Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

PELEMBUT RAGA LOTION

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah :


Teknologi kosmetik

DISUSUN OLEH:
Basri (08334706)
Lafziah (08334029)

Dosen Pembimbing:
Dr.Tetti Indrawati Msi, Apt.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan dan kekuatan kepada

kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul Pelembut Raga

Lotion.Adapun makalah ini berisi informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber

serta hasil diskusi bersama teman dari kelompok empat belas.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dr.Tetti Indrawati Msi,Apt selaku

dosen pembimbing matakuliah teknologi kosmetik serta rekan-rekan mahasiswa yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Jakarta, Nopember 2008

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Masalah Penulisan...........................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................2

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit................................................................................................3

2.2 Kosmetik.......................................................................................12

2.3 Pelembab ......................................................................................17

BAB 111 RANCANGAN SEDIAAN ...........................................................22

3.1 Masalah dan Pembahasan

3.2 Spesifikasi Bahan ........................................................................23

3.3 Formula .......................................................................................28

3.4 Cara Pembuatan ..........................................................................29

BAB 1V EVALUASI SEDIAAN .................................................................30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................33

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kulit seseorang itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, bisa karena faktor dalam
(genetis dan herediter) maksudnya adalah sudah ditentukan dari turunan atau orang tua,
atau faktor yang terjadi di dalam kandungan sehingga menyebabkan kulit seseorang
tersebut hitam/putih, tebal/tipis maupun dari faktor luar (lingkungan dan kosmetik) yang
menyebabkan perubahan kondisi kulit menjadi lebih hitam/lebih putih atau menjadi lebih
tebal/tipis.
Setiap jenis kulit baik itu kering, berminyak, kombinasi, sensitive, dan normal
pasti memerlukan perlindungan terhadap efek-efek alam. Penuaan, matahari, lingkungan
sekitar, semuanya itu berpengaruh terhadap kulit. Untuk mempertahankan kulit agar tetap
halus dan lembut, maka tingkat kelembaban kulit harus dipertahankan. Padahal, kulit
selalu kehilangan kelembaban alaminya melalui epidermis, yang semakin dipicu oleh:
1. Pemaparan terhadap sinar matahari, angin, dan cuaca dingin.
2. Penggunaan berlebihan produk yang mengeringkan kulit
3. Pemanas ruangan dan AC
4. Aliran sebum (akumulasi minyak saat tidur) semakin menurun dengan
bertambahnya usia.
Oleh karena itu diperlukan asupan vitamin, sayur-sayuran, air putih yang cukup bagi
tubuh, serta suatu sediaan kosmetik yang dapat membantu mempertahankan kelembaban
kulit serta melindungi kulit dari kekeringan (dehidrasi), salah satunya yaitu pelembut raga
lotion.
Pelembut raga lotion yang akan dirancang bertujuan agar penampilan permukaan
kulit yang biasanya kering dan kasar menjadi hilang, kulit nampak lebih halus dan lebih
mulus, supel, lembut, dan memberi rasa segar sepanjang hari. Maka dari itu pelembut

4
raga lotion yang dibuat sebaiknya memiliki formula dimana air dan minyak tidak akan
terpisah ataupun mengalami kerusakan bahkan untuk jangka waktu yang lama.

1.2 Masalah
1. Bagaimana merancang formula sediaan pelembut raga lotion yang baik
2. Ingin membuat sediaan pelembut raga lotion yang memenuhi persyaratan, baik
dari segi cara pembuatan maupun evaluasi

1.3 Tujuan
1. Merancang sediaan pelembut raga lotion yang sesuai dengan formula standar
2. Membuat sediaan pelembut raga lotion yang memenuhi syarat CPKB.

1.4 Manfaat
Dengan tugas ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang
didapat, sehingga dapat menghasilkan suatu sediaan pelembut raga lotion yang
memenuhi standar.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kulit
II.1.1 Struktur dan Fungsi Kulit
1.1. Gambaran Umum Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai
peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu,
kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil).
Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit.

Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena
kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang
digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan
utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik.
Kekebalan epidermis berbeda-beda pada bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, lapisan yang tipis

6
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel
epidermis ini disebut keratinosit.

Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas. Terdiri atas
beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan
ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah
mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan
stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat
asam, disebut Mantel Asam Kulit.
2. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga lapisan barrier. Terletak tepat di
bawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung
eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum
lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut reins
barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (impermeable).
3. Lapisan Berbutir-butir (Stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton
menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu tedapat bahan logam,
khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki sel yang
berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih
ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
5. Lapisan Basal (Stratum germinativum) adalah lapisan terbawah epidermis yang
hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Di dalam stratum germinativum juga
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan

7
fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel
keratinosit melalui dendrit-dendritnya.

Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan
keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang
berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida.
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis).

1.2. Keratinisasi
Sel-sel keratinosit pada lapisan basal atau lapisan induk akan memperbanyak diri,
berdiferensiasi, terdesak menuju ke permukaan kulit sehingga akhirnya menjadi sel-sel
yang mati, kering dan pipih dalam stratum corneum.
Proses pendewasaan dari stratum germinativum sampai menjadi sel tanduk dalam
stratum corneum dinamakan keratinisasi yang lamanya 14-21 hari dan sering disebut juga
Cell Turn Over Time.

1.3. Susunan Kimia Kulit dan Keratin


Struktur kimia dan sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi berikut:
Protein 27%
Lemak 2%
Garam mineral 0,5%
Air dan bahan-bahan larut air 70,5%
Protein terpenting adalah albumin, globulin, musin, elastin, kolagen, dan keratin.
Sel pada lapisan stratum corneum tersusun oleh keratin yang berasal dari protein, juga
merupakan penyusun utama rambut dan kuku manusia.

8
1.4. Kelenjar Keringat dan Perspirasi
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu:
1. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung
95-97% air dan mengandung beberapa mineral. Kelenjar ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit kepala. Jumlahnya
diseluruh badan sekitar 2 juta, menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam
pada orang dewasa. Bentuknya langsing, bergulung-gulung, dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2. Kelenjar keringat apokrin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di daerah-
daerah ketiak, puting susu, daerah kelamin, dan menghasilkan cairan yang agak
kental serta berbau khas pada setiap orang. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya
tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.

1.5. Kelenjar Sebasea dan Sebum


Kelenjar sebasea atau kelenjar minyak menghasilkan minyak kulit (sebum) yang
berguna untuk meminyaki kulit dan rambut agar tidak kering. Kelenjar sebasea terdapat
di seluruh kulit, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki.
Pada kulit kepala, kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut
dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar sebasea
membesar, sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan, jika produksi minyak
dari kelenjar sebasea berlebihan, terjadilah kulit yang berminyak, yang memudahkan
terjadinya jerawat.

1.6. Pembuluh Darah


Mekanisme suplai darah di kulit terdiri atas arteri dan vena yang berasal dari
jaringan bawah kulit dan naik ke atas menuju kelenjar dan akar rambut. Suplai darah ke

9
kulit merupakan sumber suplai nutrisi ke kulit serta alat transportasi untuk bahan lainnya
bagi kulit, seperti oksigen, hormon, dan enzim.
Suplai darah ke kulit memang penting, tetapi kulit juga ditentukan pada faktor-
faktor lain untuk hidup, misalnya glikolisis yang memberikan energi pada pembentukan
keratin, sekresi sebum, sekresi keringat, dan proses-proses biologis lain, seperti
pemecahan glukosa menjadi asam laktat dengan riboflavin dan nicotinamide sebagai ko-
faktor bagi enzim-enzim yang terlibat di dalam proses itu.

1.7. Limfe dan Saraf


Kelenjar limfe merupakan sistem yang sangat esensial bagi tubuh karena berperan
dalam sistem pertahanan tubuh. Sirkulasi cairan limfe berjalan sejajar dengan sistem
saluran darah dan akhirnya mendampingi sistem pembuluh darah balik dekat jantung.
Dinding pembuluh limfe mudah ditembus bakteri.
Sistem saraf kulit berkaitan dengan fungsi kulit sebagai reseptor sentuhan rasa
sakit dan suhu. Kulit kaya akan sel saraf sensoris kutaneous dan tempat bermuaranya
ujung sel-sel saraf spinal (sistem saraf tepi) dan kranial (sistem saraf pusat).

II.1.2 Fisiologi dan Biokimia Kulit


2.1. Pernapasan Kulit
Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga bernapas
(respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kecepatan penyerapan
oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran CO2 dari kulit tergantung pada banyak faktor di
luar maupun di dalam kulit, seperti temperatur udara, komposisi gas di sekitar kulit,
kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit,
dilatasi pembuluh darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon
di kulit, perubahan dalam proses metabolisme sel kulit, pemakaian bahan kimia pada
kulit, dan lain-lain.
Bahan-bahan yang menstimulasi pernapasan kulit adalah ekstrak ragi, ekstrak
placenta, asam panthotenat, asam boraks, vitamin A & D, air mawar, hidrokortison,
neomycin, bacitracin dan pasta zinc.

10
Bahan-bahan yang menekan atau mengurangi pernafasan kulit adalah bahan
pengawet, bahan antiseptik, asam lemak, fluorida, butil alkohol, ammoniated mercury,
asam benzoat, asam salisilat, sulfur, coal tar.

2.2. Mantel Asam Kulit


Pada umumnya pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5 sehingga
bersifat asam lemah. Ada tiga fungsi pokok mantel asam kulit, yaitu:
1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu
asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.
2. Membunuh dengan sifat asamnya atau setidaknya menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang membahayakan kulit.
3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit.
Karena itu hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin
dengan pH fisiologis mantel asam kulit. Kosmetik demikian disebut kosmetik dengan
pH-balanced.

2.3. Mantel Lemak Kulit


Sebum di permukaan kulit merupakan lapisan lemak yang sebagian besar berasal
dari kelenjar sebasea dan sebagian kecil berasal dari lemak sel-sel epidermis disebut
mantel lemak kulit, yang terdiri atas trigliserida, asam-asam lemak, squalene, wax,
cholesterol dan ester-esternya, fosfolipid, dan parafin. Jumlah lemak di permukaan kulit
berbeda untuk tiap individu dan bagian-bagian tubuh. Seseorang mempunyai kulit kering
(sebostatic) atau kulit berminyak (seborrheic) tergantung pada jumlah lemak yang
diekskresikan oleh kelenjar sebasea. Klasifikasi kulit kering dan kulit berminyak tidak
berlangsung seumur hidup karena bisa terjadi pergeseran antara keduanya.

II.1.3. Fungsi Biologik Kulit


3.1. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi
mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel
lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh

11
dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari
luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

3.2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh
kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat
temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan
meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.

3.3. Persepsi Sensoris


Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan,
raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti Benda Meissner, Diskus Merkell
dan Korpuskulum Golgi sebagai reseptor alba, Korpuskulum Pacini sebagai reseptor
tekanan, Korpuskulum Ruffini dan Benda Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End
Plate sebagai reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut
dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.

3.4. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dlm tubuh melalui dua jalur yaitu
melalui epidermis dan mellui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak
lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yng larut dalam air.

3.5. Fungsi Lain


Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah, memucat
maupun kontraksi otot penegak rambut.
II.1 4. Jenis-jenis Kulit
Berdasarkan ahli kecantikan, jenis kulit dikelompokkan menjadi beberapa jenis :
a. Kulit kering
Kulit yang memiliki lemak permukaan kulit yang sedikit atau kurang, sehingga
pada permukaan terasa kering, kasar, dan banyak lapisan kulit yang lepas atau retak,
kaku, tidak elastis, dan mudah terlihat kerutan.

12
b. Kulit Berminyak
Kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga
menjadi tampak mengkilat, mudah kotor, kusam, mempunyai pori-pori yang lebar
sehingga permukaannya kasar dan lengket.
c. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap, segar, elastis dan minyak
pada permukaan dan kelembaban cukup.
d. Kulit Kombinasi
Kulit seseorang yang memiliki sifat campuran (a dengan b atau a dengan c) atau
sebagian bersifat berminyak dan sebagian kering.
e. Kulit Sensitive
Kulit yang sangat peka bila kontak terhadap suatu zat. Kulit sensitif, bisa diartikan
sebagai kulit yang tipis, mudah luka dan kadang kala ber-warna kemerahan.
Sebagian ilmuwan atau dokter berpendapat, kulit sensitif lebih banyak ditemui pada
orang Scotlandia, Irlandia, Iceland (bagian utara Eropa) dibandingkan dengan orang
negara lain. Mereka yang memiliki kulit sensitif, bisa kita lihat dan diagnosa
dengan kondisi di mana pembuluh darah (kapiler) dan ujung saraf terletak dekat ke
permukaan kulitnya. Argumen ini pula yang sering dipakai oleh para ilmuwan untuk
menjelaskan mengapa orang yang berkulit sensitif, lebih mudah kulitnya menjadi
merah dan terkena iritasi setelah pemakaian produk kosmetik tertentu. Orang yang
berkulit sensitif, juga lebih mudah mengalami masalah kulit melalui makanan yang
dikonsumsi. Seperti makanan pedas, kafein (kopi), nikotin (rokok) dan Niacin
(vitamin B3). Hal ini disebabkan karena makanan-makanan atau rokok tersebut
memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit, sehingga kulit menjadi merah.
f. Kulit Hiperpigmentasi
Kulit yang memiliki bercak-bercak hitam.
g. Kulit Berjerawat
Kulit yang disertai dengan jerawat yang biasanya terjadi pada kondisi jenis kulit
berminyak.

13
II.1.5. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kulit.
a. Faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol :
- Cahaya Matahari
- Kelembaban Udara
- TemperaturYang Ekstrim
- Angin
- Polusi
b. Faktor-faktor yang dapat dikontrol ;
- Tidur
- Air
- Nutrisi
- Olahraga
- Stress
- Zat-zat Beracun (Rokok,Alkohol)

14
II.2 Kosmetik
II.2.1. Pengertian Kosmetik
Pengertian produk kosmetika sangat bercorak, bervariasi, sesuai dengan
kemaknaan produk, bergantung dari siapa dari mana pengertian itu diberikan. Dapat
singkat, dan dapat pula umum dan menyeluruh. Pengertian produk kosmetika yang
mengikat adalah batasan pengertian yang disebutkan peraturan perundangan. Semua
unsur makna produk kosmetika dijadikan dasar tolak tata aturan yang harus dipatuhi dan
ditaati.
Definisi kosmetik :
Permenkes RI No.445/Menkes/Per/VI/1998
Kosmetik adalah sediaan paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Kep Ka BPOM RI Nomor HK 00 054 1754
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau
gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Secara umum
Kosmetik adalah bahan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk
memperbaiki penampilan.

II.2.2 Persyaratan Kosmetik


Kosmetik yang akan diproduksi harus memenuhi persyaratan keselamatan dan
kesehatan, standar mutu atau Cara Produksi Kosmetika yang Baik (CPKB). CPKB adalah
cara produksi kosmetika dengan pengawasan menyeluruh yang meliputi aspek produksi
dan pengendalian mutu untuk menjamin produk jadi yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, aman dan bermanfaat bagi pemakainya.

15
Produk kosmetika yang akan dipasarkan harus terdaftar di BPOM, kriteria
kosmetika yang akan didaftarkan :
1. Khasiat dan Keamanan
Keamanan yang cukup, yaitu tidak menggunakan bahan yang dilarang; tidak
melebihi batas kadar yang ditetapkan untuk bahan, zat pengawet dan tabir surya
yang diizinkan dengan pembatasan; menggunakan zat warna yang diizinkan
sesuai dengan daerah penggunaannya.
2. Mutu
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari CPKB dan hanya menggunakan
bahan dengan spesifikasi yang sesuai.
3. Penandaan
Penandaan yang berisi informasi yang cukup, yang dapat mencegah terjadinya
salah pengertian atau salah penggunaan.
Produk rusak dapat ditandai adanya perubahan pada sediaan seperti bau asing, bau
tidak enak, terjadi buih, tambah encer, koagulasi, pengendapan, timbul gas, dan terjadi
perubahan warna.
Produk kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan produk, termasuk produk
rusak, dinyatakan produk beracun dan atau produk berbahaya dan tidak dibenarkan
terdapat pada ketersediaan peredaran pasar, dan harus segera ditarik dari peredaran
pasarnya.

II.2.3. Bahan-bahan dalam Kosmetik


Bahan kosmetik adalah zat atau campuran yang berasal dari alam dan/ sintetik
yang merupakan komponen kosmetika untuk dapat diedarkan dalam ketersediaan pasar
dan diperdagangkan umum dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, guna tata rawat dan
tata rias, bagi pemeliharaan kesehatn kulit dan demi penampilan yang menarik.
Bahan kosmetik dibedakan menjadi bahan dasar, zat tambahan, dan zat aktif.
Bahan dasar digunakan untuk membuat sediaan dasar dan atau dasar sediaan. Sediaan
dasar dijadikan dasar dan memberikan bentuk sediaan kosmetik sedangkan dasar sediaan
merupakan komposisi utama sediaan kosmetik.

16
Zat tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki ujud ketampakan,
kekentalan, kelarutan pengawet mikroba, pengawet oksidasi dan atau menyandang fungsi
pengemulsi, pembasah, penstabil, penglarutan, penjernihan, dan fungsi lain yang relevan.
Zat aktif adalah bahan kosmetika yang memberikan ciri sediaan kosmetika dalam
tata rawat dan tata rias, termasuk perlindungan dan koreksi keabnormalan kulit.

II.2.4. Fungsi Kosmetika


Fungsi produk kosmetik dalam aplikasi kosmetika meliputi perawatan, periasan,
perlindungan, dan koreksi keabnormalan tubuh, untuk memelihara homesostasis kulit
normal dapat melakukan fungsinya dengan semestinya, sehingga terasa nyaman dan
dalam kondisi sehat. Fungsinya perlindungan dan fungsi koreksi keabnormalan tubuh
dapat dikelompokkan dalam fungsi perawatan, sehingga fungsi produk kosmetika hanya
mencakup 2 fungsi, yaitu fungsi pemeliharaan dan fungsi periasan.
Produk kosmetika perawatan kulit biasanya cukup disebut perawatan kulit,
kosmetika rawat kulit, atau cosmetic skin cares, meliputi produk kosmetika untuk
mengatasi ancaman lingkungan sekitar dengan membawakan berbagai fungsi antara lain
untuk:
Pembersihan kulit
Perangsangan metabolisme kulit
Pelestarian kelembaban kulit
Perlindungan kulit dari sengatan sinar UV surya
Perlindungan dari infeksi mikroba
Pencegahan dari kemungkinan terjadinya ketuaan kulit dini
Penghambatan proses ketuaan kulit
Perawanan warna kulit oleh karena pigmentasi
Pemudaran noda ketuaan dan perawanan gurat dan keriput.
Fungsi perawatan dibedakan menjadi perawatan dasar dan perawatan tambahan.
Perawatan dasar meliputi serangkaian perawatan dengan karakter dan aplikasi yang
berbeda-beda, namun kesemuanya itu untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki mutu
kulit, agar tetap sehat dan normal. Perawatan dasar meliputi pembersih, pelembab,
pelembut, dan dapat diperluas dengan berbagai fungsi lain seperti pelindung surya (sun

17
protector), antioksidan, pencerahan kulit (skin whitening, lightening, bleaching),
antigurat perut, antigurat mata, dan anti ketuaan kulit tersedia dalam berbagai sediaan
dasar, terutama serbuk, batangan, gel, krim, dan lotion.

II.2.5. Penggolongan Kosmetik


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:
1.Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi,bedak bayi,dll
2.Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi,bath capsule,dll
3.Preparat untuk mata,misalnya maskara,eye-shadow,dll
4.Preparat wangi-wangian, misalnya parfum,toilet water,dll
5.Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray,dll
6.Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll
7.Preparat make-up(kecuali mata), misalnya bedak,lipstick,dll
8.Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi,mouth washes,dll
9.Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.
10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku,dll
11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,pelindung,dll
12.Preparat cukur, misalnya sabun cukur,dll
13.Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation,dll

II.2.6. Reaksi Negatif Kosmetik Pada Kulit


Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik, yang tidak aman baik
pada kulit maupun pada sistem tubuh, antara lain :
Iritasi
Reaksi langsung akan timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena salah satu atau
lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan.misalnya deodorant, kosmetik pemutih
kulit yang mengandung mercuri, dapat langsung menimbulkan reaksi iritasi.
Alergi
Reaksi negatif pada kulit muncul setelah kosmetik dipakai beberapa kali, terkadang
setelah bertahun-tahun, karena kosmetik tersebut mengandung bahan alergenik bagi
seseorang dan belum tentu dengan orang lain.misalnya, cat rambut, lipstik, parfum.

18
Fotosensitisasi
Reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari
karena salah satu atau lebih bahan, zat warna atau zat pewangi yang dikandung oleh
kosmetik itu bersifat photosensitizer, biasanya sejumlah zat pewarna dan zat pewangi
dalam kosmetik riasan, parfum, tabir surya yang mengandung PABA.
Jerawat
Beberapa kosmetik pelembab kulit yang sangat berminyak dan lengket pada kulit seperti
yang diperlukan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila
digunakan pada kulit yang berminyak, terutama dinegara tropis karena kosmetik
demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis
kosmetik tersebut dinamakan kosmetik aknegenik.
Intoksikasi
Keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui penghirupan lewat mulut dan
hidung, atau dengan penyerapan via kulit, terutama jika salah satu atau lebih bahan yang
dikandung oleh kosmetik bersifat toksik, misalnya merkuri didalam sediaan kosmetik
pemutih.
Penyumbatan fisik
Penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada didalam kosmetik
tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil
pada bagian tubuh yang lain.

Daftar kosmetik yang dapat menimbulkan reaksi negatif pada kulit:


Kosmetik pemutih kulit isi merkuri
Kosmetik pemutih kulit isi hidrokinon
Krim untuk wajah
Kosmetik tabir surya (Sunscreen)
Cat rambut
Parfum
Deodoran dan Antiperspiran
Lipstik.

19
II.3. Pelembab
Kulit yang menderita kelainan seperti kekeringan, penuaan, menderita
jerawat, noda-noda hitam dan lain-lainnya perlu dirawat secara khusus dengan kosmetik
perawatan yang umumnya mengandung bahan-bahan aktif seperti vitamin, alantoin,
kolagen, hormon, sulfur dan lain-lainnya.
Kosmetik pelembab atau biasanya dalam bentuk lotion perlu dikenakan
terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering, terutama jika si
pemakai akan lama berada di dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya
ruangan ber-AC. Pemilik kulit yang secara alamiah sudah berminyak, misalnya pada
remaja, tidak perlu atau bahkan kadang-kadang dilarang memakai kosmetik pelembab.

II.3.1 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit


Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa
menyerap air: asam amino, purin, pentosa, choline, dan derivat asam fosfat, yang jumlah
totalnya 20 % dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang larut dalam air
tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian jika lapisan lemak itu
diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu terbuka dan siraman air berikutnya
akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan
karakter hidrofilik dan elastisitasnya. Demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit
menyebabkan dehidrasi kulit.
Berkali-kali menggosok kulit dengan sabun atau detergen akan menimbulkan efek
seperti diatas. Mula-mula lemak permukaan kulit diemulsikan dan bahan-bahan hidrofilik
dalam stratum corneum dengan cepat mengering dan menjadi kasar serta pecah-pecah.
Powers dan Fox (1958) telah meneliti efek berbagai detergen sebagai penyebab
hilangnya air dari stratum corneum. Mereka menemukan bahwa hilangnya air kulit
dipercepat oleh triethanolamine alkyl aryl sulfonate, sodium lauryl sulfate, dan produk
kondensasi coconut fatty acid diethanolamine. Efek mengeringkan itu bahkan lebih kuat
oleh detergen cationic, sementara efek pengering dari sabun tidak sekuat itu.
Pengaruh udara terhadap dehidrasi stratum corneum juga telah diketahui. Jika
kelembaban relatif udara rendah (kandungan uap air dalam udara sedikit), maka risiko

20
kekeringan kulit lebih besar. Dalam udara yang panas, stratum corneum tidak cepat
mengering seperti dalam udara dingin, karena kelenjar sebasea aktif mensuplai
permukaan kulit lebih cepat karena uap airnya tersapu oleh angin.
Dalam udara dingin, elastisitas stratum corneum berkurang karena lilin kulit
(bahan semen antara sisik-sisik keratin di stratum corneum) menjadi lebih keras dan
kokoh. Selain itu, sekresi sebum juga berkurang.

II.3.2. Macam-Macam Kosmetik Pelembab


Kita dapat membedakan dua tipe kosmetik pelembab (emoliens), yaitu:
a. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak
b. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.

a. Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak


Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.
Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,sedikit banyak mencegah
penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di
permukaan kulit atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu
berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup
tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam
kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar
perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi.

Bahan-Bahan Dasar
Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak (lanolin, lemak wool, fatty
alcohol tinggi, lanette wax, glycerol monostearate, dan lain-lain) yang semuanya
merupakan bahan pengemulsi tipe W/O. Sebagai tambahan adalah campuran minyak
seperti minyak tumbuhan, yang lebih baik daripada mineral oils karena lebih mudah
bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum, dan
memiliki daya adhesi yang lebih kuat.

21
Preparat tipe emulsi O/W, misalnya bahan-bahan emulgator nonionik, merupakan
yang paling cocok untuk krim pelembab. Sabun-sabun triethanolamin juga sering
direkomendasikan sebagai pelembab. Sebagai tambahan, krim O/W selalu berisi
humektan (gliserol, sirup sorbitol, dan lain-lain).
Air yang digunakan harus didestilasi atau dihilangkan garam-garamnya dengan
ion-exchanger. Sisa-sisa besi dan tembaga berbahaya karena mempercepat terjadinya
ketengikan. Karena kandungan minyak tumbuhannya yang tinggi, preparat pelembab ini
mudah menjadi tengik. Karena itu penambahan antioksidan adalah esensial. Kosmetik
pelembab harus dilindungi dari mikroorganisme dan jamur dengan penambahan bahan-
bahan pengawet.

Tipe Emulsi
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk, dari krim
lemak anhidrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya minyak, sampai
emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80 %.

Berikut 3 contoh formulasi kosmetik pelembab:


1 2 3
Mineral Oil - 54.0 29.8
Microcrystalline wax - - 2.0
Paraffin wax - - 3.0
Olive oil 18.75 8.0 -
Sesame oil - - 30.0
Beeswax 4.0 - 5.0
Spermaceti 1.0 - 4.0
Anhydrous lanolin 37.5 4.0 2.0
Cetyl alcohol - 4.0 -
Stearyl alcohol - 2.0 -
Glyceryl monostearate - 6.0 -
Oleic acid - - 1.0
Triethanolamine - - 1.5

22
Borax 0.25 - -
Sodium lauryl sulfate - 1.0 -
Allantoin - - 0.2
Perfume oil 0.5 - 0.4
Butyl-p-hydroxybenzoate - - 0.2
Aquadest 37.5 19.0 19.9

Keterangan:
1. Rohtemen
2. Keithler
3. Mecca

b. Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang
bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi
lapisan stratum corneum kulit.
Preparat tradisional yang berupa campuran 50:50 gliserol dengan air bunga
mawar (rose water) adalah yang paling sederhana yang tercatat dalam sejarah. Tetapi
konsentrasi gliserol yang tinggi itu sedikit banyak dapat mengiritasi kulit. Sekarang
konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah 10-20 %. Di dalam produk-produk jenis
ini, gliserol dapat diganti dengan sirup sorbitol atau propylene glycol. Carbital
(diethylene glycol monoethyl ether) kurang cocok karena akan menghasilkan manik-
manik perspirasi pada kulit.
Mucins atau bahan-bahan pembentuk gel biasanya ditambahkan tetapi hindari
pemakaian bahan yang bersifat adhesive seperti gum arabica dan bahan yang jika
mengering membentuk lapisan resisiten, misalnya polyvinyl pyrolidone dan polyvinyl
alcohol.

23
Alkohol dalam jumlah kecil sering ditamabahkan selain bahan antiseptik seperti
asam borat. Sementara air tanaman (floral waters) atau parfum yang larut dalam air
digunakan sebagai pewangi.
Preparat yang mengandung lemak seperti glyceryl monostearate atau lanette wax
mempunyai dua fungsi pelembab (higroskopis dan lapisan lemak). Selain gliserol, madu
merupakan humektan terpenting untuk kulit.

24
BAB III
RANCANGAN SEDIAAN

III.1 Masalah dan Pembahasan


No Masalah Alternatif Pemecahan Pemecahan Keterangan
Masalah Masalah
1 Ingin dibuat sediaan Dibuat cream,lotion, gel Dibuat cream Agar
yang dapat
melembutkan kulit
2 Sediaan diusahakan Sediaan harus di buffer, dapat Dibuat sediaan pH balanced
memiliki pH yang digunakan buffer seperti citric menggunakan
sama atau sedekat acid, lactic acid, amino acid, buffer potassium
mungkin dengan pH sodium citrat, potasium hidroksida,
kulit yaitu antara 4,5- hidroksida. dengan pH 6
6,5
3 Ingin dibuat sediaan Perlu ditambahkan gliserol Ditambahkan Kulit nampak
yang mengering di (gliserin), propilen glikol, gliserol 2 % dan lebih halus dan
permukaan kulit, sirup sorbitol, carbitol propilen glikol 6 mencegah
yang menyerap uap % dehidrasi
air diudara dan
mempertahankannya
di prmukaaan kulit.
4 Sediaan lotion dibuat Perlu ditambahkan emulgator, Digunakan cetyl
dalam bentuk emulsi yang dapat digunakan cetyl alkohol 0,4 %
harus homogen alcohol, acasia, CMC stearyl
alcohol
5 Digunakan Perlu ditambahkan zat Digunakan metyl
dalamjangka waktu pengawet, yang dapat paraben dan
yang lama digunakan antara lain: propylparaben
metylparaben, 0,25 %
propylparaben,asam benzoat,
phenoksy etanol
6 Sediaan harus mudah Perlu ditambahkan bahan Digunakan Agar diperoleh

25
dituang pengental , yang dapat acrylates 20 % viskositas
digunakan antara lain yang baik
acrylates,pullulan,sodium
magnesium,silicate,xantangum
7 Sediaan ditujukan Perlu ditambahkan pengharum Digunakan Agar diperoleh
untuk memberi atau fragrace seperti geraniol, linalool q.s lotion yang harum
kesegaran linalool
8 Fungsi produk dan Dicantumkan pada
cara pemakaian botol atau
kemasan
9 Sediaan dimaksudkan Harus terdafar dan ada No. No. Reg POM CD
untuk dipasarkan Reg 1009400745 pada
botol atau
kemasan

III.2 Spesifikasi Bahan

1. Setil Alkohol (Cetyl alcohol)


Pemerian :berbentuk sisik, butiran, kubus atau lempengan yang
licin, warna putih, bau khas lemah, rasa tawar.
Kelarutan :larut dalam etanol (95%) P dan eter P, praktis tidak larut
dalam air, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu.
Suhu lebur :antara 450C dan 500C
Bilangan asam :tidak lebih dari 2
Bilangan iodium :tidak lebih dari 5
Bilangan hidroksil :antara 218 dan 238
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :pengemulsi, penstabil, pemburam, perawatan kulit,
emolien, penambah viskositas air dan bukan air,
pembusa.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi kuat.

26
2. Isopropil Myristate
Pemerian :jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau.
Kelarutan :dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol, etil
asetat, minyak lemak, alkohol-alkohol berlemak dan
toluen. Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol
dan air.
Bilangan asam :tidak lebih dari 1
Bilangan iodium :tidak lebih dari 1
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, ditempat dingin, kering dan
terlindung dari cahaya.
Kegunaan :sebagai emolien, penetrasi kulit dan pelarut.
OTT :OTT dengan karet, plastik, nilon, polietilen, parafin padat
dan bahan pengoksidasi kuat.

3. Mineral Oil
Pemerian :cairan bening, mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau
praktis bebas dari fluoresensi; jika dingin, tidak berbau
dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak tanah,
lemah.
Kelarutan :larut dalam minyak atsiri; dpt bercampur dengan sebagian
besar minyak lemak kecuali minyak jarak; tidak larut
dalam air dan etanol (95%) P.
Bobot jenis :antara 0,845 dan 0,0905.
Keasaman dan kebasaan : didihkan 10 ml dengan etanol (95%) P volume sama;
etanol (95%) P tetap bereaksi netral terhadap kertas
lakmus P.
Viskositas kinematik :tidak kurang dari 34,5 centistoke; penetapan dilakukan
pada suhu 40,00.
Penyimpanan :disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari
cahaya, ditempat dingin dan kering.

27
Kegunaan :sebagai emolien, pelarut, lubrikan pada tablet dan kapsul,
dan bahan terapeutik.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi kuat.

4. Methylparaben
Nama kimia : 4-metil-hidroksibenzoat
Sinonim :Metil paraben = Nipagin M
Rumus molekul :C8H8O3
Bobot molekul :152,15
Pemerian :serbuk hablur halus, warna putih, hampir tidak berbau,
rasa sedikit membakar dan diikuti rasa tebal
Kelarutan :sukar larut dalam air, larut dalam air medidih, mudah
larut dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam eter P,
dan dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut
dalam gliserol P, dan dalam lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.
Keasaman :larutkan 200 mg dalam 250 ml air bebas karbondioksida
P panas, didinginkan, netralkan dengan natrium
hidroksida 0,1 N menggunakan indikator merah metil LP,
diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml.
Suhu lebur :125-1280C
Sisa pemijaran :tidak lebih dari 0,1%
Identifikasi :
1. Didihkan 10 mg dengan 10 ml air, dinginkan, tambahkan 0,05 ml besi (III) klorida LP,
terjadi ungu kemerahan.
2. Larutkan 100 mg dalam 2 ml etanol (95%) P, didihkan, tambahkan 0,5 ml raksa (II)
nitrat LP, terbentuk endapan dan beningan warna merah.
Kegunaan :sebagai pengawet
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik.

28
5. Propil Paraben
Nama Kimia :4-propil-hidroksi benzoate
Sinonim :Propil hidroksibenzoat,propyls paraben,nipasol
Rumus bangun :C10H12O3
Bobot molekul :180,20
Pemerian :serbuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan :sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P, sangat sukar larut dalam
gliserol P, agak sukar larut dalam minyak lemak, mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida.
Keasaman :larutkan 200 mg dalam 250 ml air bebas karbondioksida P
panas, dinginkan, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1N
menggunakan indikator merah metil LP, diperlukan tidak
lebih dari 0,1 ml natrium hidroksida 0,1N.
Suhu lebur :95-980C
Sisa pemijaran :tidak lebih dari 0,1%
Identifikasi :
1. Didihkan 10 mg dengan 10 ml air, didihkan, tambahkan 0,05 ml besi (III) klorida LP,
terjadi warna ungu kemerahan.
2. Larutkan 100 mg dalam 2 ml etanol (95%) P, didihkan, tambahkan 0,5 ml raksa (II)
nitrat Li terbentuk endapan dan beningan warna merah.
Kegunaan :sebagai pengawet
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik.

6. Propylene Glycol
Pemerian :jernih, tidak berwarna, kental, praktis cairan tidak berbau,
dengan rasa manis, rasa sedikit tajam seperti gliserin.
Kelarutan :dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin dan air; larut dengan perbandingan 1:6 dalam eter;
tidak dapat bercampur dengan minyak mineral ringan , tapi
dapat terlarut dalam miyak esensial.

29
Berat jenis :antara 1,035 dan 1,037.
Kegunaan :sebagai pengawet, desinfektan, humektan, pelarut,
penstabil untuk vitamin, kosolven untuk bercampur dengan
air.
Penyimpanan :dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya di
tempat dingin dan kering.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi seperti potasium
permanganat.
7. Gliserin
Pemerian :Gliserin berupa cairan bening, seperti sirup, tidak
berwarna, higroskopis, tidak berbau atau dengan rasamanis
diikuti dengan rasa pedas dan hangat. Mengandung
sejumlah kecil air
Kelarutan :Dapat melarut dengan air, alcohol dan propylenglikol.
Larutan mudah larut dalam Aceton, praktis tidak larut
dalam chloroform, eter dan campuran minyak lemak.
Sejumlah 10% b/v larutan dalam air menunjukan keadaan
netral, sejumlah 2,6% larutan ialah iso-osmotik dengan
serum dapat disterilisasi dengan pemeliharaan pada 1500
selama 1 jam.
Penyimpanan :Simpan dalam wadah tertutup baik, jika disimpan pada
temperatur rendah, gliserin dalam kelarutannya menjadi
masa kristal. Kristal-kristal tidak mencair sampai
temperature dinaikkan menjadi kira-kira 200
Kegunaan :Emolient, humectan, plasticizer, solvent, swetting agent.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi kuat seperti kromium
trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat;
dengan zinc oksid dan besi.

30
8. Aquadest
Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan :dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar.
Berat Jenis :0,9971 pada 250C.
Kegunaan :pelarut.
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat.
OTT :dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan lain yang
dapat menghidrolisis pada temperatur yang ditingkatkan.
Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida-oksida
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga
dapat bereaksi dengan gram-garam anhidrat untuk
membentuk hidrat-hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan material organik dan kalsium karbida.

III.3 Formula

Hand and body lotion %

Glyceryl Alkohol 4.00


Cetyl Alkohol 0.40
Isopropyl Myristate 5.00
Minyak mineral 5.00
Methylparaben (and) Propylparaben 0.25
Potassium Cetyl Phospate 0.80
Acrylates /C10-30 Alkyl Acrytate Crosspolymer ( 1 % Solution) 20.00
Propylene Glycol 6.00
Glyserin 2.00
Potassium Hydroxide 0.50
Linalool ( Pragance) q.s
Air/ Aquadest ad 100.00
III.4 Cara Pembuatan

31
Campur semua fase minyak termasuk potassium cetyl phosphate pada 80 0C
hingga terdispersi homogen. Pada saat yang sama larutkan bahan lain selain parfum
dalam air, panaskan pada suhu 800C dan masukkan ke dalam fase minyak, aduk cepat-
cepat. Lanjutkan pengadukan selama 3 menit pada suhu pencampuran. Kemudian
dinginkan sampai suhu 400C, tambahkan parfum (fragrance).

BAB IV

32
EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
Ambil Sediaan 2 ml dari yang telah dibuat, lihat warna, bau, rasa dari sediaan
Diingikan Hasil
Warna Kuning Pucat Kuning Pucat
Bau Jeruk Tidak ada bahannya
Rasa Manis Manis

2. Uji Tipe Emulsi


- Teteskan Emulsi pada kertas saring
- Lalu lihat pada kertas saring, bila air yang terserap kedalam saringan
dan fase minyak yang tertinggal (terbentik cincin / terbentuk aliran yang
menyebar, membasahi kertas saring) maka Tipe Emulsi M/A
Begitu sebaliknya
Hasil menggunakan Metilen Blue : Warna sediaan menjadi biru dan Tipe
Emulsinya M/A
2. Uji Sifat Aliran (Viskositas)
Alat : Viskometer Brookfield
Cara : - Pasang Spindle pada gantungan
- Tahankan Spindle sedemikian rupa sampai batas
spind Pasang stop kontak
- Nyalakan motor sambil menekan tombol
- Biarkan spindle berputar dan lihatlah merah pada skala
- Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut
- Untuk menghitung Viskositas maka angka pembacaan di X factor
- Dengan mengubah rpm maka didapat viskositas pada berbagai ukuran

rpm Dial Reading Faktor Viskositas


5

33
10
15
20
30
50

Buat Grafik dari data dengan :


Sumbu X = Shearing Stress , dan
Sumbu Y = Rate Of Shear
Bandingkan dengan Grafik dari sifat aliran

3. Uji efektifitas Mikroba (FI IV hal 885). Prosedur :


- Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus aseptic, pindahkan 20 ml dalam
masing-masing 5 tabung bakteriolog tertutup
- Inokulasi masing-masing wadah dengan salah satu suspensi mikroba baku dan
perbandingan 0,10 ml. Inokulan setara dengan 20 ml sediaan campuran
- Tetapkan jumlah mikroba variable dalam tiap suspensi inokulan dan hitung
angka mikroba tiap ml sediaan yang digunakan dengan metode lempeng
- Inkubasi wadah / tabung pada suhu 20 25 0 C
- Wadah diamati pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 sesudah inokulasi
- Catat setiap perubahan yang terlihat
- Penafsiran hasil :
Suatu Pengawet dinyatakan efektif didalam contoh yang
diuji, jika :
a. Jumlah bakteri variable pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebuh dari 0,1
% dari jumlah awal
b. Jumlah kapang variable selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari
jumlah awal
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa 28 hari, pengujian adalah tetap
atau berkurang hingga tidak lebih dari 0,1 % dari jumlah awal
d. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa 28 hari, pengujian adalah tetap
atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b
5. Uji pH

34
Cara : - Ambil 2 ml sample
1. Celupkan kertas indicator universal kedalam sample
2. Bandingkan dengan pH pada monografi
Hasil : - pHnya 5

35
LAMPIRAN

36
KEMASAN

37

sari kenanga

pelembut raga

LOTION

UNTUK SEMUA JENIS


KULIT

NETTO: 200ml

Gambar 1: Pelembut Raga Lotion


Tampak Depan

38
KEMASAN

Sari Kenanga
Pelembut Raga
Lotion

Sari Kenanga lotion formulanya lembut


dan mudah meresap di kulit. Dengan penggunaan
teratur dapat menjadikan kulit lebih halus dan
segar sepanjang hari.
Usapkan merata setiap hari terutama sehabis mandi
ke seluruh tubuh, tangan dan kaki. Ulangi setiap
kali diperlukan untuk mendapatkan kulit yang anda
dapatkan.

KOMPOSISI:
Glyseryl miristate, Cetyl alcohol, Isopropyl
myristate, Mineral Oil, Methylparaben
,Propylparaben, Potassium setyl phosphate, Water /
Aqua, Acrylates, Propylen glycol, Gliserin,
Potassium Hydroxide, Perfume.

Netto: 200 ML
PT. ISTN INDONESIA
No. Reg: POM CD 1009400745

Gambar 2: Pelembut Raga Lotion


Tampak Belakang

39
DAFTAR PUSTAKA

Tranggono Dr. Retno Iswari. Spkk dan Latifah Dra. Fatma, Apt. Buku Ilmu
Pengetahuan Kosmetika. Gramedia. Jakarta : 2007.
Martin M. Rieger. Ph.D, Harrys Cosmetology 8th Eddition, Chemical Publishing
Co.,Inc. New York.
Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1995.
Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II,Volume I. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI,1993.
T. Mitsui, New Cosmetic Science, editor. Elsevier. 1997.
Ary Widhyasti Bandem, Fajar Waskito, Jurnal Kedokteran dan Farmasi DEXA
MEDIA, No.2, Vol .19, Yogyakarta, 2006.

40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai