Anda di halaman 1dari 5

Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik tahun 2010

Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk


menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia
internasional. Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era
globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah bagi produk
kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara lain
baik di pasar dalam negeri maupu internasional.

Adapun tujuan dari CPKB adalah,


Secara Umum:
Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari
penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan
keamanan.
Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik Indonesia
dalam era pasar bebas.
Secara Khusus :
Dengan dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri
Kosmetik sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri Kosmetik.
Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri Kosmetik
CPKB memuat aspek-aspek pokok sebagai berikut:
1.
Sistem Manajemen Mutu (read more)
2.
Ketentuan Umum (read more)
3.
Personalia (read more)
4.
Bangunan dan Fasilitas (read more)
5.
Peralatan (read more)
6.
Sanitasi dan Higiene (read more)
7.
Produksi (read more)
8.
Pengawasan Mutu (read more)
9.
Dokumentasi (read more)
10.
Audit Internal (read more)
11.
Penyimpanan (read more)
12.
Kontrak Produksi dan Pengujian (read more)
13.
Penangan Keluhan dan Penarikan Produk (read more)

SISTEM MANAJEMEN MUTU (CPKB)


Sistem Manajemen Mutu, Prinsipnya adalah Industri kosmetik harus membuat produk
sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuanp enggunaanya, memenuhi persyaratan dan
tidak menimbulkan resko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini
melalui suatu Kebijakan Mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua
jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan. Untuk mencapai tujuan
konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang di desain secara
manyeluruh dan deterapkan secara benar.

Unsur dasar sistem manajemen mutu adalah :

Dijabarkannya struktur organisasi, tugas dan fungsi, tanggungjawab, prosedurprosedur, instruksi-instruksi, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen
mutu.
Sistem mutu harus dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan,
sifat
dasar produk-produknya, dan hendaknya diperhatikan elemen-elemen penting
yang ditetapkan dalam pedoman ini.
Pelaksanaan sistem mutu harus menjamin bahwa apabila diperlukan, dilakukan
pengambilan contoh bahan awal, produk antara dan produk jadi, serta dilakukan
pengujian terhadapnya untuk menentukan diluluskan atau ditolak, yang didasarkan
atas hasil uji dan kenyataan-kenyataan yang dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
Contoh struktur organisasi industri kosmetik

Struktur Organisasi

PERSONALIA (CPKB)

PRINSIP
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan kosmetik yang benar. Oleh sebab itu industri kosmetik bertanggung jawab
untuk menyediakan personel berkualitas dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing masing . Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPKB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Persyaratan umum personalia:


Semua personil harus memenuhi persyaratan kesehatan, baik fisik maupun mental, serta
mengenakan pakaian kerja yang bersih.

Personil yang bekerja di area produksi hendaklah tidak berpenyakit kulit, penyakit menular
atau memiliki luka terbuka, memakai pakaian kerja, penutup rambut dan alas kaki yang sesuai dan
memakai sarung tangan serta masker apabila diperlukan.

Personil harus tersedia dalam jumlah yang memadai, mempunyai pengalaman praktis sesuai
dengan prosedur, proses dan peralatan.

Personil di Bagian Pengolahan, Produksi dan Pengawasan Mutu setidak-tidaknya berpendidikan


minimal setara dengan Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Semua personil harus memahami prinsip Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB),
mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakannya melalui pelatihan berkala dan
berkelanjutan.

I. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab

1.
Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu hendaklah
dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggungjawab satu sama lain. (contoh
struktur organisasi bisa di sini)
2.
Kepala Bagian Produksi dapat dijabat oleh seorang Apoteker, Sarjana Farmasi, Sarjana Kimia
atau tenaga lain yang memperoleh pendidikan khusus di bidang produksi kosmetik dan mempunyai
pengalaman dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan melaksanakan tugas
sebagai
profesional.
Kepala Bagian Produksi hendaklah independen, memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk
mengelola produksi kosmetik mencakup tugas operasional produksi, peralatan, personil, area produksi
dan dokumentasi.
3.
Kepala Bagian Pengawasan Mutu dapat dijabat oleh seorang Apoteker, Sarjana Farmasi, Sarjana
Kimia atau tenaga lain yang memperoleh pendidikan khusus di bidang pengawasan mutu produk
kosmetik.
Kepala Bagian Pengawasan Mutu hendaklah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh dalam
semua aspek pengawasan mutu seperti penyusunan, verifi kasi dan penerapan prosedur pengawasan
mutu dan mempunyai wewenang (bila diperlukan) menunjuk personil untuk memeriksa, meloloskan dan
menolak bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang dibuat sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui.
4.
Uraian tugas yang mencakup tanggung jawab dan wewenang setiap personil inti (Key
Personil) seperti Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Teknik dan
Kepala Bagian Personalia hendaknya dirinci dan didefi nisikan secara jelas.
5.
Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan
supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.

II. Pelatihan

1.
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus dilatih dalam
pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus
harus diberikan untuk melatih personil yang bekerja dengan material berbahaya.
2.
Program pelatihan diberikan secara berkesinambungan paling sedikit sekali dalam setahun
untuk menjamin agar personil terbiasa dengan persyaratan CPKB yang berkaitan dengan tugasnya.
Pelatihan hendaklah dilakukan menurut program tertulis yang telah disetujui oleh Kepala Bagian
Produksi dan atau Kepala Bagian Pengawasan Mutu atau Bagian lain yang terkait. Pelatihan CPKB dapat
diberikan oleh atasan yang bersangkutan, tenaga ahli atau oleh pelatih dari luar perusahaan. Materi
pelatihan dapat berupa pengenalan CPKB secara umum untuk semua personil di pabrik dan materi
khusus untuk bagian tertentu, misalnya Bagian Produksi atau Pengawasan Mutu.
3.

Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus dievaluasi secara periodik.

Anda mungkin juga menyukai