Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOSMETOLOGI

KULIT KERING

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Halimatusya’diah 1613015019
Miftachul Ainin Chambali 1613015037
Waode Hasryani 1613015022
Desy Aulia Rahmah 1613015073
Ulfah Dwi Wahyuni 1613015013
Krisna Fairuza 1613015007
Zahrotun Nafisah 1613015004
Nursi Romadanti 1613015070
Khalisa Nurul Huda 1613015163
Rachman Safar 1513015098
M. Tomy Maulana 1513015106
Risah Umamah 1513015096

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kosmetologi “Kulit Kering”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.       

Samarinda, Februari 2019                                   

Kelompok 3

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Manfaat ............................................................................................................5
1.2Tujuan ...............................................................................................................5
BAB II ISI
2.1 Kulit..................................................................................................................6
2.1.1 Definisi....................................................................................................6
2.1.2 Anatomi Kulit..........................................................................................6
2.2 Kulit Kering......................................................................................................8
2.3 Pelembab Untuk Kulit Kering..........................................................................9
2.3.1 Definisi.....................................................................................................9
2.3.2 Formulasi Pelembab.................................................................................9
2.4 Evaluasi Pelembab.........................................................................................10
2.4.1 In Vitro...................................................................................................10
2.4.2 In Vivo....................................................................................................12
2.5 Standar Evaluasi Pelembab............................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

DAFTAR ISI........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dan berfungsi
sebagai barrier protektif terhadap pencegahan kehilangan air dan elektrolit.
Berbagai faktor internal dan eksternal seperti udara kering, iklim, temperatur,
paparan sinar matahari, usia lanjut, penyakit kulit maupun penyakit dalam
tubuh dan faktor lainnya dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Penguapan
air yang berlebihan tersebut menyebabkan kulit menjadi kering dan
kandungan air dalam stratum korneum kurang dari 10%. Kandungan air dalam
stratum corneum sebaiknya mencapai 10-20% agar kulit tetap lembut dan
lentur. Secara umum kulit memiliki dua mekanisme untuk mempertahankan
kelembaban yaitu dengan natural moisturizing factor (NMF) dengan matriks
protein dari corneocytes serta lipid bilayer disekitar dan diantara corneocytes.
NMF (Natural Moisturizing Factor) merupakan humektan alami bertindak
sebagai reservoir pada lapisan kulit untuk menjaga kelenturan dan terasa
lembut serta menjaga terjadinya keretakan, penyisikan dan pengelupasan pada
kulit. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan perlindungan tambahan
dari luar yaitu dengan penggunaan sediaan pelembab untuk mengatasi kulit
kering.
Pelembab merupakan bahan yang dapat mengurangi gejala kulit kering
akibat kehilangan air serta pelembab dirancang untuk memulihkan dan
mempertahankan hidrasi yang optimal dari stratum korneum. Sediaan
pelembab juga ditujukan untuk 2 mengembalikan fungsi barier kulit pada
permukaan epidermis, menutupi retakan kecil pada kulit dan memberikan
suatu lapisan pelindung. Pada umumnya sediaan pelembab bekerja dengan
meningkatkan kapasitas menahan air pada stratum korneum dengan
penggunaan humektan dari luar, dimana humektan menggantikan NMF kulit
yang telah dibersihkan atau berkurang dan memiliki cara kerja yang sama
dengan NMF serta dengan penggunaan bahan berminyak (emolien) pada

4
sediaan yang dapat membatasi terjadinya penguapan pada permukaan kulit.
Penggunaan antioksidan dalam sediaan pelembab memiliki nilai lebih karena
memiliki perlindungan yang lebih besar terhadap pengaruh lingkungan
(matahari, polusi, angin dan temperatur) pada kulit, sehingga menghambat
penuaan dan kerusakan kulit.
1.2 Manfaat
Dengan adanya makalah tentang “kulit kering” diharapkan dapat
menambah wawasan bagi pembaca, terutama tetntang pelembab yang baik
untuk keadaan kulit kering.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi serta anatomi dan fisiologi kulit.
b. Mengetahui definisi kulit kering serta pelembab yang dapat digunakan.
c. Mengetahui evaluasi formula dari pelembab

5
BAB II
ISI
2.1 Kulit
2.1.1 Definisi kulit
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit memberikan
keindahan, tanpanya manusia bukan hanya tidak menarik tapi berbagai kelainan
fisiologis yang tidak diinginkan dapat terjadi. Kulit merupakan komponen
terbesar dari sistem imun, kunci dari system saraf dan endokrin serta penghasil
vitamin sebagai respon dari sinar matahari.
2.1.2 Anatomi kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis dengan aksesorisnya
(rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat) yang berasal dari lapisan
ektoderm, dermis yang berasal dari mesoderm dan lapisan subkutan.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar. Terdiri dari epitel gepeng
(squamosa) berlapis dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas dengan
sel utama disebut keratinosit. Keratinosit menghasilkan keratin dan
sitokin sebagai respon terhadap luka. Epidermis dapat dibagi menjadi 4
lapisan, yaitu:
a) Stratum basale Pada umumnya hanya terdiri dari satu lapisan tebal,
tapi pada kulit yang tak berambut (gundul) dan hiperproliferatif
epidermis dapat menjadi dua sampai tiga lapis. Keratinosit adalah sel
utama.
b) Stratum Spinosum Sel-sel basal bergerak menuju permukaan dan
membentuk lapisan sel polyhedral yang dihubungkan oleh desmosom.
Lapisan ini terihat seperti 'duri' saat dilihat di bawah mikroskop.
Dalam lapisan ini sel-sel Langerhans dapat diidentifikasi.
c) Stratum Granulosum Keratinosit pada lapisan granular mengandung
butiran intraseluler keratohyalin. Sitoplasma juga mengandung
granular lamelar (Odland bodies). Sel-sel melepas komponen lipid

6
mereka ke dalam ruang interseluler yang memainkan peran penting
dalam fungsi pelindung dan kohesi interseluler dalam stratum
corneum.
d) Stratum Corneum Stratum Corneum merupakan lapisan epidermis
yang paling luar. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung utama kulit.
Lipid pada daerah stratum korneum membentuk satu-satunya struktur
yang berkelanjutan. Zat-zat yang akan masuk ke kulit harus selalu
melewati daerah ini. Sel-sel terlihat rata dan filamen keratin sejajar
disulphide cross-linked microfibres. Pada kulit palmoplantar ada zona
tambahan yaitu stratum lucidum. Sel-sel yang ditemukan di lapisan
ini masih berinti dan disebut sel transisional.
b. Dermis
Dermis dibatasi secara eksternal oleh persimpangan dengan
epidermis dan internal oleh lemak subkutan. Dermis merupakan bagian
terbesar dari kulit. Dermis merupakan lapisan yang kuat, lapisan penahan
yang melindungi tubuh terhadap cedera mekanik dan berisi struktur
khusus. Dermis tersusun dari jaringan ikat yang mengandung sel,
substansi dasar dan serat. Substansi dasar terdiri dari polisakarida dan
protein yang berinteraksi untuk menghasilkan makromolekul
proteoglikan higroskopis. Sel-selnya merupakan fibroblas yang
mensintesis serat kolagen dan elastin. Sifat-sifat kolagen mengubah baik
secara kualitatif dan kuantitatif terhadap penuaan. Serat elastin juga hadir
dalam dermis dan ini memberikan tingkat elastisitas pada kulit.
c. Lapisan subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat
longgar, berisi selsel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis
yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan
mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat
apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka
lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan
lemaknya

7
2.2 Kulit Kering
Kulit kering adalah keadaan berkurangnya kelembaban kulit yang
terjadi pada stratum corneum. Kandungan air pada kulit semestinya harus
lebih besar dari 10%. Namun pada kulit kering kurang dari 10%. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya Transepidermal Water Loss (TEWL) yang
membuat pelindung permeabilitas mengeluarkan air lebih banyak sehingga
kandungan air pada kulit menjadi berkurang. Kulit kering adalah masalah
yang sangat umum terjadi tidak hanya pada usia tua dan kulit yang
berpenyakit, namun banyak pada usia muda dan saat musim dingin tiba.
Kulit yang kering dapat membuat kulit menjadi keras dan kasar bersisik.
Gambaran klinis yang sering muncul mula-mula terjadi peningkatan
skin marking. Kemudian stratum corneum menjadi kurang lentur dan tidak
halus. Setelah itu, muncul garis kemerahan tidak teratur. Jika timbul gatal,
garukan dan gosokan akan menyebabkan terjadinya eczema kronik lichen
simpleks.

8
2.3 Pelembab Untuk Kulit Kering
2.3.1 Definisi Pelembab
Pelembab biasa digunakan untuk melembutkan kulit dan untuk
mengurangi tingkat kekeringan pada kulit. Produk pelembab topikal
bertujuan untuk mengembalikan kulit menjadi normal kembali dengan
menambah kandungan air dan pelindungnya. Pelembab yang digunakan
secara topikal terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan oklusif dan
humektan, ditambah Emollient sebagai pelembut kulit.
2.3.2 Formulasi Pelembab
a. Bahan Oklusif
Bahan oklusif bekerja melindungi stratum corneum dengan
memperlambat Transepidermal Water Loss (TEWL). Biasanya merupakan
bahan berminyak yang memiliki kemampuan melarutkan lemak. Bahan
oklusif merupakan pilihan terbaik untuk mengobati kulit kering karena
mengandung efek emollient yang baik menurunkan TEWL.
Contoh bahan oklusif antara lain:
Petrolatum, Mineral oil, Paraffin, Squalene, Dimethicone, Minyak kacang
kedelai, Minyak biji anggur, Propilene glikol, Lanolin, Beeswax.
b. Humektan
Humektan adalah bahan larut dalam air dengan kemampuan yang
sangat baik dalam menyerap air. Humektan dapat menarik air dari
lingkungan untuk membantu hidrasi kulit. Namun disisi lain, dapat

9
menarik air dari lapisan dalam epidermis dan dermis saat kelembaban
lingkungan sangat rendah dan justru menyebabkan kulit kering. Karena
alasan inilah, humektan baik dikombinasikan dengan bahan-bahan oklusif.
Contoh humektan antara lain:
Gliserin, Sorbitol, Sodium Hyaluronat, Urea, Gula, Asam α-hidroksida.
c. Emolien
Fungsi dari emolien adalah untuk mengisi celah antara korneosit untuk
menghasilkan permukaan kulit yang halus. Sebagian besar humektan dan
bahan oklusif sudah sekaligus memiliki efek sebagai emollient.
Contohnya: Lanolin, Petrolatum, Mineral oil.
2.4 Evaluasi Pelembab In-Vitro dan In-Vivo
2.4.1 Evaluasi In-Vitro
a. Uji Penyimpanan Dipercepat
Salah satu cara mempercepat evaluasi kestabilan adalah dengan
melakukan pengujian sebelum dan sesudah penyimpanan selama
beberapa periode pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang normal.
Pengujian dilakukan menggunakan climatic chamber terdiri dari 1
siklus dengan suhu 50C dan 350C selama 12 jam. Pengujian dilakukan
sebanyak 10 siklus.
b. Uji Organoleptis
Pengamatan sediaan krim dilakukan dengan mengamati dari segi
warna, bau dan tekstur krim. Metode ini dilakukan sebelum dan
sesudah penyimpanan dipercepat.
c. Uji Homogenitas Fisik
Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang
bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis,
kemudian ditutup dengan kaca preparat (cover glass). Krim
mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpal. Metode
ini dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

10
d. Uji pH
pH krim diukur dengan pH meter dimasukkan kedalam wadah
yang berisi krim, pH krim kemudian diketahui dengan melihat angka
yang tertera pada pH mete. pH sediaan harus sesuai dengan pH kulit
yaitu berkisar 4,5 – 5,5. Metode ini dilakukan sebelum dan sesudah
penyimpanan dipercepat.
e. Uji Viskositas
Viskositas sediaan krim diukur menggunakan Viskometer
Brookfield pada 3 rpm (rotasi per menit) dengan menggunakan
“spindle” no. 64. Spindle dicelupkan kedalam krim yang telah dibuat.
Hasil viskositas krim dapat dilihat dari angka yang ditujukan oleh alat.
Metode ini dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
f. Uji Daya Sebar
Krim sebanyak 0,5 gram diletakkan ditengah-tengah kaca objek,
ditutup dengan kaca objek yang telah ditimbang beratnya. Dibiarkan
selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu
diberi penambahan beban setiap 1 menit sebesar 50 gram sampai 250
gram, lalu diukur diameter sebarnya untuk melihat pengaruh beban
terhadap perubahan diameter sebar krim. Metode ini dilakukan
sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
g. Uji Daya Lekat
Sebanyak 250 mg krim diratakan pada salah satu gelas objek
kemudian ditutup dengan objek yang lain. Kemudian ditindih dengan
beban 50 gram selama 5 menit. Kemudian stopwatch dinyalakan.
Waktu dihitung mulai dari pemberian beban dan dihentikan pada saat
gelas objek tersebut terlepas. Metode ini dilakukan sebelum dan
sesudah penyimpanan dipercepat.
h. Uji Tipe Emulsi
 Metode Pengenceran Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu
emulsi akan bercampur dengan menjadi fase luarnya. Krim yang
telah dibuat dimasukkan kedalam beaker gelas, kemudian

11
diencerkan dengan air. Jika emulsi tidak dapat diencerkan dengan
air maka tipe emulsinya A/M tetapi jika emulsi dapat diencerkan
dengan air maka tipe emulsinya M/A. Metode ini dilakukan
sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
 Metode Dispersi Warna Krim yang telah dibuat diletakkan diatas
gelas arloji, kemudian ditetesi dengan beberapa tetes pewarna
methyl blue. Jika warna biru segera terdispersi keseluruhan maka
sediaan krim tipe emulsinya M/A. Metode ini dilakukan sebelum
dan sesudah penyimpanan dipercepat.
4.2 Evaluasi In-Vivo
a. Uji Tempel terbuka Berulang (UTTB)
Ekstrak uji dengan konsentrasi 5% diaplikasikan sebanyak 3 kali.
Selama aplikasi, daerah uji tidak boleh dicuci. Reaksi yang terjadi
pada kulit dievaluasi oleh penguji terlatih, setelah 24 jam, 48 jam dan
72 jam setelah aplikasi. Reaksi yang diamati berupa iritasi dan alergi
baik secara objektif maupun subyektif.
b. Uji Tempel Tertutup Tunggal (UTTT)
Ekstrak uji dengan konsentrasi 1%, 3% dan 5% diuji dengan
menggunakan finn chamber yang dilekatkan pada kulit punggung
dengan menggunakan plester khusus (patch). Patch tersebut dilepas
setelah 24 jam. Reaksi yang terjadi pada kulit dievaluasi oleh penguji
terlatih, setelah 1 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam setelah patch
dilepas. Reaksi yang diamati berupa iritasi dan alergi baik secara
objektif maupun subyektif.
c. Uji Iritasi
Reaksi iritasi dan alergi yang terjadi dievaluasi dengan
menggunakan skala yang dikembangkan oleh International Contact
Dermatitis Research Group berdasarkan tingkat keparahan dari reaksi
dan waktu terjadinya reaksi pada kulit.

12
d. Uji Oles

Uji oles Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan
sediaanpada punggung tangan kemudian mengamati banyaknya
sediaan yang menempel pada tekanan tertentu. Pemeriksaan dilakukan
terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada
punggung tangan dengan lima kali pengolesan.

2.5 Standar Evaluasi Pelembab


Persyaratan kualitas dasar untuk evaluasi pekembab adalah
a. Sefty = tidak ada iritasi kulit, sensitivitas kulit, toksisitas oral, bercampur
dengan bahan lain, tidak berbahaya .
b. Stability = Stabil terhadap perubahan murtu, warna, bau, kontaminasi
bakteri
c. Efikasi= efek melembabkan , melindungi terhadap UV, memebersihkan
dan mewarnai.
d. Usability = feeling (Sensibility, moustraizer, smoothtnes) kemudahan
menggunakan (bentuk, ukuran, bobot, komposisi, penampilan ,
portability).

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kulit kering adalah keadaan berkurangnya kelembaban kulit yang
terjadi pada stratum corneum. Pelembab biasa digunakan untuk melembutkan
kulit dan untuk mengurangi tingkat kekeringan pada kulit. Formulasi
pelembab meliputi bahan oklusif, humektant, dan emollient. Evaluasi
pelembab terdiri dari evaluasi In vivo dan In vitro. Evaluasi In vivo meliputi
uji penyimpanan dipercepat, homogenitas, pH, daya sebar, daya
lekat,viskositas, organoleptis, dan uji tipe emulsi. Evaluasi in vitro meliputi
Uji Tempel Tertutup Tunggal (UTTT), Uji Tempel terbuka Berulang (UTTB),
uji iritasi, dan uji oles. Untuk persyaratan kualitas pelembab harus Usability,
Efikasi, Stability, dan Sefty.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wih L.W., dkk., 2009.,PENELITIAN BAHAN PENCERAH DAN PELEMBAB


KULIT DARI TANAMAN INDONESIA, Universitas Indonesia, Jakarta,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 1, April 2009, 01 – 08

Yusuf N. A., dkk., 2018, FORMULASI DAN EVALUASI KRIM LIOFILISAT


BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum L) SEBAGAI PENINGKAT
KELEMBABAN PADA KULIT (Formulation And Evaluation Of Tomato
(Solanum lycopersicum L) Fruits Lyophilisate Cream For Increase
Moisturizing In Skin), Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Makasar, Vol. 2 No.
1 (September, 2018)

15

Anda mungkin juga menyukai