Anda di halaman 1dari 16

Hal 1-20

Hubungan Racun dan Forensik

Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, bertujuan untuk :

- Mencari penyebab kematian, contohnya dikarenakan keracunan morfin, sianida dll


- Untuk mengetahui sejauh mana obat-obatan atau racun berperan sehingga suatu
peristiwa itu terjadi, contohnya kecelakaan pesawat, kecelakaan lalu lintas, peristiwa
pembunuhan.

Teori dari theopharatus von Hohenheim (Paracelcus), 1493-1541

Paracelcus ( Einsiedein, Swiss 11 November atau 17 Desember 1493 – 24 September 1541 )


adalah ahlikimiawan, dokter,astrolonger dan ahliokultisme dari Swiss.terlahir dengan nama
Philip von Hohenheim, ia mengubahn\ namanya menjadi Philippus Theophartus Aureolus
Bombastus von Hohenhim dan belakangan menjadi Paracelcus, yang berarti “ sama atau
lebih hebat dari Celcus”, seorang dokter romawi dari abad ke-1. Paracelsus adalah pionir
pengguna zat kimia dan mineral dalam kedokteran. Ia sering pula dianggap sebagai bapak
toksikologi.

Paracelcus mengatakan :

All things are poisons, nothing is without pioson; the dose alone cause a thing not to be
poison.

Yang intinya dia mengatakan bahwa segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa
racun; hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun.

Definisi racun menurut TAYLOR

- Setiap bahan atau zat yang dalam jumlah kecil, bila masuk atau dimasukan kedalam
tubuh, akan menimbulkan gejala-gejala abnormal, menyakiti, mencederai atau
membinasakan orang yang normal dan sehat (semua zat dalam jumlah besar dapat
berupa racun).
Racun adalah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan secara faali, yang
dalam dosis toksik, selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal mana dapat
berakhir dengan penyakit atau kematian. Secara umum racun merupakan zat padat,
cair, ataupun gas dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme. Zat racun
dapat masuk kedalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan
tubuh). Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka,
sakit dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya
dalam sekala molekul. Sedangkan keracunan adalah proses masuknya zat racun
kedalam tubuh makhluk hidup dinamakan keracunan. Dalam kehidupan sehari-hari,
bentuk keracunan ini ada yang disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh keracunan yang tidak disengaja adalah saat seseorang keracunan makanan
karena didalam makanan tersebut mengandung zat kimia berbahaya.
Contoh keracunan disengaja dapat dilihat pada kasus bunuh diri dengan obat keras.
Pencemaran
- Pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan disuatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, larutan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu
kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan, dan air tanah adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Pencemaran air merupakan masalah global utanma yang membutuhkan evaluasi dan
revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga
sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa polusi air adalah penyebab
terkemuka didunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan
ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan atau
mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas
penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, ledakan alga,
kebinasaan ikan, badai dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam
kualitas air dan status ekologi air.
- Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar kedalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ketanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk kedalam tanah. Pencemaran yang
masuk kedalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun ditanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara diatasnya.
Paparan kronis( terus menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
- Pencemaran makanan
Makanan sehat yang memenuhi syarat untuk dikonsumsi menjadi tujuan akhir proses
pengelolaan makanan. Terkait dengan hal ini, dalam pengelolaan hygiene sanitasi
makanan penting diperhatikan segala aspek yang berkaitan, baik orang, tempat
maupun peralatan yag digunakan untuk memasak. Harus dipisahkan antara peralatan
yang digunakan mengolah makanan , untuk menyimpan makanan, dan alat yang
digunakan untuk penyajian makanan. Kebersihan alat-alat yang digunakan harus
terjaga agar tidak terjadi kontaminasi dari alat makan terhadap makanan yang akan
disajikan yang memenuhi syarat untuk dikonsumsi menjadi tujuan akhir proses
pengelolaan makanan. Terkait dengan hal ini, dalam pengelolaan hyegene sanitasi
makan penting diperhatikan segala aspek yang berkaitan,baik orang, tempat, maupun
peralatan yang digunakan untuk memasak. Harus dipisahkan antara peralatan yang
digunakan mengolah makanan, untuk menyimpan makanan, dan alat yang digunakan
untuk penyajian makanan.
Kebersihan alat-alat yang digunakan harus terjaga agar tidak terjadi kontaminasi dari
alat makanan yang akan di sajikan.
- Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, menganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa devinisi gangguan fisik seperti polusi suara, radiasi atau polusi
cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran udara didalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama
buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.
Spektrum dosis toksik (racun)
Fungsinya untuk menentukan seberapa jauh suatu zat dapat menimbulkan efek toksik.
Nilai toksik atau toksisitas suatu zat yaitu LD50 (Lethal Dose, 50) atau yang berarti
menyebabkan 50% kematian.
Definisi Lethal Dosis 50 (LD50) adalah dosis tertentu yang dinyatakan dalam
miligram berat bahan uji per kilogram berat badan (BB) hewan uji yang menghasilkan
50% respon kematian pada populasi hewan uji dalam jangka waktu tertentu.
Regulasi pemerintah No.85 tahun 1999 menyatakan bahwa nilai ambang batas Lethal
Dosis 50 (LD50) secara oral adalah 15mg/kg berat badan.

KARAKTERISTIK TOKSIKAN
Efek merugikan atau toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,
sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam
efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya.
Faktor utama yang berkaitan dengan tosisitas dan situasi paparan adalah cara
atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan. Jalan masuk kedalam tubuh
suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran pencernaan makanan,
saluran pernafasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain tersebut diantaranya adalah intra
muskular, intra dermal, dan subkutan. Jalan masuk yang berbeda iniakan
mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri
biasanya masuk kedalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian
keracunan biasanya melalui proses tertelan.
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat
diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda misalnya bahan
polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat
diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena, memberi reaksi
cepat dan segera.
Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan
absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk melalui kulit dengan dosis
lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah, maka
dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan
untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan
percobaan binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan
akibat bahan polutan menjadi empat kategori, yaitu: akut, subakut, subkronis dan
kronis. Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24jam dan jalan
masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan subakut terjadi
apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan subkronis bila
paparan terulang antara 1-3bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih dari
3bulan. Pada beberapa bahan polutan efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangnya.
Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistem saraf pusat
sedangkan paparan ulangnya akan dapat menyebabkan leukimia. Penurunan dosis
akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan beberapa
jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilakn beberapa efek apabila
dosis yang diberikan hanya separuhnya maka efek yang terjadi juga akan menurun
setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka
tidak akan menimbulkan efek.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian
dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya.
Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek
toksik pada kondisi kronis bersifat irefersibel. Hal tersebut terjadi karena sistem
biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat
paparan terus menerus dari bahan toksik.
Faktor yang mempengaruhi toksisitas
Toksisitas tergantung pada dari berbagai faktor, yakni:
1. Sifat fisik misalnya: gas, uap, debu, fume, asap mist/kabut atau fog.
2. Sifat kimia misalnya: jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya
larut. Contohnya, gas yang mudah larut dalam air (ammonia dan sulfur oksida)
bila terhirup meskipun dengan kadar rendah akan mengiritasi saluran nafas
atas sedangkan gas tidak mudah larut dalam air (nitrogen dioksida, ozon, dan
fosgen) dapat mencapai saluran nafas yang lebih dalam.
3. Port d’entree (cara masuk dalam tubuh)

Zat kimia masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (terinhalasi) saluran
cerna (peroral) dan kulit (perdermal). Inhalasi merupakan cara yang paling sering
dalam industri.

Faktor individu seperti usia, jenis kelamin, ras, status gizi, kesehatan, faktor
genetik dan kebiasaan lain misalnya merokok, minum minuman keras, dan
sebagainya.

Hubungan dosis dan respon

Toksinitas suatu zat atau respon suatu tubuh timbul tergantung pada kuantitas zat
tersebut yang terkumpul pada organ tubuh. Selanjutnya konstrasi dalam organ
tubuh tergantung pada lama pemakaian sehingga dapat diketahui pula adanya
hubungan sebab akibat antara dosis dan respon tubuh.

Interaksi bahan kimia

Antara suatu zat kimia dengan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau
saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi:

a) Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari
dua zat kimia atau lebih.
b) Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat
kimia jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.
Sebagai contoh karbon tetraklorida dan etanol keduanya toksik terhadap
hati tetapi bila seseorang keracunan kedua zat tersebut secara bersamaan
akan terjadi kerusakan hati yang jauh lebih parah.
c) Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tidak memiliki efek
toksik akan tetapin bila zat ini ditambahkan pada zat lain maka akan
mengakibatkan zat kimia lain menjadi toksik.
d) Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan,
maka zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.

Proses zat kimia dalam tubuh


Cara masuk bahan beracun kedalam tubuh sangat besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan keracunan. Didalam tubuh melalui proses enzimatik terjadi
perubahan bentuk secara biokimia (biotransformasi) yang terjadi dalam hati.
Proses demikian dapat terjadi pada ginjal, paru dan kulit.

Biotransformasi mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang beracun


yang dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih
beracun dari zat asal nya misalnya pada berbagai zat penyebab terjadinya
kanker.

Pengeluaran atau ekskresi proses tersebut dengan di lakukan nya melalui air
seni (urine) dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat. Pada
hewan percobaan diketahui adanya sekresi melalui air susu. Rambut yang
sering pula disebut sebagai kemungkinan proses ekskresi, meskipun air raksa
atau arsen yang di jumpai pada rambut umum nya masih dalam bentuk asal.

1. Efek terhadap kesehatan


Tergantung dari organ target, bahan kimia bersifat neurotoksik
(meracuni saraf), hematotoksik (meracuni liver atau hati), nefrotoksik
(meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistematik
(meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya.
Di tinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bisa
terjadi secara akut atau kronik. Efek akut terjadi pada pemakaian bahan
kimia dalam waktu singkat (kurang dari 2 minggu) pada kadar yang
tinggi. Sedangkan efek kronik timbul setelah pemakaian berulang kali
selama 3 bulan atau lebih.
Tanda atau gejala yang terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa
bervariasi dari gejala yang umum atau nonspesifik dan spesifik. Untuk
membedakan gejala yang spesifik ataupun spesifk di perlukan
konsultasi dan komunikasi dengan dokter.
Berikut berbagai bahan kimia yang berpengaruh pada kesehatan:
 Asphyxian

Asphyxian ialah zat kimia yang menyebabkan asfiksia (kekurangan


oksigen). Simple asphyxian mengakibatkan tubuh mengalami
kekurangan oksigen karena berkurangnya tekanan parsiil oksigen
dalam darah. Sedangkan pada chemical asphyxian, kekurangan
oksigen terjadi karena adanya zat kimia yang mengikat hemoglobin
sehingga pengangkutan oksigen ke sel jaringan oleh hemoglobin
menjadi terganggu. Contoh zat kimia penyebab asfiksia :

Chemical asphyxian Simple aspyxian

Asetonitril Asetilen

Karbon monoksida Karbon dioksida

 Irritant

Zat irritant akan mengakibatkan iritasi atau rangsangan atau menimbulkan inflamasi atau
peradangan pada mata, kulit, saluran nafas atau saluran kemih. Contoh : asam asetat, kalisum
oksida, arsen, aseton, asam pospat. Beberapa zat iritan seperti ammonia, klor, sulfur dioksida,
nitrogen dioksida, ozon dan fosgen berpengaruh pada saluran nafas mengakibatkan
bronchitis, sebab paru atau kerusakan jaringan paru.diketahui juga berbagai zat kimia yang
bersifat karsinogenik (menimbulkan kanker) seperti asbes, benzene, krom, nikel, vinyl
klorida, berefek teratogen (mengakibatkan kelainan janin) mutagen (menimbulkan mutasi
atau perubahan genetic).

Mekanisme toksisitas
 Empat staps toksisitas pembangunan
a) Pengiriman
b) Reaksi dengan organ target atau molekul
c) Celluar dysfunction dan toksisitas yang di hasilkan
d) Perbaikan atau rusak

Racun dapat masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui berbagai jalan. Berikut adalah
urutan jalan masuk racun

berdasarkan kecepatan kerjanya:

 Inhalasi
 Perentral atau injeksi
 Per-oral atau ingesti
 Perektal atau pervaginum
 Penyerapan melalui kuliat yang sehat atau sakit
 Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat di kelompokan berdasarkan mekanisme
kerja nya dalam tubuh manusia:
Racun yang bekerja local atau setempat.umum nya akan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan dapat di sertai dengan perforasi.
o Zat zat korosif,misal nya lisol,asam kuat, basa kuat
o Bersifat iritan. Misal nya arsen, HgCl2
o Bersifat anestetik, misal nya kokain, asam karbol
Racun yang bekerja secara sistemik. Umum nya golongan ini memiliki afinitas
terhadap salah satu organ atau system.
o Susunan saraf pusat : narkotika, barbiturat, dan alcohol
o Jantung : digitalis dan asam oksalat
o Enzim pernafasan sel : karbon – monoksida dan sianida
o Hati : insektisida golongan “ chlorinated hydrocarbon “ dan golongan fosfor
organik.
o Medulla spinalis : strychnine
o Ginjal : cantharides dan Hgcl2
Racun yang bekerja secara lokal dan sistemik. Pada golongan ini racun yang pada
awalnya bersifat lokal dapat masuk ke darah secara sistemik dan menekan pusat
pernafaasan .
o Asam oksalat
o Asam karbol
o Arsen

RACUN
Menurut taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatife kecil ( bukan
minimal ) yang jika masuk atau mengenai tubuh seorang akan menyebabkan timbulnya reksi
kimiawi ( efek kimia ) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.

Menurut Gradwohl racun adalah subtansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila
mengenai tubuh seseorang ( atau masuk ), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh,
kerugian bahkan kematian.

Sehingga jika dua definisi diatas digabungkan, racun adalah subtansi kimia, yang
dalam jumlah relative kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk mengenai tubuh tanpa
kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan efek
yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.

JALAN MASUK

Racun dapat masuk kedalam tubuh seseorang melalaui beberapa cara :

1. Melalui mulut ( peroral / ingesti ).


2. Melalui saluran pernafasan ( inhalasi )
3. Melalui suntikan ( parenteral, injeksi ).
4. Melalui kulit yang sehat / intak atau kulit yang sakit
5. Melalui dubur atau vagina ( perektal atau pervaginal ) ( idris,1985 )

KLASIFIKASI RACUN

Racun dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Pestisida
A. Insektisida
1. Organoklorin
1. Derivat chlorinethane : DDT
2. Derivat Cyclodiane : Thiodane, endrim, Dieldrine, Chlordan, Aldrine,
Heptachlor, Toxapene
3. Derivat Hexachlorcyclohexan : Lindan, myrex
2. Organofosfat : DFP, TEPP, Parathion, Diazinon, Fenthoin, Malathion
3. Carbamat : Carbaril, Aldicarb, Propaxur, Mobam.

B. Herbisida
1. Chloropheoxy
2. Ikatan Dinitropenal
3. Ikatan karbonat : Prepham, Barbave
4. Ikatan urea
5. Ikatan Triasine : Atrazine
6. Amide : Propanil
7. Bipyride

C. Fungisida
1. Caplan
2. Felpet
3. Penthachlorphenal
4. Hexachlorphenal

D. Rodentisida
1. Warfain
2. Red Squill
3. Norbomide
4. Sodium Fluoroacatate dan Fluoroacatamide
5. Aepha Naphthyl Thiourea
6. Strychnine
7. Pyriminil
8. Anirganik

 Zinc Phospat
 Thallium sulfat
 Phosfor
 Barium karbamat
 Al. Phosfat
 Arsen trioxide

Berdasarkan sumber dan tempat dimana racun – racun tersebut mudah didapat,
maka racun dapat dibagi menjadin5 golongan, yaitu :

1. Racun – racun yang banyak terdapat dalam rumah tangga


Misalnya : Desinfektan, Deterjen, Insektisida dsb.
2. Racun – racun yang banyak digunakan dalam lapangan pertanian,
perkebunan. Misalnya : Pestisida, herbisida.
3. Racun-racun yang banayak dipakai dalam dunia kedokteran / pengobatan.
Misalnya : Sedative, hipnotis, analgetik, obat penenang anti depresan dsb
4. Racun- racun yang banyak dipakai dalam industri / Labolatorium.
Misalnya : asam dan basa kuat, logam berat dsb
5. Racun-racun yang terdaapat dialam bebas misalnya opium, ganja, racun
singkong, racun jamur serta binatang

MEKANISME KERJA RACUN

1. Racun yang bekerja secar setempat (lokal)


Misalnya :

o Racun bersifat korosif : asam dan basa kuat.


o Racun bersifat iritan : arsen, Hgc12
o Racun bersifat anastetis ; kokain, asam karbon.

Racun- racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan
sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang
dapat disebabkan oleh shok akibat nyerinya tersebut, karena peradangan
sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.

2. Racun yang bekerja secara umum ( sistemik )

Walaupun kerjanya secara sistemik, racun racun dlam golongan ini biasanya
memiliki akibat / efinitas pada salah satu system atau organ tubuh yang lebih besar bila
dibandingkan dengan system atau organ tubuh lainnya. Misalnya :

o Narkotik, barbiturate, Alkohol, terutama berpengaruh dalam susunan saraf


pusat
o Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung.
o Estrychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang.
o CO2 dan HCN tewrutam berpengaruh terhadap darah dan enzim
pernafasn.
o Cantharides dan HgC12 terutama berpengaruh terhadap ginjal.
o Insektisida golongan hydrocarbon yang di-chlor-kan di phosphorus
terutama berpengaruh terhadap hati.

3. Racun yang bekerja secara setempat dan secara umum


Misalnya :
o Asam oksalat
o Asam karbol

Selain menimbulkan rasa nyeri ( efek local ) juga akan menimbulkan depresi pada
susunan saraf pusat ( efek sistemik ). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam
karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh terhadap otak ( nawani, 1989 )

o Arsen
o Garam Pb
Faktor – factor yang mempengaruhi kerja racun

1. Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh
jika pcara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas
tentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya kedalam tubuh secara
inhalasi. Jika racun tersebut masuk kedalam tubuh secara ingesti tentu tidak
akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk
kedalam tubuh sama besarnya.

Berdasarkan cara pemberian, maka umunya racun akan paling cepat bekerja
pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi ( i.v, i.m, dan
s.c ), ingesti, absorposi, melaui mukosa dan yang paling lambat jika racun
tersebut masuk kedalam tubuh melalui kulit yang sehat .

2. Keadaan tubuh
1. Umur

Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitive terhadap racun
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun
seperti barbiturate dan beladona, justru anak-anak akan lebih tahan.

2. Kesehatan

Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal,


biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang
sehat walaupun racun yang masuk kedalam tubuhnya belum mancapai
dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut,
proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik demikian pula halnnya
dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai
dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka
penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita
tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu buru mengambil
kesimpulan bahwa kematian penderita disebabkan oleh racun. Dan
sebaliknya pula kita tidak boleh tergesa-gesa menentukan sebab kematian
seseorang karena penyakit tanpa melakukan penelitian yang teliti,
misalnya pada kasus keracunan arsen ( tipe gastrointestinal ) dimana disini
gejala keracunannya mirip dengan gejala gastroenteritis yang lumrah
dijumpai

3. Kebiasaan

Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat
menimbulkan gejala-gejala keracuanan atau kematian, yaitu karena
terjadinya toleransi. Tertapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak
selamanya menetap. Menurunnnya toleransi sering terjadi misalnya pada
pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan
narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan
mengapa pada para pecandu tersebut bias terjadi kematian, walaupun dosis
yang digunakan sama besarnya.

4. Hipersensitif (alergi-idiosinkrasi)

Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, sterptomisin dan preparat-


preparat yang mengandung iodium menyebabkan kematian, karena si
korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Daei segi ilmu
kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh diilupakan, kita harus
menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan karena
hipersensitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-
preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat
tersebut dapat mempengaruhi berat ringannnya hukuman yang akan
dikenakan pada pemberi preparat tersebut.
1. Racunnya sendiri
Dosis
Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat ringannya
akibat yang ditimbulakan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan
adanya factor toleransi, dan intoleransi individual. Pada intoleransi
gejala keracuanan akan tampak walaupun racun yang masuk kedalam
tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi terswbut
dapat bersifat bawaan / congenital atau intoleransi yang didapat
setelah seeorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan
pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan eksresi.

Kosentrasi

Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara local


misalnya zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingak
dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang
bekerja secaransistemik, diaman dalam hal ini dosisnya yang berperan
dalam menentuakan berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh
racun tersebut.

Bentuk dan kombinasi fisik

Racun yang berbentuk cair tentunya akan lenih cepat


menimbulkan efek bila dibandingkan yang berbentuk padat, seseorang
yang menelam racun dalam keadaan lambung kosong, tentu akan lebih
cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun
dalam keadaan lambungnya berisi makanan.

Adiksi dan sinergisme

Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan


alcohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematianwalaupun dosis
barbiturate yang diberikan jauh dibawah dosis letal. Dari segi hokum
kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal
seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus
dimana kadar racunyang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal
demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang
mempunyai sifat aditif (sinergik dengan racun yang ditemukan),
sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan
karena reaksi anafilaksi yang fatal atau karena adanya intoleransi.

Susunan kimia

Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia


tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan
secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.

Antagonisme

Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan


lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh
karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam
klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan,
misalnya nalorfin dan koloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi
pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut
obat-obatan golongan narkotik.
Kriteria diagnosis kasus keracunan
1. Anamnesa yang ,menyatakan bahwa korban benar-benar kontak
dengan racun (secara injeksi, inhalasi, ingesti, absorbs, melaluyi
kulit atau mukosa).

Pada umumnya anamnesa tidak dapat dijadikan pegangan sepenuhnya sebagai


kriteria diagnostic, misalnya pada kasus bunuh diri – keluarga korban tentunya
tidak akan memberikan keterangan yang benar, bahkan malah cenderung
untuk menyembunyikannya, karena kejadian tersebut merupakan aib bagi
pihak keluarga korban.

2. Tanda dan gejala-gejala yang sesuai dengan tanda/ gejala


keracunan zat yang diduga.

Adanya tanda atau gejala klinis biasanya hanya terdapat pada kasus yang
bersifat darurat dan pada prakteknya lebih sering kita terima kasus-kasus tanpa
disertai dengan data-data klinis tentang kemungkinan kematian karena
kematian sehingga harus dipikirkan terutama pada kasus yang mati mendadak,
non traumatic yang sebelumnya dalam keadaan sehat.

3. Secara analisa kimia dapat dibuktikan adanya di dalam sisa


makanan / obat / xat yang masuk ke dalam tubuh korban.

Kita selamanya tidak boleh percaya bahwa sisa sewaktu yang digunakan
korban itu adalah racun ( walaupun ada etiketnya) sebelumnya dapat
dibuktikan secara analisa kimia, kemungkinan-kemungkinan seperti tertukar
atau disembunyikannya barang bukti, atau si korban menelan semua racun –
criteria ini tentunya tidak dapat dipakai.

4. Ditemukannya kelainan-kelainan pada tubuh korban, baik secara


mikroskopik atau mikroskopik yang sesuai dengan kelainan yang
diakibatkan oleh racun yang bersangkutan.

Bedah mayat (otopsi) mutlak harus dilakukan pada setiap kasus


keracunan, selain untuk menentukan jenis- jenis racun penyebab
kematian, juga penting untuk menyingkirkan kemungkinan lain
sebagai penyebab kematian. Otopsi menjadi lebih penting pada
kasus yang telah mendapat perawatan sebelumnya, dimana pada
kasus-kasus seperti ini kita tidak akan menemukan racun atau
metabolitnya, tetapi yang dapat ditemukan adalah kelainan-
kelainan pada organ yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai