Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

- TANGGAL PRAKTIKUM : 12 April 2016


- TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui adanya kandungan metabolit
sekunder dari suatu simplisia tumbuhan obat.
- TEORI DASAR :
Tumbuhan Obat adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yang digunakan
untuk pencegahan penyakit atau untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Khasiat
atau aktivitas farmakologis yang menjadi tumpuan bagi penggunaan suatu tumbuhan
sebagai tumbuhan obat ditentukan oleh senyawa kimia metabolit sekunder yang
mempunyai arti penting dalam kaitan dengan khasiat atau aktivitas farmakologis
tumbuhan obat adalah senyawa metabolit sekunder kelompok mono dan seskuiterpen,
triterpenoid dan steroid, saponin, alkaloid, flavonoid, tannin, dan polifenol, kuinon.
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau
dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat
menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif
tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi
terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna
dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium (Iskandar et
al, 2012).

Penggolongan komponen kimia dalam tumbuhan, ada beberapa macam antara


lain:

A. Berdasarkan biosintesis
 Metabolit primer
 Metabolit sekunder
B. Berdasarkan kepolaran
 Senyawa non polar : steroid, lemak, minyak atsiri.
 Senyawa semi polar : kumarin, kuinin, alkaloid.
 Senyawa polar : glikosida, saponin, dll.

1
C. Berdasarkan sifat asam basa
 Senyawa basa : alkaloid, anuna dll.
 Senyawa asam : fenol, flavonoid.
 Senyawa netral : kumarin, kuinon, dll.

Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan


fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut
secara kualitatif. Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2
ml besi (III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan
adanya tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol
(Praptiwi et al, 2006).
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang
berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat
terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa
dapat dipisahkan dari senyawa lainnya (Sumarnie et al, 2005).
Evaluasi fitokimia yang biasa dilakukan yaitu :
1. Skrining fitokimia
2. Identifikasi melalui analisis kromatografi atau spektroskopi

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia adalah metode kimia yang digunakan untuk mengetahui golongan
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu simplisia.

a. Skrining Senyawa Mono dan Seskuiterpen


Monoterpen dan Seskuiterpen adalah senyawa C10 – C15 merupakan komponen
penyusun minyak atsiri. Reaksi pengenalan didasarkan pada kemampuannya
membentuk warna-warna dengan pereaksi vanillin-asam sulfat.
Monoterpen-monoterpen dan seskuiterpen adalah komponen utama dari minyak
menguap atau minyak atsiri. Minyak menguap ini diperoleh dari daun atau
jaringan-jaringan tertentu dari tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan. Minyak
atsiri adalah bahan yang mudah menguap, sehingga ia mudah dipisahkan dari
bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Salah satu cara yang
paling popular untuk memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuh-tumbuhan

2
ialah penyulingan. Senyawa-senyawa di dan triterpen tidak dapat diperoleh
dengan jalan destilasi uap, tapi diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman
karet atau resin dengan jalan isolasi serta metoda pemisahan tertentu.

b. Skrining Senyawa Triterpenoid dan Steroid


Senyawa triterpenoid dan steroid mempunyai struktur dasar yang hamper sama.
Penghenalan senyawa triterpenoid dan steroid didasarkan pada kemampuannya
membentuk warna dengan pereaksi Liebermann-Burchard.
Untuk senyawa triterpenoid terbentuk warna ungu, sedangkan untuk steroid
terbentuk warna hijau-biru.

c. Skrining Senyawa Saponin


Saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Fungsi
dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan
karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.
Saponin adalah senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan yang dapat
membentuk busa. Reaksi pengenalan saponin didasarkan pada sifatnya yang dapat
memberikan busa pada pengocokan yang tidak hilang dalam beberapa menit dan
tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl encer.

d. Skrining Senyawa Alkaloid


Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang yang dalam strukturnya
terdapat atom nitrogen heterosiklik. Pengenalan alkaloid berdasarkan pada
kemampuannya membentuk senyawa kompleks tidak larut dengan pereaksi yang
mengandung logam berat. Pereaksi yang umum digunakan adalah :
- Pereaksi Mayer, mengandung Kalium Iodida dan raksa (II) klorida
- Pereaksi Dragendorf mengandung Bismutsubnitrat dan raksa (II)
Klorida.

e. Skrining Senyawa Flavonoid


Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memberikan berbagai warna
pada tumbuhan . pengenalan flavonoid didasarkan pada pembentukan warna
kuning hingga merah bila direaksikan dengan Mg dan HCl yang dapat ditarik oleh
amil alcohol.

3
flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat dalam
semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan
turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dalam
tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya
mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon
yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.

f. Skrining Senyawa Tanin dan Polifenol


Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan
mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman
tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin.
Tanin dan senyawa polifenolat mudah dikenali melalui pengenalan gugus fenol
yang member warna biru-hitam dengan pereaksi FeCl3 untuk membedakan tannin
dan polifenolat digunakan sifat tannin yang dapat mengendapkan larutan gelatin
1%.
Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah untuk menghalau hewan pemakan tumbuhan
karena berasa sepat.
Secara kimia tanin dapat dibedakan dalam 2 jenis:
 Tanin terkondensasi, hampir terdapat didalam paku-pakuan dan
Gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Merupakan senyawa inti fenol dengan karbohidrat atau
protein. Contohnya: proantosianidin (flavolan).
Tanin terkondensasi secara biosintetis dapat dianggap terbentuk dengan cara
kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian
oligodimer yang lebih tinggi. Nama lain untuk tanin terkondensasi ialah
proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan
karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila
direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
 Tanin terhidrolisis/dapat dihidrolisis, penyebarannya terbatas pada tumbuhan
Dicotyledonae. Contohnya: Galotanin dan Elagitanin. Yang merupakan
senyawa ester dari asam galat (polihidrat) dengan glukosa.

4
g. Skrining Senyawa Kuinon
Pengenalan senyawa ini didasarkan pada kemampuannya membentuk garam
berwarna kuning hingga merah dengan larutan basa alkali kuat.
Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami oksidasi dari bentuk kuinol
menjadi kuinon.

- MORFOLOGI TUMBUHAN :
1) KUNYIT

a. NAMA LATIN : Curcuma domestica


Nama Jawa : Kunyir (Sunda), Kunir(Jawa Tengah), Terno
Kuning (Madura)
Nama Indonesia : Kunyit
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan dengan pembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan dengan bunga)
Kelas : Liliopsida (biji berkeping satu atau monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val
b. BENTUK MORFOLOGI TUMBUHAN
Kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat
mencapai 40 – 100 cm. Bentuk batangnya semu, tegak, bulat dan basah,

5
membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah
daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga
10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat.
Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang
10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna
putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-
kuningan.
Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye, bila tua dan
tunas mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut
berwarna coklat muda. Setiap tanaman berdaun 3 – 10 helai, panjang daun beserta
pelepahnya sampai 70 cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna
hijau dan hanya bagian atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan, panjang
28 – 85 cm, lebar 10 – 25 cm. Bunga muncul dari batang semu panjang 10 – 15
cm. Bunga warnanya putih/kuning pucat, pangkal bunga warnanya putih.
Kunyit yang mempunyai nama latin Curcuma domestica
Val. merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan
ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan
baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000
mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan
rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit
berwarna kuning sampai kuning jingga (Sumiati, 2004.)
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan ketinggian 40-100 cm.
Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna
hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun ( agak lunak). Daun tunggal,
bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12.5 cm dan
pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk, berambut,
dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3
cm dan lebar 1.5 cm, serta berwrna putih/ kekuningan. Ujung dan pangkal daun
runcing serta tepi daun rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan dan
daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Johani, 2002).
Menurut Steenis (2006), tanaman yang termasuk family Zingiberaceae
ini merupakan tanaman herba menahun dengan akar rimpang. Batang tegak. Daun
kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah diantara

6
batas pelepah dan helain daun. Bunga zygomorph, berkelamin 2. Kelopak
berbentuk tabung dengan ujung yang bertaju kerap kali terbelah serupa pelepah.
Daun mahkota 3, pada pangkalnya melekat. Benang sari sempurna 1, penghubung
benang sari kerap kali lebar, ruang sari 2. Staminodia hampir selalu 3. Bakal buah
tenggelam tenggelam, beruang 3 atau 1. Tangkai putik sangat langsing, dengan
ujung terjepit di antara kedua benang sari. Kepala sari melebar. Buah kotak
kebanyakan berkatup 3, kadang-kadang tidak pecah.
Menurut Tjitrosoepomo ( 2005), rimpang ( rhizoma ) sesungguhnya
adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang
dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas
tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang disamping digunakan
sebagai alat perkembangbiakan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat
makanan cadangan. Akar tinggal pada kunyit memiliki ciri-ciri yaitu berbentuk
bulat atau jorong, bergaris tengah ±5 cm, panjangnya sekitar 2 cm sampai 6 cm,
lebar sekitar 1 cm sampai 3 cm. Bagian tepi akar tersebut berkeriput, bagian luar
bewarna coklat muda kemerah-merahan ( Kartasapoetra, 1996).

- KANDUNGAN KIMIA KUNYIT


Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin
dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.
Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar.
Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan
kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan
tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan
pada kurkumin.(Sumiati , 2004.).

- KHASIAT KUNYIT
Berikut ini beberapa khasiat kunyit untuk kesehatan:
1. Selain memiliki aktivitas antimikroba, antiradang, dan antivirus, kunyit juga
berpotensi meningkatkan jumlah antioksidan dalam tubuh. Kurkumin, senyawa
fenolik alami pada kunyit, bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

7
2. Kunyit berpotensi dalam pengobatan kanker. Pada penderita kanker, sel-sel kanker
menjalar melalui pembuluh darah (metastasis) dan jaringannya menjadi tumor.
Angiogenesis juga terjadi, yaitu pertumbuhan pembuluh darah baru yang menyebar ke
arah tumor untuk suplai nutrien, oksigen dan sirkulasi kotoran. Kurkumin mengobati
kanker dengan menghambat laju pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru
tersebut.
3. Wanita yang mengalami masalah dengan haid dapat menggunakan kunyit untuk
mengatasinya. Efek farmakologis kunyit dapat melancarkan darah dan haid serta
mengurangi rasa nyeri dan lelah datang bulan.
4. Sebagai antikoagulan alami, kunyit dapat menghalangi pembekuan darah dan
mencegah terjadinya trombosis.
5. Kunyit dapat menurunkan tekanan darah, mengobati diare, sakit lambung, asma, usus
buntu, dan rematik.
6. Sifat analgesik alami kunyit bekerja dengan menghambat Cox-2 yang mencetuskan
rasa nyeri. Dengan sifat analgesik dan antiinflamasinya, kunyit dapat mengobati
artritis dan rheumatoid artritis.
7. Penyakit pikun dapat diperlambat dengan sering mengonsumsi kunyit dalam
makanan. Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyakit pikun yang terjadi umumnya
pada usia tua, ketika kapasitas fisik otak berkurang. Kunyit berpotensi
memperpanjang jangka waktu abilitas kognitif otak. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa manula di Asia yang sering mengkonsumsi kare (curry) yang
mengandung kunyit memiliki daya ingatan yang lebih baik daripada manula di benua
yang lain.

- EFEK SAMPING KUNYIT


Meskipun menawarkan banyak manfaat kesehatan, ternyata kunyit juga dapat
menimbulkan efek samping terutama jika digunakan dengan cara yang salah.
Berikut adalah lima efek samping kunyit dan bagaimana cara efektif menghindarinya.
1. Gangguan lambung
Karena sifat pedas yang dimilikinya, mengkonsumsi kunyit dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan gangguan lambung.
Untuk membantu menghindari efek samping ini, saat mengambil suplemen kunyit,
pilih yang menggunakan lapisan enterik (enteric coating) dimana suplemen larut di
usus kecil sehingga tidak mengganggu lambung.

8
2. Merangsang rahim
Kunyit dikenal sebagai stimulan rahim yang dapat mendorong aliran menstruasi.
Wanita hamil dan ibu menyusui perlu berhati-hati untuk tidak menggunakan kunyit
terlalu banyak.

3. Susah diserap tubuh


Kunyit memiliki kecenderungan susah diserap oleh tubuh. Jika hendak membeli
suplemen kunyit, pastikan memilih yang mengandung piperin sebagai salah satu
bahan aktif.
Piperin akan membantu mempermudah penyerapan kunyit sehingga tubuh akan
mendapatkan manfaat maksimal.

4. Perdarahan
Kunyit diketahui menghambat penggumpalan trombosit sehingga dapat mencegah
penggumpalan darah. Tapi kunyit ternyata juga dapat memicu perdarahan. Penting
untuk mengambil dosis yang tepat untuk menghindari efek samping ini.
Saat memilih suplemen kunyit, pilih produk yang terdaftar serta mengandung nutrisi
alami tambahan sehingga semakin banyak khasiat yang akan Anda dapatkan. Penting
untuk menghindari kunyit jika Anda sedang menggunakan obat antikoagulan.

5. Menurunkan Efek Kemoterapi


Penelitian telah menunjukkan bahwa kunyit mungkin memiliki efek terhadap
kemoterapi, sehingga sebaiknya jangan menggunakan suplemen kunyit saat sedang
menjalani kemoterapi.
2) KUNYIT PUTIH

a. NAMA LATIN : CURCUMA MANGGA VAL

9
Nama lain : kunyit putih

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotiledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma mangga val.

Kandungan kimia : Minyak atsiri, amilum, tannin, gula, dammar.

Manfaat : unyuk mengurangai rasa nyeri oada saat haid, penambah


nafsu makan, penurun panas tubuh, penyempitan peranakan,
mengobatimasuk angin, dan gatal – gatal.

3) CURCUMA RHIZOMA

Nama lain : Temu lawak, koneng gede.

Nama tanaman asal : curcuma xanthorriza (Rox).

Kelurga : zingibereraceae.

10
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung falendra dan
tumerol, zat warna kurkumin, pati kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,2%
b/v.

Pengguanaan : kolagoga, antipasmodika.

Pemerian : bau khas aromatic, rasa tajam dan pahit.

Bagian yang digunakan : kepingan akar tinggal.

Keterangan : -

Waktu panen : panen dilakukan apabila daun danbagian atas


tanaman sudah mongering. Untuk daerah yang musim
kemaraunya jelas penanaman dilakukan pada musim
kemarau berikutnya.

Didaerah yang banyak dan merata curah hujan nya dan


tidak jelas musim kemaraunya tanaman dapat dipanen
pada umur 9 bulan atau lebih. Cara opanen dilakukan
dengan membongkar rimpang menggunakan garpu.

Syarat temulawak kering untuk dieksport sebagai berikut :

Warna : kuning jingga sampai coklat.

Aroma : khas wangi aromatik.

Rasa : pahit, agak pedas.

Kelembapan : maksimum 12%.

Abu : 3 – 7%

Pasir : 1%

Kadar minyak atsiri :minimal 5%

Penyimpanan : dalam eadah tertutup baik.

11
4) CURCUMA ZEDOARIA

Nama lain : Temu putih.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Class : Monokotiledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma zedoaria

Zat berkhasiat utama : temu putih merupakan rimpang yang berkhasiat sebagai
peluruh haid (emenagog), menghilangkan rasa sakit (analgetik), melancarkan
peredaran darah dan pernapasan, perangsang muntah jika keracunan, peluruh ketut
(karminativ), antibakteri (antiseptik), peluruh dahak (expektoran), antiradang,
penambah nafsu makan.

Kandungan dan manfaat : temu putih mengandung minyak atsiri, sineol, kamfena,
borneol, kamfer, curcumin, curcumemone, curcumol,curdione, zedoarin, gum,
resin,sesquiterpenol. Minyak atsiri yang dikandung temu putih berkhasiat sebagai antiseptic,
melancarkan pencernaan, membantu pencegahan perut kembung, sekalogus berfungsi
menenangkan saraf. Resin berkhasiat antiseptic dan antifungial. Curcumemone dan zedoarin

12
berkhasiat menstimulasi indra perasa. Curcumin berkhasiat antioksidan dan antiradang.
Curcumol dan curdione berkhasiat antikanker. Kamfer dan kamfenna berkhasiat sebagai
antibakteri. Gum berkhasiat sebagai protector jaringan organ tumbuh yang teriritasi sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan (wijayakusuma, 2011).

BAB II
METODE PENELITIAN

- CARA KERJA
- DATA HASIL PENGAMATAN

13
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
- PEMBAHASAN

Pada praktikum Fitokimia kali ini yaitu mengenai evaluasi fitokimian simplisia
tumbuhan obat, yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan metabolit sekunder dari
suatu simplisia tumbuhan obat. Definisi fitokimia dalam arti luas adalah segala jenis zat
kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-
buahan. Sedangkan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu temu putih (Curcuma
zedoaria), temulawak (Curcuma xanthorrhiza ), kunyit putih (Curcuma mangga), dan kunyit
(Curcuma domestica).

Pada uji pertama yaitu uji fenolik, fenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas, rumus kimianya C6H6O. Pada uji ini 1 gram sampel dilarutkan dalam 10ml
aquadest dan dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit, selanjutnya saring dengan
kertas saring lalu filtratnya diambil 2ml dan ditambahkan 7 tetes FeCl3 1%. Jika muncul
warna hijau, merah, ungu atau hitam maka sampel tersebut positif mengandung fenol. Pada
sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit semuanya mengandung zat fenol
karena setelah direaksikan temu putih dan temulawak menghasilkan larutan berwarna coklat
kemerahan, sedangkan kunyit putih menghasilkan larutan berwarna hijau pekat dan pada
kunyit menghasilkan larutan berwarna merah.

Pada uji kedua yaitu uji tanin. Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari
tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau
berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Pada uji ini 1 gram
sampel simplisia dilarutkan dalam 10ml aquadest dan dipanaskan diatas penangas air selama
5 menit, lalu disaring menggunakan kertas saring. Ambil 2ml filtrat dan tambahnkan larutan
gelatin 1% sebanyak 1ml, jika terbentuk endapan berwarna putih maka sampel tersebut
positif mengandung tanin. Pada sampel temu putih, temulawak, dan kunyit ketiganya tidak
mengandung tanin karena setelah direaksikan tidak terbentuk endapan berwarna putih.
Sedangkan pada sampel kunyit putih positif mengandung tanin karena pada larutan terdapat
endapan putih.

14
Pada uji ketiga yaitu uji flavonoid. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15
atom karbon yang umumnya tersebar didunia tumbuhan. Pada uji flavonoid 1 gram sampel
dilarutkan dalam 10ml etanol (70-99%), saring dengan kertas saring lalu masukkan filtratnya
kedalam tabung reaksi tambah 10 tetes Hcl pekat dan 1,5 gram serbuk magnesium, jika
terbentuk warna merah muda atau merah magenta dalam jangka waktu 3 menit maka sampel
tersebut positif mengandung flavonoid. Karena pada sampel temu putih, temulawak, kunyit
putih setelah direaksikan tidak terbentuk warna merah muda ataupun merah magenta dan
hanya menimbulkan warna orange dan kuning maka ketiga sampel negatif flavonoid atau
tidak mengandung flavonoid, sedangkan pada sampel kunyit positif mengandung flavonoid
karena larutan berwarna merah magenta.

Pada uji keempat yaitu uji saponin. Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida
yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam. Pada
uji saponin 2 gram dilarutkan dalam 20ml aquadest, kemudian dipanaskan di atas penangas
air lalu saring dengan kertas saring, kemudian 10 ml filtrat ditambah 5ml aquadest lalu
tambah 1 tetes Hcl encer. Apabila busa stabil maka sampel positif mengandung saponin. Pada
sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah direaksikan hasilnya positif
mengandung saponin karna terdapat busa yang stabil.

Pada uji kelima yaitu uji steroid. Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak
terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Pada uji steroid 1
gram sampel dilarutkan dalam 10ml etanol (70-99%) lalu saring dengan kertas saring,
kemuadian ambil filtrat tambah 2ml asam asetat anhidrat kocok, lalu tambah 2ml asam sulfat
pekat, apabila ada perubahan warna dari violet, biru atau hijau maka positif mengandung
steroid. Pada sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah direaksikan
semua sampel negatif tidak mengandung steroid karna larutan berwarna hitam dan berwarna
coklat kemerahan.

Pada uji keenam yaitu uji terpenoid. Terpenoid adalah derivat dehidrogenasi dan
oksigenasi dari senyawa terpen. Pada uji terpenoid 1 gram sampel dilarutkan dalam 10ml
aquadest kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit lalu saring dengan kertas
saring. Kemudian ambil 5 ml filtrat tambah 2ml kloroform lalu tambah 3ml asam sulfat pekat
tetes demi tetes. Apabila terbentuk warna coklat kemerahan pada permukaan dalam larutan
maka hasilnya positif. Dan pada sampel temu putih, temulawak, kunyit putih dan kunyit

15
setelah direaksikan hasilnya positif mengandung terpenoid karena menghasilkan warna coklat
kemerahan.

Pada uji ketujuh yaitu uji alkaloid. Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa
bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Pada uji alkaloid 1 gram sampel tambah 5
ml NH4OH digerus dalam mortir, lalu tambah 5ml kloroform dan saring, kemudian filtratnya
tambah 2 ml Hcl 2N, lalu ambil sedikit campuran tersebut tambahn 1 ml pereaksi meyer.
Terjadi endapan putih dan kekeruhan positif mengandung alkaloid. Pada sampel temu putih
dan temulawak setelah direaksikan hasilnya negatif tidak mengandung alkaloid karena tidak
terdapat endapan putih. Sedangkan pada sampel kunyit putih dan kunyit positif mengandung
alkaloid karena setelah direaksikan larutan terdapat endapan putih.

Pada uji kedelapan yaitu uji kuinon. Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki
kromofor dasar seperti kromofor benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon-karbon. Pada uji kuinon 1 gram sampel di
larutkan dalam 10ml aquadest lalu panaskan diatas penangas air selama 5 menit kemudian
saring dengan kertas saring, filtratnya tambah 2 ml larutan Hcl encer sampai terbentuk warna
kuning yang artinya positif kuinon. Pada sampel temulawak, kunyit putih dan kunyit setelah
direaksikan hasilnya positif mengandung kuinon karena larutan berwarna kuning, sedangkan
pada temu putih setelah direaksikan hasilnya negatif karna larutan berwarna coklat.

- KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum mengenai evaluasi fitokimia simplisia tumbuhan obat


dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada simplisia Temu putih (Curcuma zedoaria) setelah diujikan senyawa yang terkandung
dalam kunyit putih ini adalah fenol, saponin, dan terpenoid.
2. Pada simplisia Temulawak (Curcuma rhizoma) setelah diujikan senyawa yang terkandung
dalam temulawak adalah fenol, saponin, kuinon dan terpenoid.
3. Pada simplisia Kunyit putih (Curcuma mangga rhizoma) setelah diujikan senyawa yang
terkandung dalam kunyit putih adalah fenol, tanin, saponin, terpenoid, alkaloid dan
kuinon.
4. Pada simplisia Kunyit (Curcuma domesticae rhizoma) setelah diujikan senyawa yang
terkandung dalam kunyit adalah fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid dan kuinon.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.


Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB : Bandung.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1995. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Belajar-di-rumah.blogspot.co.id/2014/06/tanaman-kunyit-putih-curcuma-mangga-
val.html?=1

17
18

Anda mungkin juga menyukai