Anda di halaman 1dari 26

REVIEW JURNAL

PERAWATAN MANICURE, PEDICURE DAN WAXING

Dosen Pengampu: Dian Maya Sari, S. Pd., M. Pd/ Mey Alsih


Sihombing, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh:

Nama: Astrid Constantin Sihombing

Nim: 5191144005

Prodi Pendidikan Tata Rias

Semester III/ Reguler B

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
karunia-Nyalah Critical jurnal review ini dapat terwujud. Critical jurnal review ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa program studi Tata Rias.

Saya ucapkan rasa terima kasih kepada ibu Dian Maya Sari, S. Pd., M. Pd
dan ibu Mey Alsih Sihombing, S. Pd., M. Pd selaku dosen pembelajaran mata
kuliah Perawatan Manicure, Pedicure dan Waxing, yang telah mengajarkan dan
membimbing mahasiswa/i agar dapat memahami mata kuliah ini.

Sebagai penyusun makalah Critical jurnal ini saya menyadari sepenuhnya


bahwa dalam penulisan makalah saya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapakan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
ucapkan terima kasih.

Tarutung, 15 September 2020

Astrid Constantin Sihombing


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar


manusia, bahwa kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau
tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.setiap tangga kebutuhan dapat
dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Kebutuhan
dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan
keamanan (safety needs), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging and love
needs), kebutuhan harga diri (self esteem needs), kebutuhan aktualisasi (self
actualization needs). Dalam kehidupan ini, manusia tidak dapat terlepas dari
aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.salah satu kebutuhan dasar
manusia dan merupakan kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan personal hygiene
atau perawatan diri.dijaman modern saat ini, kesadaran masyarakat untuk terlihat
cantik dan sehat membuat para wanita modern berlomba-lomba untuk merawat
diri menjadi semakin cantik dan sehat, perawatan kecantikan telah menjadi gaya
hidup, khususnya di kota-kota besar. Maka dari itu bisnis perawatan kecantikan
atau kliknik kecantikan di kota besar khususnya Jakarta, berkembang sangat pesat.
Saat ini banyak wanita yang bekerja sebagai wanita karier, tingkat kesibukan yang
sangat tinggi sehingga terkadang tidak memiliki waktu yang banyak untuk
merawat kecantikan dan penampilan.dengan segala kegiatan yang dilakukan ada
banyak dampak yang terjadi pada masyarakat itu sendiri.kondisi tersebut
membuat tiap individu tidak hanya memerlukan kesehatan, namun juga
keseimbangan mental dan fisik. Masyarakat belakangan ini memang sangat gemar
mengunjungi klinik kecantikan untuk menjaga secara totalitas tubuh mereka. Saat
ini memang sudah banyak sekali klinik kecantikan yang memang sudah banyak
orang mengenal. Yang tersebar hampir diseluruh kota besar di Indonesia.
B. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan jurnal review ini adalah sesuai dengan pembahasan di
dalam latar belakang masalah diatas, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan mahasiswa sebagai pelajar yang kreatif

2. Menjadikan mahasiswa lebih kritis untuk menanggapi sesuatu hal

3. Mengajak mahasiswa menjadi generasi yang inovatif

C. Manfaat

Sementara manfaat pada penyusunan review jurnal ini adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan generasi Indonesia yang mampu berfikir kritis

2. Menjadikan penerus Indonesia yang mampu menciptakan hal-hal baru

3. Menciptakan generasi Indonesia yang mampu bersaing maju


BAB II REVIEW JURNAL

Jurnal Utama
Judul Perbandingan Hasil Pencabutan Bulu Pada Kaki
(Waxing) Menggunakan Kosmetik Tradisional Dan
Kosmetik Modern
Jurnal Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN 2622-4925
Download http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo
Halaman 19 Halaman
Tahun 2019
Penulis Shinta Saputri, Prima Minerva
Reviewer Astrid C. Sihombing
Tanggal 15 September 2020
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk a) untuk mengetahui hasil
menggunakan kosmetik Tradisional pada pencabutan bulu
kaki (waxing), b) Mengetahui bagaimana hasil
menggunakan kosmetik modern pada pencabutan bulu
kaki (waxing) dan c) Melihat perbandingan hasil
pencabutan bulu kaki (waxing) menggunakan kosmetik
modern dan kosmetik Tradisional
Subjek Penelitian mahasiswa Tata Rias dan Kecantikan dengan 3 sampel
Assessment Data Kepada para peneliti, Para peneliti hendaknya mampu
mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan mampu
mencapai tujuan yang diharapkan.
Kata Kunci Pencabutan Bulu: Waxing, Kosmetik Tradisional ,
Kosmetik Modern
Latar Belakang Perawatan kulit wajah dan badan menjadi kebutuhan
pada saat ini untuk menunjang penampilan tersebut,
termasuk salah satunya perawatan pencabutan bulu yang
ada dibadan.Perawataan pencabutan bulu dapat
menunjang penampilan kulit lebih bersih, bercahaya
hingga terlihat cantik berseri. Sebaliknya jika kurang
dirawat dan dijaga, kecantikan kulit badan dapat
terganggu dan menyebabkan kulit kita terlihat suram,
kotor, dan tidak bercahaya, yang akhirnya dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan kecantikan.
Prilaku merawat kecantikan atau Kebersihan kulit yang
tepat dapat dinilai dari sisi kerutinan melakukannya, dan
frekuensi pembersihan kulit, dan jenis pembersih sesuai
dengan jenis kulit pastinya (mulya : 2018 : 168 ).
Perawatan pencabutan bulu dengan teknik epilasi atau
yang dikenal dengan istilah waxing pada saat ini salah
satu perawatan yang banyak dilakukan para wanita
disalon maupun klinik kecantikan, Selain itu kulit juga
mencerminkan kecantikan seorang wanita. Wanita yang
benar-benar menjaga dan merawat kulitnya akan terlihat
lebih cantik dibandingkan dengan wanita yang tidak
melakukan perawatan. Kulit yang sehat dan bersih akan
terlihat lebih bersih, segar, halus dan lembut yang akan
menambah daya tarik seseorang (Kusantati 2008 : 23).
Terdapat dua metode mengilangkan bulu atau rambut
menurut (Buchan, 2018 : 1), yaitu menggunakan teknik
Epilasidan Depilasi: “Depilasi”adalah tehnik
menghilangkan rambut khususnya batang rambut dengan
meninggalkan akar rambut. Hasil depilasi akan bertahan
selama 2 minggu. Contoh depilasi adalah mencukur dan
penggunaan bahan kimia, sedangkan teknik “Epilasi”
adalah tindakan mengangkat atau menghilangkan bulu
atau rambut yang tidak di kehendaki dengan cara
mencabut hingga mencapai sebagian akar atau folikel
rambut atau secara total yang memungkinkan bulu atau
rambut lambat akan tumbuh kembali pertumbuhan bulu
setelah epilasi 1-2 minggu”. Perawatan pada pencabutan
bulu kaki ini berguna untuk menghilangkan bulu-bulu
yang tidak dikehendaki, sehingga kulit halus, bersih dan
bercahaya, dan perawatan pencabutan bulu bisa dilakukan
secara tradisional maupun modern.Perawatan waxing
dengan kosmetik modern yang pada umumnya sering
dilakukan disalon-salon kecantikan dan memakai
kosmetik modern yang berbahan dasar kimia lainnya,
sedangkan perawatan waxing secara tradisional yaitu
dengan menggunakan bahan alami yaitu madu, gula pasir
dan lemon. Perawatan berbahan alami dapat dipercaya
bermanfaat untuk merawat dan memberikan nutrisi pada
kulit (Muliyawan, 2013:176). Semua perawatan
tradisional maupun modern memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan
kecantikan dan fungsi kulit serta memperindah wujud
luarnya, disesuaikan dengan jenis kulit yang
bersangkutan. Perawatan epilasi dengan kosmetik modern
biasanya pada umumnya dilakukan di salon salon
kecantikan dan tentunya memerlukan biaya yang khusus,
sedangkan perawatan epilasi dengan menggunakan
kosmetik tradisional dapat memanfaatkan bahan alami
yang ada didapur sehingga secara biaya akan lebih hemat.
Selain itu perawatan epilasi dengan kosmetik tradisional
dapat memiliki beberapa manfaat seperti yaitu efek
samping yang ditimbulkan kecil bahkan tidak ada karena
bahannya berasal langsung dari bahan alami yang
cenderung tidak memiliki efek samping , dan
perawatannya hanya memakai bahan alami yang ada
didapur dan harga nya sangat terjangkau, bahan alami ini
juga aman untuk kulit yang senstif. Pertumbuhan bulu
setelah waxing antara 3 - 6 minggu. Berbeda dengan
mencukur yang tumbuh setelah beberapa hari (Buchan :
2018). Beberapa perawatan berbahan alami yang dapat
dimanfaatkan untuk pencabutan bulu pada kaki adalah
gula pasir ,lemon dan madu. Madu adalah cairan kental
yang dihasilkan oleh lebah dari nektar bunga, madu juga
merupakan suatu campuran gula yang dibuat oleh lebah
dari larutan gula alami hasil dari bunga yang disebut
nektar. Madu memiliki kandungan vitamin, asam,
mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh
sebagai pengobatan tradisional, selain itu juga bermanfaat
bagi kecantikan (Surlina : 2006). Pada proses perawatan
epilasi penggunaan madu bermanfaat sebagai anti bakteri
bagi kulit yang sensitif, membantu mengatasi infeksi pada
perlukaan serta anti inflamasinya / Peradangan, dan
mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang
mempengaruhi proses penyembuhan dalam merangsang
pertumbuhan jaringan baru sehingga mempercepat
penyembuhan luka dan mengurangi jaringan parut atau
bekas luka pada kulit. Madu, gula pasir dan lemon juga
memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia
karena tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga sebagai
bahan dasar pembuatan kosmetik salah satunya dengan
pembuatan kosmetik waxing tradisional. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan
pada 10-20 februari 2019 terhadap mahasiwa Tata Rias
dan Kecantikan universitas negeri padang (UNP) peneliti
menemukan bahwa sebagian dari mahasiswa tersebut
mengeluhkan bulu yang tumbuh berlebihan pada area
kaki sangat mengganggu penampilan dan kepercayaan
diri, terutama ketika akan menghadiri acara penting.
Kehadiran bulu tersebut membuat penampilan kulit
terlihat kurang bersih dan tidak mulus. sebagian
mahasiswa tersebut telah melakukan perawatan waxing
disalon kecantikan, Mahasiswa yang melakukan
perawatan waxing modern disalon mengeluhkan biaya
yang dikeluarkan lebih mahal dan tidak terjangkau
sehingga mereka tidak bisa melakukan perawatan secara
rutin , selain itu ada beberapa yang alergi dan tidak cocok
dengan perawatan kosmetik disalon seperti kulit
iritasi/alergi, Dan pertumbuhan bulu lebih kasar setelah
melakukan perawatan waxing disalon. Sementara
perawatan waxing tradisional dirumah hanya
menggunakan bahan alami yang ada didapur dan sangat
mudah dibuat, pembuatan kosmetik bahan alami ini tidak
memakan waktu banyak dan irit biaya. Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka penulis merasakan
perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian tersebut
yang berjudul ”Perbandingan Hasil Pencabutan Bulu kaki
(Waxing) Menggunakan Kosmetik Tradisional dan
Kosmetik Modern”.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu
suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel
tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat. Penelitian eksperimen yang
digunakan adalah penelitian eksperimen semu
(quasieksperimen) yang bertujuan untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan
(Suparmoko 2010:127). Penelitian quasi eksperimen yang
bertujuan untuk melakukan perbandingan hasil
pencabutan bulu pada kaki menggunakan kosmetik
tradisional dan kosmetik modern.Menurut Punaji
(2010:36) penelitian eksperimen adalah kegiatan
percobaan (experiment) yang bertujuan untuk mengetahui
suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat
dari adanya perlakuan tertentu.Dengan kata lain
penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya
hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti (Santoso 2009).
Langkah Penelitian -
Hasil Penelitian 1. Perbedaan hasil pencabutan bulu dengan kosmetik
tradisional dan kosmetik modern saat perlakuan Pada
aspek daya angkat terdapat perbedaan rata-rata penilaian
dengan kosmetik tradisional dan modern dimana nilai
rata-rata indikator daya angkat terhadap pencabutan bulu
kaki (waxing).Berdasarkan uji statistic indikator daya
angkat didapatkan nilai p= 0,023 (p0,05). Artinya tidak
terdapat perbedaan hasil pencabutan bulu (waxing) antara
kosmetik tradisional dengan kosmetik modern pada
mahasiswa tata rias dan kecantikan di Universitas Negeri
Padang. Berdasarkan analisa peneliti bahwa dari segi
waktu tidak terdapat perbedaan penilaian karena waktu
untuk pencabutan bulu dari kedua kelompok tersebut
hampir sama dan rata-rata waktu yang digunakan hampir
sama dan waktu yang digunakan tidak efisien karena
lebih dari 20 menit, sehingga tidak terdapat perbedaan
penilaian terhadap waktu pada dua kelompok perlakuan.
Menurut edwin (2012) mendefisinikan waktu sebagai
suatu ilmu dan seni yang mengatur pemanfaatan waktu
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tujuan
tertentu melalui unsur unsur yang ada didalamnya. Pada
aspek iritasi/alergi nilai rata-rata indikator iritasi/alergi
terhadap pencabutan bulu kaki (waxing). Berdasarkan uji
statistic dieproleh nilai p= 0,000 (pterdapatperbedaan
hasil pencabutan bulu (waxing)dari segi iritasi/alergi
antara kosmetik tradisional dengan kosmetik modern
pada mahasiswa tata rias dan kecantikan di Universitas
Negeri Padang Berdasarkan hasil diatas diperoleh
kesimpulan bahwa dari segi penilaian iritasi/alergi,
panelis menilai bahwa pada kosmetik tradisional terdapat
sedikit kemerahan pada kaki dan pada kosmetik modern
tidak terdapat memerahan dan gatal pada kaki, dan dari
aspek iritasi/alergi, kosmetik modern lebih abgus
dibandingkan dengan kosmetik tradisional. Menurut
Trisna (2018) dalam praktek klinis, kedua respon ini
antara (iritasi dan alergi) mungkin sulit untuk
membedakan , banyak bahan kimia dapat bertindak baik
sebagai iritan maupun alergen. 2. Perbedaan hasil
pencabutan bulu dengan kosmetik tradisional dan
kosmetik modern selama 4 minggu Berdasarkan aspek
pertumbuhan bulu dengan nilai rata-rata indikator
pertumbuhan bulu setalah pencabutan bulu kaki
(waxing).Berdasarkan uji statistic pertumbuhan bulu
didapatkan nilai p= 0,011 (pmaksimum 2. Nilai rata-rata
pada kelompok penggunaan kosmetik modern (X2)
adalah sebesar 2,46 dengan standar devisiasi 0,149, nilai
minimum 1,0 dan nilai maksimum 1,3. Berdasarkan uji
statistic pertumbuhan bulu didapatkan nilai p= 0,011 (p
Daftar Pustaka Aniyatul,Hidayah. 2011 Herbal Kecantikan.Yogyakarta
Citra Medika. Amat Jaedun.2011. Makalah Metode
Penelitian.Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah.Universitas
Negeri Yogyakarta. Basuki ,Tintin S.2003. Tampil Cantik
Dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Buchan. 2018 “Depilasi dan Epilasi
dalam Dermatologi Kosmetik” skripsi: Fakultas
kedokteran Universitas Diponegoro/RSUD dr.Kariadi
Semarang Dwikarya Maria. 2003. Merawat Kulit &
Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka
Dwiyanti, Sri Dzulfi. “Pengaruh Perbandingan Gula dan
Madu Terhadap Hasil Jadi Kosmetik Epilasi” E-
Jurnal.Volume 07 nomor 02 th 2018. Edisi Yudisium
Periode Juni 36- 39. Ekel, Anita, 1981.Ilmu Kecantikan
dan Kesehatan Masa Kini. Jakarta Selatan : Karya Utama
Hammad , said. 2001. 99 Resep Sehat Dengan Madu.
Solo: Aqwamedika. Kalangi.Histofisiologi Kulit : Jurnal
Biomedik (JBM) Volume 5 nomor 3. Suplemen
November 2013.12-20. Muliyawan dkk 2013.A-Z tentang
kosmetik.Jakarta elex media.komputindo. Kustanti ,herni
dkk 2008 tata kecantikan kulit jilid 2. jakarta.
Departement pendidikan nasional. Kustanti ,herni dkk
2008 tata kecantikan kulit jilid 3.jakarta. Departement
pendidikan nasional. Ghozali , Imam. 2007. apilkasi
analisis multivariate dengan pengaruh SPSS. BP.
Universitas Diponegoro,Semarang. Prima, M. S. (2018).
Hubungan kebersihan kulit wajah dengan timbulnya akne
vulgaris pada siswa tata kecantikan di kota padang. Jurnal
pendidikan dan keluarga, 10(2), 167-173.
http://jpk.ppj.unp.ac.id/index.php/jpk/article/view/528/42
Punaji ,Setyosari. 2010. Metode Penelitian dan
Pengembangan .Jakarta : kencana. Riduwan.2009. Skala
Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung:Alfabeta Riduwan.2009. Prosedur Pelaksanaan
Penilaian dan Pengembangan. Jakarta:Kencana.
Rostamailis.2005 .Perawatan Badan, Kulit, dan Rambut.
Jakarta; PT.Rineka Cipta Rostamailis & Hayatunufus.
2008. Perawatan & Penataan Rambut. Padang: UNP Press
Santoso .2009.Metode Penelitian .Jakarta : Pustaka
Pelajar. Sekar Ayu Wangi. 2009. Merawat Kecantikan
Agar Tetap Cantik & Sehat. Bandung: CV. Nuansa Aulia
Sudjana, Eko. DKK.2008.Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo. Sudjana. 1991. Desain dan
Analisis Eksperiment.Bandung : Tarsito Suparmoko .
2010.Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono.2005 Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Alfabeta Surlina.2016 “Pengaruh Perbandingan Gula dan
Madu Terhadap Hasil Jadi Kosmetik Epilasi” jurnal: E-
Jurnal.Volume 07 nomor 02 th 2018. Edisi Yudisium
Periode Juni 36-39 Yusuf ,Moh. 2005. Metode Penelitian.
Padang: UNP Press
Kekuatan Penelitian Jurnal memuat data yang rinci serta tabel proses
pencapaian hasil penelitian sehingga data nya bersifat
akurat
Kelemahan Penelitian tidak dicantumkan langkah penelitian,

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang


Perbandingan Hasil Pencabutan Bulu kaki (Waxing)
Menggunakan Kosmetik Tradisional dan Kosmetik
Modern maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penggunaan kosmetik tradsional pada pencabutan
bulu kaki (waxing) Saat perlakuan sesuai dengan
indikatornya yaitu dari aspek daya angkat dengan
kategori lumayan kuat dengan skor 3, aspek kenyaman
kategori cukup nyaman dengan skor 3, aspek waktu
kategori cukup efisien dengan skor 3 dan aspek
iritasi/alergi kategori terdapat sedikit kemerahan dengan
skor 3. Hasil penggunaan Kosmetik tradisional sesudah
perlakuan aspek pertumbuhan bulu kategori 2- 3 minggu
dan tekstur bulu kategori bulu kasar. 2. Hasil penggunaan
kosmetik modern pada pencabutan bulu kaki
(waxing)saat perlakuan sesuai dengan indikatornya yaitu
dari aspek daya angkat dengan kateori sangat kuat dengan
skor 4, aspek kenyaman kategori cukup nyaman dengan
skor 3, aspek waktu kategori cukup efisien dengan skor 3
dan aspek iritasi/alergi kategori tidak terdapat kemerahan
dan tidak gatal dengan skor 4. Kosmetik modern sesudah
perlakuanaspek kategori pertumbuhan bulu (1-2 minggu)
dan tekstur bulu kategori bulu sangat kasar dengan skor 1.
3. Terdapat perbedaan daya angkat, kenyamanan dan
iritasi/alergi dan tidak terdapat perbedaan pada aspek
waktu.. Terdapat perbedaan pertumbuhan bulu dan
tekstur bulu pada kosmetik tradisional dan modern pada
pencabutan bulu (waxing).
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis data disertai
saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya pada kosmetik
tradisional lebih memperhatikan lagi kadar dari campuran
semua bahan sehingga tidak terjadi iritasi pada kulit. 2.
Sebaiknya pada kosmetik modern waktu pengerjaan harus
nya lebih cepat dibandingkan dengan kosmetik
tradisional.
Jurnal Pembanding
Judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Perawatan Wajah,
Badan (Body Massage) dan Waxing Siswa
Jurnal Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 3
(1) pp. 31-36.
ISSN -
Download https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJL/article/view/
17098/10249
Halaman 6 Halaman
Tahun 2019
Penulis A. A. Oka Santi Suardini
Reviewer Astrid C. Sihombing
Tanggal 15 September 2020
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Perawatan Wajah, Badan
(body massage) dan Waxing yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Problem based learning di kelas XI
Tata Kecantikan 1 Semester Ganjil SMKN 2 Singaraja
tahun ajaran 2018/2019
Subjek Penelitian Siswa kelas XI Tata Kecantikan 1 Semester Ganjil
SMKN 2 Singaraja tahun ajaran 2018/2019
Assessment Data Kepada para peneliti, Para peneliti hendaknya mampu
mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan mampu
mencapai tujuan yang diharapkan.
Kata Kunci Problem Based Learning, hasil belajar, perawatan wajah,
badan (body massage), waxing
Latar Belakang Zaman sekarang ini dunia kecantikan sudah jauh lebih
maju, hal itu dibuktikan dengan banyak dan
berkembangnya jenis produk kosmetik kecantikan baik di
bidang rambut maupun kulit. Salah satu faktor pendukung
berkembangnya produk tersebut karena tingginya selera
masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan pada
diri mereka secara cepat dan praktis seperti mewarnai
rambut, baik tua maupun muda. Oleh karena itu pelajar
yang berkualitas dan berasal dari jurusan tata kecantikan
sangat dibutuhkan saat ini oleh industri-industri
pelayanan jasa, seperti salon, spa, atau pun industry
pemijatan. Dan tidak tertutup kemungkinan juga para
tamatan tata kecantikan yang memang berkualitas dan
mempunyai semangat juang tinggi mampu menciptakan
lapangan pekerjaan setelah tamat. Disinilah guru sebagai
pendidik sangat berperan penting dalam perkembangan
pengetahuan peserta didik. Salah satu yang
mempengaruhi rendahnya sumber daya manusia adalah
faktor pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia
dianggap belum mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang siap bersaing dengan dunia luar. Sehingga
harus ada pembaharuan dalam bidang pendidikan. Peran
guru saat ini diarahkan untuk menjadi fasilitator yang
dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar
menyampaikan materi saja. Guru harus mampu
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara
optimal. Menurut Rusman (2011) dan (Wawan, 2010),
bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas,
mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala
kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar. Hal ini juga seharusnya berlaku untuk kompetensi
melakukan pewarnaan rambut. Permasalahan di atas perlu
diupayakan penanggulangannya yaitu dengan
mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan mengupayakan
siswa aktif sehingga dalam belajar siswa tidak hanya
menerima apa yang disampaikan guru saat proses belajar
mengajar berlangsung dan agar siswa dapat memahami
konsep pewarnaan rambut yang sebenarnya dan tidak
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
yang ditemukan saaat melaksanakan praktek. Salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Problem based
learning. Problem based learning sebagai suatu
pendekatan yang dipandang dapat memenuhi keperluan
ini (Schmidt, dalam Gijselaers, 1996). Masalah-masalah
disiapkan sebagai stimulus pembelajaran. Pembelajar
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan
pembelajar hanya berperan memfasilitasi terjadinya
proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah.
Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project
based teaching, experienced based education, dan
anchoredinstruction (Ibrahim dan Nur, 2004).
Pembelajaran ini membantu pebelajar belajar isi
akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan
melibatkan mereka pada sistuasi masalah kehidupan
nyata. Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari
teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar
secara aktif mengkontruksi pengetahuan (Gijselaers,
1996). Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa
belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas
kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pembelajar harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar
mencapai keterampilan self directed learning. Dalam
pembelajaran berbasis masalah pebelajar memperoleh
pengetahuan ilmiah dalam konteks dimana pengetahuan
itu digunakan. Pebelajar akan mempertahankan
pengetahuannya dan menerapknanya dengan tepat bila
konsep-konsep yang mereka pelajari berkaitan dengan
penerapannya. Dengan demikian pembelajar akan
menyadari makna dari pengetahuan yang mereka pelajari.
Pembelajaran Problem based learning adalah suatu model
pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu
masalah. Pembelajaran Problem based learning menuntut
siswa untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan
dengan cara mereka sendiri (Riyanto,2010). Menurut
undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan
sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah
mempersiapkan peserta didik terutama bekerja dalam
bidang tertentu. Pada model pembelajaran Problem based
learning berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru
adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan
pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa
yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru
menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang
dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan
intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur,
karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-
ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
karena bertujuan memperbaiki kualitas pembelajaran
yang bermuara pada peningkatan kualitas kinerja guru
dan peningkatan aktivitas serta hasil belajar siswa.
“Menurut Arikunto, dkk (2002: 3), menyatakan bahwa,
“PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Untuk
penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian
tindakan menurut Arikunto, Suharsimi (2005)
Langkah Penelitian 1. Siklus 1 a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti
membuat RPP dan membuat instrument penilaian.
Rancangan dilakukan bersama antara peneliti yang akan
melakukan tindakan dengan guru lain akan mengamati
proses jalannya tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan pembelajaran di
kelas. Pada tahap ini guru peneliti giat melakukan
tindakan menggunakan bantuan alat peraga. Rancangan
tindakan tersebut sebelumnya telah dilatih untuk dapat
diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya.
Scenario dari tindakan diupayakan dilaksanakan dengan
baik dan wajar c. Pengamatan atau Observasi Tahap ini
berjalan bersamaan saat pelaksanaan, pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Pada
tahap ini, guru yang bertindak sebagai peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipasi
yaitu observasi yang dilakukan dimana observer ikut serta
dalam berbagai kegiatan pihak yang diamati dan segera
mencatat apa yang terjadi, termasuk komentar-komentar
yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarka sudut
pandang peneliti (Rochiati Wiriatmadja, 2008: 107).
Melalui observasi partis ipasi ini, observer terlihat secaara
langsung dan lebih mendala dalam suatu penelitian. d.
Refleksi Tahap ini dimaksudkan untuk menyaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dibakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi
dalam PTK mencakup analisis, sintesis dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan
proses pengkajisn ulang melalui siklus berikutnya yang
meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,
dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat
teratasi. 2. Siklus II Seperti halnya siklus pertama, siklus
kedua pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian ini
dilakukan di SMK Negeri 2 Singaraja program studi Tata
Kecantikan Kulit dan Rambut. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/ 2019. Subyek
penelitian yang akan dijadikan penelitian adalah siswa
kelas XI Tata Kecantikan 1Semester ganjil SMK N 2
Singaraja tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 35
orang. Data mengenai hasil belajar siswa yang
dikumpulkan pada akhir setiap siklus. Tes hasil belajar ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap materi yang
diberikan. Instrumen ini disusun oleh peneliti dengan
berpedoman terhadap tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Penelitian ini menggunakan análisis statistik
deskriptif.
Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil belajar siklus I diperoleh
persentase jumlah siwa yang termasuk kategori sangat
baik sebesar 27,78%. Kategori baik sebesar 33,36%
kategori cukup sebesar 38,89% dan tidak ada kategori
kurang dan sangat kurang. Pada siklus II diperoleh
kategori sangat baik sebesar 34,38%, kategori baik
sebesar 55,51% dan kategori cukup sebesar 10,11% tidak
ada siswa dengan kategori kurang dan sangat kurang.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I. rata-rata hasil
belajar 78,65% dengan kategori baik menjadi 81,35 %,
temuan ini mewujudkan bahwa hasil tersebut telah
memenuhi tuntutan yang diharapkan dalam penelitian ini,
dari hasil refleksi pada siklus I terdapat kendala-kendala
yang menyebabkan belum tercapainya hasil yang
diharapkan yaitu: (1) ada beberapa siswa tidak mau
berpartisipasi dalam kelompoknya, (2) ada beberapa
siswa belum bisa mencari masalah dan berpusat pada
masalah yang didapat, (3) banyak siswa mengeluh
mereka mengatakan bahwa waktu yang diberikan pada
waktu diskusi kelompok terlalu sedikit sehingga banyak
permasalahan yang belum terpecahkan, (4) pada saat
menyajikan hasil kerja masih banyak siswa yang belum
mempersiapkan diri secara maksimal. Berdasarkan
kendala-kendala pada siklus I maka pada siklus II
dilakukan upaya-upaya perbaikan yaitu : (1) peneliti
merubah kelompok pasangan pada saat siswa melakukan
praktek sesuaikan dengan kemampuannya (2) sebelum
pelaksanaan tindakan siklus II peneliti/ guru
mensosialisasikan kembali maksud dari pembelajaran
problem based learning pada mata pelajaran perawatan
wajah, badan (body massage) dan waxing (3) guru /
peneliti memberikan arahan kepada siswa agar tidak
malu. Dengan melakukan perbaikan / pemecahan masalah
terhadap kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I
pembelajaran pada siklus II tampak lebih baik dari
sebelum pelajaran, Skor prestasi belajarnya meningkat
dari sebesar 83,65 dengan kategori baik pada siklus I
menjadi sebesar 90, 30 baik pada siklus II. Secara umum
penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena beberapa
kreteria keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai
yaitu: (1) Hasil belajar siswa dengan mengunakan model
pembelajran berbasis masalah dapat meningkat dengan
adanya pengaruh yang besar pada hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II yang memiliki kategori baik.
Keberhasilan yang diperoleh dalam penelitian ini
disebabkan karena adanya kelebihan-kelebihan yang
dimiliki model pembelajaran problem based learning
diantaranya : (1) Realistis dengan kehidupan siswa:
dimana dalam melakukan proses pembelajaran perawatan
wajah, badan (body massage) dan waxing sudah
mengetahui masalah-masalah yang mereka dapat, maka
dari itu mereka dapat memecahkan masalah itu dengan
melakukan praktik-prtaktik selanjutnya (2) Konsep sesuai
dengan kebutuhan siswa: karenan sebelumnya siswa
pernah mengalami kegagalan saat melakukan
pembelajaran pelurusan dan telah mengetahui apa
penyebabnya, maka saat melakukan praktek dengan
materi yang sama, siswa diharapkan tidak melakukan
kegagalan kembali. (3) Memupuk sifat inquiri siswa:
dengan pengalaman yang siswa alami, siswa akan
memiliki sifat selalu ingin menyelidiki masalah yang ia
temukan selama ini dengan selalu mencoba. Dan dengan
adanya masalah yang dialami siswa saat melakukan
pewarnaan rambut, siswa selalu ingin mencoba kembali
melakukan pelurusan rambut dengan jenis rambut,
kosmetik dan teknik yang berbeda-beda. (4) Retensi
konsep jadi kuat: karena ia yang mengalami langsung
masalah tersebut, maka ia meiliki hipotesis yang kuat atas
konsepnya tersebut. (5) Memupuk kemampuan problem
solving: Selalu ingin mencari tahu terus. Dari praktek-
praktek dan masalah-masalah yang ia temukan, maka ia
akan selalu mencari ingin mencari tahu, agar ia bisa
menghasilkan hasil pewarnaan rambut artistic yang
maksimal. Namun masih ada kelemahan dan kendala
yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran
berbasis Masalah ini yaitu: (1) Membutuhkan persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks:
Untuk memecahkan suatu masalah, maka siswa
memerlukan alat, problem dan konsep yang jelas. (2)
Sulitnya mencari problem yang relevan: Siswa sering
sulit mencari probem yang sesuai dengan materi ajar
guru. (3) Sering terjadi miss-konsepsi: Sering terjadi
kesalahan persepsi (pengertian) terhadap hupotesis yang
ia mililki. Ternyadinya kesalahan pengertian antara teknik
yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya. (4)
Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses
penyelidikan.
Daftar Pustaka Amelia Dwi Fitri. 2016. Penerapan Problem Based
Learnin (Pbl) Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
JAMBI MEDICAL JOURNAL Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. Vol 4. No1. Arikunto, S. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.
2005.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta.
Marhamah Saleh. 2013. Strategi Pembelajaran Fiqh
dengan Problem-Based Learning. Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA. VOL. XIV NO. 1, 190-220. Rizal
Abdurrozak, Asep Kurnia Jayadinata, Isrok ‘atun. 2016.
Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pena Ilmiah:
Vol. 1, No, 1. Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawa;I
Pers. PT Raja Grafindo Persada. Yunin Nurun Nafiah,
Wardan Suyanto. 2016. Penerapan Model Problem-Based
Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi
UNY. Vol 1 No 2.
Kekuatan Penelitian Jurnal memuat data yang rinci serta tabel proses
pencapaian hasil penelitian sehingga data nya bersifat
akurat
Kelemahan Penelitian Tidak ada ISSN

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat


disimpulkan hal-hal sebagai berikut : Penerapan model
pembelajaran problem based learning dengan seting
belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran perawatan wajah, badan (body massage)
dan waxing dengan skor rata-rata hasil belajar siswa yang
diperoleh pada siklus I 78,65% dan menjadi 81,35% pada
siklus ke II dan siklus ketuntasan belajar pada siklus I dan
II masing-masing 83,65% dan 90,30%. Berdasarkan hasil
penelitian melalui penerapan model pembelajaran
problem based learning dalam pembelajaran Perawatan
Wajah, Badan (body massage) dan Waxing terjadi
peningkatan hasil belajar siswa, maka disarankan hal-hal
sebagai berikut. 1. Kepada guru Tata Kecantikan SMK
agar berusaha mencoba menerapkan model pembelajaran
pembelajaran problem based learning dalam
pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. 2. Kepada pembaca, jika berkeinginan
mengadakan penelitian lebih lanjut lagi mengenai
pembelajaran problem based learning diharapkan
mengambil materi lebih. Untuk menyakinkan hasil
penelitian ini dan diharapkan mengatasi kendala serta
kelemahan-kelemahan yang dihadapi dalam penelitian
sehingga hasil yang diperoleh optimal.

REFERENSI
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJL/article/view/17098/10249

Anda mungkin juga menyukai