Anda di halaman 1dari 20

ZAT KARSINOGEN

(MEKANISME DAN KANKER YANG DITIMBULKAN)

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARINDYA ANDRIAN


NIM : 1702101010144
KELAS : 01

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
Karunia-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Zat
Karsinogen“ dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibuk Dr. drh.
Henny Vanda, M.Si. yang telah memberikan penulis kesempatan dalam membuat
tugas makalah ini.

Penulis begitu sadar bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan paper ini. Penulis pun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para pembaca pada
umumnya.

BandaAceh, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. ...... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... ...... 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. Definisi Zat Karsinogen......................................................... ......... 3
B. Tahapan Terjadinya Karsinogenesis.................................................... 4
C. Contoh Zat Karsinogen dan Mekanisme......................................... 5

BAB III PENUTUP.................................................................................. 14


A. Kesimpulan............................................................................... ....... 14
B. Saran.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagian besar kanker disebabkan oleh faktor-faktor ekstrinsik, yaitu semua


karsinogen lingkungan (karsinogen kimia, radiasi, virus) dan semua yang dapat mengubah
kondisi kesehatan seseorang (misalnya ketidakseimbangan hormonal dan kekurangan zat
tertentu dalam makanan). Faktor genetik dan psikogenik juga memiliki peranan untuk
menentukan kemungkinan seseorang menderita kanker. Dari penyelidikan epidemiologis
kanker dan karsinogenesis eksperimental, disimpulkan bahwa kanker merupakan penyakit
yang disebabkan oleh banyak faktor.

Karsinogen adalah kelompok zat yang secara langsung dapat merusak DNA,
mempromosikan atau membantu kanker. Residu pestisida, herbisida, zat aditif makanan
tertentu dan pelarut seperti benzena adalah contoh-contoh karsinogen telah dikaitkan dengan
timbulnya kanker.Kanker adalah penyakit di mana setiap sel normal rusak dan tidak
mengalami kematian sel terprogram secepat mereka membagi melalui mitosis. Karsinogen
dapat meningkatkan risiko kanker dengan mengubah metabolisme sel atau merusak DNA
langsung di dalam sel, yang berperan dalam proses biologi, dan menginduksi tanpa
terkendali, ganas, pada akhirnya mengarah pada pembentukan tumor. Biasanya, kerusakan
DNA yang parah menyebabkan apoptosis, tetapi jika jalur sel mati yang terprogram rusak,
maka sel tidak dapat mencegah diri dan menjadi sel kanker.

Zat karsinogenik juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang dikonsumsi. Beberapa kandungan makanan atau minuman yang yang diduga bersifat
karsinogenik adalah bahan tambahan (zat aditif) pada makanan atau minuman, seperti sakarin
dan aspartam, bahan makanan yang tercemar atau terkontaminasi pestisida, limbah industri,
atau logam berat dan bahan pengawet atau pewarna makanan, seperti nitrat, boraks, dan
formalin. Selain bahan makanan, cara pengolahan makanan juga bisa menghasilkan zat
karsinogenik, misalnya memasak makanan dengan cara membakar atau menggorengnya
hingga kehitaman. Proses tersebut akan menyebabkan pembentukan zat
kimia acrylamide pada makanan, yang merupakan salah satu zat karsinogenik.

Struktur senyawa karsinogen sangat beraneka ragam, sehingga sukar untuk dapat
menentukan suatu senyawa bersifat karsinogenik atau tidak. Senyawa karsinogen mempunyai

1
efek fisiologis yang sama dengan senyawa beracun lainnya, walaupun ada perbedaan yang
penting. Kesamaan itu terlihat pada beberapa hal seperti : hubungan antara dosis dan respon,
mengalami biotransformasi (Elzein, 1997).

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa definisi dari zat karsinogen ?


 Bagaimana tahapan terjadinya karsinogenesis ?
 Apa saja contoh dan mekanisme zat karsinogenik ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

 Untuk mengetahui definisi dari zat karsinogen


 Untuk mengetahui tahapan terjadinya karsinogenesis
 Untuk mengetahui apa saja contoh dan mekanisme zat karsinogenik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Zat Karsinogen


Karsinogenik adalah suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan kanker. Hal
ini bisa terjadi karena ketidakstabilan genomik atau gangguan pada proses metabolisme
seluler. Senyawa karsinogen merupakan senyawa yang mampu mengoksidasi DNA
sehingga terjadi mutasi (Edwinanto et al.,2018). Karsinogen adalah senyawa yang
menyebabkan perubahan sel-sel normal menjadi sel-sel tumor dengan mengubah DNA, dan
ini akan menyebabkan dimulainya pertumbuhan tumor. Hampir semua senyawa karsinogen
memerlukan aktivasi oleh enzim yang terdapat dalam tubuh, sehingga menjadi aktif. Bentuk
aktif ini merupakan bentuk elektrofilik yang akan dapat membentuk ikatan kovalen dengan
bagian yang nukleofilik pada makromolekul dalam sel yaitu DNA, RNA atau protein.
Aktivasi senyawa karsinogen ini dilakukan oleh enzim dalam jaringan dan dapat juga
dilakukan oleh mikroflora dalam usus misalnya aktivasi dimetil nitrosamin (Mulyadi, 1997).

Senyawa karsinogen dapat berinteraksi dengan DNA dan menyebabkan kerusakan


DNA sel. Bila kerusakan ini tidak segera dihentikan dan diperbaiki secara sempurna, akan
terjadi mutasi pada satu atau lebih gena yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel dan
menyebabkan perubahan sel ke arah keganasan.

Zat-zat karsinogen kini dibagi dalam empat jenis. Pertama yaitu karsinogen lengkap.
Contohnya yaitu zat-zat alkilasi, yang berdaya merubah sel-sel dengan mencacatkan DNA-
nya, hingga berkembang menjadi tumor, tanpa bantuan faktor-faktor luar. Kedua adalah zat-
zat inisiator, zat-zat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi
DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA diturunkan kepada anak-anak
sel dan seterusnya. Yang ketiga zat-zat promotor, promotor adalah senyawa yang
mempercepat fase realisasi suatu tumor (Mutschler, 1999). Senyawa ini tidak mengubah
DNA sendiri, tetapi merangsang perbanyakan sel tumor. Senyawa ini dapat menstimulasi sel
yang sudah diinisiasikan menjadi sel tumor yang berkembang otonom. Zat-zat ini terdapat
diberbagai macam sel tumor 11 hewan, metabolit-metabolit kolesterol dan asam empedu,
yang ternyata memainkan peran pada terjadinya kanker colon. Yang keempat yaitu
kokarsinogen, yang merupakan senyawa yang dapat meninggikan efek karsinogen senyawa
karsinogen dalam antiseptik. Kokarsinogen merupakan senyawa yang tidak menyebabkan

3
kanker tetapi dapat merangsang kerja karsinogenetik dari suatu karsinogen (Mutschler,
1999).

B. Tahapan Karsinogenesis

Perkembangan kanker secara umum dipandang sebagai proses klonal banyak tahap pada
evolusi sel yang dibagi dalam sejumlah tahap yang saling tumpang tindih, yaitu:

1. Inisiasi kanker, yang menggambarkan perubahan genetik dalam sebuah sel somatik normal tunggal
via mutasi dan masuk ke dalam jalur/mekanisme perkembangan abnormal yang berpotensi neoplastik.
Sel target proses ini umumnya mempunyai karakteristik sel seperti sel stem dan terjadi dalam waktu
singkat. Sel terinisiasi antara lain karena mutasi titik pada DNA atau kerusakan yang lebih besar pada
kromosom seperti dilesi, duplikasi, translokasi atau aneuploidi.

2. Promosi kanker yang merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi membentuk klon melalui
pembelahan; berinteraksi melalui komunikasi sel ke sel; stimulasi mitogenik, faktor diferensiasi sel,
dan proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) yang semuanya mungkin berperan dalam tahap awal
pertumbuhan pra-neoplastik. Pada tahap ini sel mengalami sejumlah perubahan tambahan dalam
genom yang berpotensi mengakselerasi ketidakstabilan genom sel. Promosi membutuhkan waktu
beberapa tahun.

3. Transformasi malignansi yang menggambarkan perubahan genomik yang cepat dimana populasi
klonal sel yang berevolusi akan mengarah pada perkembangan malignansi/keganasan jika tidak
dihambat oleh lingkungan mikro dalam sel.

4. Progresi malignansi sebagai fase karsinogenik dengan perbanyakan sel yang telah mengalami
transformasi yang relatif tertunda sampai mengalami peningkatan keganasan dan mampu untuk
bermigrasi ke jaringan normal di sekitarnya dan yang lebih jauh (metastasis). Kanker yang dapat
dideteksi secara klinis membutuhkan waktu beberapa tahun bergantung pada perkembangan
vaskularisasi kanker, proses inflamasi dan interaksi dengan lingkungan mikro dan komunitas seluler
di sekitar sel transforman berada. Progresi adalah tahap karsinogenesis yang paling dekat dengan data
klinis. Secara keseluruhan, hanya sebagian kecil sel yang masuk ke dalam jalur karsinogenik melalui
semua urutan di atas yang pada akhirnya memberikan hasil berupa sel kanker dan semua proses
membutuhkan waktu beberapa tahun.

Tahap inisiasi kanker adalah tahap yang paling sulit untuk dipelajari secara langsung, tetapi
belakangan ini telah terbukti adanya sejumlah gen yang relatif spesifik jaringan yang disebut sebagai
kelompok gen gatekeeper yang diyakini merupakan target utama mutasi untuk masuk ke jalur seluler
neoplastik. Gatekeeper ini sering dilibatkan dalam jalur sinyal biokimia intraseluler dan sebagai
subjek utama untuk menghasilkan mutasi yang menghilangkan fungsi gen. Gen ini masuk dalam

4
kategori gen penekan tumor yang umumnya ada dalam kanker. Kehilangan fungsi somatik berkaitan
dengan inaktivasi gen gatekeeper timbul melalui mutasi titik, dilesi intragenik, atau hilangnya seluruh
bagian kromosom. Hubungannya dengan karsinogenesis secara umum, kategori gen yang kedua
adalah gen caretaker. Gen caretaker adalah gen yang berperan penting dalam mempertahankan
integritas genom. Kehilangan fungsi suatu gen akibat mutasi dapat mengarah pada defisiensi
mekanisme respon dan perbaikan terhadap kerusakan DNA, segregasi kromosom, kontrol siklus sel,
dan/atau respon apoptosis. Konsekuensi dari mutasi gen caretaker adalah elevasi frekuensi mutasi gen
atau kromosom dalam klon neoplastik yang terlibat, dan terdapat bukti bahwa beberapa kanker
fenotip ini dapat timbul relatif awal dalam pertumbuhan neoplasma.

C. Contoh Zat Karsinogen dan Mekanisme

1) Aflatoksin B1
Aflatoksin adalah suatu mikotoksin yang merupakan metabolit hasil jamur Aspergillus flavus
dan A. parasiticus. Aflatoksin merupakan kontaminan yang paling sering dijumpai pada hasil panen
pertanian serta bahan makanan pokok di banyak negara berkembang sehingga mengancam keamanan
pangan. Toksin yang dikeluarkan oleh jamur ini dapat dijumpai selama masa produksi bahan pangan,
pada waktu panen, pada saat penyimpanan dan proses pembuatan makanan. Jamur Aspergillus flavus
dan A. parasiticus ini terdapat di mana-mana dan dapat mencemari bahan makanan pokok seperti
beras, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, kacang tanah, cabe dan rempah-rempah (Yenny, 2006).

Mekanisme :
Mekanisme masuknya aflatoksin ke dalam tubuh dapat melalui inhalasi, kulit,
makanan, dan minuman. Aflatoksin yang masuk ke saluran pencernaan, khususnya AFB1
diabsorbsi oleh usus dan melalui aliran darah akan didistribusi ke organ tubuh. Sebelum
didistribusikan dalam plasma darah, sebagian AFB1 bersenyawa dengan protein plasma
kompleks. AFB1 yang bebas, didistribusikan ke jaringan tubuh terutama hati, selain itu juga
ke paru-paru dan trakea (Bayman dan Cotty, 1993). Kemudian sebagian mengalami
biotransformasi dan sebagian dieksresikan. Di hati AFB1 masuk ke dalam sel dan
dimetabolisme oleh enzim sitokrom p450 yang mengakibatkan mutasi dalam
deoxyribonucleid acid (DNA). Mutasi ini disebabkan oleh Gà T transversion di kodon 249
pada gen p53 hati. Sehingga mengganggu respirasi di mitokondria, akibatnya terjadi nekrosis
sel hati, dan dapat menyebabkan hepatic carcinoma.

5
Kanker yang ditimbulkan :
 Kanker hati pada mencit, tikus, ikan, marmot dan monyet.
 Hepatoselular karsinoma, kanker colon dan ginjal (tikus)
 cholangiocellular carcinoma (hemster), adenoma paru (mencit), osteogenic sarcoma,
adenocarcinoma kandung empedu dan karsinoma pankreas (monyet).
 Aflatoksin pada manusia terutama dikenal sebagai agent yang dapat menyebabkan kanker
hati, walaupun kanker paru ternyata merupakan risiko yang juga dapat ditemui pada pekerja
yang menangani padi- padi yang terkontaminasi.

2) Virus ( Human Papilloma Virus )


Virus papiloma (HPV) subtipe 6, 8, 16 dan 18 (6,11) , virus herpes simplex tipe 2 dan virus
cytomegalo (1) berhubungan erat dengan risiko terkena kanker serviks. Ketiga virus ini juga diduga
penyebab kanker penis. Penularan virus didapat karena hubungan seksual yang biasanya terjadi pada
orang yang menikah pada usia muda atau mempunyai banyak pasangan atau pada populasi sosio-
ekonomi rendah.

Mekanisme:
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel pada dinding sel dan
mengekstraksi semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa garis-garis)
berdasarkan polaritasnya. Jika polaritasnya sama dengan polaritas virus, maka dapat
dikatakan bahwa sel yang bersangkutan terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksi materi
genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen jika materi genetik
virus ini bertemu dengan materi genetik sel. Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan

6
bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Ini
menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) jadi bertambah banyak dan tak
terkendali sehingga menyebabkan kanker.
Kanker yang Ditimbulkan :
 Kanker Servix
 Kanker Penis

3) Formalin
Formalin adalah cairan yang mengandung gas formalin. Formalin biasanya mengandung 37-
40% formaldehid. Jika formaldehid berbentuk gas, formalin adalah cairan tak berwarna, dengan bau

tajam menyengat akibat gas formaldehid yang dikandungnya . Kandungan formalin yang tinggi dalam
tubuh dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan
bersifat mutagen ( menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengkonsumsi
akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah. Ikan/daging asap merupakan makanan berpengawet yang
mengandung formaldehid. International Agency for Research on Cancer (IARC) memasukkan
formaldehid menjadi kategori grup I sebagai bahan yang bersifat karsinogen dalam tubuh .
Formaldehid yang dalam perdagangan larutannya dikenal sebagai formalin, sengaja dibuat dan
dipakai untuk memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga (Afrika, 2013).
Mekanisme :
Formaldehid memiliki efek karsinogen pada nasofaring karena dapat menyebabkan mutasi
gen pendorong pertumbuhan, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan
gen supresor kanker. Hal ini mengakibatkan timbulnya karsinoma nasofaring (Afrika, 2013).

Kanker yang ditimbulkan :


 kanker nasofaring

7
4) Polycyclic Aromatic Hydrocarbon.
Benzo(a)pyrene merupakan komponen polisiklik aromatic hidrokarbon (PAH). Zat ini
berasal dari reaksi radikal bebas yang terbentuk melalui proses pembakaran tidak sempurna
pada bahan organik seperti gula, asam amino, lemak. PAH juga dapat diperoleh akibat asap
rokok, polusi udara dan air, komponen batubara, dan petroleum yang mencemari lingkungan.
Benzo(α)piren diketahui dapat ditemukan dalam makanan dan minuman serta udara.
Benzo(α)piren yang terdapat di udara, air dan sedimen, dapat masuk ke dalam tubuh makhluk
hidup melalui cara dihirup (inhalated) atau diserap (absorbed) melalui kulit, dan dimakan
(ingested), sesuai dengan habitat makhluk hidup (Faust dan Reno, 1994; Brown et al.,
2009). Senyawa ini bersifat prokarsinogenik yang dapat dikonversi ke karsinogen aktif
dengan sitokrom P-450. Karsinogen aktif yang sangat reaktif dapat menyerang dengan mudah
untuk kelompok nukleofilik dalam DNA, RNA dan protein.
Mekanisme :
Adanya interaksi senyawa kimia karsinogen dengan DNA dapat mengakibatkan
kerusakan pada DNA. Karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus
elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian dapat
berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA yang kemudian dapat
menyebabkan mutasi sel yang selanjutnya dapat berubah menjadi sel kanker.
Kanker yang ditimbulakan :
 Asap rokok menyebabkan kanker orofarings, esofagus, larings, kandung kemih, ginjal dan
pankreas.
 Tembakau yang dikunyah menimbulkan kanker orofarings

5) Akrilamida
Akrilamida sudah pasti bersifat genotoksik dan karsinogenik pada hewan. The National
Toxicology Program telah mengklasifikasikan akrilamida sebagai senyawa yang mungkin
menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia (grup 2A). Berdasarkan
studi hewan coba, akrilamida diketahui berpotensi menyebabkan kerusakan sel-sel saraf dan
gangguan reproduksi pada hewan coba serta pemberian akrilamida dalam jangka panjang dapat
menyebabkan tumor.

Akrilamida merupakan senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat
yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya.
Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida
dalam larutan bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan.

8
Absorbsi dari akrilamida melalui saluran pernafasan, saluran cerna, dan kulit. Pada
pendistribusiannya, akrilamida terdapat dalam kompartemen sistem tubuh dan dapat menembus
selaput plasenta. Pada urin tikus, telah ditemukan metabolit, seperti asam merkapturat dan sistein-s-
propionamida. Glisidamida, merupakan metabolit utama dari akrilamida, yaitu epoksida yang lebih
dicurigai dapat menyebabkan penyakit kanker dan bersifat genotoksik pada hewan coba daripada
akrilamida. Akrilamida dan metabolitnya terakumulasi dalam sistem saraf dan darah. Akrilamida
dicurigai lebih bersifat neurotoksik dibandingkan dengan glisidamida. Pada ginjal, hati dan sistem
reproduksi pria juga terjadi akumulasi (Harahap, 2006).

Mekanisme :
Mekanisme terbentuknya belum dapat diketahui dengan pasti, diperkirakan meliputi reaksi
dari berbagai macam kandungan dalam makanan, seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam amino,
serta berbagai macam komponen lainnya dalam jumlah yang kecil. Mekanisme pembentukan
akrilamida yang mungkin dan telah dikemukakan oleh peneliti antara lain: 1. Terbentuk dari akrolein
atau asam akrilat hasil degradasi karbohidrat, lemak, atau asam amino bebas, seperti alanin, asparagin,
glutamin, dan metionin yang memiliki stuktur mirip dengan akrilamida. 2. Terbentuk langsung dari
asam amino. 3. Terbentuk dari dehidrasi atau dekarboksilasi beberapa asam organik tertentu seperti
asam laktat, asam malat, dan asam sitrat.
Kanker yang ditimbulkan :
 Akrilamida meningkatkan kemungkinan terjadinya tumor paruparu pada tikus.
 Akrilamida dapat meningkatkan timbulnya tumor kelenjar payudara pada tikus betina. Pada
tikus jantan dapat memicu degenerasi tubulus seminiferus dan aberasi kromosom spermatosit
serta menurunkan kadar testoteron dan prolaktin.

6) Bisphenol A (BPA)
Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengeraskan wadah makanan
dari plastik dan digunakan juga dalam kaleng logam untuk mencegah terjadinya korosi. BPA
memiliki komponen aktif seperti hormon estrogen. Bahan tersebut jika larut dalam air sangat
berbahaya, dapat menjadi akar penyakit kesehatan. Penyakit yang ditimbulkan yaitu jumlah sperma
yang rendah, risiko obesitas, pubertas dini, bahkan kanker. BPA dikatakan meniru struktur dan fungsi
hormon estrogen. Karena bentuknya yang menyerupai estrogen, BPA dapat dikaitkan dengan reseptor
estrogen dan memengaruhi proses tubuh, seperti pertumbuhan, perbaikan sel, perkembangan janin,
tingkat energi, dan reproduksi. Selain itu, BPA juga mungkin memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan reseptor hormon lain, seperti reseptor hormon tiroid, sehingga mengubah fungsi
hormon tersebut. Berbagai penelitian telah menghubungkan Bisphenol A dengan dosis rendah dengan
beberapa dampak terhadap kesehatan, seperti meningkatkan kadar prostat, penurunan kandungan
hormon testoteron, memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif
terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang menjadi hiperaktif Tubuh Anda sensitif

9
terhadap perubahan kadar hormon, inilah yang menjadi alasan mengapa kemampuan BPA meniru
estrogen dapat memengaruhi kesehatan (Karuniastuti, 2013).
Mekanisme :
BPA merupakan estrogen sintetik yang dapat menganggu hormon tubuh dan membuat
hormon-reseptor-positif kanker payudara berkembang dan tumbuh dalam tingkat paparan tertentu.
Bisphenol A meningkatkan jalur pensinyalan sel yang dikenal sebagai mitogen-activated protein
kinases, atau MAPK, pada sel kanker payudara inflamasi. Studi ini adalah yang pertama menunjukkan
bahwa BPA meningkatkan pemberian sinyal melalui reseptor yang berkomunikasi dengan jalur
MAPK dan bahwa kehadiran BPA dapat menyebabkan resistensi terhadap obat kanker yang
menargetkan jalur ini. BPA, bersama dengan zat kimia trichloroethane (HPTE) dan methoxychlor,
menyebabkan peningkatan signaling pada reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), yang
terletak pada permukaan sel.
Kanker yang ditimbulkan :
 Kanker payudara

7) Heterosiklik Amines (HAs)


Heterosiklik Amines (HAs) atau disebut juga Heterosiklik Aromatik Amin (HAAs)
umumnya terdapat pada pangan berprotein tinggi (daging, ikan) yang terkena pemanasan yang
tinggi. Kondensat asap yang diperoleh dari ikan yang dibakar memperlihatkan mutagenisitas pada
sistem model pengujian Salmonella typhimurium TA9. Dengan model pengujian yang sama,
bagian yang gosong dari daging dan ikan menunjukkan aktivitas mutagenisitas yang lebih tinggi.
Mutagenisitas berbagai daging kaleng dan seafood beberapa kali lebih besar daripada bahan
mentahnya. Komposisi bahan dan perlakuan yang diberikan memberi variasi yang besar dalam hal
mutagenisitas.
Mekanisme :
Ada 20 macam HAs yang mutagen dan/atau karsinogen yang diisolasi dari berbagai
pangan yang diproses dengan panas. Komponen yang bersifat mutagenik ditemukan baik pada
makanan matang maupun hasil pirolisis protein atau asam amino. Komponen ini dimetabolisasi
oleh sitokorom P450 yang mengubah grup amino menjadi hidroksiamino, kemudian setelah
esterifikasi menghasilkan senyawa yang dapat berikatan dengan DNA.
Kanker yang ditimbulkan :
 Kanker usus besar
 Kanker hati
 Kanker paru – paru
 Kanker payudara pada manusia (Sugimura et al., 2004).

10
8) Sinar ultraviolet, sinar X dan sinar gamma
Radiasi sinar ultraviolet merupakan unsur karsinogenik. Radiasi ultraviolet dapat
menyebabkan terbentuknya dimer pirimidin. Radiasi UV dengan panjang gelombang 290-370
nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

Mekanisme :
Kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar timbulnya
karsinogenitas akibat energi radiasi. Selain itu, radiasi menyebabkan terbentuknya radikal
bebas di dalam jaringan. Radikal bebas yang terbentuk dapat berinterasiks dengan DNA dan
makromolekul lainnya sehingga terjadi kerusakan molecular.

Kanker yang Ditimbulkan :


 Kanker kulit

9) Insektisida
Pestisida adalah zat untuk mengendalikan, menolak, atau memikat organisme pengganggu
atau hama (Raini,2009). Pestisida banyak sekali jenisnya, antara lain fungisida untuk mengendalikan
jamur, rodentisida untuk hewan pengerat, herbisida untuk gulma, akarisida untuk tungau, bakterisida
untuk bakteri, dan insektisida untuk membasmi serangga. Insektisida meracuni tubuh melalui
beberapa cara, yaitu tertelan, terhirup, terkena kulit atau mata. Produk insektisida yang beredar di
pasaran antara lain bakar, aerosol, oles, mat, dan cair elektrik.
Kandungan aktif dari obat nyamuk antara lain adalah dichlorvos, propoxur, pyrethroid, dan
diethyltoluamide serta bahan kombinasinya. Obat anti nyamuk mengandung bahan aktif sehingga
akan masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan kulit lalu akan beredar dalam darah. Setelah itu
menyebar pada sel – sel tubuh. Gangguan – gangguan pada organ tubuh manusia akan terjadi jika
pemakain obat anti nyamuk tidak terkontrol atau dosisnya berlebihan.Efek negatif dari obat anti
nyamuk menimbulkan resiko toksisitas yang berat. Toksisitas merupakan tingkat merusaknya suatu
zat jika dipaparkan terhadap organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh
organisme, dan efek terhadap substruktur organisme.
Mekanisme :
Obat nyamuk bakar yang mengeluarkan asap, dimana asap tersebut menguap dari
pembakaran obat nyamuk ternyata mengandung zat karsinogen.Paparan melalui pernapasan sangat
berbahaya dikarenakan partikel- partikel bahan aktif dapat dengan cepat diserap oleh paru – paru
menuju peredaran darah. Sehingga dapat menyebabkan kerusakan serius pada hidung, tenggorokan
dan jaringan paru – paru, dan apabila terhirup dengan jumlah yang cukup dan dalam jangka waktuk

11
yang lama (Iswara,2009). Asap yang berasar dari obat nyamuk bakar merupakan salah satu sumber
dari pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron – elektron yang bepangan ini menyebabkan radikal
bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif terhadap sel – sel tubuh dengan cara mengikat elektron
molekul sel Reaksi ini sering disebut dengan oksidasi.

Kanker yang Ditimbulkan :


 Kanker paru-paru

10) Nitrosamin ( pada ikan asin )


Nitrosamine bersifat karsinogenik. Jika mengonsumsi ikan asin yang mengandung nitrosamin,
bersama nasi hangat, maka ia berisiko terkena kanker nasofaring. Kanker karsinoma nasofaring
(KNF) menjadi salah satu penyakit kanker yang dapat terjadi akibat terlalu sering mengkonsumsi ikan
asin. Karena mengonsumsi ikan asin dengan nasi panas, jadi nitrosaminnya juga terbawa uap,
makanya yang biasa kena esofagus dan lambung. Nitrosamin terbawa uap ke nasofaring (bagian
tenggorokan atas yang terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut). Risiko
terkena kanker semakin tinggi jika daya tahan tubuh seseorang lemah, ditambah menerapkan diet tak
sehat seperti kurang serat dan zat gizi lainnya. Kanker nasofaring berhubungan kuat dengan virus
Epstein-Barr (EBV), yakni virus dari famili herpes. Beberapa gejala yang dihadapi penderita kanker
nasofaring, antara lain pandangan buram, infeksi telinga, mati rasa di bagian wajah, dan sakit kepala.
Gejala lainnya, kemampuan mendengar berkurang, muncul benjolan di bagian leher atau hidung,
hidung tersumbat dan sakit di bagian tenggorokan.
Mekanisme :
Nitrosamin akan terbentuk jika nitrit bereaksi dengan amino sekunder karena suhu yang
tinggi yang terjadi saat menggoreng daging olahan. Makanan yang mengandung nitrosamin dapat
menyebabkan kanker, terutama kanker perut. Pada makanan, nitrosamin yang dihasilkan dari nitrit
dan menengah amina yang sering terjadi pada bentuk protein . Pembentukan mereka dapat terjadi
hanya dalam kondisi tertentu, seperti sangat asam kondisi seperti yang dari manusia perut . Suhu
tinggi, seperti dalam menggoreng, juga dapat meningkatkan pembentukan nitrosamin.

Kanker yang Ditimbulkan :


 Kanker Nasofaring

11) Akrolein
Akrolein atau 2-propenal merupakan senyawa aldehid tak jenuh yang paling sederhana.
Akrolein banyak terdapat di dalam masakan sebagai produk dari reaksi dehidrasi dari karbohidrat,
minyak nabati, lemak dan asam amino dengan pemanasan. Akrolein terdapat pada minyak jelantah.

12
Menggunakan minyak goreng yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap
teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Awal dari kerusakan minyak goreng
adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada pada
tenggorokan pada saat mengkomsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng
berulang kali. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau
akrolein (Winarno, 2004).
Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi
kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi
selama proses penggorengan, jumlahnya sangat melimpah, dan harganya sangat murah, disamping itu
untuk mengurangi beredarnya jelantah yang diproses ulang jadi minyak goreng kembali, seperti
diketahui bahwa jelantah yang dikonsumsi kembali setelah dipakai berulang-ulang (ditandai dengan
warna coklat tua, hitam) akan mengoksidasi asam lemak tidak jenuh membentuk gugus peroksida dan
monomer siklik (Arita dkk., 2008).
Mekanisme :
Reaksi oksidasi yang terjadi pada minyak goreng dimulai dengan adanya
pembentukan radikal bebas yang dipercepat oleh cahaya, panas,logam (besi dan tembaga)
sebagai wadah saat penggorengan, dan senyawa oksidator pada bahan pangan yang
digoreng(seperti klorofil, hemoglobin, dan pewarna sintetik tertentu). Pada minyak jelantah,
ikatan rangkap asam lemak tak jenuh teroksidasi, terbentuk isomer cis menjadi trans,
terbentuk radikal bebas aktif, aldehid, keton, terjadi polimerisasi struktur karena pengaruh
panas dan dipercepat adanya oksigen, oleh sebab itu minyak jelantah berpotensi
menghasilkan racun dalam tubuh (Nainggolan et al., 2016).

Kanker yang ditimbulkan :


 Kanker kolon

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karsinogen adalah senyawa yang menyebabkan perubahan sel-sel normal menjadi
sel-sel tumor dengan mengubah DNA, dan ini akan menyebabkan dimulainya pertumbuhan
tumor. Hampir semua senyawa karsinogen memerlukan aktivasi oleh enzim yang terdapat
dalam tubuh, sehingga menjadi aktif. Bentuk aktif ini merupakan bentuk elektrofilik yang
akan dapat membentuk ikatan kovalen dengan bagian yang nukleofilik pada makromolekul
dalam sel yaitu DNA, RNA atau protein. Karsinogenesis terdiri dari 4 tahap diantaranya inisiasi
kanker, promosi kanker, transformasi malignasi dan progresi malignasi. zat karsinogen yang terdapat
dimakanan diantaranya adalah Aflatoksin B, formalin, Polycyclic Aromatic Hydrocarbon,
Akrilamida, Bisphenol A (BPA), Heterosiklik Amines (HAs), Aspartam, Nitrosamin ( pada
ikan asin ), Natrium Benzoat, Akrolein.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, semoga pembaca dapat menyadari bahwa kesehatan
sangat penting bagi tubuh. Banyak cara pencegahan agar tidak terkena kanker oleh zat
karsinogenic seperti hindari makanan serta mengkonsumsi alkohol, perbanyak konsumsi
sayuran  hijau organik, perbanyak minum air putih serta jangan malas olahraga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afrika dan Cina Selatan. (2013). Faktor risiko karsinoma nasofaring. Karsinoma Nasofaring,
40(5): 348–51.

Arita, S., Afrianto, I., & Fitriana, Y. (2008). Produksi Biodiesel Dari Minyak Jelantah
Dengan Menggunakan Reaksi 2 Tahap (Esterifikasi Dan Transesterifikasi). Jurnal
Teknik Kimia, 15(4). 57 – 65.

Cahyadi W. (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan Bumi. Aksara
Jakarta.

Edwinanto,L., Septiadi,E., Nurfazriah,L.R., Anastasya,K.S. dan Pranats,N. (2018). Studi


pustaka fitur fitokimia daun kelor (Moringa oleifera) yang memiliki efek antikanker.
Journal of Medicine and Health. 2(1) : 121-130.

Faust, R. A., dan P. Reno. (1994). Toxicity summary for benzo[a]pyrene. Tennessee, Oak
Ridge Reservation Environmental Restoration Program.

Elzein, R. (1997). Combined genetic polymorphise and risk for development of lung cancer.
Mitation Research. 381(2) : 189-200.

Harahap. Y. (2006). Pembentukan akrilamida dalam makanan dan analisisnya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 3(3) : 107 – 116.

Nainggolan, B. S dan J, Anna. (2016). Uji kelayakan minyak goreng curah dan kemasan
yang digunakan menggoreng secara berulang. Jurnal Pendidikan Kimia, 8(1): 45-57.
Syah et al. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tyastirin, E., Purnamasari, R., Hidayati, I., Agustina, E., Hadi, M. I., Lusiana, N., dan Fitri,
M. L. K. (2018). Analisis Kadar Glukosa, Hemoglobin dan Kolesterol Mencit (Mus
musculus) Setelah Diinduksi Aspartam. BIOTROPIC The Journal of Tropical
Biology, 2 (2): 119 – 125.

Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yenny. (2006). Aflatoksin dan aflatoksikosis pada manusia. Universa Medicina, 25(1):41-52.

15
16

Anda mungkin juga menyukai