Anda di halaman 1dari 6

Kepada Yth.

Ketua Komite Skripsi


Di –
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb .

Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : MIRJA ADI YAKSA


NIM : 1748201110045

Dengan ini mengajukan judul skripsi sebagai berikut :


Usulan judul pertama :
Study Literatur Potensi Antibakteri pada Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera)
Pembimbing 1 :
Nita Triadisti M.Farm.,Apt
Latar Belakang :
Penyakit infeksi masih menjadi suatu permasalahan kesehatan yang diderita masyarakat
Indonesia. Di Indonesia masih banyak terjadinya penyakit infeksi yang belum terselesaikan
sampai saat ini dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sebanyak 25
juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011,sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi.
Penyakit infeksi merupakan penyakit sangat berbahaya terutama pada anak dibawah umur 5
tahun karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita rentan terhadap penyebaran
bakteri (World Health Organization, 2011). Penyakit infeksi terjadi akibat adanya pertumbuhan
mikroorganisme. Infeksi merupakan salah satu penyebab utama penyakit di dunia terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Indonesia termasuk salah satu negara beriklim tropis
dengan keadaan berdebu serta temperatur yang hangat dan lembab sehingga mendukung mikroba
untuk terus berkembang biak dan pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi. Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan disebabkan oleh
suatu mikroorganisme seperti virus, parasit, jamur dan bakteri. Penelitian pada bidang kesehatan
menunjukkan banyak terdapat infeksi seperti pada saluran pernafasan dan pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri.(Mamboro et al. 2019)

Penyakit infeksi banyak diatasi dengan menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik


yang tidak rasional seperti kepatuhan yang kurang pada masyarakat dapat membuat kuman
patogen menjadi resisten. Resistensi obat terjadi apabila obat tidak dapat 2 mencapai tempat
kerjanya di dalam sel mikroba, inaktivasi obat, dan mikroba mengubah tempat ikatan. Adanya
mikroba resisten ini menjadi penyebab utama kegagalan pengobatan pada penyakit infeksi
(Setiabudy, 2012). Oleh sebab itu. diperlukan alternatif dalam mengatasi masalah ini dengan
memanfaatkan bahan-bahan aktif antimikroba dari tanaman obat (Adila, Nurmiati, and Agustien
et al 2013).

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati tumbuhan terbesar kedua di


dunia. Keanekaragaman hayati yang besar tersebut, menyimpan potensi tumbuhan yang memiliki
manfaat sebagai obat yang belum tergali dengan maksimal. Pemanfaatan tumbuhan obat yang
baik menjadikan potensi tumbuhan obat yang besar dapat menjamin kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Eksplorasi tumbuhan obat beserta pemanfaatannya yang berbasis kearifan lokal
perlu dilakukan. Riset untuk mendapatkan data-data fitokimia dari tumbuhan obat akan sangat
penting dalam membangun pangkalan data yang berguna sebagai informasi tumbuhan obat untuk
meningkatkan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas (Penelitian and Tradisional 2017).
Terdapat kurang lebih 20.000 jenis tanaman obat, 1000 jenis telah didokumentasi, dan 300 jenis
telah dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional (Hariana, 2005). Tanaman obat tersebut sudah
dimanfaatkan oleh masyarakat sejak dahulu untuk pengatasan berbagai penyakit yang dialami.
Namun, masuknya pengaruh budaya luar yang diadopsi oleh generasi muda membuat semakin
lunturnya pengetahuan terkait penggunaan tumbuhan obat dalam komunitas tertentu (Windardi et
al., 2006). Penggunaan tanaman obat mulai berkurang terutama pada masyarakat perkotaan.
Penggunaan tanaman obat ini mulai tergeser dengan penggunaan obat sintetik yang beredar di
pasaran karena obat-obatan ini dinilai lebih efektif dalam penyembuhan penyakit serta telah
teruji secara klinis. Selain itu, obat sintetik generik memiliki harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan obat herbal. (Febriani et al. 2019)

Salah satu tanaman obat yang memiliki khasiat obat adalah lidah buaya (Aloe vera L.).
Lidah buaya digunakan sebagai bahan obat sejak beberapa ribu tahun yang lalu untuk mengobati
luka bakar, rambut rontok, infeksi kulit, peradangan sinus, dan rasa nyeri pada saluran cerna.
Beberapa peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa Aloe vera berkhasiat sebagai
antiinflamasi, antipiretik, antijamur, antioksidan, antiseptik, antimikroba, serta antivirus
(Tjahajani and Djohan., 2011).

Lidah buaya (Aloe vera) adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM dan
bangsa Mesir kuno sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno
menyebutnya sebagai tanaman keabadian (Utami, 2012). Ciri fisik dari tanaman ini adalah
daunnya yang berdaging tebal, panjang, mengecil pada bagian ujungnya, berwarna hijau dan
berlendir. Pada bagian gel Aloe vera tersusun dari 96 % air dan 4 % padatan yang terdiri dari 75
komponen senyawa yang berkhasiat (Djubaedah, 2003).

Tanaman lidah buaya (Aloe vera) merupakan yang mempunyai sejumlah spesies yang
berbeda. Diantara spesies ini, hanya satu jenis yang lazim digunakan sebagai tanaman obat sejak
Aloe vera barbadensis (Marimuthu Alias Antonisamy et al. 2012). Habitat aslinya berasal dari
kepulauan Canary, sebelah barat Afrika dan diperkirakan masuk Indonesia pada abad ke-17
(Arifin J., 2015). Tanaman ini memang tampak indah karena keunikan daunnya yang tebal dan
berduri, namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetah pemanfaatan lidah buaya berkembang
sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetika serta sebagai bahan makanan dan minuman
kesehatan. Tanaman ini juga mempunyai khasiat yang baik mengandung antibakteri. Penelitian
tentang efektifitas lidah buaya sebagai antibakteri telah banyak dilakukan. Penelitian yang
dilakukan oleh Pandey dan Avinash menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya mampu
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Staphylococcus aureus dan Enterococcus bovis)
dan gram negatif (Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella
pneumonia) (Pandey and Mishra 2010). Efektifitas lidah buaya terhadap bakteri gram positif
mempunyai zona hambat lebih besar dibandingkan bakteri gram negatif. Menurut Nur Alim
Natsir (2013), ekstrak daun lidah buaya pada konsentrasi 25%, 30% dan 35% mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan daya hambat tertinggi sebesar
1,6 mm. Lidah buaya juga terbukti efektifitasnya dalam membunuh dan mengeliminasi
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Proteus vulgaris, Candida
albicans, dan Penicillinum sps. Efek antibakteri lidah buaya disebabkan karena terdapatnya
komponen bioaktif dalam ekstrak lidah buaya. (Irshad SM, Butt M, Younus H et al 2011).

Ada beberapa penelitian yang melakukan berbagai identifikasi untuk ekstrak lidah buaya
salah satunya menurut Ariyanti, Darmayasa, dan Sudirga (2012) menjelaskan bahwa ekstrak
kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri Stapylococcus aureus dengan rata-rata diameter zona bening sebesar 11,8 mm dan
Escherichia coli dengan rata-rata diameter zona bening sebesar 6,81 mm. Hal ini senada dengan
Agarry, Olayeye, dan Bello-Michael (2005) yang menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya
konsentrasi 25 mg/ml menunjukkan efektifitas terhadap S. aureus dengan zona bening 18 mm
oleh gel dan 4 mm oleh kulit daun lidah buaya.

Sebagai antibakteri, lidah buaya mengandung zat-zat aktif seperti saponin tannin dan
flavonoid. Saponin merupakan zat alkaloid yang dapat merusak asam (DNA dan RNA) bakteri.
Tannin sebagai antibakteri berkerja dengan menginaktivasi adhesin sehingga bakteri tidak dapat
menempel pada sel epitel hospes. Lidah buaya juga mengandung flavonoid yang akan
mengakibatkan lisis dan menghambat proses pembentukan dinding sel. Mekanisme diatas
menyebabkan lidah buaya dapat membunuh ataupun menghambat pembentukan bakteri.
(Suryati, Bahar, and Ilmiawati., 2018)

Kemampuan tanaman lidah buaya sebagai antibakteri dikarenakan kandungan senyawa


aktif. Lidah buaya mengandung 12 jenis antrakuinon sebagai antibakteri dan antivirus yang poten
(Saeed and Ahmad et al 2004). Selain antrakuinon, lidah buaya mengandung kuinon, saponin,
aminoglukosida, lupeol, asam salisilat, tanin, nitrogen urea, asam sinamat, fenol, sulfur,
flavonoid dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antimikroba (Agarry, Olaleye, and Bello-
Michael et al 2005).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk
menambah review artikel serta untuk memberikan informasi dan bertolak dari kurangnya
penelitian terkait analisis dan identifikasi mengenai aktivitas antibakteri dari Tanaman Lidah
Buaya (Aloe Vera), karena mengingat penggunaan obat antibiotik yang tidak rasional
menyebabkan peneliti ingin mengangkat penelitian ini dan cenderung untuk mengurangi
penggunaan obat sintesis yang berdampak buruk jika mengonsumsinya secara terus menerus
serta tingginya potensi penemuan obat herbal baru terkait penelitian ini jika ada masyarakat
ataupun para ahli yang ingin melanjutkan studi literature peneliti dengan menguji aktivitas
antibakteri pada tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera) maka sangat besar potensi yang akan
dihasilkan .

Usulan judul kedua :

Pembimbing 1 :

Latar Belakang :
 Alim N. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Ambon:FMIPA Universitas Pattimura; 2013.
 Harina A. (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Jakarta: Penerbit Swadaya.
 Arifin J. Intensif budidaya lidah buaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015
 Setiabudy, R. (2012). Farmakologi Dan Terapi. Badan Penerbit Fkui, Jakarta, Indonesia.
Hal. 585-587.
 Windardi, Rahayu, dan Rustiami. (2006). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat
oleh masyarakat lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna,
Sulawesi Utara. Biodiversitas, 7(4), 333-339.
 World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational Use of
Medicine. Geneva, 2011.
 Djubaedah, E.(2003). Pengolahan lidah buaya dalam sirup. Pra-Forum Apresiasi dan
Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar Industri Agro, Bogor.
Adila, Rahmi, Nurmiati, and Anthoni Agustien. 2013. “Uji Antimikroba Curcuma Spp . Terhadap
Pertumbuhan Candida Albicans , Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli.” Jurnal
Biologi Universitas Andalas 2(1):1–7.
Agarry, O. O., M. T. Olaleye, and C. O. Bello-Michael. 2005. “Comparative Antimicrobial
Activities of Aloe Vera Gel and Leaf.” African Journal of Biotechnology 4(12):1413–14.
Febriani, Alamanda, Stevany Zayned Waelauruw, Natalia Ayu Triatmojo, and Aulia Reynickha
R. 2019. “PENGENALAN TANAMAN OBAT KEPADA ANAK-ANAK.” 2(1):9–13.
Mamboro, Kecamatan, Desa Wendewa, Utara Kabupaten, Sumba Tengah, Eriska Peku
Jawang, Theresia Pratiwi, Elingsetyo Sanubari, and Angkit Kinasih. 2019. “Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah.” 4(1).
Marimuthu Alias Antonisamy, Johnson, Renisheya Joy Jeba Malar T, Nancy Beaulah S, Laju R.
S, Anupriya G, and Renola Joy Jeba Ethal T. 2012. “Anti-Bacterial and Antifungal Activity
of Aloe Vera Gel Extract.” International Journal of Biomedical and Advance Research
3(3):184–87.
Pandey, Ruchi, and Avinash Mishra. 2010. “Antibacterial Activities of Crude Extract of Aloe
Barbadensis to Clinically Isolated Bacterial Pathogens.” Applied Biochemistry and
Biotechnology 160(5):1356–61.
Penelitian, Badan, and Obat Tradisional. 2017. “Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin
Dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.”
Saeed, M. A., and Ishtiaq Ahmad. 2004. “Aloe Vera : A Plant of Vital Significance.” Quarterly
Science Vision 9(1).
Suryati, Nova, Elizabeth Bahar, and Ilmiawati Ilmiawati. 2018. “Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli Secara In Vitro.” Jurnal Kesehatan
Andalas 6(3):518.
Tjahajani, Agoeng, and Widurini Djohan. 2011. “Aloe Vera Leaf Anti Inflamation’s Activity
Speeds Up the Healing Proccess of Oral Mucosa Ulceration.” Journal of Dentistry
Indonesia 18(1):17–20.

Adapun persyaratan dalam pengajuan judul skripsi ini sudah saya penuhi, yaitu :
SKS yang telah ditempuh
IPK
Nilai Matakuliah metodologi penelitian dan statistik

Demikian surat pengajuan judul skripsi ini saya buat, atas perhatian bapak ibu saya ucapkan
terimakasih.

Banjarmasin, ….

ttd
Nama Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai