PENDAHULUAN
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa
dianggap sebelah mata lagi. Jika disadari bahwa wanita membutuhkan kosmetik.
Lotion untuk kulit, foundation, sabun, deodorant, eyeliner, merupakan salah satu
dari sekian banyak kategori kosmetik. Dan sekarang semakin terasa bahwa
kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan
keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen,
menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi
yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga
kepraktisan didalamnya.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa produk kosmetik
2. Untuk mengetahui cara produksikosmetik yang baik.
3. Untuk mengetahui alur proses produksi kosmetik
1.3. Rumusan Masalah
1. Apasaja produk kosmetik?
2. Bagaiman cara produksi kosmetik yang baik?
3. Bagaimana alur produksi kosmetik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Pelatihan
o Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih
personil yang bekerja dengan material berbahaya.
o Pelatihan CPKB harus dilakukan secara berkelanjutan.
o Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus dievaluasi
secara periodik.
2.3.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,
dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan
peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan
dan perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan
risiko campur baur.
Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus
terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.
Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :
- Penerimaan material;
- Pengambilan contoh material;
- Penyimpanan barang datang dan karantina;
- Gudang bahan awal.
- Penimbangan dan penyerahan;
- Pengolahan;
- Penyimpanan produk ruahan;
- Pengemasan;.
- Karantina sebelum produk dinyatakan lulus.
- Gudang produk jadi;
- Tempat bongkar muat;
- Laboratorium;
- Tempat pencucian peralatan.
Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta
mudah dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai
dan dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik.
Saluran terbuka harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah
dibersihkan dan disanitasi.
Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa
salurannya hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.
Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area
produksi harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
ceruk yang sukar dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area
pengolahan.
Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan
penerangan yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan
kering, bersih dan rapi.
Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara
kelompok material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan
terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah
terbakar dan bahan yang mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan
yang ditolak atau ditarik serta produk kembalian.
Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu
dan kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya.
Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah ditata
sedemikian rupa sehingga masing-masing tabet yang berbeda, demikian
pula bahan cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya
campur baur
2.3.4. Peralatan
1. Peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi
kosmetika hendaknya sesuai dengan jenis produksi.
2. Permukaan yang berhubungan dengan bahan maupun produk kosmetika
hendaknya tidak bereaksi, tidak mengadsorbsi dan tidak melepaskan
serpihan.
3. Peralatan hendaknya mudah dibersihkan dan disanitasi.
4. Peralatan hendaknya ditata dan dipasang, sedemikian rupa agar
memudahkan proses produksi dan perawatannya.
5. Peralatan bebas dari unsur atau serpihan logam, minyak pelumas, dan
bahan bakar sehingga tidak mencemari hasil produksi.
6. Peralatan setelah digunakan harus dibersihkan dan disimpan dalam
kondisi yang bersih.
7. Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya tertulis secara rinci dan
jelas diletakkan pada tempat yana mudah dilihat.
8. Peralatan yang digunakan untuk produksi kosmetika hendaknya tidak
digunakan untuk kegiatan lain.
9. Alat timbang, pengukur, penguji dan pencatat harus ditera atau
dikaliberasisecara berkala.
10. Peralatan dan perlengkapan laboratorium disesuaikan dengan
persyaratanpengujian setiap bentuk sediaan kosmetika dan prosedur
pengujiannya.
11. Peralatan produksi dan laboratorium hendaknya dirawat secara teratur
agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran
yang dapat merubah identitas, mutu dan kemurnian produk.
b. Bangunan
o Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang
terpisah dari area produksi.
o Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti
pakaian dan menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik
karyawan.
o Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah
untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar
area produksi
o Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh
mengkontaminasi peralatan, bahan baku / pengemas, bahan yang masih
dalam proses dan produk jadi.
c. Peralatan Dan Perlengkapan
Peralatan / perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedapat
mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.
Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin hendaknya diikuti
dengan konsisten.
2.3.6. Produksi
a. Bahan Awal
Air
- Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan
penting. Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya
harus dapat memasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air
hendaknya disanitasi sesuai Prosedur Tetap.
- Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas
air minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi dan
mikrobiologi harus dipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis
dan setiap ada kelainan harus segera ditindak lanjuti dengan tindakan
koreksi.
- Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau
filtrasi tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan
maupun pendistribusian harus dipelihara dengan baik.
- Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar
dari stagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.
b. Verifikasi Material (Bahan)
- Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)
hendaklah diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai
dengan produk jadinya.
- Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai
pemenuhannya terhadap spesifikasi yang ditetapkan, dan harus
dinyatakan lulus sebelum digunakan.
- Bahan awal harus diberi label yang jelas.
- Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap
kemungkinan terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.
c. Pencatatan Bahan
- Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai
nama bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan,
tanggal penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah.
- Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan
diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.
d. Material Ditolak (Reject)
- Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai,
dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.
e. Sistem Pemberian Nomor Bets
- Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah
diberi nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat
memungkinkan penelusuran kembali riwayat produk.
- Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang
untuk produk yang sama untuk menghindari kebingungan /
kekacauan.
- Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah
dan bungkus luar.
- Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.
f. Penimbangan dan Pengukuran
- Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi.
- Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat dan
dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.
g. Prosedur dan Pengolahan
- Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
- Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap
tertulis.
- Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus
dilaksanakan dan dicatat.
- Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh
Bagian Pengawasan Mutu.
- Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan
terjadinya kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.
- Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan
pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan
suhu, tekanan, waktu dan kelembaban.
- Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
h. Produk Kering
- Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus
dan bila perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem
hampa udara sentral atau cara lain yang sesuai.
i. Produk Basah
- Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi demikian rupa untuk
mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.
- Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat
dianjurkan.
- Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk
ruahan harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah di
bersihkan.
j. Produk Aerosol
- Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat
alami dari bentuk sediaan ini.
- Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat menjamin
terhindarnya ledakan atau kebakaran.
k. Pelabelan dan Pengemasan
- Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan
harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari
kegiatan pengemasan sebelumnya harus dipindahkan.
- Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus diambil
contoh secara acak dan diperiksa.
- Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas untuk
mencegah campur baur.
- Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan
dicatat. Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih
lanjut sesuai dengan Prosedur Tetap.
l. Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi
Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah
dinyatakan lulus uji oleh bagian Pengawasan Mutu dimasukkan ke gudang
produk jadi. Selanjutnya produk dapat didistribusikan.
PROSES PRODUKSI
Metode analisis
Peralatan -validasi
-kalibrasi Material
-kualifikasi -spesifikasi
-verifikasi -Pemasok
-sanitasi -stabilitas
-pemeliharaan -penanganan
Proses Produksi
-validasi
Bangunan dan fasilitas
Personil -tata letak
-organisasi -HVAC
-Uraian tugas
-Kualifikasi
-kualifikasi
-Sanitasi
-Kesehatan
-pelatihan -pemeliharaan
Produk
2.3.7.Pengawasan Mutu
a. Pendahuluan
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi
jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan.
- Hendaknya diciptakan Sistem Pengawasan Mutu untuk menjamin bahwa
produk dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta
kondisi pembuatan yang tepat sesuai Prosedur Tetap.
- Pengawasan mutu meliputi:
Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap
bahan awal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets,
program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di
peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal
dan produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.
- Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan
diberi kewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang
diambil senantiasa sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
b. Pengolahan Ulang
- Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk
menjamin agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk.
- Pengujian tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil
pengolahan ulang.
c. Produk Kembalian
- Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di
tempat yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat
dipindah-pindah misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali.
- Semua produk kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu,
disamping evaluasi fisik sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali
- Produk kembalian yang tidak memenuhi syarat spesifikasi hendaklah
ditolak.
- Produk yang ditolak hendaklah dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap.
- Catatan produk kembalian hendaklah dipelihara.
2.3.8. Dokumentasi
a. Pendahuluan
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari
bahan awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas
yang dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan,
pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal spesifik lain yang terkait dengan
CPKB.
- Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang
sudah tidak berlaku.
- Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen
hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah
aslinya harus tetap terdokumentasi.
- Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat perintah.
- Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.
- Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dan pendistribusiannya dicatat.
- Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala,
dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-
pihak terkait untuk diamankan.
b. Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang
berwenang.
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas
Nama bahan.
Uraian (deskripsi) dari bahan.
Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits).
Gambar teknis, bila diperlukan.
Perhatian khusus, misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan,
bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi
Nama produk.
Uraian.
Sifat-sifat fisik.
Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya,
bila perlu.
Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan, bila perlu.
c. Dokumen Produksi
Dokumen Induk
Catatan Pembuatan Bets
Catatan Pengawasan Mutu
2.3.9. Audit Internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau
sebagian dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk
meningkatkan sistem mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau
auditor profesional atau tim internal yang dirancang oleh manajemen untuk
keperluan ini.
Pelaksanaan Audit Internal dapat diperluas sampai ke tingkatpemasok dan
kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat pada saat selesainya tiap kegiatan
Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
2.3.10. Penyimpanan
Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan
penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun
produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi, produk
yang dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau
ditarik dari peredaran.
- Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk
menjamin kondisi penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan
dirawat dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu
dan kelembaban) hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau
fungsinya.
- Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi
material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya
dirancang dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang datang
dapat dibersihkan apabila diperlukan sebelum disimpan.
- Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara
jelas.
- Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.
Penanganan dan Pengawasan Persediaan
a. Penerimaan Produk
- Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa
dandilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label
yang meliputi tipe barang dan jumlahnya.
- Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan
terjadinya kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan
Pertinggal untuk setiap penerimaan barang.
b. Pengawasan
- Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan
dan catatan pengeluaran produk.
- Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang
(FIFO). Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak
atau diganti.
2.3.11. Kontrak Produksi Dan Pengujian
Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas
dijabarkan, disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah
dalam penafsiran di kemudian hari, yang dapat berakibat tidak memuaskannya
mutu produk atau pekerjaan. Guna mencapai mutu-produk yang memenuhi
standard yang disepakati, hendaknya semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan
ditetapkan secara rinci pada dokumen kontrak. Hendaknya ada perjanjian tertulis
antara pihak yang memberi kontrak dan pihak penerima kontrak yang
menguraikan secara jelas tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak.
Dalam hal kontrak pengujian, keputusan akhir terhadap hasil pengujian
suatu produk, tetap merupakan tanggung jawab pemberi kontrak. Penerima
kontrak hanya bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengujian sampai
diperoleh hasil pengujian.
2.3.12. Penanganan Keluhan Dan Penarikan Produk
1. Penanganan Keluhan
a) Hendaknya ditentukan Personil yang bertanggungjawab untuk menangani
keluhan dan menentukan upaya pengatasannnya. Bila orang yang ditunjuk
berbeda dengan personil yang diberi kewenangan untuk menangani hal
tersebut, yang bersangkutan hendaknya diberi arahan untuk waspada
terhadap kasus-kasus keluhan, investigasi atau penarikan kembali (recall).
b) Harus ada prosedur tertulis yang menerangkan tindakan yang harus
diambil, termasuk perlunya tindakan penarikan kembali (recall), bila kasus
keluhan yang terjadi meliputi kerusakan produk.
c) Keluhan mengenai kerusakan produk hendaknya dicatat secara rinci dan
diselidiki.
d) Bila kerusakan produk ditemukan atau diduga terjadi dalam suatu bets,
hendaknya dipertimbangkan
e) kemungkinan terjadinya kasus serupa pada bets lain. Khususnya bets lain
yang mungkin mengandung produk proses ulang dari bets yang
bermasalah hendaknya diselidiki.
f) Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan dapat
dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan penarikan
produk.
g) Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari
keluhan hendaknya dicatat dan dirujuk kepada catatan bets yang
bersangkutan.
h) Catatan keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan
masalah spesifik atau masalah yang berulang yang memerlukan perhatian
dan mungkin menjadi dasar pembenaran bagi penarikan produk di
peredaran.
i) Apabila terjadi kegagalan produk dan kerusakan produk yang menjurus
kepada terganggunya keamanan produk, Instansi yang berwenang
hendaknya diberitahu.
2. Penarikan Produk
Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap produk
yang diketahui atau diduga bermasalah.
- Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
dan koordinasi penarikan kembali produk termasuk personil lain dalam
jumlah yang cukup.
- Harus disusun Prosedur Tetap penarikan kembali produk yang secara
periodik ditinjau kembali. Pelaksanaan penarikan kembali hendaknya
dapat dilakukan cepat dan efektif.
- Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterima oleh orang
yang bertanggungjawab untuk melakukan penarikan kembali produk,
dan catatan tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang
distributor.
- Perkembangan proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat dan
dibuat laporan akhir , meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang dikirim
dan ditemukan kembali.
- Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya
dievaluasi dari waktu ke waktu.
- Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk yang
ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah sambil
menanti keputusan selanjutnya.
2.4. Proses Produksi Kosmetik
2.4.1. Pemilihan Formula
Mengingat keterbatasan bahan baku, peralatan, serta waktu, sementara
kosmetik harus segera diproduksi untuk mengejar musim, tren, fashion dan
lain-lain, kita harus pandai memilih formulasi agar kosmetik itu dapat
segera diproduksi dan dapat memenuhi tujuan tertentu. Sebelum pemilihan
terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati percobaan-percobaan klinis
kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta bahan- bahan baku di
dalamnya), kita harus secara realistis yakin bahwa formulasi kitamemang
akan dapat di produksi secara besar-besaran dengan menggunakan alat-alat
pabrik yang telah ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-bahan baku
yangterkandung dalam formulasi itu masih harus secara kritis diteliti
kembali sebelumbetul-betul dipilih untuk digunakan
Uji Preklinis
(
Uji Mutu
2.4.2. Pemilihan Metode Pembuatan
Tujuan dari proses kosmetik adalah untuk menghasilkan suatu produkyang
seragam serta memiliki keawetan yang panjang, maka pemilihan
metodepembuatan yang tepat dengan menggunakan peralatan yang tersedia itu
esensial.Produksi besar-besaran umumnya didasarkan pada hasil
pengamatanproduksi percobaan (clinical batch). Selama pembuatan cilnical
batches, perludilakukanpengamatan parameter-parameter kritis yang
mempengaruhi kinerjaproduk, antara lain:
a. Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.
b. Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dll.
c. Bahan-bahan baku inti, seperti surfaktan, lubrikan, bahan pensuspensi,
bahanpembuat gel, atau bahan-bahan alam atau sintetik yang
menentukan.
Setelah mengidentifikasi, parameter-parameter kritis tersebut, perlumemilih
cara pembuatan yang paling tepat dan peralatan yang paling cocok
agarmenghasilkan produk yang “ideal”. Karena pembesaran produksi dari
clinicalbatch ke pilot size batches dan akhirnya ke produksi besar-besaran
mungkin harusmengkompromikan hal-hal tertentu dalam produksi, diharuskan
untuk memilih metode khusus atau peralatan yang paling memenuhi standar
selama pembuatan clinical batch agar kompromi tersebut tidak terlalu
menyimpang
2.4.3. Rencana Pembesaran Batch
Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical bathces), yang
umumnya sampai 25 kg, ke pilot plant bathces (25-200 kg) disebut scale-up
formulasi atau produksi. Untuk produksi kosmetik yang masih baru, scale-up
dapat diselesaikan dalam 2 fase:
25 Kg 25-200 Kg
Pencampuran Pemompaan
Pemindahan
panaS
Pengisian Filtrasi
Penimbangan
IPC
-Pemerian
-pH
-Stabilitas krim
Pencampuran
dengan mikser
IPC
-Pemerian
-identifikasi Karantina produk
IPC
-pH antara
-Pemerian
-kadar zat berkhasiat -Bobot rata-rata
-homogenitas -Stabilitas krim
-Stabilitas
Pengisian ke tube
Finished pack
analysis
Cara Produksi Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor
penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar mutu
dan keamanan. Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar maupun kecil
untuk dapat menerapkan CPKB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang
terprogram.
Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia Internasional.
Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan
CPKB merupakan nilai tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing
dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun
internasioanal. Agar proses produksi kosmetik berjalan dengan baik, yang perlu
diperhatikan bukan hanya pada proses kerja saja, akan tetapi juga harus
memperhatikan dari pemilihan formula yang tepat hingga kontrol kualias.
Cara produksi yang baik atau good manufacture practices (GMP)
merupakan tool untuk memproduksi produk sehingga dihasilkan produk yang
aman, bermutu dan bermanfaat. Prinsip yang diterapkan di dalam GMP adalah
mencegah terjadinya kontaminasi silang baik dari sisi kimia, fisika maupun
mikrobiologi dan konsistensi produk terjamin baik keamanan, mutu dan
manfaatnya.
Pokok-pokok CPKB di Indonesia tercantum di dalam Keputusan Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, No.
HK.00.05.4.3870 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik.Hal-hal
yang menjadi perhatian di dalam CPKB salah satunya produksi. Produksi
hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang
dapat menjamin produksi barang jadi yang memenuhi spesifikasiyang ditentukan.
Bahan baku sangat peka terhadap serangan mikroba,telah diketahui bahwa
berdasarkan asal dan cara prosesnya, bahan baku dapat memiliki tingkat
kontaminasi yang tinggi atau rendah atau sensitif terhadap kontaminasi mikroba
selanjutnya. Air yang bebas bahan padat sintetik biasanya mengalami problem
pembusukan mikroba yang rendah.
pemeriaan, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien
variasi dan keseragaman sediaan. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu hasil
pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Produk kosmetik salah satunya yaitu krim, proses produksi krim masuk
kedalam proses non steril. Alur produksinya mulai dari pengambilan
bahan, penimbangan, pencampuran zat aktif, pencampuran bahan
tambahan dengan zat aktif sampai dengan pengemasan.
2. Hal-hal yang menjadi perhatian di dalam pedoman CPKB yaitu sistem
manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, internal audit, penyimpanan,
kontrak produksi dan analisis, penanganan keluhan serta penarikan
produk.
3. Cara produksi kosmetik yang baik (CPKB) bertujuan untuk menjamin
kosmetik yang dibuat memenuhi persyaratan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPKB mencakup seluruh aspek produksi personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu.
DAFTAR PUSTAKA