Oleh :
Kelompok 6 S1-5B
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Analisis Kasus
Osteporosis, Kontrasepsi, Menopause dan Hormon Pengganti” ini sesuai dengan
waktu yang telah disepakati.Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. apt. Meiriza Djohari, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Farmakoterapi Kardiovaskular dan Endokrin yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menambah wawasan dari kami.
Laporan kasus ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh
dari buku panduan dan jurnal yang berhubungan dengan “Osteporosis,
Kontrasepsi dan Hormon Pengganti”. Dalam penyusunan laporan kasus ini, kami
selaku penulis mebdapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Terutama dari Ibu Dr. apt. Meiriza Djohari, M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Farmakoterapi Kardiovaskular dan Endokrin. Maka pada kesempatan ini,
kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Pekanbaru, 9 Januari
2021
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................8
1.4 Manfaat..........................................................................................................8
2.1. Osteoporosis.........................................................................................................9
2.1.1 Definisi.............................................................................................................9
2.1.2 Epidemiologi....................................................................................................9
2.1.3 Etiologi...........................................................................................................11
2.1.6 Prognosis........................................................................................................15
2.2 Kontrasepsi...........................................................................................................31
3
2.2.4 Sasaran Penggunaan Kontrasepsi...............................................................37
2.3 Menopause............................................................................................................39
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................95
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
keringat, keputihan, dan susah tidur), pascamenopause (pelupa, nyeri tulang
belakang) (Junaidi, 2009).
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi yang
bertujuan untuk mengatur kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai
makhluk seksual (Saifuddin, 2006). Intra Uterine Device(IUD) merupakan salah
satu kontrasepsi yang difasilitasi gratis oleh pemerintah. Kontrasepsi IUD ini
dipasang di dalam uterus yang bekerja dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum karena adanya perubahan pada tubadan cairan uterus (Niken, et al.,
2010).Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) selama
periode 1991-2007 menunjukkan pola penggunaan IUDcenderung mengalami
penurunan, yakni 13,3% (SDKI 1997), turun menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003)
dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007).
Terapi sulih hormon atau yang juga dikenal dengan Hormone
Replacement Therapy (HRT) merupakan suatu terapi pengganti hormon seks
wanita saat memasuki menopause.Menopause adalah tidak terjadinya periode
menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak aktifnya folikel sel telur. Periode
transisi menopause dihitung dari periode menstruasi terakhir diikuti dengan 12
bulan periode amenorea (tidak mendapatkan siklus haid).Menopause adalah
bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif ke masa tidak
reproduktif. Gejala-gejala yang timbul pada saat wanita mulai memasuki masa
akan menopause adalah vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan
dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara
sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-gejala vasomotor
dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase
perimenopause.Meski banyak yang berusia lebih dari 75 tahun, usia rata-rata
penderita menopause ialah 50-51 tahun. Beberapa faktor juga dapat mempercepat
terjadinya menopause, di antaranya merokok, histerektomi, carrier Fragile X,
kelainan autoimun, dan dikabarkan juga akibat tinggal di dataran tinggi.
6
Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau
berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang
berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam
ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel
juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-
25 tahun sesudah menarche.Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi
siklus menstruasi yang ireguler.Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi
akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
Terapi sulih hormon pada dasarnya adalah mengganti hormon estrogen
endogen dalam tubuh yang mulai menurun atau menghilang dengan pemberian
hormon estrogen eksogen.
1.2 Rumusan Masalah
7
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Osteoporosis
2.1.1 Definisi
Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan “porous”
yang berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis disebut juga
pengeroposantulang. Osteoporosis merupakan satu penyakit skeletal sistemik
yang ditandai oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya
matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari
jaringan tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi
kecendrungan tulang mudah fraktur. Pada tahun 2001, National Institute of
Health (NIH) mengusulkan definisi untuk osteoporosis sebagai penyakit
kerangka sistemik yang ditandai dengan kekuatan tulang yang terganggu
mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap patah tulang.
2.1.2 Epidemiologi
9
menyumbang lebih banyak hari dirawat di rumah sakit dibanding penyakit lain
termasuk diabetes, infarkmiokardium,dankankerpayudara.
Sekitar 0,3 juta patah tulang pinggul per tahun di A.S. dan 1,7 juta patah
tulang pinggul di Eropa. Dengan diperkenalkannya pengobatan yang sudah
tersedia, dan pesan pencegahan yang jelas, angka patah tulang pinggul tahunan
di awal tahun 2000-an mulai menurun. Namun, pada tahun 2015 angka tersebut
telah mendatar dan cenderung meningkat, menyusul pelaporan luas dari fraktur
femoralis atipikal pada pasien yang diobati dengan bifosfonat dan denosumab.
Hampir semua patah tulang pinggul dapat dikaitkan dengan osteoporosis, baik
primer maupun sekunder.Selain itu, di sebagian besar, jika tidak semua kasus,
jatuh adalah peristiwa utama yang menyebabkan patah tulang.Rasio patah tulang
pinggul wanita dan pria adalah sekitar 2: 1.0. Tidak mengherankan, terjadinya
patah tulang ini meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya usia.
Sebaliknya, kejadian patah tulang pergelangan tangan di Inggris dan Amerika
Serikat berkisar dari sekitar 400-800 per 100.000 wanita tetapi relatif stabil
selama beberapa dekade kehidupan yang lebih tua. Wanita jauh lebih mungkin
menderita patah tulang Colle daripada pria (yaitu rasio naik 10:1 pada usia 75).
Fraktur kompresi pada vertebra jauh lebih sulit diperkirakan karena seringkali
asimtomatik. Perkiraan terbaik adalah bahwa lebih dari satu juta wanita
pascamenopause Amerika akan menderita patah tulang belakang dalam satu
tahun. Rasio kejadian wanita dan pria kira-kira 2: 1.Selain itu, fraktur simptomatik
dan radiografi (morfometri) dikaitkan dengan morbiditas dan kecacatan yang
signifikan.Akhirnya, perkiraan tentang prevalensi penyakit pada wanita dan pria
tanpa patah tulang, menempatkan jumlah keseluruhan pada hampir 25 juta orang
Amerika dan banyak lagi di seluruh dunia.
10
Penelitian di Puskesmas Melur Pekanbaru tahun 2013 menunjukkan
bahwa dari 98 lansia yang berumur lebih dari 60 tahun, yang menderita
osteoporosis adalah 58 orang (59,2%) sedangkan dari 64 orang yang berumur
≤60 tahun, yang menderita osteoporosis 13 orang (20,3%). Dilihat dari 77
orang responden yang berjenis kelamin wanita, yang menderita osteoporosis 41
orang (53,2%), sedangkan 85 orang yang berjenis kelamin pria, yang menderita
osteoporosis 30 orang (35,3%).
2.1.3 Etiologi
11
Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi organ tubuh
termasuk penyerapan kalsium oleh usus; penurunan estrogen atau
testosteron akibat penuaan juga meningkatkan risiko osteoporosis.
Selain itu, pada usia lanjut terjadi peningkatan hormon paratiroid.„
- Jenis kelamin, di mana risiko pada perempuan lebih tinggi
Osteoporosis lebih banyak pada perempuan karena pengaruh
penurunan estrogen yang sudah dimulai sejak usia 35 tahun
- Perempuan hamil juga berisiko osteoporosis karena proses
pembentukan janin yang membutuhkan banyak kalsium.„
- Riwayat osteoporosis keluarga kandung (genetik)„
- Ras
Ras Asia dan Kaukasia atau orang kulit putih memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami osteoporosis, karena secara umum
konsumsi kalsiumnya rendah, intoleransi laktosa, dan menghindari
produk hewan. Sedangkan ras kulit hitam dan Hispanik memiliki
risiko mengalami osteoporosis yang lebih rendah.„
- Penurunan hormon estrogen atau testosteron akibat penuaan
2. Faktor risiko yang dapat diubah/dimodifikasi:„
- Berat badan yang rendah dan struktur tulang yang kecil„
- Kurang aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik dapat menghambat aktivitas osteoblas
sehingga densitas tulang akan berkurang.„
- Kurang paparan sinar matahari„
- Kurang asupan kalsium
Jika asupan kalsium kurang, tubuh akan mengeluarkan hormon
yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk
tulang.„
- Merokok
Zat nikotin dalam rokok bisa mempercepat resorpsi tulang dan
menurunkan kadar dan aktivitas estrogen, sehingga meningkatkan
risiko osteoporosis.„
12
- Konsumsi minuman tinggi kafein dan alcohol
Kafein dan alkohol dapat menghambat proses pembentukan massa
tulang dan menyebabkan terbuangnya kalsium bersama urin,
sehingga menyebabkan pengeroposan tulang„
- Penggunaan obat tertentu jangka panjang (kortikosteroid,
antikejang, antikoagulan, methotrexate)
Kortikosteroid dapat menghambat aktivitas osteoblas sehingga
meningkatkan risiko osteoporosis.
1. Defisiensi estrogen
Dalam keadaan normal estrogen dalam sirkulasi mencapai sel osteo
blas, dan beraktivitas melalui reseptor yang terdapat di dalam sitosol
sel tersebut, mengakibatkan menurunnya sekresi sitokin seperti: Interle
ukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6) dan Tumor Necrosis Factor-Alpha
(TNF-a), merupakan sitokin yang berfungsi dalam penyerapan tulang. Di l
ain pihak estrogen meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor b
(TGF-b ), yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan (growth facto
r)yang merupakan mediator untuk menarik sel osteoblas ke tempat lub
ang tulang yang telah diserap oleh sel osteoklas. Sel osteoblast merup
akan sel target utama dari estrogen, untuk melepaskan beberapa fakto
r pertumbuhan dan sitokin seperti tersebut diatas, sekalipun secara tidak l
angsung maupun secara langsung juga berpengaruh pada sel osteoklas.
Estrogen merupakan hormon seks steroid memegang peran yang san
gat penting dalam metabolisme tulang, mempengaruhi aktivitas sel os
13
teoblas maupun osteoklas, termasuk menjaga keseimbangan kerja dari
kedua sel tersebut melalui pengaturan produksi faktor parakrin-parakrin
utamanya oleh sel osteoblast. estrogen mempunyai efek terhadap sel os
teoklas, bisa memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsun
g. Secara tidak langsung estrogen mempengaruhi proses deferensiasi, akt
ivasi, maupun apoptosis dari osteoklas. Sedangkan efek langsung dari est
rogen terhadap osteoklas adalah melalui reseptor estrogen pada sel oste
oklas, yaitu menekan aktivasi c-Jun, sehingga mencegah terjadinya dife
rensiasi sel prekursor osteoklas dan menekan aktivasi sel osteoklas dewasa
2. Faktor sitokin
Diantara group sitokin yang menstimulasi osteoklastogenesis ant
ara lain adalah: IL-1, IL-3, IL-6, Leukemia Inhibitory Factor (LIF), Oncost
atin M (OSM), Ciliary Neurotropic Factor (CNTF), Tumor Necrosis Fa
ctor (TNF), Granulocyte Macrophage-Colony Stimulating Factor (GM-C
SF), dan Macrophage-Colony dan Stimulating Factor (M-CSF).
3. Pembebanan
Pembebanan mekanik pada tulang (skletal load) menimbulkan stre
s mekanik dan strain atau resultant tissue deformation yang menimbulkan
efek pada jaringan tulang yaitu membentukan tulang pada permukaan peri
osteal sehingga memperkuat tulang dan menurunkan bone turnover yang
mengurangi penyerapan tulang. Dengan demikian pembebanan mekani
k dapat memperbaiki ukuran, bentuk, dan kekuatan jaringan ulang den
gan memperbaiki densitas jaringan tulang dan arsitektur tulang.
4. Osteoporosis disebabkan oleh ketidakseimbangan resorpsi tulang
dan pembentukan kembali tulang yang menyebabkan penurunan massa
tulang. Pada kebanyakan individu, massa tulang mencapai puncaknya
pada dekade ketiga, setelah itu resorpsi tulang melebihi pembentukan
tulang. Kegagalan mencapai massa tulang puncak normal atau percepatan
14
pengeroposan tulang dapat menyebabkan osteoporosis
2.1.6 Prognosis
15
mengembangkan pneumonia.Kebanyakan pasien kehilangan kemampuan
untuk hidup mandiri karena tulang tidak dapat berfungsi (Varacallo et al,
2020).
16
pulmonari dan kardiovaskuler.Nyeri fraktur akut biasanya daapt diatasi
dalam 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur dimanifestasikan sebagai rasa nyeri
yang dalam dan dekat dengan tempat patahan (ISO Farmakoterapi, 2014)
17
Risiko sangat tinggi, jika ada fraktur tulang belakang multipel dan
t-skor bmd tulang panggul atau tulang belakang≤ -2,5.
Tujuan Pengobatan:
18
4. Penghentian merokok membantu mengoptimalkan massa tulang
puncak, meminimalkan keropos tulang, dan pada akhirnya mengurangi
risiko fraktur.
5. Latihan aerobik dan penguatan berat badan dapat menurunkan risiko
jatuh dan patah tulang dengan meningkatkan kekuatan otot, koordinasi,
keseimbangan, dan mobilitas.
6. Program pencegahan jatuh yang multifaktorial dapat mengurangi jatuh,
patah tulang, cedera, dan panti jompo dan penerimaan rumah sakit.
7. Vertebroplasty dan kyphoplasty melibatkan injeksi semen ke dalam
vertebra retak untuk pasien dengan rasa sakit yang melemahkan dari
fraktur kompresi. Prosedur dapat mengurangi rasa sakit untuk beberapa
pasien tetapi mungkin juga dikaitkan dengan komplikasi.
19
keuntungan di
atas
Gummies Kekurangan vitamin D:
, Drops, D2 untuk
erol) 50.000
Solution, meningkatkan
D2 Spray, unit secara oral 1-2 kali konsentrasi
(Ergocalciferol Cream serum
selama 8–12 minggu;
) dan 25(OH) vitamin
Lotion. ulangi sesuai kebutuhan
D
20
obat.
5 mg secara oral
setiap hari, 35 mg Dosis 35 mg juga tersedia
secara oral mingguan,
Risedronate Tablet 150 mg per bulan dalam bentuk lepas tertunda
secara oral
5 mg intravena infus
tahunan
Kontraindikasi jika CrCl
Zolendronic Pencegahan: 5 mg <35
IV (Infus)
Acid intravena infus setiap
2 tahun mL/menit
60 mg secara subkutan
Denosumab Subcutan (SC)
setiap 6 bulan
21
d. Agonis Esterogen dan Antagonis and Tissue Selective
Esterogen Complex
e. Kalsitonin
22
Berdasarkan cara kerjanya, obat osteoporosis terdiri dari:
1. Antiresorptive agent
1) Bisphosphonate
Bisphosphonate oral merupakan obat yang efektif, terjangkau,
dengan data keamanan jangka panjang untuk sebagian besar senyawa. Jika
tidak ada kontraindikasi spesifik, bisphosphonate oral dipertimbangkan
sebagai terapi farmakologi lini pertama untuk perempuan pasca-
menopause dengan risiko tinggi fraktur, dan telah disetujui fda untuk
osteoporosis yang disebabkan oleh glucocorticoid. Bisphosphonate bekerja
mempengaruhi jalur intraseluler spesifik pada osteoklas yang
menyebabkan toksisitas seluler. Secara spesifik, obat ini mengikat
hidroksiapatit dan menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas melalui
beberapa cara, yaitu sitotoksik atau injuri metabolik pada osteoklas matur,
menghambat penempelan osteoklas pada tulang, menghambat diferensiasi
dan rekrutmen osteoklas, serta mempengaruhi struktur osteoklas yang
diperlukan untuk resorpsi tulang (komponen sitoskeleton).
Jenis bisphosphonate berdasarkan generasinya:
1. Generasi pertama: etidronate, clodronate
2. Generasi kedua: alendronate, pamidronate
23
3. Generasi ketiga: risedronate, ibandronate, zoledronate,
minodronate
24
Pilihan pertama terapi bisphosphonate adalah regimen oral
alendronate atau risedronate diminum sekali seminggu saat perut kosong
pada pagi hari dengan minimal 240 ml air untuk meningkatkan absorpsi;
pasien harus dalam posisi tegak dan tidak makan atau minum selama
minimal 30 menit setelah minum obat untuk mengurangi efek samping
gastrointestinal.Jika ada kontraindikasi atau kurang ditoleransi, dapat
diberikan zoledronic acid atau ibandronate intravena.Bisphosphonate
sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah fraktur dan tidak dihentikan pada
pasien fraktur osteopatik yang mendapat obat kurang dari 5 tahun karena
berpotensi memperlambat penyembuhan.
2) Calcitonin
Calcitonin menghambat resorpsi tulang dengan meningkatkan
aktivitas osteoblas dan dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua jika obat
lini pertama tidak dapat ditoleransi atau tidak efektif.Studi menunjukkan
bahwa calcitonin meningkatkan bmd lumbal dan menurunkan petanda
biologi turnover tulang, namun tidak mencegah fraktur baru tulang
vertebra, non-vertebra, dan panggul. Calcitonin tersedia dalam bentuk
injeksi dan intranasal dengan dosis 100 iu subkutan 2 hari sekali atau 200
iu intranasal sekali sehari.
3) Strontium ranelate
Obat ini menghambat fungsi osteoklas dan memicu diferensiasi
dan proliferasi osteoblas melalui calcium sensing receptor (casr) yang
menyebabkan peningkatan bmd, meskipun tidak terkait erat dengan
penurunan bermakna risiko fraktur. Obat ini telah disetujui di eropa untuk
25
terapi pada pria dan perempuan pasca-menopause dengan osteporosis berat
yang tidak bisa mentoleransi obat lain. Efek samping paling sering adalah
kejadian kardiovaskular, tromboembolisme, infark miokardium, gangguan
gastrointestinal, dan gangguan saraf seperti sakit kepala, kejang, dan
gangguan memori. Karena berisiko tinggi pada kardiovaskular, strontium
ranelate dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua untuk osteoporosis,
hanya jika obat lain tidak cocok dan tidak ada kontraindiaksi.
4) Denosumab
Denosumab merupakan fully human monoclonal antibody pertama
yang secara spesifik mengikat rankl untuk menghambat pembentukan dan
aktivasi osteoklas, yang menghambat resorpsi tulang.Denosumab telah
disetujui untuk terapi osteoporosis pada perempuan pasca-menopause dan
pria risiko tinggi fraktur karena memiliki efikasi tinggi dalam menurunkan
fraktur tulang belakang dan tulang panggul.Pemberian denosumab
subkutan setiap 6 bulan dapat menekan resorpsi tulang sebesar 80-
90%.Denosumab bisa digunakan sebagai terapi lini pertama pada pasien
yang tidak toleran terhadap bisphosphonate oral atau pasien gagal
ginjal.Denosumab ditoleransi dengan baik dan tidak menyebabkan
osteonecrosis of the jaw dan fibrilasi arteri, namun kondisi hipokalsemia
dan defisiensi vitamin d harus diatasi terlebih dahulu sebelum mulai dan
selama terapi denosumab.
Denosumab subkutan dua kali setahun selama 36 bulan dikaitkan
dengan penurunan risiko fraktur tulang vertebra, non-vertebra, dan
panggul pada perempuan dengan osteoporosis. Hasil studi decide
(determining efficacy: comparison of initiating denosumab versus
alendronate) juga menunjukkan bahwa denosumab sc 60 mg/6 bulan lebih
efektif meningkatkan bmd dibandingkan alendronate oral 70 mg/minggu.
Peralihan ke denosumab dapat ditoleransi dengan baik dan lebih efektif
meningkatkan bmd dan menurunkan turnover tulang dibandingkan
risedronate pada perempuan pasca-menopause yang sebelumnya diterapi
alendronate dengan kepatuhan suboptimal.Denosumab sebanding dengan
26
zoledronic acid dalam efektivitas (menurunkan risiko fraktur non-vertebra)
dan keamanan (risiko infeksi serius dan cvd) dalam 1 tahun terapi.
5) Romosuzumab
Obat ini merupakan antibodi terhadap sclerostin yang
memperlambat pembentukan tulang baru dan telah disetujui untuk terapi
osteoporosis pada perempuan pascamenopause dengan risiko tinggi
fraktur.Romosuzumab merupakan satu-satunya obat yang punya efek
meningkatkan pembentukan tulang dan menurunkan resorpsi tulang,
sehingga menurunkan risiko fraktur dengan cepat.Studi menunjukkan
bahwa risiko fraktur vertebra, lengan, atau tungkai lebih rendah pada
penggunaan romosuzumab dibandingkan alendronate setelah 12 bulan
terapi, dengan efek samping sebanding.
2. Anabolic agent
1) Terapi sulih estrogen
Reseptor estrogen α dan β berperan dalam apoptosis osteoklas,
sehingga terapi sulih hormon estrogen progestin dengan tibolone efektif
mencegah osteoporosis pada perempuan pasca-menopause.Studi
menunjukkan perubahan bmd tulang lumbal, panggul, leher femur, dan
menurunkan petanda turnover tulang setelah 2 tahun terapi. Namun,
karena berpotensi meningkatkan risiko gangguan tromboemboli, kanker
payudara, cardiac event, stroke, dan kanker endometrium, terapi sulih
estrogen tidak untuk terapi preventif osteoporosis lini pertama, dan harus
diberikan dengan dosis efektif terendah dalam periode singkat, serta tidak
dihentikan mendadak karena meningkatkan risiko fraktur osteoporotik.
27
2) Serm
Selective estrogen receptor modulator merupakan obat sintetik
non-steroidal dengan efek yang sama seperti estrogen pada tulang dan
kardiovaskular, tetapi tanpa efek buruk pada payudara dan endometrium.
Obat serm yang paling sering untuk pencegahan osteoporosis perempuan
pascamenopause adalah raloxifene, lasofoxifene, dan bazedoxifene, yang
saat ini telah disetujui fda. Obat ini secara tipikal digunakan dalam
kombinasi dengan estrogen terkonjugasi. Serm menurunkan fraktur
vertebra pada perempuan osteoporosis dengan meningkatkan massa tulang
trabekular pada skeleton aksial, tetapi secara statistik tidak bermakna
dalam menurunkan risiko fraktur non-vertebra atau tulang panggul
dibandingkan plasebo. Lebih lanjut, raloxifene juga meningkatkan
porositas kortikal.Selain osteoporosis, serm juga efektif mencegah dan
mengobati kanker payudara perempuan pramenopause tetapi
meningkatkan risiko stroke, tromboembolisme, kram tungkai, dan gejala
vasomotorik pada perempuan pasca-menopause.Oleh karena itu, serm
dikontraindikasikan untuk pencegahan dan terapi osteoporosis pada
perempuan pra-menopause, namun sebagai terapi lini pertama untuk
pencegahan osteoporosis pada perempuan pasca-menopause.
3) Teriparatide
Teriparatide merupakan recombinant human parathyroid hormone
yang disebut pth peptide dan satu-satunya obat anabolik yang saat ini
disetujui untuk terapi osteoporosis yang menstimulasi pembentukan tulang
osteoblastik, sehingga memperbaiki kualitas dan massa tulang. Obat ini
mengaktivasi osteoblas dengan mengikat reseptor pth/ pthrp tipe 1,
sehingga secara langsung menstimulasi pembentukan tulang pada lokasi
remodelling aktif dan permukaan tulang yang tidak aktif sebelumnya, serta
menginisiasi lokasi remodelling baru.
Studi menunjukkan peningkatan petanda biokimia pembentukan
tulang yang cepat selama bulan pertama terapi teriparatide tanpa disertai
peningkatan resorpsi tulang.Teriparatide diberikan secara injeksi subkutan
20 mcg/hari.Studi menunjukkan bahwa teriparatide lebih efektif
28
menurunkan risiko fraktur vertebra dan meningkatkan bmd lumbal dan
columna femoris dalam jangka panjang pada perempuan pasca-menopause
dengan osteoporosis dibanding bisphosphonate. Selain itu, teriparatide
juga lebih efektif menurunkan risiko fraktur vertebra dan meningkatkan
bmd lumbal, collumna femoris, dan panggul pasien osteoporosis akibat
glukokortikoid dibanding bisphosphonate, namun tidak menurunkan risiko
fraktur nonvertebra jika dibandingkan bisphosphonate.
4) Abaloparatide
Abaloparatide merupakan 34-amino acid peptide yang secara
selektif mengikat konformasi rg dari reseptor pth tipe 1 dan menunjukkan
efek poten pada aktivitas anabolik yang menyebabkan resorpsi tulang yang
lebih rendah dibanding teriparatide. 40-42 studi fase 2 pada 222
perempuan pascamenopause dengan osteoporosis selama 24 minggu
menunjukkan bahwa abaloparatide 80 mcg/hari dikaitkan dengan
peningkatan bmd secara bermakna pada tulang panggul total, leher tulang
paha, dan tulang lumbal dibandingkan dengan plasebo. Peningkatan bmd
pada tulang panggul total 2,6% dengan abaloparatide 80 mcg/hari yang
secara bermakna lebih tinggi dibanding teriparatide (0,5%, p=0,006). Studi
active (abaloparatide comparator trial in vertebral endpoints) fase 3 selama
18 bulan menunjukkan bahwa abaloparatide meningkatkan bmd dan
menurunkan risiko fraktur vertebra dan nonvertebra dibandingkan
plasebo.Abaloparatide juga meningkatkan bmd non-vertebra dan
menurunkan risiko fraktur osteoporotik mayor dibandingkan dengan
teriparatide.
5) Kalsium dan vitamin D
Suplementasi kalsium dan vitamin d berperan penting dalam
tatalaksana osteoporosis, tetapi tidak cukup untuk menurunkan risiko
fraktur.Rekomendasi asupan vitamin d berdasarkan manfaat kombinasi
kalsium dan vitamin d untuk kesehatan skeletal. Secara umum, asupan
harian yang direkomendasikan pada perempuan osteoporosis pasca-
menopause adalah 1200 mg kalsium (asupan total dari makanan dan
suplemen) dan 800 iu vitamin d.
29
Panduan terapi Penggunaan Obat
30
2.2 Kontrasepsi
31
sederhana adalah metode kalender, metode suhu basal, metode
pengamatan lendir serviks, metode sanggama terputus, dan
sebagainya.
Metode kalender disebut juga sebagai metode pantang berkala.
Metode ini dilakukan dengan melakukan perhitungan masa
subur dan masa tidak subur sehingga kurang cocok apabila
digunakan pada perempuan dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur. Kelebihan dari metode kalender adalah tanpa
efek samping dan tidak memerlukan biaya, namun
membutuhkan kerja sama yang baik dengan pasangan untuk
tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur.
Metode suhu basal dilakukan dengan melakukan pengukuran
suhu tubuh perempuan pada pagi hari ketika bangun tidur
untuk menentukan saat terjadinya ovulasi. Kenaikan suhu
menandakan bahwa telah terjadi ovulasi, namun hal tersebut
juga perlu diperhatikan secara cermat karena kenaikan suhu
tubuh juga dapat disebabkan karena adanya infeksi pada tubuh.
Metode suhu basal juga membutuhkan kerja sama yang baik
dengan pasangan.
Metode pengamatan lendir serviks dilakukan dengan
melakukan pengamatan atas kepekatan lendir serviks. Lendir
serviks yang pekat menunjukkan bahwa seorang perempuan
berada pada masa tidak subur. Metode ini tentunya tidak
menimbulkan efek samping, namun membutuhkan kecermatan
yang cukup baik dalam melakukan penilaian kepekatan lendir
serviks.
Metode sanggama terputus dilakukan dengan mengeluarkan
penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi sehingga
metode ini membutuhkan kerja sama yang baik dengan
pasangan. Metode ini memiliki keunggulan, yaitu dapat
dilakukan kapan saja tanpa harus memperhatikan masa subur
atau masa tidak subur pada perempuan (Puspitasari, 2008).
32
Proses laktasi atau menyusui juga dapat menjadi metode
kontrasepsi sederhana karena dapat menurunkan kesuburan.
Hisapan pada puting merangsang pengeluaran hormon
oksitosin dan prolaktin dari kelenjar pituitari lebih banyak. Hal
tersebut akan mempercepat pengeluaran dan pembentukan air
susu kembali. Pengeluaran hormon prolaktin tersebut memberi
umpan balik sehingga kadar hormon estrogen dalam tubuh
menjadi lebih rendah dan mengakibatkan paparan tubuh oleh
hormon estrogen juga dapat berkurang (Bahiyatun, 2008).
Kontrasepsi modern dibagi menjadi empat metode, yaitu
metode mekanis, hormonal, kimiawi, dan operatif (Puspitasari,
2008).
Metode mekanis berupa pemakaian kondom pada laki-laki atau
diafragma pada perempuan, IUD (intra uterine device), dan
kap serviks.
Metode hormonal berupa pemakaian pil, suntik, maupun
implant. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal dapat
meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Alat kontrasepsi
hormonal tersebut dapat berupa pil, yaitu pil KB kombinasi
dan pil KB mini, suntik, maupun implant atau norplan yang
umumnya dikenal dengan istilah susuk KB.
Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen dan
progesteron untuk mencegah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron menghambat seksresi FSH (follicle stimulating
hormone) sehingga menghambat pematangan sel telur.
Hormon estrogen membantu pembentukan endometrium
atau membran mukosa yang melapisi dinding uterus.
Endometrium tetap terbentuk, namun tidak ada sel telur
yang matang sehingga kehamilan tidak dapat terjadi. Efek
samping yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
pemakaian pil KB kombinasi ini adalah sakit kepala,
jantung berdebar-debar, peningkatan berat badan,
33
peningkatan tekanan darah, rasa mual, terjadi pendarahan
antar menstruasi, penurunan produksi air susu, dan
sebagainya. Pil KB mini hanya mengandung hormon
progesteron dan tidak mengandung hormon estrogen seperti
pada pil KB kombinasi. Hormon progesteron pada pil KB
mini mengakibatkan endometrium menjadi menipis dan
lendir serviks menjadi pekat sehingga sulit dilalui oleh
spermatozoa. Tidak adanya kandungan hormon estrogen
pada pil KB mini menyebabkan efek samping yang
umumnya ditimbulkan oleh pil KB kombinasi menjadi
berkurang. Efek samping dari pil KB kombinasi yang dapat
ditekan tersebut, antara lain sakit kepala, gangguan
kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, penurunan produksi
air susu, dan sebagainya.
Alat kontrasepsi berupa suntik merupakan penginjeksian
hormon progestin sintetik ke dalam otot sehingga dapat
menyebar sedikit demi sedikit melalui aliran darah. Alat
kontrasepsi berupa suntik berfungsi untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan cara menghambat terjadinya
ovulasi, membuat lendir serviks menjadi lebih pekat, serta
membuat endometrium menjadi tipis. Suntikan dapat
diulang setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali. Alat
kontrasepsi berupa suntik memiliki beberapa kelebihan,
yaitu bersifat efektif dan refersibel, tidak mengganggu
proses laktasi karena tidak menurunkan produksi air susu,
dan sebagainya. Kekurangan dari alat kontrasepsi berupa
suntik adalah terjadinya pendarahan yang banyak, gangguan
menstruasi, peningkatan berat badan, rasa mual, sakit
kepala, dan sebagainya. Alat kontrasepsi berupa suntik
sebaiknya dipilih oleh seorang perempuan apabila
pemakaian pil KB meningkatkan risiko komplikasi
kardiovaskuler. Perempuan yang merasa kesulitan dalam
34
menggunakan alat kontrasepsi secara teratur setiap hari atau
perempuan yang menganggap bahwa kembalinya kesuburan
tidak begitu penting juga dapat disarankan untuk
menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik.
Implant merupakan alat kontrasepsi yang ditanamkan pada
bawah kulit lengan atas bagian dalam dan mengandung
progestin levonorgestreal. Implant terdiri dari dua atau
enam batang kapsul dan setiap batangnya mengandung obat
yang akan berdifusi secara teratur ke dalam peredaran
darah. Lama pemakaian implant umumnya adalah lima
tahun dan setelah itu kandungannya akan habis sehingga
batang implant harus dikeluarkan melalui operasi kecil.
Cara kerja implant dalam mencegah kehamilan hampir
sama seperti cara kerja alat kontrasepsi berupa suntik, yaitu
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi, membuat
lendir serviks menjadi lebih pekat, serta membuat
endometrium menjadi tipis. Implant memiliki beberapa
kelebihan, yaitu bersifat efektif dan refersibel, serta
pemakaiannya tidak merepotkan karena hanya dipakai
dalam lima tahun sekali. Kekurangan dari alat kontrasepsi
berupa implant adalah diperlukannya prosedur pembedahan
dalam pemasangan dan pengambilan batang implant
tersebut sehingga terkadang perempuan merasa enggan
untuk menggunakan alat kontrasepsi berupa implant.
Pemakaian implant dapat disarankan pada perempuan yang
tidak ingin memiliki anak lagi atau pada perempuan yang
mengalami kesulitan untuk pemakaian alat kontrasepsi
secara teratur setiap hari. Perempuan yang tinggal di daerah
yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan juga sebaiknya
disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi berupa
implant.
35
Metode kimiawi berupa pemakaian busa atau jeli pembunuh
sperma, aerosol, dan sebagainya.
c. Berdasarkan tujuan pemakaiannya, kontrasepsi dibedakan menjadi
kontrasepsi untuk menunda kehamilan, kontrasepsi untuk mengatur
kehamilan, dan kontrasepsi untuk mengakhiri kesuburan.
Kontrasepsi untuk menunda kehamilan menggunakan metode
atau alat kontrasepsi yang memiliki jaminan tinggi untuk
kembali fertil, misalnya dengan menggunakan kondom, pil,
suntik yang diulang setiap bulan, maupun metode sederhana
yang dikombinasikan dengan kondom, diafragma, busa
ataupun jeli pembunuh sperma, atau pil.
Kontrasepsi untuk mengatur kehamilan dapat berupa
pemakaian IUD (intra uterine device), suntik yang diulang
setiap 3 bulan, pil, atau implant.
Kontrasepsi untuk mengakhiri kesuburan berupa tindakan medis operatif,
yaitu vasektomi pada lakilaki dan tubektomi pada perempuan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pengikatan, penjepitan, atau pemotongan pada vas deferens
pada laki-laki ataupun saluran telur pada perempuan
36
2.2.4 Sasaran Penggunaan Kontrasepsi
a. Pasangan usia subur, semua pasangan usia subur yang ingin menunda,
menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak
b. Ibu yang mempunyai banyak anak dianjurkan memakai kontrasepsi
untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang
disebabkan karena faktor multiparitas (banyak melahirkan anak)
c. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan, Ibu yang
mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya
jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai kontrasepsi
(Saifudin, A.B., 2003)
Sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar
100% ideal atau sempurna.Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan
metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket,
yang artinya calon klien memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.
1. Faktor pasangan
Yaitu motivasi dan rehabilitas yang terdiri atas:
a. Umur
Wanita usia subur yang dapat menggunakan kontrasepsi progestin,
sedangkan wanita yang sudah menopause tidak dianjurkan
menggunakan kontrasepsi progestin, sehingga dapat mempengaruhi
seseorang untuk memilih metode kontrasepsi.
b. Gaya hidup
Wanita yang gaya hidupnya suka merokok, menderita anemia
(kekurangan zat besi) boleh menggunakan kontrasepsi progestin
karena tidak ada efek samping bagi wanita prokok dan penderita
anemia.
37
c. Frekuensi sanggama
Kontrasepsi progesteron dapat digunakan pada wanita yang sering
ataupun yang jarang melakukan hubungan seksual dengan
suaminta, karena tidak mengganggu pada hubungan seksual
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
Salah satu tujuan dari kontrasepsi ini adalah untuk menjarangkan
kehamilan, jadi wanita yang ingin mengatur jumlah anak ataupun
yang ingin menjarangkan kehamilan sehingga jumlah anak dalam
keluarga sesuai keingin dapat menggunakan kontrasepsii
e. Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
Wanita yang dahulunya pernah menggunakan salah satu jenis
kontrasepsi, dia merasa nyaman dan merasa mendapatkan
keuntungan dari penggunaan kontrasepsi tersebut, maka dia pasti
akan menggunakan kontrasepsi itu lagi.
2. Faktor kesehatan
Yaitu kontra indikasi absolut dan relatif yang terdiri atas
a. Status kesehatan
Wanita yang mempunyai penyakit jantung dapat menggunakan
kontrasepsi progesteron karena mengandung esterogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
b. Riwayat haid
Semua wanita yang siklus haidnya panjang atau pendek dapat
menggunakan kontrasepsi progesterone, sedangkan wanita yang
pernah mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya tidak boleh menggunakan kontrasepsi progesteron
c. Riwayat keluarga
Wanita yang dalam keluarganya mempunyai riwayat kanker
payudara dan diabeter mellitus disertai konplikasi tidak dapat
menggunakan kontrasepsi progestin
d. Pemeriksaan fisik
Wanita yang pada pemeriksaan fisik terdapat varises tidak dapat
menggunakan kontrasepsi progestin
38
3. Faktor metode kontrasepsi
Yaitu penerimaan dan pemakaian berkesinambungan yang terdiri
dari :
a. Efektifitas
Efektifitas kontrasepsi progestin tinggi dengan 0,3 kehamilan per
100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
b. Efek samping minor
Efek samping hanya sedikit (gangguan siklus haid, perubahan berat
badan, keterlambatan kembalinya kesuburan dan osteoporosis pada
pemakaian jangka panjang)
c. Kerugian
Kerugian hanya sedikit dan jarang terjadi pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi progesteron ini, perubahan berat badan
merupakan kerugian tersering.
d. Komplikasi-komplikasi yang potensial
Wanita yang menggunakan kontrasepsi progesteron tidak
ditemukan adanya komplikasi-komplikasi yang potensial.
e. Biaya
Biaya kontrasepsi progesteron sangat terjangkau, siapa saja bisa menjangkaunya.
2.3 Menopause
39
2.3.2 Jenis Menopause
1) Premenopause
Adalah masa antara 40 tahun dan dimulainya siklus haid mulai tidak
teratur.
2) Perimenopause
3) Menopause
40
4) Pascamenopause
1. Pramenopause
41
Belum tampak
2. Perimenopause
Gangguan psikologis/kognitif
Depresi
Irritabilitas
Perubahan Mood
Cemas (anxiety)
42
3. Menopause
Menstruasi berhenti
4. Pascamenopause
Osteoporosis
Payudara mengendur
43
2.4 Hormon Pengganti / Terapi Sulih Hormone (TSH)
44
menunjukkan bahwa dengan TSH densitas tulang meningkat rata
rata 5% pada tulang belakang, hingga 1,7% pada pinggul wanita
yang diberi TSH selama 36 bulan.
- Tsh mengurangi insidensi penyakit jantung korener. Ada lebih dari
30 penelitian epidemiologis yang menunjukkan bahwa dengan TSH
akan mengurangi serangan jantung coroner sampai 35-50%.
Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian TSH jangka panjang
(lebih dari 7 tahun) tidak lagi mempunyai sifat proteksi terhadap
jantung, justru akan meningkatkan risiko efek samping. Pemakaian
TSH lebih dari 7 tahun tidak lagi menurunkan risiko serangan
jantung maupun kematian akibat penyakit jantung, tetapi
meningkatkan risiko penjendelan darah berlebihan dan penyakit
kandung empedu.
Tsh kombinasi estrogen/progestin ternyata meningkatkan risiko
stroke. Risiko stroke iskemik meningkat pada pengguna TSH
kombinasi dibandingkan dengan kelompok plasebo, sedangkan
risiko untuk mengalami stroke hemoragik tidak ada perbedaan
bermakna antara kedua kelompok. Risiko stroke ini meningkat tidak
tergantung pada factor risiko stroke lainnya, misalnya usia, riwayat
penyakit kardiovaskular atau hipertensi.
45
Keunggulan dari estrogen alamiah adalah jarang menimbulkan mual dan
muntah, tidak mengganggu factor pembekuan darah, tidak mempengaruhi enzim
di hati dan efeknya terhadap tekanan darah sangat minimal karena tidak
meningkatkan renin dan aldosteron. Beberapa contoh estrogen alamiah yang
digunakan serta dosis yang dianjurkan adalah :
46
hysterectomy dan pada keadaan ini sebaiknya dipertimbangkan penambahan
progesteron.
47
Terapi estrogen/progestin sebaiknya tidak digunakan sebagai
pencegahan penyakit jantung coroner, baik pencegahan primer maupun
sekunder. Jadi pencegahan penyakit kardiovaskular bukanlah indikasi
HRT.
Kombinasi estrogen/progestin hanya disetujui penggunaannya oleh
FDA untuk pencegahan osteoporosis, tetapi karena risiko HRT telah
teridentifikasi, maka perlu dipertimbangkan alternative lainnya, dan
pemberian HRT harus didasarkan pada pertimbangan risiko dan
manfaatnya.
Beberapa kontraindikasi yang harus diketahui sebelum pemberian TSH
dimulai antara lain adalah hipertensi kronik (telah dimulai sebelum menopause),
obesitas, varises yang berat, menderita penyakit kelenjar tiroid atau sedang dalam
perawatan, menderita atau dengan riwayat penyakit hati yang berat, hasil
papsmear abnormal, kanker payudara dan gangguan fungsi ginjal. Kontraindikasi
yang begitu banyak sebenarnya berlaku untuk pemberian pil kontrasepsi, karena
pil kontrasepsi mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, sedangkan
terapi sulih hormon menggunakan hormone alamiah.Beberapa kontraindikasi
seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koronoer, stroke merupakan
kontraindikasi untuk pil kontrasepsi, namun bukan merupakan kontraindikasi
untuk pemberian terapi sulih hormon.
48
Perdarahan bercak (spotting). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang rendah, sehingga dosis pemberian estrogen perlu dinaikkan;
atau dapat juga disebabkan oleh dosis progesterone yang tinggi,
maka dosis pemberian progesterone perlu diturunkan.
Perdarahan banyak (atipik). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang tinggi, sehingga dosis estrogen perlu diturunkan sedangkan
dosis progesterone dinaikkan.
Sakit kepala (migraine) dan leukorea (keputihan). Hal ini disebabkan
oleh estrogen yang terlalu tinggi, sehingga dosis pemberiannya perlu
dikurangi.
Pruritus berat. Hal ini disebabkan karena efek estrogen, sehingga
pemberian estrogen sebaiknya dihentikan dan hanya diberikan
progesterone saja.
49
2. Risiko Kanker Payudara
50
HRT. Jumlah ini meningkat 1 kasus tambahan pada 1000 wanita
yang menggunakan HRT estrogen saja dan 4 kasus tambahan pada
1000 wanita yang menggunaan HRT kombinasi selama 5
tahun.Tromboembolisme vena terjadi setelah 5 tahun pada 20 dari
1000 wanita berumur 60-69 tahun yang tidak menggunakan HRT.
JumLah kasus ini meningkat 4 kasus tambahan pada 1000 wanita
yang menggunakan HRT estrogen saja dan 9 kasus tambahan pada
1000 wanita yang menggunaan HRT kombinasi selama 5 tahun.
Tidak diketahui jika tibolon dapat meningkatkan risiko terjadinya
tromboembolisme vena.Pemberian HRT pada wanita yang
mempunyai faktor predisposisi (seperti riwayat keluarga yang
mempunyai trombosis vena dalam atau embol paru, pembesaran
pembuluh darah vena yang parah, obesitas, trauma, atau bed rest
yang lama) sebaiknya dipertimbangkan secara cermat, karena pada
beberapa kasus risiko pemberian obat mungkin lebih besar daripada
manfaatnya.
4. Risiko Lain
HRT kombinasi atau HRT estrogen saja dapat sedikit
meningkatkan resiko terjadinya stroke. Diperkirakan bahwa 3 dari
1000 wanita berumur 50-59 tahun yang tidak menggunakan HRT
akan menderita stroke setelah 5 tahun. Jumlah ini meningkat 2 kasus
tambahan pada 1000 wanita yang menggunakan HRT estrogen saja
dan 1 kasus lebih besar pada 1000 wanita yang menggunaan HRT
kombinasi selama 5 tahun. Stroke akan terjadi pada 26 dari 1000
wanita berumur 60-69 tahun yang tidak menggunakan HRT setelah 5
tahun. Jumlah ini meningkat 4 kasus tambahan pada 1000 wanita
yang menggunakan HRT estrogen saja dan 1 kasus tambahan pada
1000 wanita yang menggunaan HRT kombinasi selama 5 tahun.
HRT tidak dapat mencegah penyakit jantung koroner, dan tidak
boleh diresepkan untuk keadaan tersebut.HRT dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner pada tahun pertama.
51
BAB III
KASUS
3.1 Kasus 1
1. Deskripsi Kasus
Riwayat penyakit lalu: Nyeri punggung bawah kronis yang parah, yang
membuatnya sulit untuk berdiri atau duduk tegak dalam waktu lama
52
Riwayat pengobatan sekarang:
B. Objektif
Fungsi ginjal dan hati yang normal
Pemeriksaan Laboratorium dengan dual x-ray absorptiometry
53
Rendah FRAX untuk fraktur panggul <1%
Diagnosis: Osteoporosis
C. Assesment
Tepat Indikasi
54
OA cyclooxygenase-2 (COX-2)
(Osteoarthritis), yang bertugas memproduksi
RA (Rheumatoid prostaglandin. Penurunan
Arthritis), dan AS kadar prostaglandin akan
(Ankylosing berdampak pada
Spondylititis) berkurangnya rasa nyeri dan
bengkak akibat peradangan.
Tepat obat
55
diabetes melitus tipe 2.
Tepat pasien
56
mL/menti/1,73 m2),
kehamilan, menyusui.
Tepat dosis
57
e sehari
58
necrotizing dan hemoragik yang fatal
dan tidak fatal, konstipasi, muntah,
sakit kepala, perburukan fungsi ginjal
termasuk gagal ginjal akut (kadang
memerlukan dialisis).
E. INTERAKSI OBAT-PENYAKIT
59
Pantoprazol ini merupakan golongan PPI, dimana berdasarkan
penelitian PPI berkaitan dengan risiko jatuh, patah tulang panggul
yang lebih banyak, diare, status fungsional yang lebih buruk,
komorbiditas yang lebih banyak.
Celecoxib merupakan golongan NSAID COX-2 selektif dimana pada
penelitian meta analisis mengatakan bahwa NSAIDs COX-2 selektif
dapat meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan
NSAIDs non-selektif. Dan berdasarkan mekanisme nya penggunaan
NSAIDs ini dapat berdampak pada timbulnya beberapa komplikasi
seperti hipertensi, edema, gangguan fungsi ginjal, dan pendarahan
gatrointestinal.
F. PLAN
Tujuan Terapi
1) Untuk meningkatkan BMD
2) Menghambat pengeroposan tulang
3) Mencegah atau menurunkan risiko fraktur
Sasaran Terapi
1) Meningkatkan massa tulang
2) Meningkatkan nilai BMD
Terapi Farmakologi
Lini pertama terapi untuk menangani osteoporosis yaitu bifosfonat
oral yang diminum sekali seminggu saat perut kosong pada pagi
hari dengan minimal 240 ml air untuk meningkatkan absorpsi;
pasien harus dalam posisi tegak dan tidak makan atau minum
selama minimal 30 menit setelah minum obat untuk mengurangi
efek samping seperti esofagitis dan masalah GERD lainnya. Tetapi
adanya kontraindikasi pada pasien yang menderita GERD,
sehingga pasien diberikan asam zoledronat intravena.
Bisphosphonate sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah fraktur dan
tidak dihentikan pada pasien fraktur osteopatik yang mendapat obat
60
kurang dari 5 tahun karena berpotensi memperlambat
penyembuhan. (Sumber: Jurnal CDK)
Menghentikan pantoprazole (golongan PPI), dan menggantinya
dengan antagonis h2 yaitu ranitidine. Karena PPI selama paling
tidak tujuh tahun berdampak pada peningkatan resiko patah tulang
yang berkaitan dengan osteoporosis. Dimana bersumber dari
sebuah studi di Canada dalam pembahasan tentang obat inhibitor
pompa proton (PPI) dan osteoporosis. Studi atau penelitian tersebut
menyajikan hubungan antara penggunaan obat-obatan PPI dalam
jangka panjang adanya fraktur yang berhubungan dengan
osteoporosis pada pergelangan tangan, pinggul, dan tulang
belakang. Dan dilihat dari cara kerja obat tersebut yaitu dengan
menghambat asam lambung, PPI dapat mempercepat kehilangan
mineral tulang.
Penggunaan pregabalin dihentikan karena pasien tidak mengalami
nyeri saraf karena diabetes, tetapi pasien mengalami osteoporosis.
Menghentikan celecoxib (golongan OAINS COX-2) dan
menggantinya dengan Paracetamol. Dikarenakan celecoxib dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi dan mempunyai efek samping
terhadap gastrointestinal. karena bisa untuk mengatasi nyeri dan
tidak ada efek samping terhadap hipertensi dan gastrointestinal.
Berdasarkan Evidance Based Medicine merekomendasikan bahwa
untuk mengatasi nyeri muskuloskeletal maka dapat digunakan
acetaminophen pada lini pertama. Dan paracetamol tidak ada efek
samping terhadap hipertensi dan gastrointestinal.
Berikan suplementasi vitamin D dan kalsium secara rutin untuk
mencegah risiko terjadinya fraktur. American geriatric
society menyarankan lansia >65 tahun diberikan suplementasi
vitamin D minimal 1000 IU/hari dan kalsium 1000-1200 mg/hari
sedangkan endocrine society, amerika serikat, menyarankan dosis
vitamin D yang lebih tinggi sebesar 1500-2000 IU.
Terapi Non-Farmakologi
61
1) Nutrisi
Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang cukup dan
pemeliharaan berat badan yang ideal.Diet kalsium penting untuk
memelihara densitas tulang. Nutrisi tersebut dapat berupa
vitamin3yang bisa didapatkan dari brokoli, kacang-kacangan, ikan teri,
ikan salmon, susu,kuning telur, hati dan sardine serta paparan sinar
matahari.
2) Olahraga
Olahraga seperti berjalan, jogging, dan menari dapat bermanfaat
dalam mencegah kerapuhan dan fraktur tulang. Hal tersebut dapat
memelihara kekuatantulang.Prinsip latihan fisik untuk kesehatan
tulang adalah latihan pembebanan, gerakan dinamis dan ritmis, serta
latihan daya tahan dalam bentuk aerobic low impact.Senam
osteoporosis untuk mencegah dan mengobati terjadinya pengeroposan
tulang.Daerah yang rawan osteoporosis adalah area tulang punggung,
pangkal paha dan pergelangan tangan.
Terapi Alternatif
Terapi alternatif untuk kasus osteoporosis ini adalah operasi tulang
belakang yang menggunakan teknik stabilisasi, antara lain:
1) Fusi tulang belakang
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengatur susunan tulang belakang,
kemudian menyatukan ruas tulang belakang yang sebenarnya terpisah,
untuk mencegah gerakan yang dapat menimbulkan penekanan pada
saraf tulang belakang. Fusi tulang belakang juga dapat dilakukan
setelah operasi dekompresi untuk mencegah penekanan kembali pada
saraf tulang belakang.
2) Vertebroplasti
62
Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan zat seperti semen ke
bagian yang mengalami patah tulang belakang. Penyuntikkan zat
seperti semen ini adalah untuk membuat tulang belakang lebih stabil
dan mengembalikan bentuk tulang belakang seperti semula.
3) Kifoplasti
Sama seperti vertebroplasti, kifoplasti juga dilakukan dengan
menyuntikkan semen ke bagian yang mengalami patah tulang
belakang. Namun sebelum disuntik semen, bagian yang mengalami
patah tulang belakang akan dilebarkan dengan balon khususagar semen
tidak meluber.
63
Mahal
64
dan perubahan gaya hidup efektif dalam memperlambat pengeroposan
tulang dan / atau membangun kembali massa tulang
3) Memeriksa keluhan pasien terkait efek samping dan efektifitas dari
penggunaan obat
Jawaban:
Asam zoledronat intravena, dikarenakan bifosfonat oral tidak dapat
digunakan oleh pasien karena adanya efek samping terhadap GI
sehingga digunakan asam zoledronat sebagai rekomendasi untuk
mengatasi osteoporosisnya dengan dosis 5 mg setiap 12 bulan.
Zolendronate juga menunjukkan efikasi yang baik dalam penurunan
insidens fraktur, sebesar 70% untuk fraktur vertebral, 25% untuk
fraktur non-vertebral (termasuk penurunan insidens fraktur pinggul
sebesar 40%).
3.2 Kasus 2
1. DESKRIPSI KASUS
65
Seorang wanita Kaukasia berusia 52 tahun dirujuk ke Anda oleh
seorang ahli bedah ortopedi.Dia menderita nyeri punggung dada akut yang
berhubungan dengan berguling di tempat tidur pada malam
sebelumnya.Foto rontgen yang diambil di kantornya menunjukkan fraktur
kompresi toraks akut 8 (T8). Antara usia 20 dan 26 dia menderita
tirotoksikosis; itu diobati dengan radioiodine; dia telah dipertahankan
dengan l-tiroksin. Menopause terjadi pada usia 49 tahun. Ibu dan nenek
dari pihak ibu menderita osteoporosis.Neneknya menderita infark miokard
dan pasien memiliki profil lipid risikotinggi.
Tingginya 68 inci (maksimum 70 inci), beratnya 118 pon, memiliki
tekanan darah 120/80 mm Hg dan denyut nadi reguler 94 per menit. Ada
kifosis punggung baru dan nyeri tekan saat palpasi di T8.Tiroid tidak
teraba.
66
kuda terkonjugasi, 0,625 mg dan medroksiprogesteron asetat, 2,5 mg
setiaphari.
Dia kembali dalam dua tahun. Kepadatan mineral tulang tetap
sama. Dia telah mengonsumsi estrogen selama satu tahun, tetapi
menghentikannya karena takut dapat menyebabkan karsinoma
payudara.Alendronate, 10 mg setiap hari, diresepkan.Dua tahun kemudian,
kepadatan mineral tulangnya meningkat 6%.Tetapi selama kunjungan
kantornya, dia menyebutkan mengembangkan nyeri esofagus terkait
dengan episode flu yang terbaring di tempattidur.
2. ANALISIS KASUS (SOAP)
a. Subjektif
1. Informasi umum
Jenis kelamin : wanita
Umur : 52 tahun
Tinggi pasien : 68 inci (maksimum 70 inci)
Berat pasien : 118 pon
67
- Estrogen terkonjugasi 0,625 mg
- Medroksiprogesteron asetat, 2,5 mg
- Alendronate 10 mg
b. Objektif
c. Assesment
- Tepat indikasi
Nama obat Indikasi Keterangan
l-tiroksin Hipotiroidisme Tepat indikasi
Kalsium sitrat Mencegah dan mengatasi Tepat indikasi
defisiensi kalsium
1,25 (OH) 2 Vitamin Mengatasi dan mencegah Tepat indikasi
D3 (calcitriol) kekurangan kalsium dan
penyakit tulang pada
penderita gangguan fungsi
ginjal dan kelenjar paratiroid
Estrogen terkonjugasi Mengatasi gejala vasomotor Tepat indikasi
yang berkaitan dengan
menopause, atrofi vulva dan
vagina yang berkaitan
dengan menopause,
hipogonadisme pada wanita,
terapi profilaksis
68
osteoporosis, terapi paliatif
pada kanker prostat,
perdarahan uterus abnormal,
primary ovarian failure, dan
terapi paliatif pada kanker
payudara
Medroksiprogesteron Kontrasepsi, terapi hormon Tepat indikasi
asetat pascamenopause dan terapi
osteoporosis
Alendronate Pengobatan osteoporosis Tepat indikasi
pada wanita pascamenopause
- Tepat obat
Nama obat Alasan pemilihan obat Keterangan
l-tiroksin Untuk mengobati Tepat obat
hipotiroidisme
Kalsium sitrat Untuk memenuhi kebutuhan Tepat obat
kalsium
1,25 (OH) 2 Vitamin Untuk mengatasi dan Tepat obat
D3 (calcitriol) mencegah kekurangan
kalsium
Estrogen terkonjugasi Untuk terapi hormon Tepat obat
pascamenopause dan terapi
osteoporosis
- Tepat pasien
69
Nama obat Kontraindikasi Keterangan
l-tiroksin Pasien dengan insufisiensi Tepat pasien
adrenal yang tidak terkoreksi.
Kalsium sitrat Hipersensitif (reaksi Tepat pasien
berlebihan atau sangat
sensitif) terhadap kandungan
dalam obat tersebut.
1,25 (OH) 2 Vitamin Pasien dengan hiperkalsemia Tepat pasien
D3 (calcitriol) (tingginya kadar kalsium
dalam darah) atau bukti
toksisitas (keracunan)
vitamin D, Hipersensitivitas
(reaksi alergi) terhadap
penggunaan obat ini
sebelumnya dan Calcitrol
tidak direkomendasikan pada
wanita hamil karena
merupakan obat golongan C
yang mana tidak aman bagi
kehamilan.
Estrogen terkonjugasi hipersensitivitas terhadap Tepat pasien
obat tersebut dan dicurigai
memiliki riwayat kanker
payudara, ataupun penyakit
pada kardiovaskular
Medroksiprogesteron Gangguan tromboemboli Tepat pasien
asetat vena aktif, riwayat penyakit
arteri dan kardiovaskular
(infark miokard, kejadian
serebrovaskular, penyakit
jantung iskemi), diabetes
melitus, riwayat penyakit hati
berat, riwayat tumor hati
(jinak atau ganas), riwayat
70
kanker yang dipengaruhi
hormon kelamin, perdarahan
vagina yang tidak
terdiagnosis, hipersensitif,
kehamilan atau diduga hamil,
menyusui, anak perempuan
yang belum menstruasi,
penggunaan kontrasepsi yang
mengandung hormon.
Alendronate Abnormalitas esophagus Tepat pasien
yang dapat memperlambat
pengosongan esophagus
seperti stricture atau
achalasia; tidak mampu
berdiri atau duduk untuk
sekurang-kurangnya 30
menit; hipersensitivitas
terhadap alendronate Na atau
komponen obat lainnya.;
hipokalsemia; pasien dengan
peningkatan resiko aspirasi
tidak diberikan alendronat
dalam bentuk larutan buffer.
- Tepat dosis
Nama obat Dosis yang Dosis Keterangan
diberikan pemeliharaan
l-tiroksin
Kalsium sitrat
1,25 (OH) 2 Vitamin 0,25 mcg/hari 250 Tepat dosis
D3 (calcitriol) nanogram/hari
(0,25 mcg )
(PIONAS)
Estrogen terkonjugasi 0,625 mg 0,625 mg/hari Tepat dosis
71
(PIONAS)
Medroksiprogesteron 2,5 mg 2,5-10 mg/hari Tepat dosis
asetat (PIONAS)
Alendronate 10 mg 5-10 mg/ hari Tepat dosis
(Jurnal CDK)
72
hipertensi, depresi, ikterus
kolestatik, edema, sakit kepala,
mual dan muntah, rasa tidak
nyaman pada payudara,
peningkatan atau penurunan
berat badan, alopecia,
ginekomastia, dan impotensi.
Penggunaan jangka lama
estrogen terkonjugasi
dinyatakan berpotensi fatal,
yaitu berisiko menyebabkan
kanker endometrium
Medroksiprogesteron Peningkatan berat badan, WESO
asetat perubahan perasaan dan
depresi, sulit tidur, kegugupan,
hilangnya gairah seksual, sakit
kepala atau migren, mual,
nyeri perut, flatulen, perut
kembung, muntah, jerawat,
kebotakan, nyeri punggung,
nyeri payudara, kista ovarium,
rasa terbakar, perdarahan
uterin/vaginal termasuk bercak,
lemah (kondisi astenik) atau
cepat marah
Alendronate kejadian gastrointestinal WESO
bagian atas (nyeri perut,
dyspepsia, ulkus esophagus,
disfagia dan abdominal
distention); ruam dan eritema;
nyeri muskuloskeletal,
konstipasi, diare, dlatulensi dan
sakit kepala; mual,muntah,
73
keram otot. Efek samping yang
dilaporkan pada penggunaan
pasca pemasaran: reaksi
hipersensitivitas (termasuk
urticaria dan angioedema);
mual dan muntah,
esofagitis,erosiesophageal,
ulkus esophagus, esophageal
stricture atau perforasi, dan
ulkus orofaringeal, ulkus
duodenum dan gaster (jarang,
beberapa kasus berat dan
dengan komplikasi); rash;
uveitis dan scleritis (jarang).
d. Plan
Tujuan terapi
- Untuk meningkatkan BMD
- Menghambat pengeroposan tulang
- Mencegah atau menurunkan risiko fraktur
Terapi farmakologi
- Terapi hipertiroidisme : l-titoksin
- Terapi untuk mengatasi defisiensi kalsium : kalsium sitrat dan 1,25
(OH) 2 Vitamin D3 (calcitriol)0,25 mcg/hari
- Terapi hormon pascamenopause :estrogen terkonjugasi0,625 mg
danMedroksiprogesteron asetat2,5 mg
- Terapi untuk osteoporosis : alendronate 10 mg
Terapi non farmakologi
- Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur
untuk memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi sistem
neuromuskular serta kebugaran, sehingga dapat mencegah risiko
terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan
30-60 menit/hari, bersepeda maupun berenang.
74
- Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari, baik melalui makanan
sehari-hari maupun suplementasi,
- Hindari merokok dan minum alkohol.
- Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap defisiensi testosteron
pada laki-laki dan menopause awal pada wanita.
- Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat
menimbulkan osteoporosis
- Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada penderita yang
sudah pasti osteoporosis
- Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh,
misalnya lantai yang licin, obat-obat sedatif dan obat anti
hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi ortistatik.
- Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orang-orang yang
kurang terpajan sinar matahari atau pada penderita dengan
fotosensitifitas, misalnya SLE. Bila diduga ada defisiensi vitamin
D, maka kadar 25(OH)D serum harus diperiksa. Bila 25(OH)D
serum menurun, maka suplementasi vitamin D 400 IU/hari atau
800 lU/hari pada orang tua harus diberikan. pada penderita dengan
gagal ginjal, suplementasi 1,25(OH).D harus dipertimbangkan.
- Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan
membatasi asupan Natrium sampai 3 gram/hari untuk
meningkatkan reabsorpsi kalsium ditubulus ginjal. Bila ekskresi
kalsium urin > 300 mg/hari, berikan diuretik tiazid dosis rendah
(HCT 25 mg/hari).
- Pada penderita yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan
jangka panjang, usahakan pemberian glukokortikoid pada dosis
serendah mungkin dan sesingkat mungkin
Terapi alternatif
- Akupunktur
Akupunktur adalah terapi yang digunakan dalam pengobatan
tradisional Tiongkok. Pengobatan ini berbentuk penempatan dan
75
penusukan jarum-jarum di titik-titik strategis pada tubuh.
Akupunktur sering dikombinasikan dengan terapi herbal.
3. PEMILIHAN OBAT RASIONAL
1. L-tyroksine merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
hipotiroidisme. Dosis awal tidak lebih dari 100 mcg sehari, lebih
baik sebelum makan pagi, atau 25–50mcg pada pasien lanjut usia
atau pasien dengan penyakit jantung, ditingkatkan dengan 25–50
mcg dengan interval paling cepat tiap 4 minggu. Dosis
pemeliharaan untuk mengobati hipotiroid umumnya 100–200 mcg
sehari yang dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
2. Calsitriol dan kalsium sitrat untuk mencegah kekurangan kalsium
3. Estrogen terkonjugasi merupakan terapi sulih hormone sebagai
pengganti hormone esterogen dengan dosis pemeliharaan 0,625
mg/hari
4. Medroksiprogesteron asetat merupakan terapi sulih hormone
sebagai pengganti hormone progesterone dengan dosis
pemeliharaan 5-10 mg / hari.
5. Alendronate untuk pengobatan osteoporosis pada wanita
pascamenopause. dengan dosis pemeliharaan 10 mg/ hari.
4. EVALUASI OBAT TERPILIH (AMAN, EFEKTIF, EKONOMIS)
No Nama Obat Aman Efektif Harga
1 l-tiroksin Aman Efektif Terjangkau
2 Kalsium sitrat Aman Efektif Mahal
(> Rp.100.000)
3 1,25 (OH)2 Vitamin Aman Efektif Mahal
D3 (Calcitriol) (> Rp.100.000)
4 Estrogen terkonjugasi Aman Efektif Mahal
(> Rp.100.000)
5 Medroksiprogesteron Aman Efektif Mahal
asetat (> Rp.100.000)
6 Alendronat Aman Efektif Mahal
(setelah 2 (> Rp.100.000)
tahun,
kepadatan
76
tulang
meningkat
6%)
7. JAWABAN PERTANYAAN
1. Sebutkan beberapa faktor risiko utama osteoporosis pada pasien ini.
Jawaban
Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras (kaukasia)
77
2. Apa alasan l-tiroksin berkurang pada pasien ini?
Jawaban
L-tiroksin digunakan untuk pengobatan hipotiroid dengan tujuan untuk
meningkatkan kadar hormon tiroid. Jika kadar hormon tiroid terlalu
tinggi atau hipertiroid maka dapat terjadi remodeling tulang,
menurunnya densitas tulang, osteoporosis dan meningkatnya kejadian
fraktur
3. Apa signifikansi dari ekskresi kalsium urin rendah dan bagaimana
terapi dengan 1,25 (OH) 2 vitamin D3 memperbaiki masalah ini?
Jawaban
Hal tersebutmenunjukkan bahwa kalsium tidak diserap dengan baik,
yang kemungkinan penyebabnya adalah asupan kalsium yang
rendah.Dengan terapi vitamin D dapat meningkatkan penyerapan
kalsium gastrointestinal.
4. Apa saja alasan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita ini?
Apakah terapi dengan estrogen dan progesteron cukup?
Jawaban
Karena pasien sudah menopause sehingga dibutuhkan terapi sulih
hormone serta untuk mengurangi risiko kejadian kardiovaskular.
Terapi estrogen dan progesterom belum cukup karena kepadatan
mineral tulang pasien masih sama, sehingga ditambahkan Alendronate
yang setelah 2 tahun, kepadatan tulang meningkat 6 %
5. Apakah kekhawatiran pasien tentang karsinoma payudara valid?
Jawaban
Iya, karena Estrogen dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Peningkatan risiko kanker payudara invasif diamati diwanita
pascamenopause menggunakan estrogen kuda terkonjugasi (CEE)
dalam kombinasi dengan medroxyprogesterone acetate (MPA)
78
6. Diskusikan manfaat dan efek samping alendronate yang digunakan
untuk mengobati osteoporosis pada pasien ini. Jika dia mengalami
masalah pengosongan esofagus, apakah Anda akan menggunakannya?
Jawaban
Alendronate berfungsi untuk merawat kesehatan tulang dan mencegah
serta mengatasi penyakit osteoporosis
Tidak karena salah satu efek samping dari obat alendronate ini adalah
memperlambat pengosongan esofagus
3.3 Kasus 3
3. Deskripsi Kasus
79
• Keluhan pasien
- Tekanan darahnya 110 / 55mmHg
- Berat badannya meningkat 13kg sejak mulai, membuat BMI-nya hampir
30
- Pasien menggunakan injeksi depo medroxyprogesterone acetate, yang
menyebabkan banyak pendarahan tidak teratur.
• Riwayat pengobatan terdahulu
Injeksi depo medroxyprogesterone acetate
• Riwayat pengobatan sekarang
Microgynon (levonorgestrel 150μg)
B. Objektif
- BB (Berat Badan): Meningkat 13kg sejak mulai, membuat BMI-
nya hampir 30.
- TD (Tekanan darah): 110 / 55mmHg
C. Assesment
1. Tepat Indikasi
80
terbuahi, maka
Levonorgestrel
mampu mencegah
menempelnya telur
pada rahim dengan
cara mengubah
lapisan organ
tersebut.
2. Tepat Obat
Injeksi Depo Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga Tepat obat
Medroxyprogesteron menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
e Acetate selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat
transportasi gamet oleh tuba, gangguan haid
3. Tepat Pasien
Injeksi Depo Pendarahan dari vagina persisten dan berulang yang belum Tidak tepat pasien
Medroxyprogesterone terdiagnosis, keganasan payudara yang diketahui atau diduga
Acetate tromboflebitis aktif, riwayat tromboflebitis, atau penyakit
vaskular serebral, gangguan atau penyakit hepar yang
signifikan seperti sirosis berat, hepatoselular karsinoma atau
tumor hepar maligna lainnya, adanya hipersensitivitas
terhadap medroxyprogesterone acetate
81
Microgynon Wanita yang sedang hamil dan menyusui, perempuan yang Tepat pasien
memiliki riwayat penyakit hati, hepatitis, batu empedu, dan
porfiria, perempuan yang memiliki riwayat penyakit
tromboemboli, migren berat, dan berisiko tinggi menderita
penyakit arterial
4. Tepat Dosis
Injeksi Depo Perubahan pada siklus menstruasi (35%) : Perubahan yang WESO
Medroxyprogesterone terjadi bervariasi dari amenorea, flek atau spotting yang
Acetate tidak reguler, durasi menstruasi yang berkepanjangan dan
pendarahan yang berat.
82
Reaksi pada lokasi penyuntikkan (6%) : Terutama yang
dilaporkan adalah nyeri pada lokasi penyuntikkan. Pada
1% wanita mengalami perubahan kulit yang persisten,
seperti atrofi atau indurasi
Pusing
Sakit kepala
Kram perut
Nyeri payudara
P2 (Keamanan perawatan)
Terjadinya perdarahan yang tidak teratur yang dialami pasien, sehingga
pemakaian dari injeksi depo medroxyprogesteron acetate dihentinkan dan
diganti dengan mikroginin (levonogestrol)
P2 (Keamanan perawatan)
Timbulnya efek samping berupa kenaikan berat badan pasien saat
pemakaian injeksi depo medroxyprogesteron acetate. Sehingga digantikan
dengan mikroginon (levonogestral).
83
D. Plan
Terapi Farmakologi
Pemakaian injeksi Depo Medroxyprogesterone Acetate dihentikan karena
alasan keamanan pasien, dan digantikan dengan
Mycroginon(levonorgestrel) dengan dosis 1 tablet sehari dimulai dari hari
pertama menstruasi.
Terapi Non Farmakologi
- Mengurangi stress
- Mengubah pola makan sehat
- Olahraga teratur
84
• Pemantauan tekanan darah pasien
• Pemantauan berat badan pasien dengan cara :
- Mengatur pola makan
- Melakukan aktivitas fisik
3.4 Kasus 4
3. Deskripsi Kasus
85
Agnetha Perry berusia 36 tahun dan telah mengonsumsi Ovranette
(ethinylestradiol 30 μg dan levonorgestrel 150 μg; Pfizer) selama enam bulan.Dia
tidak memiliki riwayat penyakit jantung pribadi atau keluarga atau tromboemboli
vena (VTE).Dia berhenti merokok lebih dari setahun yang lalu, tetapi baru-baru
ini mulai merokok lagi karena stres di tempat kerja.Dia sekarang merokok 20
batang sehari. Dia mengeluhkan sakit kepala yang parah bahkan ia sempat
mengambil cuti ditempat kerjanya. Dia tidak tahu apa penyebab sakit kepalanya.
Dia mengunjungi perawat praktik di operasi GP-nya untuk mendapatkan resep
ulang. Tekanan darahnya saat check-up yaitu 120/67 mmHg dan indeks massa
tubuh (BMI) 27.
A. Subjektif
B. Objektif
Pemeriksaan fisik
Tekanan darah: 120/67 mmHg (normal; dewasa 19-40 tahun: 95-135/60-80
mmHg).
Nilai BMI: 27 (pre-obesitas; berdasarkan WHO).
C. Assessment
86
L. Ny. Agnetha sudah pernah berhenti merokok namun sekarang merokok lagi
karena stress bahkan menghabiskan rokok sampai 20 batang dalam sehari.
Selain itu, Ny. Agnetha mengalami sakit kepala yang parah dan tidak yakin
apa peyebabnya
M. Ny. Agnetha Perry telah mengkonsumsi Ovranette (ethinylestradiol 30
mikrogram dan levorgestrel 150 mikrogram, Pfizer) selama 6 bulan.
Ovranette adalah kontrasepsi oral kombinasi (KOK). Sementara, kontrasepsi
oral kombinasi merupakan kontraindikasi pada pasien migrain dan perokok
berusia di atas 35 tahun. Sehingga Ovranette (Kombinasi oral kombinasi)
seharusnya dihentikan penggunaannya mengingat keamanannya yang dapat
menimbulkan risiko penyakit lain seperti kardiovaskular dan lainnya.
D. Plan
Tujuan kontrasepsi
Syarat kontrasepsi
87
Data WHO menyebutkan bahwa wanita yang menggunakan pil KB
kombinasidan merokok mengalami peningkatan risiko penyakit jantung,
terutama infark miokard.Risiko ini semakin bertambah bergantung dari jumlah
rokok yang dikonsumsi setiap harinya.
Terapi Alternatif
Penggunaan IUD non-hormonal, berdasarkan pedoman klinis yang
dikeluarkan oleh CDC tahun 2016, penggunaan IUD juga aman digunakan
untuk wanita dengan gangguan metabolik yaitu obesitas (pada kasus ini
pasien overweight)dan juga aman untuk wanita yang merokok, depresi,
riwayat kanker payudara (menggunakan IUD yang non hormonal)
I. Tepat Indikasi
88
Ovranette Digunakan untuk Tepat Obat
kontrasepsi
89
kehamilan
90
8. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Jawaban :Tidak perlu dilanjutkan, karena Ovranette merupakan KOK yang tidak
aman pada perempuan dengan kebiasaan merokok dan migrain. (Maryono,
2009).Terlebih pada kasus ini pasien merokok 20 batang sehari.Jadi penggunaan
Ovranette harus di hentikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan “porous”
yang berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis disebut juga
pengeroposantulang. Osteoporosismerupakansatupenyakitskeletal sistemik yang
ditandai oleh menurunnya massa tulang. Oleh karena berkurangnya matriks
dan mineral tulang disertaidengankerusakanmikroarsitekturdarijaringan
tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi
kecendrungan tulang mudah fraktur.
91
Prevalensi osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih tinggi dibanding
padapria. Selain itu berdasarkan data Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun 2006
menunjukkan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3% dan prevalensi osteopenia
sebesar 41,7%, berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiko osteoporosis
Terdapat beragam terapi yang dapat diberikan pada penderita osteoporosis.
Pemilihan terapi hendaknya disesuaikan dengan kondisi pasien dan kepatuhan
terapi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu
dikelompokkan menurut pemakainya, metodenya, serta tujuan pemakaiannya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah tidak
memiliki efek samping yang merugikan, lama kerja dapat diatur menurut
keinginan, tidak mengganggu persetubuhan, harganya murah supaya dapat
dijangkau masyarakat luas, dapat diterima pasangan suami istri, tidak memerlukan
bantuan medik atau kontrol yang terlambat selama penatalaksanaan. faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi yaitu : Faktor
pasangan, faktor kesehatan, faktor metode kontrasepsi.
Menopause adalah masa pada kehidupan seorang perempuan ketika
kemampuan reproduksinya berhenti. Adapun jenis-jenis menopause yaitu : . Pra
menopause, Menopause Dini, Menopause Normal, Menopause Lambat.
92
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim, 2018.Terapi Sulih Hormon Tingkatakan Risiko Kanker Rahim.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
93
Depkes R.I. 2015. Data dan kondisi penyakit osteoporosis diIndonesia.
Pencegahan dan pengobatan.Infodatin.Jakarta
JohnellO,KanisJA.Anestimateoftheworldwideprevalenceanddisabilityassociatedw
ithosteoporoticfractures.OsteoporosInt.2006;17:1726.
94
Limbong, E.A., dan Syahrul, Fariani. 2015. Rasio Risiko Osteoporosis Menurut
Indeks Massa Tubuh, Paritas, dan Konsumsi Kafein. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 3, No. 2 Mei 2015: 194–204.
Vielma, Jose Ramon, David Picon, Luis Vicente Gutierrez dan Nelva Deyana Lar
a. 2018. Pathophysiology of osteoporosis: genes, oxidative stress and imm
unopathogeny. A qualitative systematic review. Avances en Biomedicina,
Vol. 7, No. 2, 2018
95
WHO.Assesssment of fracture risk and its application to Screening for
postmenopausal osteoporosis.Geneva:WorldHealthorganization; 1994.
Technical Report Series843
Wulandari, Rr. Catur Leny. 2015. Terapi Sulih Hormon Alami untuk Menopause.
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5 No. 10 (54-66)
96