Anda di halaman 1dari 18

Referat

MOISTURIZER DALAM DERMATOLOGI

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti kepanitraan Klinik Stase (KKS) SMF


Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Haji Medan Sumatra Utara

Pembimbing :
dr. Widya Pasca Amir, Sp.KK

Disusun Oleh :
Siti Komariah (18360234)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF


ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
SUMATERA UTARA TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan referat yang
berjudul “Moisturizer dalam Dermatologi“. Referat ini Disusun Sebagai Tugas
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di
Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para
pengajar di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, khususnya dr. Widya Pasca
Amir, Sp.KK atas bimbingannya selama berlangsungnya pendidikan di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, sehingga saya dapat menyelesai kantugas paper
ini. Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki referat
ini dan untuk melatih kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................. iv
Daftar Tabel ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3


2.1. Definisi.................................................................................................. 3
2.2. Tipe moisturizer..................................................................................... 3
2.3. Mekanisme kerja..….............................................................................. 5
2.4. Formula moisturizer………................................................................... 7
2.5. Metode aplikasi moisturizer................................................................... 8
2.6. Dampak buruk……................................................................................. 8
2.7. Pelembab dari bahan alam...................................................................... 9
2.8. Peranan pelembab dalam dermatitis atopik............................................ 10

BAB III KESIMPULAN............................................................................ 12


DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe moisturizer dan contohnya..........................................................5


Tabel 2.2 Formulasi moisturizer..........................................................................7
Tabel 2.3 Kemungkinan efek samping................................................................8
Tabel 2.4 Daftar moisturizer dari bahan alam.....................................................9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keinginan untuk mengaplikasikan bahan berminyak ke kulit hampir saja


naluriah dan mungkin semua umat manusia. Pelembab adalah juga produk yang
paling banyak diresepkan di bidang dermatologi. Pengobatan dengan pelembab
bertujuan untuk menjaga keutuhan kulit dan kesejahteraan dengan memberikan
penampilan individu yang sehat.
Struktur, komposisi, Pembentukan dan fungsi stratum korneum (SC) telah
terbentuk subjek penelitian intensif selama beberapa dekade terakhir dan
integritasnya dapat dikompromikan sebagai akibat dari hidrasi yang kurang atau
berlebihan. Kelainan dalam stratum korneum mungkin yang utama memperburuk
penyakit kulit inflamasi.
Jenis masalah yang tercakup dalam istilah kulit kering mungkin tidak selalu
berkurang dengan peningkatan hidrasi kulit. Oleh karena itu, pelembab disesuaikan
untuk melakukan banyak peran pada kulit permukaan. Struktur dan fungsi pelembab
sangat canggih, dan banyak yang memiliki jarak yang sama kosmetik dan obat-
obatan. Sifat kimiawi dan fungsi kulit kering dan pelembab adalah topik yang
menantang bagi ahli tolog kulit yang berpraktik, serta bagi ilmuwan pembangunan di
industri farmasi dan kosmetik.
Banyak profesional perawatan kesehatan dan pasien mengabaikan pentingnya
pelembab dalam menjaga keutuhan dan kulit yang sehat dan jangan menganggapnya
sebagai 'perawatan aktif'. Kepatuhan merupakan tantangan besar yang dihadapi dalam
pengelolaan penyakit kulit. Jika pelembab digunakan dalam jumlah yang terlalu
sedikit mereka akan memiliki nilai yang terbatas.
Peran penyedia layanan Kesehatan harus menekankan kesinambungan
perawatan, kepuasan pasien dan pemilihan produk - semuanya penting untuk
melindungi integritas kulit dan meningkatkan kualitas hidup. Makalah ini akan

1
membahas beberapa aktif dalam pelembab dan memberi pembaca lebih banyak
wawasan tentang mekanisme tersebut dan bukti di balik efeknya (Loden, 2004).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan Moisturizer dalam Dermatologi dan sebagai salah satu
pemenuhan tugas kepaniteraan klinik senior ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Di
Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara.

1.3. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang Moisturizer dalam Dermatologi
2. Sebagai lini utama dalam Kesehatan untuk dapat mengenali Moisturizer dalam
Dermatologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi

Menariknya, tidak ada konsensus mengenai definisi pelembab. Istilah ini


dikembangkan oleh pemasar, mempromosikan fungsinya untuk melembabkan kulit.
Pelembab dan emolien sering dianggap sinonim, bahkan ketika oklusif dan humektan juga
merupakan bagian darinya. Emmolien sebagian besar dibuat up lipid dan komponennya,
yang mengisi intercorneocyte cluster gap untuk meningkatkan hidrasi kulit, kehalusan,
kelembutan, fleksibilitas. Occlusives adalah jenis pelembab lainnya kebanyakan berbahan
dasar minyak dan berfungsi menjaga kulit kandungan air dengan menciptakan penghalang
hidrofobik di atas kulit dan memblokir kehilangan air trans-epidermal. Jenis terakhir
pelembab adalah humektan yang bersifat higroskopis zat yang membantu stratum korneum
menyerap air dengan menarik air dari dermis dan lingkungan yang lembab ke dalam
epidermis. Khasiat pelembab tergantung sebagian besar pada pemilihan dan kepatuhan yang
tepat untuk terus menerus menggunakanya (Purnamawati et. al, 2017).

2.2. Tipe Moisturizer

Komponen pelembab dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu humektan,


oklusif, emolien, dan konstituen pelembab alami atau esensial protein. Humektan adalah zat
yang dapat menarik air jika dioleskan pada kulit. Secara teoritis dapat meningkatkan hidrasi
SC. Bahan humektan yang umumnya digunakan termasuk gliserin, sorbitol, urea, asam alfa
hidroksi, dan glukosa. 20 Selain itu, sifat higroskopis dimiliki oleh beberapa humektan,
diantaranya asam alfa hidroksi, amonium laktat juga terbukti mengurangi terjadinya
penebalan abnormal pada SC, meningkatkan kohesi antara corneocytes, mengurang
penampilan yang terlihat pada ichthyosis, dan kondisi hiperkarotik lainnya. Perlu diingat,
penggunaan humektan terjadi secara transepidermal bukan berasal dari lingkungan. Karena
itu, penguapan terus terjadi dari kulit yang dapat memperburuk kondisi kulit dan
menyebabkan kulit menjadi kasar. Konsentrasi yang tinggi pada beberapa humektan,

3
diantaranya urea, gliserin, dan propilen glikol dapat menjadi penyebab terjadinya iritasi dan
harus dihindari pada individu yang memiliki kulit sensitive.
Oklusif secara fisik dapat memblokir secara transepidermal terjadinya kehilangan air
pada SC dan membantu mempertahankan kadar air. Lanolin adalah salah satu zat digunakan
sebagai oklusif dan telah lama digunakan sebagai pelembab tunggal. Oklusif terdiri dari
berbagai campuran, seperti ester, diester, hidroksi ester yang memiliki berat molekul yang
tinggi, lanolin alkohol, dan asam lanolin. Namun sampai saat ini lanolin bisa dikatakan cukup
efektif untuk meminimalkan terjadinya penguapan dan juga dermatitis. Oleh sebab itu,
penggunaan lanolin harus dibatasi pada individu yang memiliki jenis kulit yang sensitif.
Selain lanolin, petrolatum juga telah banyak digunakan sebagai pelembab. Seiring
meningkatnya permasalah kesehatan dan juga lingkungan, saat ini telah dikembangkan derivat
petroleum dari minyak bumi yang menjadi alternatif. Bahan tersebut, diantaranya dimeticon
dan zinc dioxide. Beberapa oklusif diantaranya juga memiliki efek emolien yang lebih
kemampuannya untuk meningkatkan kemampuan kualitas kulit secara keseluruhan.
Emolien sering digunakan ke dalam produk pelembab yang berfungsi untuk
menghaluskan kulit melalui pengisian ruang antara lapisan corneocyt. Meskipun tidak seperti
sifat bahan oklusif, emolien juga dapat berfungsi mencegah terjadinya penguapan air pada
kulit. Umumnya emolien terdiri dari emulsi air dalam minyak dengan komponen minyak
sebesar 3-25%.
Konsentrasi minyak dapat mempengaruhi dan mempermudah penyebaran produk saat
diaplikasikan. Bahan emolien yang umumnya digunakan dalam suatu produk, termasuk
squelene, kolestrol, dan asam lemak. Squelene adalah bahan organik alami yang berasal dari
minyak hati ikan hiu, biji bayam, gandum, dan zaitun. Secara komersial, squelen biasanya
terhidrogenasi untuk menghasilkan turunan yang jenuh yang dikenal dengan sebutan
squalene, yang tidak rentan terhadap oksidasi. Pada konsentrasi yang digunakan dalam produk
pelembab, baik squalene dan turunan squalene telah terbukti dapat menyebabkan iritasi.
Selain itu, sintesis ceramide juga telah tersedia secara komersial dan terbukti efektif dalam
memperbaiki kulit yang kering. Untuk individu yang memiliki kulit yang lebih berminyak
produk bebas minyak telah dikembangkan dengan menggunakan propilen glikol atau gliserin.
Natural Moisturizing Factor (NMF) menggambarkan senyawa yang ditemukan pada
epidermis dimana dapat mengurangi dehidrasi kulit. NMF mengandung kombinasi beberapa

4
jenis bahan alami, seperti asam amino bebas, asam urokanik, garam anorganik, gula, asam
laktat, dan urea. Banyak diantaranya memiliki efisiensi yang sangat tinggi dalam menarik dan
mengikat air dari lingkungan yang memungkinka tterjadinya hidrasi corneocyt yang memadai
bahkan pada lingkungan dengan kelembaban yang rendah. Sebagian besar NMF berasal dari
pemecahan filaggrin yang kaya akan histidin dan merupakan protein dengan molekul yang
besar dalam lapisan corneocyt yang membantu pembentukan filamen pada keratin. Kulit yang
sering dibersihkan dapat mengurangi tingkat NMF.
Kelompok pelembab anti-inflamasi, senyawa yang telah disetujui FDA. Contoh produk
produk dalam pelembab ini adalah krim MimyX, Atopiclair®, EpiCeram®. Produk pelembab
tersebut adalah produk yang dirancang untuk kulit kering dan penyakit dermatitis atopik.
Krim MimyX mengandung palmitoylethanolamide, yaitu suatu lemak bioaktif yang ditujukan
untuk pasien yang mengalami dermatitis atopik. Atopiclair® tidak mengandung bahan aktif
medis, namun berfungsi sebagai krim hidrofilik yang terdiri atas hyaluronic, telmesteine, dan
glycyrrhetinic. EpiCeram® adalah krim yang mengandung ceramide, asam lemak bebas, dan
kolestrol. Ketiga krim ini adalah produk pelembab yang telah menunjukkan kemampuan
mengatasi dermatitis atopic (Butarbutar, 2020).
Tabel 1. Tipe Pelembab dan Contohnya (Butarbutar, 2020).
Kelompok Mekanisme Aksi Contoh
Humektan Menarik air ke SC Gliserin, Sorbitol, Urea, Asam alpa
hidroksi, Gula
Oklusif Pelindung dan mencegah kehilangan Lanolin, Petrolatum, Minyak mineral,
kandungan air Silikon, Zinc oxide
Emolien Mengisi ruang di antara corneocyte Squalene, Kolestrol, Asam lemak, Asam
hialuronik
Pelembab alami/esensial protein Kombinasi rendah dari berat molekul zat Asam Amino, Amonia, Uric acid,
yang tahan air Glucosamine, Creatinine, Citrate,
Organic acids, Peptides
Nonsteroidal anti inflamasi Sebanding dengan steroid yang berada MimyX, Cream, Atopiclair®,
pada kulit yang berfungsi memperbaiki EpiCeram®
fungsi SC

2.3. Mekanisme kerja Moisturizer


Perbaikan sawar kulit membutuhkan suatu proses aktif yang tergantung pada produksi
lipid keratinosit. Pemberian lipid secara eksternal melalui pengolesan pelembab tidak dapat
menggantikan lipid keratinosit tetapi dapat mengurangi kerusakan sawar kulit. Secara

5
fisiologis pelembab memiliki struktur menyerupai lipid pada kulit normal, sehingga lebih
efektif dalam membantu memperbaiki kerusakan sawar kulit.(Pedersen KT., 2002)

Beberapa mekanisme kerja dari pelembab dalam merehidrasi stratum korneum (Baumann.,
2008).

1. Membentuk lapisan oklusif, contohnya antara lain petrolatum dan minyak mineral.
Petrolatum memiliki resistensi terhadap kehilangan uap air sebesar 170 kali
dibandingkan minyak zaitun, akan tetapi karena bentuknya yang terasa berminyak,
sehingga kurang diterima secara kosmetik. Bahan oklusif lainnya yang umum
digunakan adalah parafin, squalen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur,
propilen glikol, lanolin, beeswax, hidrokarbon, lilin, silikon, lemak nabati, lemak
hewani, asam lemak, fatty alkohol, dan fosfolipid sterol.
2. Humektan adalah bahan yang larut dalam air dengan kemampuan mengikat air yang
tinggi. Bahan ini mampu menarik air dari atmosfer (jika kelembaban atmosfer > 80%)
dan epidermis, mencegah penguapan dan pengentalan produk, sehingga
meningkatkan masa pakai produk. Humektan menarik air ke dalam kulit
menyebabkan pembengkakan ringan pada stratum korneum yang memberikan kesan
kulit lebih halus dan berkurangnya kerutan. Beberapa contoh humektan yang sering
digunakan gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam hidroksi-α
dan gula.

Humektan terdiri atas; (Draelos., 2000)

1. Natural moisturizing factor, merupakan substansi larut dalam air, bersifat higroskopis
pada stratum korneum. Substansi ini berperan penting dalam menahan air pada
stratum korneum, contohnya asam karboksilik pirolidon, urea dan asam laktat.
2. Polyol, terdiri dari sejumlah molekul hidroksil yang bersifat higroskopis, bahannya
antara lain gliserol, sorbitol dan propilen glikol.
3. Molekul makro seperti asam hialuronat, kondroitin sulfat dan elastin.
4. Liposom seperti niosom
5. Rekonstruksi lapisan lemak antar sel

6
Di antara sel korneosit, terdapat lemak yang memiliki peran dalam pertahanan kulit.
Pelembab sering mengandung lemak-lemak tersebut untuk menggantikan lemak antar sel
yang rusak, penambahan bahan tersebut akan memperkokoh struktur sel lemak sehingga
meningkatkan kohesi antar korneosit tersebut. Bahan-bahan tersebut antara lain; asam
linoleat, seramid, kolesterol dan kolagen. (Baumann, 2008).

2.4. Formula Moisturizer

Sebagian besar pelembab ada yang menggabungkan emolien, oklusif, dan humektan.
Kombinasi oklusif dan humektan dapat meningkatkan kapasitas air dalam kulit Penambahan
emolien tertentu dapat meningkatkan kualitas estetika dan stabilita bahan aktif pada produk
pelembab. Ketika gliserol dikombinasikan dengan oklusif maka kekeringan kulit akan secara
sinergis berkurang. Formulasi utama berupa sistem emulsi dan kebanyakan dalam bentuk losion
dan krim. Berbagai macam formulasi pelembab disajikan pada Tabel 2 (Butarbutar, 2020).

Tabel 2. Formulasi berbagai macam Moisturizer (Butarbutar, 2020).


Klasifikasi Losion Krim Oinmen Gel
Fase Minyak dalam Air dalam minyak atau minyak Air dalam minyak atau Hidrofobik atau hidrofilik
air dalam air minyak dalam air
Komposisi Minyak, air, W/O: pengemulsi seperti W/O: hidrokarbon yang Gel hidrofobik (oleogel):
propilen glikol monogliserida, ester sorbitan tidak larut dalam air Parafin cair dengan polietilen
dan lemak wol O/W: zat seperti parafin, minyak atau minyak lemak gel
pengemulsi seperti sabun sayur, lemak hewani, dengan silika koloid,
natrium atau trietanolamin, lilin, gliserida sintetik alumunium, atau sabun seng
alkohol lemak tersulfat dan dan polyalkysiloxanes Gel hidrofilik (hidrogel): air,
polisorbat. Bila perlu dapat O/W: campuran glikol gliserol atau propilen glikol
dikombinasikan dengan zat polietilen cair dan yang di gel dengan zat yang
pengemulsi W/O padat. sesuai seperti tragakan, pati,
turunan dari selulosa, polimer
vinil karboksi dan
magnesium.
Karakteristik Tidak Estetika. Terbuat dari lemak Aplikasi berikut terlihat Produk yang halus, tidak
berminyak, yang lebih berat berminyak, mengkilap berminyak, tidak
lebih tipis, Membentuk lapisan komedogenik, mudah diserap
mudah pelindung kulit,
menyebar untuk terutama berguna di
menutupi area lingkungan dengan
yang luas kelembaban rendah (
Kegunaan Pelembab yang Pelembab waktu malam hari Sangat menguntungkan Untuk digunakan di daerah
dapat untuk tangan wajah, dan bagian ketika tingkat oklusif intertriginosa, mudah diserap,
digunakan tubuh yang tidak berbulu Untuk tinggi penerimaan tinggi untuk
setiap hari digunakan saat tidak diperlukan wajah, non comedogenik
2.5. Metode Aplikasi Moisturizer

7
Waktu dan metode yang tepat untuk penahanan aplikasi pelembab kunci untuk
mendapatkan manfaat yang optimal. Selain humektan dan matriks hidrofilik, menyerap air dari
atmosfer atau lapisan kulit yang mendasari, oklusif yang lebih umum digunakan minyak harus
dioleskan pada kulit yang dibasahi dengan sebelum mandi atau mandi spons. Setelah menggosok
pelembab di kedua telapak tangan, itu harus diaplikasikan ringan di sepanjang arah folikel
rambut. Untuk cegah folikulitis minyak dari gosokan yang kuat, aplikasi metode harus dijelaskan
dengan hati-hati kepada pasien. Distribusi pelembab tergantung pada kendaraannya. Tebal salep
lebih merata dibandingkan dengan yang lebih rendah formulasi viskositas dan bahan yang lebih
mudah menguap. Transfer bahan aktif ke permukaan sekitarnya lebih mudah krim dan salep
daripada lotion dan tincture. Setelah aplikasi, bahan mungkin tetap di permukaan, diserap ke
dalam kulit, dimetabolisme atau menghilang dari tubuh oleh penguapan, pengelupasan atau
melalui kontak dengan bahan lain. Setelah 8 jam, hanya 50% pelembab yang tersisa di kulit
permukaan. Oleh karena itu, tergantung pada tingkat kekeringan, frekuensi aplikasi yang
disarankan bervariasi antara 1 dan 3 kali sehari (Purnamawati, 2017).

2.6. Dampak Buruk

Dibandingkan dengan resep obat topikal lainnya, pelembab jarang dikaitkan dengan
bahaya kesehatan, bahkan saat digunakan pada area permukaan tubuh yang besar dalam jangka
waktu yang lama. Berbagai ketidaknyamanan yang terkait dengan pelembab sering terjadi
ditemui, karena zat apa pun dapat menyebabkan reaksi kulit di area sensitif beberapa individu.
Iritasi kulit, yang merupakan reaksi sensorik atau subjektif sensasi dengan atau tanpa tanda dan
gejala peradangan, adalah efek samping yang paling sering terjadi. Tabel 3 merupakan efek
samping pelembab. Dengan mengingatnya, dokter dapat memilih pelembab yang tepat untuk
dicegah ketidaknyamanan yang tidak perlu (Purnamawati, 2017).

Tabel 3. Kemungkinan efek samping yang ditemui pada pelembab (Purnamawati, 2017).

Dampak buruk Kemungkinan penyebabnya


Iritasi subjektif Humektan: Asam laktat, urea, pengawet seperti benzoat atau
asam sorbat
Reaksi iritasi Protein dalam minyak nabati, urea, asam hidroksil, propilena
glikol, pelarut
Dermatitis kontak alergi Lanolin, propylene glycols, vitamin E, Kathon CG, pengawet,
wewangian, tabir surya, ramuan herbal (seperti minyak pohon teh,
minyak zaitun, minyak chamomile, lidah buaya
Folikulitis oklusif Petrolatum, minyak mineral
Fotosensitivitas eruspi dan Wewangian, asam hidroksil, pengawet, tabir surya

8
fotomelonosit
Akne kosmetik Minyak oklusif digunakan dalam air dalam sediaan minyak
Urtikaria kontak Pengawet seperti asam sorbat, wewangian, balsam dari Peru
Keracunan pada pasien luka Propylene glycol
bakar
Intoksikasi Asam salisilat

2.7. Pelembab dari bahan alam

Formulasi kosmetik dari bahan alam telah banyak dikembangkan karena telah
terbukti memberikan efek yang lebih baik, aman, dan manjur. Sifat dari bahan-bahan tersebut
dapat sebagai humektan, oklusif, dan emolien yang konsisten sebagai pelembab.
Memformulasikan kosmetik menggunakan bahan baku alami memang sulit dan memiliki
tantangan tersendiri karena harus memperoleh efek fungsional yang sama dengan bahan
sintetis. Bahan alam yang telah digunakan dalam formulasi pelembab disajikan dalam Tabel
4 (Butarbutar, 2020).

Tabel 4. Daftar bahan alam yang digunakan sebagai pelembab (Butarbutar, 2020).

Herbal Konstituen Kimia Fungsi


Aloe barbadensis Barbaloin, aloe-emodin, Agen pelembab dan memberikan
(Ekstrak daun) aloesin, amino acid, enzim, efek elastisitas
vitamin
Cucumis dativus Silica, vitamin C, folic acid Agen pelembab dan pengencang
(Jus buah)
Trigonella foenum graecum Carbohydrates, lipids, Agen pelembut
(ekstrak biji) flavonoids, free
Triticum sativum Vitamin E, carbohydrate Vitamin dan oklusif
(miyak)
Cocos nucifera Lauric oils Agen pelembut
(minyak)
Prunus amygdalus Amandin, folic acid, alpha Agen pelembab dan pengencang
(minyak) tocopherol, dan zinc
Oleoum olivae Mencegah terjadinya pengeringan
(minyak)

2.8. Peranan pelembab dalam Dermatitis Atopik

9
Pelembap merupakan terapi topikal lini pertama yang memberikan perlindungan
dengan membantu korneosit menahan air untuk mengurangi evaporasi, menurunkan TEWL,
dan mencegah masuknya iritan. Penggunaan rutin pelembap membantu mempertahankan
fungsi barier kulit dengan menjaga kelembapan, sehingga dapat mengontrol tanda dan gejala,
secara subjektif ataupun objektif. Penggunaan pelembap memperpanjang durasi perbaikan
klinis saat terapi lain dihentikan dan mencegah kambuhan DA apabila digunakan dalam
terapi rumatan. Penggunaan pelembap menurunkan gejala dan tanda DA seperi gatal,
eritema, fisura, dan likenifikasi juga mengurangi inflamasi dan derajat keparahan DA. Secara
umum, penggunaan pelembap akan memperbaiki kondisi kulit kering.

Kejadian relaps lebih sedikit dan durasi remisi lebih panjang pada pasien pengguna
terapi rumatan pelembap selama 180 hari pengamatan Simpson, dkk dalam Martalova, dkk
(2020) menyatakan penggunaan pelembap sejak lahir merupakan strategi baru dalam
pencegahan DA dan merupakan pendekatan yang aman dan layak, meskipun masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Tidak didapatkan efek samping akibat penggunaan rutin
pelembap selama 1 tahun pengamatan. Pengukuran barier kulit menunjukkan nilai yang
sebanding dengan kulit yang tampak normal.

PEDs dikatakan dapat mengurangi tanda dan gejala DA seperti gatal dan inflamasi,
namun studi terkontrol masih terbatas. Selain itu, harganya tergolong mahal. Saat ini,
beberapa produk mengandung ceramide dan/atau produk turunan FLG dijual bebas di
pasaran, meskipun komposisinya tidak persis sama dengan PEDs. Miller DW, dkk dalam
Martalova, dkk. (2020) mengemukakan tidak ada satu jenis pelembap yang lebih superior
dari jenis lainnya, termasuk PEDs. Oleh karena itu, pemilihan pelembap tergantung
preferensi individu.

Masih sedikit studi sistematis atas jumlah dan frekuensi penggunaan pelembap yang
optimal. Pada DA anak dan dewasa, rekomendasi frekuensi penggunaan pelembap bervariasi,
mulai dari minimal satu kali per hari hingga sesering mungkin, baik dalam kondisi relaps
maupun remisi. PEDs direkomendasikan digunakan 2-3 kali per hari sesuai agen yang
terkandung. Untuk area dengan iritasi dan kekeringan berlebihan, dianjurkan menggunakan
pelembap lebih sering atau menggunakan pelembap dengan kemampuan hidrasi lebih baik.
Pada dewasa, untuk mencegah kulit kering dan iritasi, dianjurkan menggunakan 500-600

10
gram pelembap per minggu. Sementara pada anak diberikan 250 gram per minggu. Primary
Care Dermatology Society dan British Association of Dermatologists (2009) menganjurkan
kuantitas pelembap sebaiknya melampaui penggunaan steroid dengan perbandingan 10:1.
Pelembap diaplikasikan di seluruh permukaan tubuh, tidak hanya pada daerah lesi. Frekuensi
mandi yang dianjurkan ialah 1-2 kali per hari. Setelah mandi, kulit dikeringkan dengan
ditepuk-tepuk menggunakan handuk sehingga masih dalam kondisi sedikit basah, lalu
pelembap diaplikasikan. Chiang, dkk dalam Martalova, dkk (2020) menunjukkan tidak ada
perbedaan bermakna status hidrasi antara penggunaan pelembap segera atau ditunda setelah
mandi. Meskipun demikian, penggunaan segera setelah mandi dianjurkan dengan alasan
kenyamanan. Frekuensi penggunaan pelembab dapat melebihi frekuensi mandi (Martalova,
2020).

11
BAB III

KESIMPULAN

Pelembab adalah juga produk yang paling banyak diresepkan di bidang


dermatologi. Pengobatan dengan pelembab bertujuan untuk menjaga keutuhan kulit
dan kesejahteraan dengan memberikan penampilan individu yang sehat.
Sebagian besar pelembab ada yang menggabungkan emolien, oklusif, dan
humektan. Kombinasi oklusif dan humektan dapat meningkatkan kapasitas air dalam
kulit Penambahan emolien tertentu dapat meningkatkan kualitas estetika dan stabilita
bahan aktif pada produk pelembab. Ketika gliserol dikombinasikan dengan oklusif maka
kekeringan kulit akan secara sinergis berkurang.

Waktu dan metode yang tepat untuk penahanan aplikasi pelembab kunci untuk
mendapatkan manfaat yang optimal. Selain humektan dan matriks hidrofilik, menyerap
air dari atmosfer atau lapisan kulit yang mendasari, oklusif yang lebih umum digunakan
minyak harus dioleskan pada kulit yang dibasahi dengan sebelum mandi atau mandi
spons.

Berbagai ketidaknyamanan yang terkait dengan pelembab sering terjadi ditemui,


karena zat apa pun dapat menyebabkan reaksi kulit di area sensitif beberapa individu.
Iritasi kulit, yang merupakan reaksi sensorik atau subjektif sensasi dengan atau tanpa
tanda dan gejala peradangan, adalah efek samping yang paling sering terjadi. Tabel 3
merupakan efek samping pelembab. Dengan mengingatnya, dokter dapat memilih
pelembab yang tepat untuk dicegah ketidaknyamanan yang tidak perlu.

Penggunaan pelembap memperpanjang durasi perbaikan klinis saat terapi lain


dihentikan dan mencegah kambuhan DA apabila digunakan dalam terapi rumatan.
Penggunaan pelembap menurunkan gejala dan tanda DA seperi gatal, eritema, fisura, dan
likenifikasi juga mengurangi inflamasi dan derajat keparahan DA. Secara umum,
penggunaan pelembap akan memperbaiki kondisi kulit kering.

Kejadian relaps lebih sedikit dan durasi remisi lebih panjang pada pasien
pengguna terapi rumatan pelembap selama 180 hari pengamatan Simpson, dkk dalam

12
Martalova, dkk (2020) menyatakan penggunaan pelembap sejak lahir merupakan strategi
baru dalam pencegahan DA dan merupakan pendekatan yang aman dan layak, meskipun
masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Tidak didapatkan efek samping akibat
penggunaan rutin pelembap selama 1 tahun pengamatan. Pengukuran barier kulit
menunjukkan nilai yang sebanding dengan kulit yang tampak normal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Butarbutar, M. E. T., & Chaerunisaa, A. Y. (2021). Peran Pelembab dalam Mengatasi Kondisi
Kulit Kering. Majalah Farmasetika, 6(1), 56-69.

AJ, A. M., & Saraswati, P. D. A. (2020). Peran dan Fungsi Pelembap pada Tatalaksana
Dermatitis Atopi. Cermin Dunia Kedokteran, 47(2), 179-183.

Purnamawati, S., Indrastuti, N., Danarti, R., & Saefudin, T. (2017). The role of moisturizers in
addressing various kinds of dermatitis: a review. Clinical medicine & research, 15(3-4), 75-87.

Sethi, A., Kaur, T., Malhotra, S. K., & Gambhir, M. L. (2016). Moisturizers: The slippery
road. Indian journal of dermatology, 61(3), 279.

Loden, M. (2005). The clinical benefit of moisturizers. Journal of the European Academy of


Dermatology and Venereology, 19(6), 672-688.

14

Anda mungkin juga menyukai