Anda di halaman 1dari 33

Case Report Session

KANKER KULIT

Oleh :

Nabila Aulia Salsabila 2140312188


Revi Annisa 2140312203

Preseptor:
dr. Fauzil, Sp.B, FICS, MARS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RST DR REKSODIWIRYO
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah S.W.T dan shalawat

beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan Case Report Session dengan judul “Kanker Kulit”. Case Report

ini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan

pembaca mengenai Kanker kulit, selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Bedah di RST Dr Reksodiwiryo,

Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan referat ini, terutama kepada preseptor dr. Fauzil, Sp.B, FICS,

MARS yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan

perbaikan kepada penulis.

Dengan demikian, penulis berharap agar Case Report Session ini dapat bermanfaat

dalam menambah wawasan penulis dan pembaca.

Padang, November 2022

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Tujuan penelitian ............................................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 6
2.1 Kanker kulit .................................................................................................................... 6
2.2 Epidemiologi Kanker Kulit ........................................................................................... 10
2.3 Etiologi Kanker Kulit.................................................................................................... 11
2.4 Patogenesis Kanker Kulit.............................................................................................. 11
2.5 Klasifikasi Kanker Kulit ............................................................................................... 11
2.6 Diagnosis Kanker Kulit ................................................................................................ 12
2.7 Tatalaksana Kanker Kulit ............................................................................................. 16
2.8 Komplikasi Kanker Kulit .............................................................................................. 18
2.9 Prognosis Kanker Kulit................................................................................................. 19
BAB 3 LAPORAN KASUS ...................................................................................... 20
BAB 4 DISKUSI ........................................................................................................ 27
BAB 5 PENUTUP ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari
lingkungan hidup sekitar.1 Seperti organ tubuh lain pada umumnya, kulit juga terdiri
tersusun dari jutaan sel. Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan membelah lebih cepat
pada masa pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih banyak membelah
untuk menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Sel
kanker akan terus tumbuh dan membelah menjadi sel yang abnormal dan juga dapat
meluas ke jaringan yang normal (metastasis).2 Kanker terjadi akibat adanya kerusakan
pada DNA dan tubuh tidak mampu memulihkan kerusakan tersebut.3
Kanker kulit tumbuh pada lapisan yang berbeda, umumnya pada epidermis
sehingga mudah dieknali.3 Angka kejadian kanker kulit melanoma dan non-melanoma
meningkat di seluruh dunia.4 Kelompok ras Asia, kulit hitam, dan hispanik tergolong
kelompok dengan kejadian kanker kulit yang rendah.5 Kanker pada kulit merupakan tiga
serangkai keganasan pada umumnya yang sering ditemukan di Indonesia selain kanker
serviks dan kanker payudara,Walaupun secara epidemiologi kanker kulit merupakan
keganasan yang paling umum terjadi pada populasi kulit putih, namun mempelajari tren
epidemiologi diperlukan untuk mencapai kontrol yang adekuat dan pencegahan awal
terhadap kanker kulit.6
Kanker kulit secara umum diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu
melanoma skin cancer (MSC) dan non-melanoma skin cancer (NMSC). Kanker kulit
non-melanoma merupakan kanker yang paling umum pada manusia, termasuk
squamous cell carcinoma (SCC), basal cell carcinoma (BCC) dan jenis kanker kulit
lainnya seperti keratoachantoma, bechet disease, dan granuloma piogenikum.7
Karsinoma sel basal merupakan tipe kanker kulit paling sering (75% - 80%) dan
merupakan kanker paling sering dari seluruh kanker. Walaupun BCC lebih sering

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


terjadi, SCC memiliki mortalitas yang lebih tinggi karena kejadian metastasis yang lebih
tinggi.6,7 Melanoma merupakan keganasan yang umum terjadi di negaranegara barat,
terutama pada populasi dengan kulit yang lebih terang. Melanoma merupakan kanker
paling sering kelima yang didiagnosis di Amerika Serikat, dengan insiden 21,9 per
100.000 ribu pasien per tahun. Insiden yang rendah di populasi Asia dengan kejadian
0,2 – 0,5 kasus per 100.000 pasien per tahun.8,9 Lebih dari 60% kasus melanoma akan
berkembang menjadi metastasis sistem saraf pusat dengan insiden 100.000 sampai
300.000 pasien per tahun dan menjadi penyebab etiologi tersering ketiga.10 Jenis kanker
kulit yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah BCC (65,5%), SCC (23%),
melanoma maligna (7,9%), dan jenis lainnya.11
Berdasarkan penjelasan di atas, yaitu adanya insiden kanker kulit yang sering
dijumpai, dengan gejala yang beragam. Oleh karena beberapa hal tersebut, penulis
tertarik untuk mengangkat Case Report Session ini mengenai diagnosis dan tatalaksana
Kanker kulit.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


1.2 Tujuan penelitian

Penulisan Case Report Session ini bertujuan untuk mengetahui definisi,

epidemiologi, klasifikasi, patofisiologi, kelainan yang timbul, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, dan komplikasi kanker kulit.

1.3 Batasan Masalah

Penulisan Case Report Session ini membahas tentang definisi, epidemiologi,

klasifikasi, patofisiologi, kelainan yang timbul, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, dan komplikasi kanker kulit.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan Case Report Session ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang

merujuk kepada berbagai literatur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kulit

2.1.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai
trauma dan penahan terhadap bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan
penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.12

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit

2.1.1.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit, yang terdiri dari:13

1. Stratum korneum, yaitu sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai
inti sel dan mengandung zat keratin.

2. Stratum lusidum, yaitu sel bentuk pipih, mempunyai batas tegas, tetapi tidak ada
inti. Lapisan ini terdapat pada telapak kaki. Dalam lapisan ini terlihat seperti pita
yang bening, batas-batas sudah tidak begitu terlihat.

3. Stratum glanulosum, sel ini berisi inti dan glanulosum.

4. Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan
epitel yang tidak tegas.

5. Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6
lainnya, sehingga setiap sel seakan-akan tampak berduri.

6. Sel basale, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini
disusun dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk lapisan
pertama atau lapisan dua sel pertama dari sel basal yang posisinya diatas papilla
dermis.

Gambar 2.2 Lapisan Epidermis

2.1.1.2 Dermis

Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat


longgar dan terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen dan
elastin. Serabut-serabut kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan
dermis terenggang dan memiliki daya tahan. Seluruh dermis terdapat pembuluh
darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar
keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang berfungsi mengeluarkan
histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag yang memililki fungsi
memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme 14. Dermis terdiri dari dua lapisan;
lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut
kolagen, serabut elastic, dan serabut retikulus.13

2.1.1.3 Subkutan

Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di


bawahnya. Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
dan ujung saraf 15. Sel lemak berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir,
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus
yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan jumlah antara laki-laki dan
perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan
berikutnya yaitu otot.13

2.1.2. Bagian-bagian Kulit

Kulit pada manusia mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari:

2.1.2.1.Hipodermis

Merupakan zona tradisional diantara kulit dan jaringan adipose dibawahnya.


Mengandung lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning. Kumparan dari
sejumlah gradual sebasea atau porium tergantung vena dan limfatika. Baik saraf
bermealin maupun tidak bermealin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir
dan banyak serat saraf. Organ ini member respon sensasi panas, dan dingin nyeri.13

2.1.2.2. Kelenjar Keringat

Terdiri dari dua jenis kelenjar, yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin
menghasilkan keringat encer yang keluar melalui duktus kelenjar keringat ke pori
permukaan kulit dan memiliki fungsi sebagai termolegulasi. Kelenjar keringat
apokrin terletak di genitalia eksternal, lipat paha, aksila, dan areola. Kelenjar keringat
apokrin masih belum aktif hingga pubertas, saat kelanjar aktif mulai mengeluatkan
keringat yang lebih pekat dan jika terkena bakteri akan menimbulkan bau khas.16

2.1.2.3. Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin (sel-sel sekretori selama


sekresi sebum. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke
folikel rambut. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan
pecahanpecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan
merupakan suatu barier terhadap evaporasi serta memiliki aktivitas bakterisida.15

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


2.1.2.4. Appendises (meliputi rambut dan kuku)

• Rambut

Rambut adalah keratin mengeras yang tumbuh dengan kecepatan yang


berbeda di bagian tubuh yang berlainan. Rambut tumbuh sebagai suhu folikel di
sebuah saluran, yang dimulai di bagian dalam lapisan dermis. Setiap folikel rambut
saling berhubungan dalam saluran tersebut dengan sebuah kelenjar sebasea dan
serabut otot polos, ysng disebut otot erector pili. Apabila sel otot erector pili
terangsang oleh saraf simpatis, maka rambut akan berdiri tegak. Rambut di kepala
berfungsi sebagai proteksi untuk menghindari kulit kepala terbakar sinar matahari.

• Kuku

Kuku merupakan suatu bentuk kulit khusus yang dibentuk oleh bagian kulit
yaitu akar kuku (nail root) yang letaknya di jari tangan dan kaki. Kuku utamanya
terdiri dari lapisan corneum (lapisan tanduk) dan berfungsi untuk melindungi jari
yang kulitnya tergolong sensitive.14

2.1.3. Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai banyak fungsi yang berguna dalam menjaga
homeostatis tubuh :

2.1.3.1. Fungsi Absorpsi

Kulit tidak dapat menyerap air, tetapi dapat menyerap larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, oksigen, karbondioksida. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, dan metabolism.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara saluran
kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada melalui muara
kelenjar.17

2.1.3.2. Fungsi Ekskresi

Kulit berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari
dalam tubuh dengan perantara 2 kelenjar keringan, yakni kelenjar keringat sebaseae
dan kelenjar keringat.17
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9
2.1.3.3. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh

Sistem pengaturan suhu dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah. Kulit


akan mengeluarkan sejumlah keringat dalam keadaan panas melalui pori-pori, panas
dalam tubuh dibawa keluar bersama keringat. Sebaliknya, jika kondisi udara dingin,
pembuluh darah akan mengecil. Pengecilan pembuluh darah ini bertujuan untuk
menahan panas keluar dari tubuh yang berlebihan. Dengan adanya sistem pengaturan
ini, maka suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil.18

2.1.3.4. Fungsi Pelindung

Kulit dapat melindungi tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan dan
gangguan yang bersifat kimiawi. Selain itu, kulit juga dapat melindungi kita dari
gangguan biologis seperti halnya serangan bakteri dan jamur. Kulit juga menjaga
tubuh agar tidak kehilangan banyak cairan dan melindungi tubuh dari sinar UV.19

2.1.3.5. Fungsi Peraba

Pada lapisan dermis terdapat kumpulan saraf yang bisa menangkap


rangsangan beruupa suhu, nyeri dan tekanan. Rangsangan tersebut akan disampaikan
ke otak sebagai pusat informasi sehingga dapat mengetahui apa yang dirasakan.19

2.2 Epidemiologi Kanker Kulit

Kanker kulit memiliki tiga tipe utama yaitu Karsinoma Sel basal, Karsinoma
Sel Skuamosa dan Melanoma Maligna. Karsinoma Sel Basal menempati urutan
pertama, diikuti Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna pada urutan
ketiga. Walaupun jumlah insiden Melanoma Maligna lebih kecil dibanding
Karsinoma Sel Basal dan Karsinoma Sel Skuamosa, angka kematian yang
disebabkannya cenderung lebih besar yaitu menyebabkan 75% kematian akibat
kanker kulit. Di Australia, yang merupakan salah satu negara dengan insiden
kanker kulit tertinggi di dunia, dilaporkan terjadi insiden kanker kulit empat kali
lipat lebih tinggi dibanding Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Melanoma
merupakan jenis kanker kulit dengan insiden tertinggi pada umur15-44 tahun di
Australia.20

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


2.3 Etiologi Kanker Kulit

Secara umum, kanker kulit memiliki banyak resiko yang potensial, antara lain
: Terpapar oleh radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan (baik Ultraviolet A
maupun Ultraviolet B). Luka yang lama tidak sembuh (chronic non-healing
wounds) ,khususnya luka bakar,diantaranya adalah Marjolin’s ulcer yang bisa
berkembang menjadi Karsinoma Sel Skuamosa. Predisposisi genetik termasuk.
Tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm beresiko tinggi berekmbang menjadi
kanker. Human papilloma virus (HPV) sering dihubungkan dengan Karsinoma Sel
Skuamosa pada genital, anus, mulut, faring, dan jari tangan. Toksin arsenik
merupakan salah satu resiko peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa.
Kekurangan beberapa vitamin dan mineral tertentu dan merokok.20

2.4 Patogenesis Kanker Kulit

Kebanyakan karsinoma sel skuamosa mucul pada kerusakan kulit akibat sinar
matahari pada lansia berkulit putih pada nenek moyang orang eropa, pada latar
belakang adanya lesi dari actinic keratosis. Selain dari paparan radiasi sinar UV,
faktor predisposisi lain termasuk dari keadaan imunokompromais kronis
(transplantasi organ solid, infeksi HIV), kondisi kulit kronis (luka bakar,
hidradenitis suppurativa, osteomielitis kronis, discoid lupus erythematosus, lichen
plans, lichen slecrosus et atrophipigmentosum), kondisi genetis (albinism,
epidermolysis bullosa, xeroderma pigmentosum), paparan dari radiasi ion, paparan
kronis arsenis, infeksi HPV, dan penggunaan BRAF inhibitor.

2.5 Klasifikasi Kanker Kulit

Kanker kulit dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe terbanyak yaitu Karsinoma Sel

Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna.20

1. Karsinoma Sel Basal (Basalioma) adalah tipe kanker kulit terbanyak, bersifat
lokal invasif, jarang bermetastasis namun tetap memiliki peluang untuk menjadi
maligna karena dapat merusak dan menghancurkan jaringan sekitar.20,21 Karsinoma
Sel Basal muncul akibat radiasi sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah.
Karsinoma Sel Basal jarang menyebabkan kematian serta mudah diterapi dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11
pembedahan maupun radiasi.20

2. Karsinoma Sel Skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah Karsinoma Sel
Basal, berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit. Karsinoma Sel
Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal, namun angka
metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan pasien
imunosupresi.20

3.Melanoma Maligna adalah tumor yang berasal dari melanosit, merupakan salah
satu tumor yang paling ganas pada tubuh dengan resiko metastasis yang
tinggi.Melanoma Maligna dapat dibagi menjadi empat yaitu : Superficial Spreading
Melanoma (SSM), Nodular Melanoma (NM), Lentigo Malignant Melanoma, dan
Acral Lentiginous Melanoma (ALM).20

Untuk lebih jelas tentang klasifikasi dari kanker kulit beserta kenampakannya
dapat dilihat pada tabel berikut :20

Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker Kulit

2.6 Diagnosis Kanker Kulit

Secara umum diagnosis penyakit kanker kulit dapat ditegakkan dari


anamnesis,pemeriksaan klinis dengan melihat eufloresensi kulit, pemeriksaan
penunjang seperti dermoskopi, serta pemeriksaan histopatologi sebagai standar
baku emas. Karena masing-masing tipe kanker kulit memiliki eufloresensi yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


berbeda maka penegakan diagnosis tiap-tiap tipe pun berbeda.1,2,30

Diagnosa Karsinoma Sel Basal

Diagnosa Karsinoma Sel Basal dapat diperoleh melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik (eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan
histopatologi.20,21,22,23

a. Anamnesis

• Apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup lama secara
terus menerus?,Apakah ada riwayat kulit terbakar yang berulang akibat paparan
sinar matahari?. Apakah menderita penyakit-penyakit yang mengakibatka
supresi pada imunitas seperti HIV? Apakah pernah terpapar bahan arsenik
Apakah mengalami penyakit Granuloma Inguinale?. Apakah memiliki
penyakit akibat genetik seperti Xeroderma Pigmentosa, Nevoid Basal Cell
Carcinoma,dan Albinism? Apakah pasien merokok?.23

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan kelainan-kelainan sesuai dengan tipe-


tipe Karsinoma Sel Basal sebagai berikut : Nodular Basalioma akan didapatkan
eufloresensi berupa nodul menyerupai kutil, tidak berambut, berwarna coklat
atau hitam, tidak mengkilat (keruh). Morphoeic Basal Cell Carcinoma akan
didapatkan eufloresensi menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda
berupa kelainan yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat, berwarna
kekuningan, dan pada perabaan tepinya keras Pigmented Basal Cell Carcinoma
akan didapatkan eufloresensi berupa nodul berwarna coklat, biru, atau keabuan
dan kenampakannya mirip dengan Melanoma.1,20

c. Pemeriksaan dermoskopi

Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam


evaluasi warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang. Evaluasi penyebaran warna dari lesi dan struktur
histologis dapat membedakan apakah lesi tersebut jinak atau ganas terutama

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


pada lesi kulit berpigmen.Hal yang diperhatikan adalah ABCDE (asymmetry,
irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm, enlarging lesion), bila hal
tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan lesi tersebut bersifat
ganas (karsinoma).24

d. Pemeriksaan penunjang Diagnosis pasti Karsinoma Sel Basal adalah


pemeriksaan histopatologi dengan melakukan biopsi jaringan kulit yang
dicurigai mengandung sel-sel kanker tersebut (skin biopsy).21,22,23

Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa

Diagnosa Karsinoma Sel Skuamosa dapat diperoleh melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik (eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan
histopatologi.20,25,26,27,28

a. Anamnesis ditanyakan adalah apakah sering terpapar sinar matahari dalam


waktu yang cukup lama secara terus menerus?.Apakah ada riwayat kulit
terbakar yang berulang akibat paparan sinar matahari?Apakah menderita
penyakit-penyakit yang mengakibatkan supresi pada imunitas seperti HIV?
Apakah pernah terpapar bahan arsenik dan polycyclic hydrocarbons?.Apakah
pernah terpapar bahan batubara dan produk-produk industri yang mengandung
batubara? Apakah pasien merokok?

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik berupa inspeksi untuk melihat eufloresensi kulit akan
didapatkan kelainan-kelainan berupa nodul yang keras dengan batas yang tidak
tegas, permukaannya mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya
berkembang menjadi papiloma. Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai timbul
pada waktu berukuran 1-2cm, diikuti pembentukan krusta dengan pinggir yang
keras serta mudah berdarah.

c. Pemeriksaan dermoskopi

Seperti halnya pada Karsinoma Sel Basal, hal yang diperhatikan adalah
ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa,
kemungkinan lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma).

d. Pemeriksaan Penunjang dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan


melakukan biopsi jaringan kulit yang dicurigai mengandung sel-sel kanker
tersebut (skin biopsy)

Diagnosis Melanoma Maligna

Diagnosa Melanoma Maligna dapat diperoleh melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik (eufloresensi), pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan
histopatologi.1,2,29

a. Anamnesis ditanyakan apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang
cukup lama secara terus menerus? Apakah ada riwayat kulit terbakar yang
berulang akibat paparan sinar matahari?.Apakah menderita penyakit-penyakit
yang mengakibatkan supresi pada imunitas seperti HIV?Apakah pernah
terpapar bahan arsenik dan polycyclic hydrocarbons?. Apakah pasien merokok?
Apakah pasien pernah menderita Melanoma Maligna sebelumnya?Apakah ada
riwayat keluarga yang menderita Melanoma Maligna?

b. Pemeriksaan Fisik

• Superficial Spreading Melanoma (SSM) dapat ditemukan kelainan berupa


bercak dengan ukuran beberapa milimeter sampai beberapa cm dengan warna
bervariasi(waxy, kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tidak teratur, berbatas
tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit. Nodular Melanoma (NM)
dapat ditemukan kelainan berupa nodul berwarna biru kehitaman dengan batas
tegas serta mempunyai variasi bentuk yaitu bentuk dengan permukaan licin
pada lapisan epidermis, nodus yang menonjol dengan bentuk tidak teratur pada
permukaan kulit, dan bentuk eksofitik dengan ulserasi. Lentigo Malignant
Melanoma dapat ditemukan kelainan berupa bentuk yang berbatas tegas,
berwarna coklat kehitaman serta tidak homogen, bentuk tidak teratur, dan pada
bagian tertentu dapat tumbuh nodul yang berbatas tegas setelah bertahun-tahun.
Acral Lentiginous Melanoma (ALM) dapat ditemukan kelainan yang berbeda
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15
sesuai dengan lokasi melanoma. Pada daerah anal beru pigmentasi sedangkan
pada daerah vulva akan tampak pigmentasi lebih mengkhusus berwarna biru
kehitaman dengan lokasi sampai mengenai rahim

c. Pemeriksaan dermoskopi

Seperti halnya pada Karsinoma Sel Skuamosa, hal yang diperhatikan adalah
ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm,
enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa,
kemungkinan lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma).

d. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti Melanoma Maligna adalah pemeriksaan histopatologi dengan


melakukan biopsi jaringan kulit yang dicurigai mengandung sel-sel kanker
tersebut (skin biopsy).

Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan untuk mengetahui ada


tidaknya metastasis dari Melanoma Maligna ke organ-organ tubuh lain.

Tingkatan Melanoma Maligna

Staging adalah suatu proses untuk mengetahui seberapa jauh kanker tersebut
bermetastasis. Staging diperoleh melalui pemeriksaan fisik, biopsi, dan juga
proses pencitraan Staging juga membantu untuk menentukan terapi yang tepat
dan prognosis penyakit pasien. Staging pada Melanoma Maligna yang paling
sering digunakan adalah TNM System dari American Joint Commission Cancer
(AJCC).2TNM System terdiri dari T (Tumor) , N (Nodus limfe) dan M
(Metastasis).2

2.7 Tatalaksana Kanker Kulit

Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi pembedahan dan non pembedahan.
Terapi pembedahan terdiri dari pembedahan dengan eksisi, pembedahan dengan
menggunakan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS), curretage and cautery,
dan cryosurgery.21

a. Pembedahan dengan eksisi


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16
Pada teknik ini , tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal disekitarnya
dengan batas yang telah ditentukan sebelumnya untuk memastikan seluruh sel
kanker sudah terbuang.2,21,27

b. Pembedahan dengan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS)

Mohs Micrographic Surgery (MMS) adalah sebuah teknik pembedahan yang


pertama kali dilakukan oleh Frederic Mohs di tahun 1940.4 Pada teknik ini ,
tumor di eksisi beserta dengan jaringan normal disekitarnya dengan batas yang
telah ditentukan sebelumnya.2,21,27,29

Indikasi penggunaan teknik Mohs Micrographic Surgery (MMS) antaralain:


Lokasi tumor : terutama di bagian tengah wajah, sekitar mata, hidung,dan
telinga. Ukuran tumor : berapapun, tapi khususnya >2cm. Subtipe histologi :
morfoik, infiltratif, mikronodular, dan subtipe basoskuamosa. Definisi batas
tumor yang kurang baik melalui klinis. Lesi yang berulang (rekuren). Ada
keterlibatan perivaskular dan perineural.21

c. Curretage and cautery

Merupakan metode tradisional dalam terapi pembedahan kanker kulit.4 Metode


ini merupakan metode kedua terbanyak yang dilakukan setelah metode eksisi.
Curretage and cautery bila dilakukan untuk terapi pada lesi yang terdapat di
wajah akan mengakibatkan angka rekurensi yang tinggi, sehingga merupakan
suatu kontraindikasi.21

d. Cryosurgery

Cryosurgery menggunakan cairan nitrogen dalam temperatur-50 hingga -60 º C


untuk menghancurkan sel kanker. Teknik double freeze direkomendasikan
untuk lesi yang terdapat di wajah. Fractional cryosurgery direkomendasikan
untuk lesi yang berukuran besar dan lokasinya tersebar. Keberhasilan dari
teknik ini tergantung dari seleksi jaringan dan kemampuan operator.21

e. Photodynamic therapy

Photodynamic therapy melibatkan penggunaan reaksi fotokimia dimediasi


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17
melalui interaksi agen photosensitizing, cahaya, dan oksigen. Karena
fotosensitizer diarahkan secara langsung ditargetkan pada jaringan lesi,
photodynamic therapy dapat meminimalkan kerusakan pada struktur sehat
berdekatan.2,21,27 Metode ini efektif untuk lesi pada wajah dan kulit kepala yang
bersifat primer dan superfisial.2,21,23

f. Radiasi

Radiasi menggunakan sinar x-ray dengan energi tinggi untuk membunuh sel
kanker Dikatakan bahwa, radiasi bukanlah untuk menyembuhkan kanker,
melainkan sebagai terapi adjuvan setelah pembedahan untuk mencegah
rekurensi dari sel kanker atau untuk mencegah metastasis.2,21,27

g. Kemoterapi

Kemoterapi adalah metode dengan menggunakan obat-obatan untuk


membunuh sel kanker khusus pada tipe Melanoma Maligna. Hal ini disebabkan
karena sifat dari Melanoma Maligna yang sering melakukan metastasis ke
organ lain. Beberapa jenis obat kemoterapi yang digunakan adalah Dacarbazine
(DTIC), Cisplatin yang dikombinasikan dengan Vinblastine, Temozolomide
(Temodar), dan Paclitaxel.2

2.8 Komplikasi Kanker Kulit

Komplikasi yang terdapat terjadi antara lain : Selulitis adalah lesi kanker yang
terkontaminasi bakteri, tanda-tanda yang dapat dilihat pada kulit adalah tanda-
tanda inflamasi seperti rubor, kalor, dolor, dan functiolesa. Abses pada kulit.
Penyebaran kanker ke organ lain terutama pada jenis Melanoma Maligna yang
merupakan tipe yang paling sering bermetastasis ke organ lain dan dengan jarak
yang jauh. Peningkatan resiko infeksi diakibatkan oleh kurangnya higienitas saat
perawatan lesi maupun saat proses pembedahan. Terjadi efek samping akibat
radioterapi seperti kulit terbakar, susah menelan, lemah, kerontokan rambut, nyeri
kepala, mual muntah, berat badan menurun, kemerahan pada kulit. Terjadi efek
samping akibat kemoterapi seperti anorexia, anemia aplastik, trombositopeni,
leukopeni, diare, rambut rontok, mual muntah, mulut kering, dan rasa lelah. 2,21,27
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18
2.9 Prognosis Kanker Kulit

Prognosis Kanker kulit disesuaikan dengan masing-masing tipenya.1

• Pada Karsinoma Sel Basal prognosisnya cukup baik bila deteksi dan
pengobatannya dilakukan secara cepat dan tepat. Pada Karsinoma Sel
Skuamosa prognosisnya tergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan
dan keterampilan dokter, serta prognosis yang paling buruk bila tumor
ditemukan diatas kulit normal (de novo), sedangkan tumor yang ditemukan
pada kepala dan leher prognosisnya lebih baik daripada di tempat lain
Demikian juga prognosis yang ditemukan di ekstrimitas bawah lebih buruk
daripada ekstrimitas atas.1 Pada Melanoma Maligna prognosis penyakitnya
adalah buruk. Yang mempengaruhinya adalah lokasi tumor primer,
stadium, organ yang telah terinfiltrasi (metastasis ke tulang dan hati lebih
buruk daripada ke kelenjar getah bening dan kulit), jenis kelamin (wanita
lebih baik daripada laki-laki), melanogen di urin (bila terdapat melanogen
di urin prognosisnya lebaih buruk), dan kondisi hospes (jika fisik lemah dan
imun menurun prognosisnya lebih buruk).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. HP

Usia : 23 tahun

Alamat : JL. Gg. Tirta, Pampang, Padang

Pekerjaan : Supir Ojek

Status Perkawinan : Belum menikah

Suku : Minang

Agama : Islam

No. MR : 292894

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Benjolan pada punggung kaki kiri yang membesar sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

- Awalnya muncul benjolan 4 tahun yang lalu pada punggung kaki kiri berukuran
sekitar 1x1cm dengan permukaan licin dan berwarna coklat, semakin lama
semakin membesar hingga membentuk benjolan sebesar bola pingpong dengan
permukaan tidak rata dan berwarna merah muda.
- Benjolan terasa gatal sejak 4 tahun yang lalu, gatal hilang timbul, dan semakin
meningkat setelah pasien menggaruk.
- Nyeri dan kemerahan pada benjolan muncul apabila benjolan lecet.
- Nyeri dan kemerahan disekitar benjolan tidak ada.
- Pasien pernah mengobati benjolan dengan obat kampung namun tidak ada
perubahan.
- Tidak terdapat benjolan serupa di bagian tubuh lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


Riwayat Penyakit Dahulu

- Tidak ada riwayat benjolan serupa sebelumnya.

- Tidak ada riwayat keganasan sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada riwayat anggota keluarga yang memiliki benjolan serupa.

- Tidak ada riwayat anggota keluarga yang mengalami keganasan.

Riwayat Kebiasaan, Sosial, dan Ekonomi

- Pasien bekerja sebagai ojek dengan kebiasaan mengendarai motor dengan


memakai sendal.

- Pasien merokok 8 batang perhari sejak usia 18th.

- Tidak ada riwayat konsumsi zat aditif dan alkohol.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum


Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Composmentis Cooperatif, GCS 15 E4M6V5


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit, teraba kuat

Pernapasan : 18x/menit

Suhu : 36,7oC

VAS 1

Sianosis : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Edema : tidak ada


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21
Anemis : tidak ada

Kulit : teraba hangat, turgor kulit normal

KGB : tidak ada pembesaran KGB

Kepala : normocephal

Rambut : hitam, tidak ada kelainan

Wajah : tidak ada kelainan

Mata : Pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis

-/-, sklera ikterik -/-

Telinga : Tidak ada kelainan


Hidung : rhinorea (-)

Tenggorok : tidak ada kelainan

Gigi dan mulut : tidak ada kelainan.

Leher : JVP 5-2 cm H2O

Abdomen : Inspeksi: jejas (-), distensi (-), sikatrik (-).

Palpasi: supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defansmuscular


(-).
Perkusi: timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Thoraks : Inspeksi : normochest, simetris saat saat statis dan dinamis,


jejas (-)
Palpasi : taktil fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Genitalia : dalam batas normal

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


Anus : dalam batas normal

Ekstremitas :

Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT<2s, edema -/-


Ekstremitas bawah :

- Kanan : Akral hangat, CRT <2 s, edema (-)


- Kiri : Tampak benjolan berwarna merah muda dengan permukaan
tidak rata, berukuran sebesar bola pingpong pada regio dorsum pedis,
CRT<2cm, edema (-)

Status Lokalis
Regio Dorsum Pedis Sinistra

Inspeksi : Tampak massa berukuran 6cm x 5 cm berwarna merah muda,


soliter, berbentuk bulat, batas tegas, tepi irreguler, dengan permukaan
tidak rata (berbenjol-benjol) disertai keropeng dan lecet.

Palpasi : konsistensi kenyal, mobile (+), nyeri (-)

Foto Klinis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24
Diagnosis Kerja

Tumor kulit regio dorsalis pedis susp. Squamous Cell Carcinoma

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (--Nov 2022)

Darah :

- Hb : 15,6

- Leukosit : 9.740

- Trombosit : 314.000

- Hematokrit : 45,2

- Waktu Perdarahan : 2 menit

- Waktu Pembekuan : 4 menit

Kesan :
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal

Penatalaksanaan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


- Pro eksisi tumor/massa et regio dorsalis pedis sinistra

Persiapan Pre-Op
- Informed Consent
- Puasa 6 jam sebelum operasi

Prognosis
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke RST Reksodiwiryo


Padang dengan keluhan massa di punggung kaki yang semakin membesar
sejak 1 tahun terakhir. Awalnya massa berupa tahi lalat menonjol sebesar
1x1cm yang muncul 4 tahun yang lalu dengan permukaan licin berwarna
coklat. Massa terasa gatal dan pedih apabila lecet atau terluka. Pasien
merupakan seorang supir ojek, dimana pasien sering memakai sendal dan
terpapar sinar matahari. Tidak didapatkan adanya massa di bagian tubuh lain.

Pemeriksaan fisik status lokalis yang dilakukan pada kaki pasien


didapatkan adanya massa pada regio dorsalis pedis sinistra berukuran 6cm x
5cm, berbentuk bulat, berwarna merah muda, berbatas tegas, tepi irreguler,
dengan permukaan tidak rata (berbenjol-benjol) disertai keropeng dan lecet.
Saat dilakukan palpasi, teraba massa dengan konsistensi kenyal, mobile, dan
tidak nyeri. Tidak didapatkan adanya pembesaran KGB inguinal pada pasien.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, benjolan diawali


dengan ukuran kecil yang berwarna coklat dan permukaan rata sejak 4 tahun
yang lalu, dan membesar sejak 1 tahun terakhir dengan permukaan tidak rata,
dimana hal ini menggambarkan bahwa progresivitas dari massa lambat, hal
ini mengarahkan diagnosis ke arah Squamous Cell Carcinoma atau
Karsinoma Sel Skuamosa. Berdasarkan riwayat pekerjaan pasien, diduga
adanya paparan sinar matahari secara langsung pada pasien karena bekerja
sebagai ojek dengan menggunakan sendal saja, dimana paparan sinar UV
merupakan salah satu faktor risiko dari Karsinoma Sel Skuamosa.

Penatalaksanaan utama pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa


adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan eksisi jaringan kanker
disertai dengan jaringan sehat disektiarnya. Pengangkatan jaringan sehat
disekitar jaringan kanker bertujuan untuk meminimalisir risiko terjadinya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


rekurensi pada tempat yang sama ataupun metastasis. Pada pasien ini telah
dilakukan pembedahan pada tanggal 9 November 2022, pasien tidak
mengeluhkan nyeri post operasi, dilanjutkan rawat jalan terapi antibiotik dan
analgetik. Hasil pemeriksaan histopatologis pada pasien belum didapatkan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


BAB 5
Kesimpulan

Kanker kulit adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat
penyusun sel kulit yang normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus membelah
menjadi bentuk yang abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan DNA. Kanker
kulit diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya paparan sinar matahari, merokok,
virus, dan adanya riwayat keluarga. Kanker kulit dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe
terbanyak yaitu , Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma
Maligna. Diagnosis dari kanker kulit dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Prinsip penatalaksanaan terapi kanker kulit adalah untuk membunuh sel-sel


kanker dan mencegah metastasis sel kanker ke organ lain. Terapi yang dapat dilakukan
dibagi menjadi terapi pembedahan dan terapi non-pembedahan. Komplikasi yang
muncul dapat berupa selulitis, abses kulit, peningkatan resiko infeksi, penyebaran ke
organ lain, dan efek-efek samping yang terjadi akibat radiasi dan kemoterapi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja Unandar. Morfologi Dan Cara Membuat Diagnosis; Rata IGA.


Tumor Kulit. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, penyunting.
Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-IV.Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; h.35,229-238

2. Anonymous. Melanoma Skin Cancer. American Cancer Society 201;1-52

3. Qadir MI. Skin cancer: etiologi and management. Pak J Pharm Sci.
2016;29(3):999-1003

4. Apalla Z., Lallas A., Satiriou E., Lazaridou E., Ioannides D. Epidemiological
trends in skin cancer. Dermatol Pract Concept. 2017;7(2):1-6

5. Chung S. Basal cell carcinoma. Arch Plast Surg. 2012;39:166-170

6. Silpa SR., Chidvila V. A review on skin cancer. Internasional Research


Journal of Pharmacy. 2013;4(8):83-88

7. Yan W., Wistuba II., Emmert-Buck MR., Erickson HS. Squamous cell
carcinoma-similiarities and differences among anatomical sites. Am J Cancer
Res. 2011;1(3):275-300

8. Kim SY., Yun SJ. Cutaneous Melanoma in Asians. Chonnam Med J.


2016;52:185-193

9. Lee HY., Chay WY., Tang MBY., Chio MTW. Melanoma: difference
between Asian and Caucasian patients. Ann Acad Med Singapore.
2012;41:17-20

10. Santos VM., Silva RF., Passini VV., Duarte ML., Flores LP. Brain metastasis
as initial manifestation of melanoma. Bali Med J. 2016;5(2):295-297

11. Wilvestra S., Lestari S., Asri E. Studi Retrospektif Kanker Kulit di Poliklinik
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr. Djamil Padang Periode Tahun
2015-2017. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(Supplement 3):47-49

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


12. Effendi, C. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. 25: 5-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

13. Susanto dan Ari, 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta : Nuha
Medika

14. Corwin, J.E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.

15. Sloane E. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. James V, penerjemah;
Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology; an easy learner.Hal
291.

16. Brooker Chris. 2005. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

17. Watson, R. 2002, anatomi dan fisiologi untuk perawat, Jakarta : EGC.

18. Anderson, Paul, D. 1996. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC

19. Gibson, John. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat, ed.2.
Jakarta:EGC, 2002

20. Buljan Marija, Bulana Vedrana, and Sandra Stanic. Variation in Clinical
Presentation of Basal Cell Carcinoma. University Department of Dermatology
and Venereology Zagreb Croatia, 2008, p 25-30.

21. NR Telfer and C.A. Mortont. Guidelines For The Management of Basall Cell
Carcinoma. British Journal Of Dermatology, 2008, p: 35-48.

22. Anonymous. Basal Cell Carcinoma. Medline Plus 2 Mei 2008 [diakses 12
Januari 2011]; 1 [1]: [4 screen]. Diunduh dari URL:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000824.htm

23. Heather Brannon, MD. Basal Cell Carcinoma. Basic Information About Basal
Cell Carcinoma. Medical Review Board 1 Januari 2005 2008 [diakses 12
Januari 2011]; [1]: [3 screen]. Diunduh dari URL:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


http://dermatology.about.com/cs/bcc/a/bcc.htm

24. Ignazio Stanganelli, MD. Dermoscopy. Skin Cancer Unit 26 Februari 2010[
diakses 12 Januari 2011]; [1]: [8 screen]. Diunduh dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1130783-overview

25. Pfister David, and Alan C. Harpen. Skin Squamos Cell Cancer : The Time Is
Right For Greater Involvement of The Medical Oncologist. Journal of Clinical
Oncology, 2007;1953-1954.

26. NR, Colver GB, and Morton CA. Guidelines For The Management of Basal
Cell Carcinoma. British Journal of Dermatology. 2008;35-48

27. College of American Pathologists. Skin Cancer. Squamous Cell Carcinoma.


2010;1-2

28. BMJ Group. Skin Cancer (Squamous Cell). 2009:1-3

29. Anonymous. Skin Cancer Melanoma. British Medical Journal, 2006, p:1-5

30. Parekh V, Seykora JT. Cutaneous Squamous Cell Carcinoma. Clinics in


Laboratory Medicine. 2017;37(3):503–25.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32

Anda mungkin juga menyukai