Anda di halaman 1dari 5

Contoh Kasus dan Penyelesaiannya

Kasus 1:

Tn Roni (35 tahun) yang merupakan seorang petani datang ke apotek mengeluhkan gatal-
gatal, kulit merah dan mengelupas serta pecah-pecah pada bagian sela jari manis dan kelingking
kakinya sejak 2 hari yang lalu. Menurut pengakuan Tn Roni, hal ini selalu terjadi saat musim
hujan. Tuan Roni menanyakan kepada apoteker obat apakah yang tepat untuk menangani
keluhannya tersebut.

Penyelesaian:

Analisis Metode SBAR

 Situation
Pasien merasa gatal-gatal, terlihat kulit merah dan mengelupas serta pecah-pecah
pada bagian sela jari kaki.
 Background
1. Sudah sejak kapan terasa gatal? Sejak 2 hari yang lalu
2. Apakah anda memakai sepatu atau alas kaki lainnya? Ya, saya menggunakan sepatu
boots
3. Apakah anda mencuci kaki sebelum dan setelah menggunakan sepatu? Hanya setelah
menggunakan sepatu
4. Apakah sebelumnya sudah diobati? Belum pernah
5. Apakah terjadi pembengkakan atau berdarah? Tidak
6. Apakah terjadi juga pada kuku? Tidak
7. Apakah sebelumnya pernah mengalami gatal seperti ini? Selalu terjadi setiap musim
hujan
8. Apakah terasa nyeri atau panas? Tidak
9. Apakah ada riwayat pengobatan tertentu? Tidak
10. Apakah terdapat alergi terhadap obat-obatan tertentu? Tidak
 Assesment:
- Gatal-gatal, kulit merah dan mengelupas serta pecah-pecah pada bagian sela jari
kaki: Infeksi oleh jamur Trycophyton yang menyebabkan kutu air (Harahap,
2000). Keadaan sepatu dalam kondisi basah dan suhu yang hangat merupakan
tempat yang ideal bagi jamur untuk mengembangkan dirinya dimana jamur
menggunakan serpihan kulit sebagai makanannya (Arjana, 2018).
- Patofisiologi
Tinea pedis merupakan keadaan yang disebabkan oleh jamur yang menginfeksi
jaringan keratin seperti pada kulit, rambut, dan kuku. Infeksi dimulai dengan
perlekatan dermatofit pada jaringan keratin dan kemudian terjadi penetrasi ke
stratum korneum yang dibantu oleh enzim keratolitik proteinase, lipase dan enzim
musinolitik yang dihasilkan oleh jamur (Wolff, et al,. 2008). Infeksi dimulai
dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan keratin yang
mati. Hifa tersebut yang menghasilkan enzim keratolitik proteinase berdifusi ke
lapisan epidermis dan menimbulkan reaksi inflamasi. Pertumbuhan jamur dengan
pola radial menyebabkan timbulnya lesi kulit melingkar, batas tegas dan meninggi
yang disebut ringworm atau tinea (Mansjoer dkk, 2000)
 Recommendation
Rekomendasi obat yang dapat diberikan berdasarkan pedoman penggunaan obat
bebas dan obat bebas terbatas (2007) untuk mengobati kutu air adalah obat yang
mengandung mikonazol, salah satunya yaitu daktarin.
- Nama Obat: Daktarin
- Kandungan: Mikonazole Nitrat
- Indikasi: Penyakit kulit karena jamur
- Mekanisme Kerja: Menghambat biosintesa ergosterol
- Interaksi: Interaksi pada bentuk sediaan topical jarang sekali terjadi namun
adanya penyerapan kulit memungkinkan terjadinya interaksi jika diberikan
bersama amfoterisin B maka akan menghambat efek amfoterisin B (IONI, 2000)
– Pasien tidak mengkonsumsi obat lain maka daktarin dapat direkomendasikan
- Aturan Pakai: 2x sehari oles tipis
- Cara pakai: Bersihkan daerah yang akan diolesi obat menggunakan sabun dan
dikeringkan, kemudian oleskan tipis pada lesi 2xsehari, obat dilanjutkan 10 hari
setelah gejala hilang.
- Kontraindikasi: Hipersensitif Mikonazole
- Efek samping: Alergi, iritasi
- Cara penyimpanan: Ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari
- Peringatan:
1. Jika setelah pemakaian terjadi iritasi, segera hentikan pemakaian dan segera
periksa ke dokter
- Pencegahan:
1. Cuci kaki secara menyeluruh dengan air dan sabun setiap hari
2. Keringkan kaki setelah mandi, khususnya disela-sela kaki.
3. Memakai kaus kaki tipis, dan pastikan untuk sering menggantinya, agar kaki
bersih dan kering
4. Selalu gunakan sandal jepit atau alas kaki yang berongga, karena kutu air
dapat terjadi karena kelembaban dan pengap yang tinggi.

Terapi Non-Farmakologi:

1. Kaos kaki perlu diganti setiap hari begitu pula handuk, direndam dengan air panas
untuk mematikan spora
2. Tidak menggaruk bagian yang gatal karena akan menimbulkan infeksi lain
3. Pakaian dicuci bersih
4. Tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat
5. Cuci Kaki sebelum dan sesudah menggunakan sepatu dengan sabun dan air bersih
6. Keringkan dengan handuk yang bersih sebelum menggunakan sepatu

Kasus 2:

Seorang ibu T berumur 37 tahun bekerja sebagai seorang banker yang sangat sibuk
datang ke apotek dengan keluhan gatal-gatal dikulit kepala, ketombe berlebihan, dan
pengelupasan kulit kepala yang terjadi sejak 3 hari yang lalu. Ibu T mengaku sangat jarang
keramas karena kesibukannya itu. Ibu T mengatakan pada awalnya rambutnya sangat berminyak
dan hanya gatal biasa, sehingga dia tidak mengobatinya maupun menggunakan shampoo
antiketombe. Ibu T juga mengatakan tidak memiliki alergi apapun dan belum pernah
menggunakan obat apapun sebelumnya. Ibu T menanyakan kepada apoteker bagaimana cara
menghilangkan gatal-gatal dan ketombenya tersebut.

Penyelesaian:

Analisis Metode SBAR

 Situation:
Pasien merasa gatal-gatal dikulit kepala, disertai dengan ketombe berlebih, dan
pengelupasan kulit kepala
 Background
1. Kenapa bisa terjadi gatal-gatal ? Jarang keramas
2. Sejak kapan mulai merasakan gatal? 3 hari yang lalu
3. Apa yang dirasakan? Gatal-gatal di kulit kepala dan tidak nyaman
4. Apakah timbul ketombe dan pengelupasan kulit? Ya
5. Apakah sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini? Tidak pernah, hanya
berminyak
6. Apakah pernah menggunakan obat-obat untuk terapi lainnya? Tidak
7. Apakah memiliki alergi terhadap obat tertentu? Tidak
 Assesment
Ketombe: Jamur
Pengelupasan kulit: Jamur
Gatal: Jamur
Kulit kepala memproduksi minyak yang penting untuk menjaga kelembapan. Bila
tidak dibersihkan, minyak akan menumpuk dan membuat rambut menjadi lepek, gatal,
dan bau. Jarang mencuci rambut, membuat minyak dan sel-sel kulit mati pada rambut
semakin menumpuk. Kondisi ini memicu jamur semakin aktif untuk memakannya.
Akhirnya, serpihan ketombe malah semakin bertambah banyak (Everyday Health).
Patofisiologi terjadinya ketombe antara lain(Istiqomah, 2016):
1. Infiltrasi Malassezia
Malassezia dapat menginfiltrasi stratum korneum dari epidermis. Malassezia
akan memecah komponen sebum akan menimbulkan gejala inflamasi dan
sisik.
2. Inisiasi dan perkembangan dari proses inflamasi. Timbul gejala berupa
eritema, gatal, panas, rasa terbakar, terganggunya kualitas dari rambut
3. Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi pada epidermis. Setelah
Malassezia memicu pengeluaran mediator inflamasi, kemudian terjadi
proliferasi dan diferensiasi serta kerusakan yang lebih parah pada kulit kepala.
Hiperproliferasi dari epidermis menyebabkan adanya sisik pada kulit kepala.
4. Kerusakan barrier secara fungsional maupun structural. Kerusakan barrier
pada epidermis dapat menyebabkan Transpidermal water lossyang dapat
menimbulkan rasa kering pada kulit kepala.
 Recommendation
Pemberian shampoo antiketombe yang mengandung selenium sulfide dan Zinc
pyrithione yaitu Selsun Yellow Double Impact.
 Kandungan:
- Selenium sulfide dapat mengurangi gatal, kulit mengelupas, iritasi, dan
kemerahan pada kulit.
- Zinc pyrithione yang dapat bekerja sinergis dengan selenium sulfide untuk
menghilangkan ketombe dan gatal-gatal.
 Cara penggunaan:
Basahi rambut dan kulit kepala dengan air bersih, kemudian aplikasikan shampoo
pada rambut hingga kulit kepala, tunggu 2-3 menit, lalu bilas hingga bersih.
Gunakan 2 kali seminggu secara teratur untuk hasil yang maksimal.
 Kontraindikasi: Inflamasi
 Efek samping: Perubahan warna rambut
 Perhatian: Jika timbul reaksi alergi hentikan penggunaan dan periksa ke dokter

Terapi Non Farmakologi


- Keramas secara teratur 2-3 kali seminggu
- Hentikan pemakaian produk penata rambut yang tidak cocok
- Makan makanan sehat yang mengandung zink, vitamin B dan asam lemak esensial
- Jaga agar kulit kepala dan rambut tetap bersih

Daftar Pustaka
Arjana, I Komang. 2018. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian
Tinea Pedis pada Petani Buah dan Sayur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bangli
Utara,, Bangli, Bali. Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Jember.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2002. Informasi Obat
Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER POM dan CV SagungSeto.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas. Jakarta: Depkes RI.
https://www.everydayhealth.com/news/surprising-facts-about-dandruff/. Diakses pada 27
Agustus 2021.
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Istiqomah MI, Subchan P, S AW. Prevalensi dan faktor risiko terjadinya ketombe pada polisi
lalu lintas kota semarang. Jurnal unimus. 2016;5(4):1276-83.
Shampoo Truth. Diakses pada 2021. A Complete Guide to Choosing the Best Shampoo for
Dandruff.

Anda mungkin juga menyukai