TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
Menurut PERMENKES RI Tahun 2010, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Industri kosmetik adalah industri yang memproduksi kosmetik yang telah memiliki izin
usaha industri atau tanda daftar industri sesuai ketentuan peraturan PERMENKES RI No.
1175 Tahun 2010. Izin produksi industri kosmetika dibedakan atas 2 golongan yaitu:
a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat semua
bentuk dan jenis sediaan kosmetika.
b. Golongan B yaitu produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat bentuk dan
jenis sediaan kosmetika tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana.
Persyaratan izin produksi kosmetika Golongan A adalah sebagai berikut:
a. Memiliki apoteker sebagai penanggung jawab
b. Memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat
c. Memiliki fasilitas laboratorium
d. Wajib menerapkan CPKB.
Persyaratan izin produksi kosmetika Golongan B adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung jawab.
b. Memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai produk yang akan dibuat.
c. Mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB.
2.2.1 Tata Cara Memperoleh Izin Produksi
1. Industri Kosmetika Golongan A
Permohonan izin produksi industri kosmetika golongan A diajukan dengan
kelengkapan sebagai berikut:
a. Surat permohonan;
b. Fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industri yang telah dilegalisir;
c. Nama direktur/pengurus;
d. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) direksi perusahaan/pengurus;
e. Susunan direksi/pengurus;
f. Surat pernyataan direksi/pengurus tidak terlibat dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
g. Foto copy akta notaris pendirian perusahaan yang telah disahkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
i. Denah bangunan yang disahkah oleh Kepala Badan;
j. Bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang dibuat;
k. Daftar peralatan yang tersedia;
l. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai apoteker penanggung jawab; dan
m. Foto copy ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) penanggung
jawab yang telah dilegalisir.
2. Industri Kosmetika Golongan B
Permohonan izin produksi industri kosmetika golongan B diajukan dengan
kelengkapan sebagai berikut:
a. Surat permohonan;
b. Foto copy izin usaha industri atau tanda daftar industri yang telah dilegalisir;
c. Nama direktur/pengurus;
d. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) direksi perusahaan/pengurus;
e. Susunan direksi/pengurus ;
f. Surat pernyataan direksi/pengurus tidak terlibat dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
g. Foto copy akta notaris pendirian perusahaan yang telah disahkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan sepanjang pemohon berbentukbadan
usaha;
h. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
i. Denah bangunan yang disahkah oleh Kepala Badan;
j. Bentuk dan jenis sediaan kosmetika yang dibuat;
k. Daftar peralatan yang tersedia;
l. Surat pernyataan kesediaan bekerja penanggung jawab;
m. Foto copy ijazah dan Surat Tanda Registrasi penanggung jawab yang telah
dilegalisir.
2.2.2 Perubahan Izin Produksi
Industri kosmetika yang melakukan perubahan nama direktur/pengurus,
penanggung jawab, alamat di lokasi yang sama, atau nama industri, wajib mengajukan
permohonan perubahan izin produksi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas setempat.
2.2.3 Pencabutan Izin Produksi
Pencabutan izin usaha menurut PERMENKES RI Nomor 1175 tahun 2010, meliputi
sebagai berikut:
a. Atas permohonan sendiri;
b. Izin usaha industri atau tanda daftar industri habis masa berlakunya dan tidak
diperpanjang;
c. Izin produksi habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang;
d. Tidak berproduksi dalam jangka waktu 2 (dua) tahun berturut turut; atau
e. Tidak memenuhi standar dan persyaratan untuk memproduksi kosmetika
Kosmetika yang dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan CPKB dan memenuhi
persyaratan teknis.Persyaratan teknis meliputi persyaratan keamanan, bahan, penandaan, dan
klaim. Pemohon yang telah terdaftar dapat mengajukan permohonan notifikasi dengan
mengisi formulir (template) secara elektronik pada website Badan Pengawas Obat dan
Makanan.Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pengajuan
permohonan notifikasi diterima oleh Kepala Badan tidak ada surat penolakan, terhadap
kosmetika yang dinotifikasi dianggap disetujui dan dapat beredar di wilayah Indonesia.
Notifikasi berlaku selama 3 tahun, setelah jangka waktu berakhir pemohon harus
memperbaharui notifikasi tersebut.Notifikasi menjadi batal atau dapat dibatalkan, apabila:
a. Izin produksi kosmetika, izin usaha industri, atau tanda daftar industri sudah tidak
berlaku, atau Angka Pengenal Importir (API) sudah tidak berlaku;
b. Berdasarkan evaluasi, kosmetika yang telah beredar tidak memenuhi persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dimana pasal 5 berisi tentang persyaratan teknis
meliputi persyaratan keamanan, bahan, penandaan dan klaim.
c. Atas permintaan pemohon notifikasi;
d. Perjanjian kerjasama antara pemohon dengan perusahaan pemberi
lisensi/industripenerima kontrak produksi, atau surat penunjukkan keagenan dari
produsen negaraasal sudah berakhir dan tidak diperbaharui;
e. Kosmetika yang telah beredar tidak sesuai dengan data dan/atau dokumen
yangdisampaikan pada saat permohonan notifikasi; atau
f. Pemohon notifikasi tidak memproduksi, atau mengimpor dan mengedarkankosmetika
selama 6 bulan dari permohonan dianggap disetujui
Proses notifikasi kosmetik terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah pendaftran
Badan Usaha. Untuk pendaftaran badan usaha surat-surat yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
A. Importir
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Angka Pengenal Importir (API)
3. Surat Penunjukkan dari Principle dengan menunjukkan masa berlaku
4. GMP untuk produsen dari negara diluar ASEAN atau Surat Pernyataan memenuhi
GMP untuk produsen dalam negara ASEAN
5. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
B. Industri Kosmetika
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Surat Izin Produksi
3. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
4. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
5. Tanda Daftar Perusahaan
C. Perusahaan Pemberi Kontrak
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Surat Izin Produksi
3. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
4. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
5. Perjanjian kerjasama (disahkan oleh notaris) antara 2 pihak
6. Tanda Daftar Perusahaan
D. Perusahaan Penerima Kontrak
1. SIUP perusahaan
2. NPWP perusahaan
3. Tanda Daftar Perusahaan
4. Sertifikat GMP impor yang disahkan oleh pejabat berwenang
5. Certificate of Free Sale yang dikeluarkan dan disahkan pejabat terkait
6. Latter of Authorization yang mencantumkan masa berlaku
E. Perusahaan Penerima Kontrak MelaluiDistributor
1. Surat Perjanjian Kerjasama (disahkan notaris) antara pihakdistributor dan perusahaan
2. Surat Perjanjian Kerjasama (disahkan notaris) antara pihak distributor dan principle
3. Angka Pengenal Importir distributor
Setelah mendapatkan data untuk login, selanjutnya tahap kedua yaitu Pengisian
Template Notifikasi Kosmetik, dengan cara:
1. Mengakses Website Notifikasi kosmetik dengan “Username” dan “password” yang telah
terdaftar
2. Klik “Daftarkan” pada template notofikasi
3. Akan muncul tampilan template lalu isi template tersebut, kemudian klik “Lanjutkan
Proses”
4. Isi data produk pada template notifikasi
a. Isi status produk
b. Isi data kemasan produk, yang terdiri dari kategori dan sub kategori
c. Isi data perusahaan dan upload file CFS dari lembaga berwewenang di negara
produsen
d. Isi Daftar Kosmetik tuliskan nama ingredient/ bahan dengan format *nama
ingredient* pilih ingredient/bahan yang sesuai nama dan CASnya
e. Menyetujui pernytaan dan klik *Lanjutkan Proses* untuk notifikasi atau “Simpan
Data Sebagai Template” untuk menyimpan data.
5. Setelah notifikasi kosmetik diproses, akan diterbitkan surat perintah pembayaran secara
online. Pembayaran harus memproses pembayaran sesuai SPB dan menyerahkan bukti
bayar di Badan POM, untuk diproses lebih lanjut untuk mendapatkan ID produk.
2.4.2 Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang
cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankankepadanya.
Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu
hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggungjawab
satu sama lain. Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang memadai
dan berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Personil harus mempunyai
kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi yang meliputi semua
pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area produksi dan pencatatan.
Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Personil harus diberi kewenangan
penuh dan tanggungjawab dalam semua tugas pengawasan mutu meliputi penyusunan,
verifikasi dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu. Personil mempunyai
kewenangan menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak
memenuhi5spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan kondisi yang telah
ditetapkan. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik (CPKB). Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil
yang bekerja dengan material berbahaya. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara
berkelanjutan. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus
dievaluasi secara periodik.
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang, dibangun,
dan dipelihara sesuai kaidah.
1. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasidari lingkungan
sekitar dan hama.
2. Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan
peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan
perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan resiko
campurbaur.
3. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali ataupita dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
4. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah
dari area produksi guna mencegah terjadinyakontaminasi.
5. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antaralain:
a. Penerimaanmaterial
b. Pengambilan contohmaterial
c. Penyimpanan barang datang dankarantina
d. Gudang bahanawal
e. Penimbangan danpenyerahan
f. Pengolahan
g. Penyimpanan produkruahan
h. Pengemasan
i. Karantina sebelum produk dinyatakan lulus
j. Gudang produkjadi
k. Tempat bongkarmuat
l. Laboratorium
m. Tempat pencucianperalatan
6. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah
dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan
yang mudah dibersihkan dandisanitasi.
7. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai dan
dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran terbuka
harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dandisanitasi.
8. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipasalurannya
hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya
pencemaran terhadap produk.
9. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi
yang sesuai untuk kegiatan dalambangunan.
10. Pipa, fiting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi harus
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya cerukyang sukar
dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar areapengolahan.
11. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
12. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan yang
sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih danrapi
a. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahanantara kelompok
material dan produk yang dikarantina. Area khusus danterpisah hendaklah
tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang ditolak atau ditarik serta
produk kembalian.
b. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan
kelembabannya dapat dikendalikan serta terjaminkeamanannya.
c. Penyimpanan bahan pengemas/barang cetakan hendaklah ditata sedemikian
rupa sehingga masing-masing tabetyang berbeda, demikian pula bahan
cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegahterjadinya campur baur.
2.4.4 Peralatan
Peralatan harus didesain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat
1. Rancangan Bangun
a. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak boleh
bereaksi atau menyerap bahan.
b. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikanterhadap produk
misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau
adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.
c. Peralatan harus mudahdibersihkan.
d. Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus
kedap terhadapledakan.
2. Pemasangan dan Penempatan
a. Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi penandaan
yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar produk.
b. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang sedemikian
rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatanberlangsung. Saluran ini
hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga mudah dikenali.
c. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur suhu
udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan dan gas harus
berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat diidentifikasi.
3. Pemeliharaan
a. Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus dipelihara
dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan kalibrasi
harusdisimpan.
b. Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secararincidan jelas
diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.
1. Personalia
a. Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan
prosespembuatan.
b. Semua personil harus melaksanakan higieneperorangan.
c. Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau menderita
luka terbuka atau yang dapat merugikan kualitas tidak diperkenankan
menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam proses dan
produkjadi.
d. Setiap personil diperintahkan untuk melaporkan setiap keadaan (sarana,
peralatan atau personil) yang menurut penilaian merekadapat merugikan
produk, kepada penyelia. Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau
produk yang diproses untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
e. Personil harus mengenakan pakaian kerja, tutup kepala serta menggunakan
alat pelindung sesuai dengantugasnya.
f. Merokok, makan-minum, mengunyah atau menyimpan makanan, minuman,
rokok atau barang lain yang mungkin dapat mengkontaminasi, hanya boleh
di daerah tertentu dan dilarang di area produksi, laboratorium, gudang atau
area lain yang mungkin dapat merugikan mutuproduk.
g. Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus melaksanakan
higiene perorangan termasuk mengenakanpakaian kerja yang memadai.
2. Bangunan
a. Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang
terpisah dari areaproduksi.
b. Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk tempatganti pakaian
dan menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik karyawan.
c. Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah untuk
selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar
areaproduksi.
d. Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh
mengkontaminasi peralatan, bahan baku/pengemas, bahan yang masih
dalam proses dan produkjadi.
3. Peralatan danPerlengkapan
a. Peralatan/perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
b. Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih dianjurkan.Udara
bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedapat
mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.
c. Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin hendaknya diikuti
dengan konsisten.
2.4.6 Produksi
a. Air
1. Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan penting.
Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya harus dapat
memasok airyang berkualitas. Sistem pemasokan air hendaknya disanitasi
sesuai ProsedurTetap.
2. Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas air minum.
Mutu air yang meliputi parameter kimiawi dan mikrobilologi harus dipantau
secara berkala, sesuai prosedur tertulis dan setiap ada kelainan harus segera
ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi.
3. Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasiatau filtrasi
tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan maupun
pendistribusian harus dipelihara dengan baik.
4. Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar dari
stagnasi dan resiko terjadinyapencemaran.
b. Verifikasi Material(Bahan)
1. Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaklah
diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi yang
telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai dengan produkjadinya.
2. Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai pemenuhannya
terhadap spesifikasi yang ditetapkan, danharus dinyatakan lulus sebelum
digunakan.
3. Bahan awal harus diberi label yangjelas.
4. Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap kemungkinan
terjadinya kebocoran, lubang atauterpapar.
c. PencatatanBahan
1. Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama
bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal
penerimaan, nama pemasok, nomor batch danjumlah.
2. Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatatdan
diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.
d. Material Ditolak (Reject)
Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai, dipisah
dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.
e. Sistem Pemberian NomorBets
1. Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapatmemungkinkan
penelusuran kembali riwayat produk.
2. Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang untuk
produk yang sama untuk menghindarikebingungan/kekacauan.
3. Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah dan
bungkusluar.
4. Catatan pemberian nomor bets hendaknyadipelihara.
f. Penimbangan danPengukuran