Pembimbing : dr. Ita Puspita Dewi, Sp.DV., FINSDV., FAADV.

Surabaya, 12 Mei 2023

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing

dr. Ita Puspita Dewi, Sp.DV., FINSDV.,FAADV

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “” dengan semangat
tinggi.

Referat ini disusun untuk menyelesaikan salah satu syarat kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD dr. Mohammad Soewandhie
Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra, dengan harapan dapat dijadikan
sebagai acuan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Dalam penulisan dan penyusunan referat, penulis mengucapkan terima kasih


kepada dr. Ita Puspita Dewi, Sp.DV., FINSDV., FAADV. selaku dokter pembimbing
yang memberikan arahan, koreksi, dan saran selama penyusunan referat ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat dengan baik.

Penulis menyadari bahwa referat yang dibuat masih jauh dari kata sempurna,
maka saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Semoga referat ini dapat memberi banyak manfaat.

Surabaya, 12 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................2

2.1 Definisi ..............................................................................................................2

2.2 Anatomi Kulit ....................................................................................................2

2.3 Fisiologi Kulit ....................................................................................................5

2.4 Proses Melanogenesis.........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... vi

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Melanogenesis..................................................................................................14


Gambar 2.2 Tipe Kulit Fitzpatrick.......................................................................................16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tipe Kulit...............................................................................................................16

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg
dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti,
terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut disebut
kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki (Menaldi, dkk.
2016).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan (Wiluajeng, D. 2018).
Selain keberadaan rambut, wama kulit merupakan aspek yang paling mudah
dilihat pada kulit manusia. Dikenal pembagian wama kulit menurut Fitzpatrick
berdasarkan pada kemampuan kulit untuk berpigmentasi (tanning) dan
kemungkinan terbakar (sunburn) pasca pajanan sinar ultraviolet (Menaldi, dkk.
2016).
Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utama
kulit ialah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pembentukan pigmen, dan keratinisasi (Pujiana, A. 2017)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg
dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti,
terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut disebut
kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki (Menaldi, dkk.
2016).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan (Wiluajeng, D. 2018)

2.2 Anatomi Kulit


Struktur makrosopis kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan
subkutan. Epidermis merupakan lapisan terluar kulit, dan aksesori-aksesorinya
(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat) berasal dari lapisan
ektoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm.
a. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, yang senantiasa
bergenerasi dan merespon terhadap ransangan di luar maupun dalam tubuh
manusia. Tebal epidermis bervariasi antara 0,4-1,5 mm. Penyusun
epidermis yang paling banyak adalah keratinosit. Keratinosit sendiri terdiri
dari beberapa lapisan.
Lapisan teratas adalah stratum korneum yang tersusun oleh komeosit
(korneosit yang telah mati). Dibawahnya beruturut-turut adalah spinosum
lucidum, granulosum, dan spinosum. Kemudian lapisan yang paling bawah
adalah stratum basalis. Susunan ini memiliki fungsu yang dinamis untuk
melindungi dari ancaman di permukaan.
2.3.1 Stratum basalis
Lapisan stratum basal terletak paling dalam dan terdiri atas
satu lapis sel yang tersusun berderet-deret di atas membran basal
dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-selnya kuboid atau
2
3

silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan


sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat
gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi
epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk
memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini
dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan
normal cepat (Pudjiana, A. 2017)

Terdapat tiga subpopulasi keratinosit di stratum basalis,


yaitu:
1. Sel punca (stem cells); Sel punca lambat membelah diri,
biasanya aktif saat terjadi kerusakan luas epidermis yang
membutuhkan regenerasi cepat.
2. Transient amplifying cells (TAC); aktif bermitosis dan
merupakan subpopulasi terbesar stratum basalis. Sel-sel
ini tidak lama tinggal di stratum basalis
3. Sel pascamitosis (post-mitotic cells); setelah beberapa
kali membelah diri (pascamitosis) dan berkomitmen
untuk berdiferensiasi, mereka berpindah ke lapisan di atas
stratum basalis (suprabasal) (Menaldi, dkk. 2016).

2.3.2 Stratum spinosum


Keratinosit stratum spinosum memiliki bentuk poligonal,
berukuran lebih besar daripada keratinosit stratum basale. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat struktur mirip taji (spina) pada
permukaan keratinosit yang sebenamya merupakan penyambung
antar keratinosit yang disebut desmosom. Desmosom terdiri dari
berbagai protein struktural, misalnya desmoglein dan desmokolin.
Struktur ini memberi kekuatan pada epidermis untuk menahan
trauma fisis di permukaan kulit.
Pada stratum spinosum dan granulosum terdapat sel
Langerhans (SL), sel dendritik yang merupakan sel penyaji antigen.
Antigen yang menerobos sawar kulit akan difagosit dan diproses
oleh SL, untuk kemudian dibawa dan disajikan kepada limfosit
4

untuk dikenali. Dengan demikian, SL berperan penting dalam


pertahanan imunologik manusia. Keratinosit sendiri hingga derajat
tertentu juga mampu membangkitkan respons imunologik dengan
cara melepaskan sitokin proinflamasi, jika terjadi jejas yang
mengancam (Menaldi, dkk. 2016).
2.3.3 Stratum granulosum
Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline
granules (KG) yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa.
KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dalam
pembentukan comified cell envelope (CCE) (Menaldi, dkk. 2016).
Lapisan granulosum terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang
mengandung banyak granula basofilik yang disebut granula kerato
hialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata merupakan
partikel amorf tanpa membrane tetapi dikelilingi ribosom.
Mikrofilamen melekat pada permukaan granula (Pujiana, A. 2017)
2.3.4 Stratum lucidum
Lapisan lusidum dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang
tembus cahaya, dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel
pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi
pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian seringkali
tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan
lain di bawahnya (Pujiana, A. 2017)
2.3.5 Stratum korneum
Lapisan korneum terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih
dan tidak berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-
sel yang paling permukaan merupa-kan sisik zat tanduk yang
terdehidrasi yang selalu terkelupas (Pujiana, A. 2017).
Komeosit lebih berperan dalam memberi penguatan terhadap
trauma mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan
serta perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu yang
diperlukan bagi komeosit untuk melepaskan diri (shedding) dari
epidermis kira-kira 14 hari (Menaldi, dkk. 2016).
b. Dermis
5

Dermis merupakan Janngan di bawah epidermis yang juga memberi


ketahanan pada kulit, tennoregulasi, perlindungan imunologik, dan
ekskresi. Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena
berbagai elemen yang berada pada dermis, yakni struktur fibrosa dan
filamentosa, ground substance, dan selular yang terdiri atas endotel,
fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan pada dermis.
Fibroblas adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan
serabut kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah satu
elemen pertahanan imunologik pada kulit yang mampu bertindak sebagai
fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan tumorisidal
(Menaldi, dkk. 2016).
c. Subkutan
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan
suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan
yang meredam trauma melalui pennukaan kulit. Deposisi lemak
menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis.
Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh
septa (Menaldi, dkk. 2016).

2.3 Fisiologi Kulit


Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utama
kulit ialah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pembentukan pigmen, dan keratinisasi (Pujiana, A. 2017)

1. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau


mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan dan gangguan kimiawi,
misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol,
karbol, asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas,
misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar
terutama kuman / bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga
merupakan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati
melepaskan diri secara teratur (Pujiana, A. 2017)
6

2. Fungsi absorbsi

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,


hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum. Fungsi absorpsi
berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, atau
melewati muara saluran kelenjar (Purba, R. 2019).

3. Fungsi ekskresi

Kelenjar kulit berupa kelenjar minyak dan kelenjar keringat akan


mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh, seperti NaCl, urea,
asam urat dan ammonia (Purba, R. 2019).

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.


Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini,
terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause. Badan taktil
Meissner terletak di di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian
pula badan Merkel Ranvier. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh
badan Paccini di epidermis (Pujiana, A. 2017).

5. Fungsi pengatur suhu tubuh

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan


mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit (Pujiana, A. 2017).

6. Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama, yaitu


keratinosit, sel Langerhans, melanosit (Pujiana, A. 2017).

Pada lapisan epidermis terdapat sel keratinosit yang melakukan


regenerasi melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk
(Purba, R. 2019).

7. Fungsi pembentukan vitamin D

Vitamin D dibentuk di kulit dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol


dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin
D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D
7

sistemik masih tetap diperlukan (Purba, R. 2019).

8. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan


berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal dan melanosit adalah
10 : 1. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Jumlah melanosit serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit.

Respon pertama terhadap radiasi UV adalah peningkatan


distribusi melanosom. Hal ini dengan cepat dapat meningkatkan
pigmentasi pada lapisan basal (stratum basalis), sehingga warna
kulit menjadi coklat karena sinar matahari. (Purba, R. 2019).

Kulit mempunyai sistem perlindungan alami yaitu lapisan melanin.


Semakin cokelat warna kulit maka semakin tebal lapisan melanin pada
kulit, sehingga memberi perlindungan lebih banyak bagi kulit. Oleh karena
itu, semakin putih kulit seseorang, semakin rentan terhadap radiasi
ultraviolet (UV) (Hapsah, dkk. 2014).

Sistem pigmentasi kulit manusia tergantung pada produksi biopolimer


penyerap cahaya, melanin dalam epidermis, okular, dan folikel melanosit.
Sintesis melanin atau melanogenesis merupakan proses pembentukan
pigmen melanin. Pigmen melanin tidak mempunyai berat molekul yang
pasti tetapi semuanya adalah turunan dari oksidasi enzimatik asam amino
tirosin dan produk akhirnya adalah dua tipe melanin yaitu feomelanin dan
eumelanin.

Warna kulit manusia merupakan perpaduan dari kromofor empat


pigmen kulit yaitu merah (oksihemoglobin), biru (deoxygenated
haemogoblin), kuning (karoten), dan coklat (melanin), dan dari keempat
pigmen tersebut melanin merupakan determinan penentu perbedaan warna
kulit (Wiluajeng, D. 2018).
2.4 Proses Melanogenesis

Melanogenesis merupakan proses pembentukan pigmen melanin


dalam melanosom oleh melanosit di lapisan basal epidermis yang
8

melibatkan dua tahap yaitu sintesis melanosom (pembentukan melanosom,


melanisasi melanosom, sekresi atau transfer melanosom) dan degradasi
melanin.

Melanin adalah produk utama dari melanosit dan merupakan penentu


perbedaan warna kulit. Dua jenis melanin yang disintesis dalam melanosom
yaitu eumelanin dan feomelanin.

Gambar 2.1 Melanogenesis

Sumber: Purba, R. A. (2019)

L-tirosin hanya dapat diangkut ke melanosom dengan difusi


difasilitasi. Konsentrasi L-tirosin untuk melanogenesis tergantung pada
konversi asam amino L-fenilalanin oleh aktivitas intraseluler
hidroksifenilalanin (PAH). L-fenilalanin secara aktif diangkut melalui faktor
melanosomal.

Asam amino L-tirosin dikatalisis menjadi L-dihidroksifenilalanin (L-


DOPA) oleh enzim tirosinase dan tirosinase hidroksilase isoenzim 1 (TH-1),
kemudian terjadi pembentukan L-dopakuinon melalui oksidasi tirosin oleh
enzim tirosinase. Selanjutnya akan terjadi beberapa reaksi :

a. DOPA-kuinon bereaksi dengan sistein membentuk sisteinil-dopa


kemudian di konversi ke quinoleimine, dihydrobenzothazine
alaninhidroksil dan berpolimerisasi untuk feomelanin (polimer
larut yang mengandung sulfur memberi warna kulit merah-kuning
muda).

b. Polimerasi DOPA-kuinon terhadap DOPA-chrome yang secara


spontan dikonversi ke 5,6-dihydroxyindole-2-asam karboksilat
9

melalui enzimatik oleh DOPA-chrome tautomerase (DCT), juga


disebut sebagai protein terkait tirosinase-2 (TRP-2), selanjutnya
terbentuk indole-5,6-quinone carboxylic acid melalui bantuan
protein terkait tirosinase-1 (TRP-1) sehingga menghasilkan
eumelanin (polimer tidak larut memberi warna kulit coklat.

c. Polimerasi DOPA-kuinon terhadap DOPA-chrome yang


membentuk 5,6-dihydroxyindole menjadi indole-5,6-quinone
sehingga menghasilkan eumelanin (polimer tidak larut memberi
warna kulit hitam)
Pembentukan Glutation tereduksi tinggi untuk eumelanin dan rendah
untuk feomelanin. Oleh karena itu, ekspresi dan aktivitas fungsional enzim
antioksidan seperti katalase, Glutation peroksidase, Glutation reduktase dan
reduktase thioredoxin kemungkinan memodifikasi jalur melanogenik.
Eumelanin memiliki kemampuan untuk menangkap oksigen dan
karbon dari radikal bebas. Feomelanin tidak memiliki sifat yang sama dan
bahkan bisa menjadi sumber untuk produksi radikal bebas ketika UV
diradiasi (Purba, R. 2019).

2.3.1 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit

Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap


paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan
penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan kulit
terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam
epidermis.

Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran
UVB akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian
teroksidasi oleh sinar UVA. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas,
sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari.

Efek sinar UVA dan UVB pada tubuh bervariasi. UVA diserap pada
lapisan dermis pada kulit dan memiliki efek yaitu penuaan akibat
berkurannya elatisitas pada kulit hingga menyebabkan kerutan (wrinkle).
Sedangkan UVB sendiri diserap pada lapisan epidermis yang memiliki efek
kemerahan (eritema) dan rasa terbakar (burning).
10

UVA dan UVB dapat memicu roduksi melanin (pigmen kulit) dan
melanin ini bersifat menyerap ultraviolet. Sel kulit (keratinosit) akan
mengalami proliferasi (perbanyak diri) sel bila terpajan ultraviolet, sehingga
timbul penebalan kulit (hiperkeratosis). Produksi melanin berlebihan,
hiperkeratosis ini dan masih ditambah dengan mekanisme kimiawi kulit
(kulit mampu membentuk tabir surya alami) merupakan efek proteksi kulit
yang terbangun bila terpajan sinar surya dalam usahanya melindungi
struktur kulit agar tidak terbakar atau bahkan terjadi penyimpangan genetik
yang dapat mengarah kerusakan sel sampai timbulnya keganasan kulit.

Fitzpatrick membagi kulit manusia menjadi 6 tipe berdasarkan


ketahanannya terhadap pajanan surya. Sebagian besar kulit orang Indonesia
memiliki tipe kulit IV atau V (Pujiana, A. 2017).

Gambar 2.2 Tipe Kulit Fitzpatrick

Sumber: Wikipedia

Tabel 1. Tipe Kulit

Tipe Kulit Sensitifitas, Reaksi dan Pigmentasi Akibat Sinar Matahari

I Sangat sensitif, selalu terbakar, dan tidak pernah menggelap

II Sangat sensitif, selalu terbakar, dan menggelap minimal

III Sensitif, kadang terbakar, dan dapat menggelap tanpa sinar matahari

IV Sensitif sedang, jarang terbakar, dan mudah menggelap

V Sensitif minimal, sangat jarang terbakar, dan mudah menggelap

VI Tidak sensitif, terbakar bila pajanan UV tinggi, dan menggelap


Sumber: Pujiana, A. 2017
DAFTAR PUSTAKA

Hapsah Isfardiyana, S., Sita, ;, & Safitri, R. (2014). PENTINGNYA MELINDUNGI


KULIT DARI SINAR ULTRAVIOLET DAN CARA MELINDUNGI KULIT DENGAN
SUNBLOCK BUATAN SENDIRI. 3(2), 126–133.

Menaldi, S. L, Bramono, K, Indriatmi, W, editors. (2016). Buku ajar Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

PERDOSKI. (2020). PENGARUH SINAR ULTRA VIOLET TERHADAP


KESEHATAN KAJIAN TERHADAP BERJEMUR (SUN EXPOSURES).
https://perdoski.id/news/detail/1761-pengaruh-sinar-ultra-violet-terhadap-kesehatan-
kajian-terhadap-berjemur-sun-exposures

Pujiana, A. (2017). PERBANDINGAN KECERAHAN WARNA KULIT PADA


PEMAKAIAN GREEN TEA (Camellia Sinensis) TOPICAL DAN SILICONE GEL PADA
BEKAS LUKA BAKAR. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18414

Purba, R. A. (2019). GAMBARAN FAKTOR–FAKTOR RISIKO TIMBULNYA


MELASMA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSU ROYAL PRIMA DAN MURNI
TEGUH MEMORIAL HOSPITAL KOTA MEDAN PADA BULAN DESEMBER 2018 -
JANUARI 2019. https://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/2402?show=full

Wiluajeng, D. (2018). FORMULASI KRIM TABIR SURYA MENGANDUNG


MINYAK BIJI GANDUM (2,5%, 5%, 7,5%) KOMBINASI DENGAN TITANIUM
DIOKSIDA, OKTIL METOKSISINAMAT, DAN BUTIL METOKSIDIBENZOILMETAN.
https://eprints.umm.ac.id/40031

vi

Anda mungkin juga menyukai