Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada praktikum Fitokimia kali ini yaitu mengenai evaluasi fitokimian simplisia
tumbuhan obat, yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan metabolit sekunder dari
suatu simplisia tumbuhan obat. Definisi fitokimia dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-
buahan. Sedangkan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu temu putih (Curcuma
zedoaria), temulawak (Curcuma xanthorrhiza ), kunyit putih (Curcuma mangga), dan kunyit
(Curcuma domestica).

Pada uji pertama yaitu uji fenolik, fenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas, rumus kimianya C6H6O. Pada uji ini 1 gram sampel dilarutkan dalam 10ml
aquadest dan dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, selanjutnya saring dengan
kertas saring lalu filtratnya diambil 2ml dan ditambahkan 7 tetes FeCl3 1%. Jika muncul
warna hijau, merah, ungu atau hitam maka sampel tersebut positif mengandung fenol. Pada
sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit semuanya mengandung zat fenol
karena setelah direaksikan temu putih dan temulawak menghasilkan larutan berwarna coklat
kemerahan, sedangkan kunyit putih menghasilkan larutan berwarna hijau pekat dan pada
kunyit menghasilkan larutan berwarna merah.

Pada uji kedua yaitu uji tanin. Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari
tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau
berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Pada uji ini 1 gram
sampel simplisia dilarutkan dalam 10ml aquadest dan dipanaskan diatas penangas air selama
5 menit, lalu disaring menggunakan kertas saring. Ambil 2ml filtrat dan tambahnkan larutan
gelatin 1% sebanyak 1ml, jika terbentuk endapan berwarna putih maka sampel tersebut
positif mengandung tanin. Pada sampel temu putih, temulawak, dan kunyit ketiganya tidak
mengandung tanin karena setelah direaksikan tidak terbentuk endapan berwarna putih.
Sedangkan pada sampel kunyit putih positif mengandung tanin karena pada larutan terdapat
endapan putih.

Pada uji ketiga yaitu uji flavonoid. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15
atom karbon yang umumnya tersebar didunia tumbuhan. Pada uji flavonoid 1 gram sampel
dilarutkan dalam 10ml etanol (70-99%), saring dengan kertas saring lalu masukkan filtratnya
kedalam tabung reaksi tambah 10 tetes Hcl pekat dan 1,5 gram serbuk magnesium, jika
terbentuk warna merah muda atau merah magenta dalam jangka waktu 3 menit maka sampel
tersebut positif mengandung flavonoid. Karena pada sampel temu putih, temulawak, kunyit
putih setelah direaksikan tidak terbentuk warna merah muda ataupun merah magenta dan
hanya menimbulkan warna orange dan kuning maka ketiga sampel negatif flavonoid atau
tidak mengandung flavonoid, sedangkan pada sampel kunyit positif mengandung flavonoid
karena larutan berwarna merah magenta.
Pada uji keempat yaitu uji saponin. Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida
yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam. Pada
uji saponin 2 gram dilarutkan dalam 20ml aquadest, kemudian dipanaskan di atas penangas
air lalu saring dengan kertas saring, kemudian 10 ml filtrat ditambah 5ml aquadest lalu
tambah 1 tetes Hcl encer. Apabila busa stabil maka sampel positif mengandung saponin. Pada
sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah direaksikan hasilnya positif
mengandung saponin karna terdapat busa yang stabil.

Pada uji kelima yaitu uji steroid. Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak
terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Pada uji steroid 1
gram sampel dilarutkan dalam 10ml etanol (70-99%) lalu saring dengan kertas saring,
kemuadian ambil filtrat tambah 2ml asam asetat anhidrat kocok, lalu tambah 2ml asam sulfat
pekat, apabila ada perubahan warna dari violet, biru atau hijau maka positif mengandung
steroid. Pada sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah direaksikan
semua sampel negatif tidak mengandung steroid karna larutan berwarna hitam dan berwarna
coklat kemerahan.

Pada uji keenam yaitu uji terpenoid. Terpenoid adalah derivat dehidrogenasi dan
oksigenasi dari senyawa terpen. Pada uji terpenoid 1 gram sampel dilarutkan dalam 10ml
aquadest kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit lalu saring dengan kertas
saring. Kemudian ambil 5 ml filtrat tambah 2ml kloroform lalu tambah 3ml asam sulfat pekat
tetes demi tetes. Apabila terbentuk warna coklat kemerahan pada permukaan dalam larutan
maka hasilnya positif. Dan pada sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit
setelah direaksikan hasilnya positif mengandung terpenoid karena menghasilkan warna coklat
kemerahan.

Pada uji ketujuh yaitu uji alkaloid. Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa
bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Pada uji alkaloid 1 gram sampel tambah 5
ml NH4OH digerus dalam mortir, lalu tambah 5ml kloroform dan saring, kemudian filtratnya
tambah 2 ml Hcl 2N, lalu ambil sedikit campuran tersebut tambahn 1 ml pereaksi meyer.
Terjadi endapan putih dan kekeruhan positif mengandung alkaloid. Pada sampel temu putih
dan temulawak setelah direaksikan hasilnya negatif tidak mengandung alkaloid karena tidak
terdapat endapan putih. Sedangkan pada sampel kunyit putih dan kunyit positif mengandung
alkaloid karena setelah direaksikan larutan terdapat endapan putih.

Pada uji kedelapan yaitu uji kuinon. Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki
kromofor dasar seperti kromofor benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon-karbon. Pada uji kuinon 1 gram sampel di
larutkan dalam 10ml aquadest lalu panaskan diatas penangas air selama 5 menit kemudian
saring dengan kertas saring, filtratnya tambah 2 ml larutan Hcl encer sampai terbentuk warna
kuning yang artinya positif kuinon. Pada sampel temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah
direaksikan hasilnya positif mengandung kuinon karena larutan berwarna kuning, sedangkan
pada temu putih setelah direaksikan hasilnya negatif karna larutan berwarna coklat.
KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum mengenai evaluasi fitokimia simplisia tumbuhan obat dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada simplisia Temu putih (Curcuma zedoaria) setelah diujikan senyawa yang terkandung
dalam kunyit putih ini adalah fenol, saponin, dan terpenoid.
2. Pada simplisia Temulawak (Curcuma rhizoma) setelah diujikan senyawa yang terkandung
dalam temulawak adalah fenol, saponin, kuinon dan terpenoid.
3. Pada simplisia Kunyit putih (Curcuma mangga rhizoma) setelah diujikan senyawa yang
terkandung dalam kunyit putih adalah fenol, tanin, saponin, terpenoid, alkaloid dan
kuinon.
4. Pada simplisia Kunyit (Curcuma domesticae rhizoma) setelah diujikan senyawa yang
terkandung dalam kunyit adalah fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid dan kuinon.

Anda mungkin juga menyukai