Anda di halaman 1dari 31

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Aat Agustini, MKM


Jujur adalah suatu kebenaran yang sesuai
antara perkataan dan kenyataan Itikad yang
ada di dalam hati. Jujur termasuk perilaku
yang mulia. Perilaku jujur tidak hanya
diwujudkan dalam ucapan saja melainkan
dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita
juga, perilaku jujur harus di terapkan
dalam hal apapun.
Kejujuran adalah ketenangan hati yang
merupakan satu pondasi yang mendasari iman
seseorang, karena sesungguhnya iman itu
adalah membenarkan dalam hati akan adanya
Allah SWT. Maka orang yang tidak jujur akan
menghilangkan kepribadian mukmin dan
melenyapkan iman.
Memulai sikap jujur tentunya dari diri sendiri
sebelum mengajak orang lain untuk bersikap
jujur. Dengan kesadaran dari hati, pasti sikap jujur
akan tertanam dalam diri secara cepat, yang
didasari niat yang ikhlas karena Allah SWT. Untuk
diri kita sendiri bisa berubah menjadi lebih baik.
Sikap jujur seharusnya dimulai sejak kanak-kanak
karena dengan semenjak kanak-kanak sikap jujur
tersebut akan selalu melekat pada diri seseorang
tersebut, karena pada dasarnya sikap jujur itu
tumbuh dengan membiasakan diri yang dibekali
rasa percaya diri dan tanpa ada keraguan sedikit
pun dari dalam diri.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang- orang yang benar (Jujur). (QS At
Taubah : 119)

Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada


Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka. (QS.Muhammad: 21)
Cara membiasakan sikap jujur:
Menghindari sifat dusta
Yakin bahwa jujur itu perintah ALLAH S.W.T
Berteman dengan orang yang jujur
Mengetahui bahwa jujur itu akan mendapat
pahala dan berbohong itu akan mendapatkan
dosa
Tau akibat dari perbuatan tidak jujur
Membiasakan jujur dari hal yang kecil
Prilaku jujur sangat bermanfaat dalam kehidupan
sehari hari.
Berikut manfaat dari "KEJUJURAN" di dalam
kehidupan sehari-hari :

1. MEMPERLUAS PERGAULAN.
Orang yang jujur akan mudah bergaul dan pasti akan di senangi
banyak orang, karena orang lain tidak akan merasa curiga dan
khawatir terhadap perkataan dan perilaku orang yang jujur.
Sebaliknya pula, bila seseorang tidak jujur apalagi telah di cap
pembohong, maka orang banyak akan selalu membenci dan
mencurigai orang pembohong itu. Adapun yang di katakan dan
di perbuat oleh orang pembohong akan senantiasa di anggap
dusta oleh orang lain.
2. MENJADIKAN MASYARAKAT HIDUP
DALAM KEDAMAIAN DAN
KETENTRAMAN.
Bila sifat jujur sudah melekat pada setiap
masyarakat. Maka, kehidupan di masyarakat pun akan
menjadi damai, tentram, dan saling peduli serta saling
mempercayai antara satu anggota masyarakat dengan
masyarakat lainnya serta pun tidak menimbulkan
kerugian terhadap orang lain.
Jika seorang pemimpin bertindak jujur dan adil maka
rakyatnya pun akan taat, patuh, dan menghormati
pemimpinnya. Jika yang tua sayang pada yang muda,
maka yang muda akan hormat kepada yang tua.
3. MENDAPATKAN RIDHO DARI
ALLAH SWT.
Jujur membawa perilakunya senantiasa
berkata dan berbuat baik. Sedangkan kebaikan
akan membawa manusia memperoleh ridho
dari ALLAH SWT. Dan bila ALLAH SWT ridho
kepada hamba-Nya, maka akan di
anugerahkan rahmat kepada hamba-Nya.
Beberapa manfaat dari kita bersikap jujur
kepada orang lain dan pada diri sendiri

Dalam menjani kehidupan sehari-hari tidak merasa


terbebani apapun.
bila kita jujur, tidak ada kebohongan yang harus ditutup-tutupi, apabila kita mau
berbica bisa berbica apa adanya dan tidak ada pantangan atau leluasa dalam
bercerita kepada semua orang yang terjadi dalam kehidupannya. Dan sebaliknya
kita tidak leluasa dalam bercerita bohong.
Bisa timbul rasa percaya diri dalam dirinya
kita mempunyai rasa optimis dalam kehidupan dan saat melakukan sesuatu tanpa ada
keraguan dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun hasil yang tidak
memuaskan. Tentunya di masa yang akan datang akan sangat mempengaruhi dalam
kehidupan di dalam banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga, hubungan
masyarakat, hubungan pertemanan dan banyak lagi.
Bersikap jujur akan menimbulkan sikap positif, misal dalam
pemilu pasti tidak ada lagi suap.
Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat
anggota keluarga tersebut menjadi nyaman.
Karena antara keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu bila salah satu keluarganya dalam keadaan kesusahan.
Dengan sikap jujur pada seorang pelajar dapat
menimbulkan semua tugas atau pekerjannya cepat selesai dan
mudah dalam mengerjakan. Dan tidak ada masalah yang
menghadang.
Kejujuran membawa pelakunya bersikap berani
karena pelakunya akan kokoh dalam tidak lakunya, dan karena
pelakunya akan berpegang teguh dan tidak ragu-ragu dalam
bertidak.
Sikap jujur dapat menimbulkan perilaku tidak
bergantung dengan orang lain
BUTIR-BUTIR REFLEKSI KEJUJURAN
1. Kejujuran adalah mengatakan kebenaran.
2. Saat aku jujur, aku merasa jernih.
3. Orang yang percaya diri, jujur dan benar.
4. Kejujuran berarti tidak kontradiksi dalam pikiran, kata, atau tindakan.
5. Pikiran, kata-kata, tindakan yang jujur menciptakan harmoni.
6. Kejujuran adalah kesadaran akan apa yang benar dan sesuai dengan
perannya, tindakannya, dan hubungannya.
7. Dengan ada kejujuran tidak ada kemunafikan atau kepalsuan yang
menciptakan kebingungan dan ketidakpercayaan dalam pikiran dan
hidup orang lain.
8. Kejujuran membuat integritas dalam hidup, karena apa yang ada di
dalam dan di luar diri adalah cerminan jiwa.
9. Kejujuran untuk digunakan pada apa yang kamu percaya.
10. Ada hubungan yang dalam antara kejujuran dan persahabatan.
11. Ketamakan kadang ada pada akar ketidakjujuran.
12. Orang yang jujur mengetahui bahwa kita semua saling berhubungan.
13. Menjadi jujur pada diri dan dalam menghadapi tugas, akan
mendapatkan kepercayaan diri dan mengilhami orang lain.
Jujur Dalam Kegiatan Akademik
kejujuran akademik adalah masalah kejujuran hati nurani.
Biar bagaimanapun kebijakan yang digulirkan lembaga pendidikan
dengan tujuan mengeliminir setiap ruang ketidakjujuran, namun
tetap saja sebenarnya yang bisa mengontrol kejujuran akademik
tersebut adalah diri pribadi pelaku dalam dunia pendidikan itu
sendiri.
Sekali lagi keberhasilan karir seseorang dalam dunia pendidikan,
jika ia melandaskan diri dari aktivitas ketidakjujuran dalam
memperoleh hasil akademis, maka sejatinya ia berdiri pada hasil
yang semu tidak akan bisa dinikmati secara hakiki.
Sampai kapanpun kepalsuan atas apa yang dilakukan, akan
senantiasa terus teringat selama hidup. Itu artinya siapapun
orangnya, jika ia melakukan ketidakjujuran akademik, ia akan selalu
mengingat peristiwa itu, yang pada akhirnya membuat
ketidaknyamanan dalam memori hidupnya sendiri.
Menyontek/Plagiat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2008), berasal dari kata sontek yang berarti melanggar,
mencontoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan
lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak.

Bower (dalam Purnamasari, 2013), mendefinisikan


menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu
mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari
kegagalan akademik atau dalam teks aslinya cheating is
manifestation of using illigitimate means to achieve a
legitimate end (achieve academic success or avoid
academic failure).
Senada dengan Deighton (1971) yang
menyatakan Cheating is attempt an individuas
makes to attain success by unfair methods.
Maksudnya, cheating adalah upaya yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan
keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.
Sementara itu, menurut Pincus & Schemelkin
(2003:196) perilaku menyontek merupakan suatu
tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika
seseorang mencari dan membutuhkan adanya
pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain
meskipun dengan cara yang tidak sah seperti
memalsukan informasi terutama ketika
dilaksanakannya evaluasi akademik.
Berdasarkan beberapa pengertian menyontek
di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku menyontek adalah kegiatan, tindakan
atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja
dengan menggunakan cara-cara yang tidak
jujur atau curang untuk memalsukan hasil
belajar dengan menggunakan bantuan atau
memanfaatkan informasi dari luar secara tidak
sah pada saat dilaksanakan tes atau evaluasi
akademik untuk mencapai tujuan tertentu.
Faktor Penyebab Menyontek
adalah satu alasan yang mendorong individu
untuk menyontek adalah untuk memuaskan
harapan orang tua.
Santrock (2003) mengatakan bahwa tidak jarang
orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak-
anaknya dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi
dari orang tua tanpa melihat kemampuan
anaknya. Orang tua bermaksud ingin memberikan
yang terbaik bagi anak-anaknya, namun keinginan
tersebut tidak memperhatikan kemampuan anak.
Sikap orang tua yang mengharapkan terlalu
berlebihan pada anak akan menghambat anak
untuk menunjukkan prestasi sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991) biasanya
anak menyadari harapan orang tuanya. Oleh
karena itu sikap yang terlalu menuntut dapat
menyebabkan anak merasa takut kehilangan
kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini
menimbulkan rasa rendah diri, gangguan tingkah
laku, berkurangnya motivasi untuk belajar serta
ketegangan atau kecemasan dalam diri anak.
Agustin (2014) menyebutkan beberapa faktor yang
menyebabkan siswa menyontek pada saat ujian
Faktor-faktor penyebab menyontek adalah:
Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil
studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam
tes formatif atau sumatif.
Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang
diterapkan dalam kehidupan siswa.
Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga
ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang
bertanggung jawab.
Anak remaja sering menyontek daripada anak SD, karena
masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak
teman dan populer di kalangan teman-teman sekelasnya.
Kurang mengerti arti dari pendidikan.
Indikator Menyontek
1. Prokrastinasi dan efikasi diri rendah

Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau


tugas) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada
orang yang menyontek karena orang yang terbiasa
menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang
rendah dalam menghadapi ujian.
Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang
dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang
yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan
cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan baik dan menolak untuk
melakukan kegiatan menyontek.
2. Kecemasan yang berlebihan

Munculnya kecemasan yang berlebihan juga


merupakan indikator bagi seseorang yang
melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang
muncul pada seorang pencontek adalah
munculnya kecemasan yang berlebihan saat tes.
Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi otak
sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya. Keadaan tersebut membuat
orang terdorong dalam melakukan kegiatan
menyontek untuk menciptakan ketenangan pada
dirinya.
3. Motivasi belajar dan berprestasi

Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi


akan berusaha menyelesaikan tugas maupun
pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan
usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini
dapat berarti bahwa orang yang memiliki
motivasi berprestasi cenderung mengerjakan
tugas sendiri dan menghindari perilaku
menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki
motivasi belajar yang rendah akan banyak
menemui kesulitan dalam belajar, sehingga
memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman
yang kurang dalam menghadapi tes.
4. Keterikatan dengan kelompok

Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu


kelompok akan cenderung melakukan
kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena
orang tersebut merasakan keterikatan yang
kuat di antara mereka sehingga mendorong
untuk saling menolong dan berbagi termasuk
juga dalam menyelesaikan ujian atau tes.
Biasanya seseorang akan cenderung
menyontek kepada teman yang dikenal atau
teman dekatnya.
5. Keinginan nilai tinggi
Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai
yang tinggi juga dapat menjadi pendorong
seseorang melakukan kegiatan menyontek.
Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya
dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang
baik meskipun harus menggunakan cara yang
salah (menyontek).
6. Pikiran negatif

Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan


dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan
dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga
menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa.
Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena
hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik. Orang
tua seharusnya memberikan dorongan dan
kepercayaan kepada siswa agar dapat meminimalisir
perilaku menyontek.
7. Perilaku implusive dan cari perhatian

Dody Hartanto (2012:28) mengatakan bahwa orang


yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan
indikasi mereka terlalu menuruti kata hati (implusive)
dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking).
Individu dapat dikatakan implusive jika keputusan yang
dibuathanya berdasarkan dorongan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dibandingkan
memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan
akan sensasi (perhatian) yang berlebihan adalah ketika
individu yang sedang dalam tumbuh dan berkembang
tersebut melakukan perbuatan menyontek sebagai
sesuatu yang alami untuk bertahan hidup.
8. Harga diri dan kendali diri
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi
atau berlebihan akan cenderung memilih
untuk melakukan kegiatan menyontek.
Perbuatan menyontek tersebut dilakukan
untuk menjaga harga diri siswa tetap terjaga
dengan mendapatkan nilai yang tinggi
walaupun dengan menyontek. Selain itu orang
yang memiliki kendali diri (self control) yang
rendah juga cenderung melakukan perbuatan
menyontek.
Bentuk-bentuk menyontek
Berhubungan dengan bentuk-bentuk menyontek, (Hetherington
and Feldman 1964; dalam Dody Hartanto, 2012:17) membagi
perilaku menyontek ke dalam empat bentuk, yaitu:
Individual-opportinistic yang dimaknai sebagai perilaku dimana
siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang
berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari
kelas.
Independent-planned yang diidentifikasikan sebagai menggunakan
catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban
yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih
dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
Social-active yang merupakan perilaku dimana siswa mengcopy
atau melihat atau meminta jawaban dengan orang lain.
Social-passive yakni mengizinkan seseorang melihat atau mengcopy
jawaban.
Dari beberapa bentuk menyontek di atas, dapat disimpulkan
bentuk-bentuk perilaku menyontek antara lain:

individual-opportinistic,
independent-planned,
social-active,
social-passive,
melihat jawaban teman ketika tes berlangsung,
meminta jawaban pada teman,
mengizinkan teman menyalin jawaban,
menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik,
plagiat,
membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku menyontek,
membuka buku saat ujian,
membuat catatan sendiri,
membuat coret-coretan di kertas kecil, rumus di tangan, di kerah baju,
mencuri jawaban teman, dan
memanfaatkan teknologi.
Sumber: Diane Tillman, Living Values Activities
for Young Adults, Jakarta: Grasindo, 2004.
Terimakasih

Semoga Kita termasuk Orang Yang di Ridhoi


Allah SWT dan dapat Berperilaku Jujur
Handout dapat di unduh di :
aatagustini.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai