Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING / PENAPISAN FITOKIMIA

NAMA : Zufar Firza Mahendra


NIM : 17330090
KELAS :B
TGL PRAK. : 26 juni 2020
DOSEN : 1. Herdini, Dra.M.Si.
2. Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si.,Apt
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020

1. Judul : Skrining / Penapisan Fitokimia


2. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan ekstrak untuk
skrining fitokimia

3. Prinsip :
Prinsip pada skrining fitokimia dilakukan berdasarkan komposisi kandungan kimia dalam
tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dimiliki dan senyawa target yang diamati/ dianalisa.
Skrining fitokimia dengan uji tabung termasuk dalam analisa kualitatif yang dilakukan dengan
penambahan reagen sehingga terjadi perubahan warna, terjadi endapan, dan lainnya.
4. Teori :
Penapisan Fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit
sekunder.Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang
berperan dalam aktivitas biologinya.Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan
pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit
sekunder.
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut
secara kualitatif. Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi (III)
klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat
sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol (Praptiwi et al, 2006).
Metode yang digunakan pada skrining fitokimia seharusnya memenuhi beberapa kriteria berikut,
antara lain adalah sederhana, cepat, hanya membutuhkan peralatan sederhana, khas untuk satu
golongan senyawa, memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan
senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil).
Salah satu hal penting yang berperan dalam prosedur skrining fitokimia adalah pelarut untuk
ekstraksi. Sering muncul kesulitan jika pemilihan pelarut hanya didasarkan pada
ketentuanderajat kelarutan suatu senyawa yang diteliti secara umum. Hal itu disebabkan karena
hadirnya senyawa-senyawa dari golongan lain dalam tanaman tersebut yang akan berpengaruh
terhadap proses kelarutan senyawa yang diinginkan. Setiap tanaman tentunya memiliki
komposisi kandungan yang berbeda-beda sehingga kelarutan suatu senyawa juga tidak bisa
ditentukan secara pasti. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran
yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut
pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari
senyawa lainnya.

Larutan percobaan untuk pengendapan alkaloid dibagi dalam 4 golongan sebagai berikut :
a. Golongan I : Larutan percobaan dengan alkaloid membentuk garam yang tidak larut: Asam
silikowolframat LP, asam fosfomolibdat LP dan asam fosfowolframat LP.
b. Golongan II : Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa kompleks bebas,
kemudian membentuk endapan: Bourchardat LP dan Wagner LP.
c. Golongan III : Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa adisi yang tidak
larut: Mayer LP, Dragondorff LP dan Marme LP.
d. Golongan IV : Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk ikatan asam organik
dengan alkaloid Hager LP.
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa inggris disebut
Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazil Amerika Tengah, menyebar ke Thailand
kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia.Hingga saat ini telah dibudanyakan dan
menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu seki,
atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian di lakukan persilangan melalui stek atau okulasi
dengan jenis lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji
yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberinama jambu Bangkok karena proses terjadinya
dari Bangkok. Jambu biji telah dikembangkan dibanyak negara seperti: india, malaysia, brazil,
filipinha, ausralia, jepang, dan taiwan. Negara dengan jumlah ekspor jambu biji terbanyak adalah
thailand.
Klasifikasi jambu biji
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama latin simplisia : Psidii Folium
Kegunaan :Antidiare dan Adstingensia

Manfaat jambu biji :


 Serat, mineral dan vitamin dalam buah jambi biji mampu menjaga kekebalan tubuh. Hal
ini sangat dibutuhkan bagi yang terkena virus nyamuk demam berdarah dan penyakit
lainnya.
 Manfaat buah jambu biji untuk kesehatan lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi makanan. Kandungan vitamin B3 dan B6 sangat baik untuk perkembangan
rangsang otak dan menambah nafsu makan.
 Mengobati sembelit, sebab kandungan serat yang tinggi pada jambu biji membantu
proses pencernaan. Kandungan mineral dan serat pada jambu biji juga melindungi selaput
membran mukosa usus.
 Penguat Jantung serta Menyehatkan Saluran Pencernaan dan Obat Pencegah Penyakit
Kanker.

5. Gambar Rangkaian Alat :

6. Alat & Bahan :


Alat :
 Maserator
 Soxhlet
 Water bath
 Rotating evaporator
 Spektrofotometer cahaya tampak
Bahan :
 Vitamin C
 Daun jambu biji (Psidium guajava L.)
 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
 Kuersetin (Sigma-aldrich),
 Etanol 70%
 Plat silika gel

7. Prosedur/Cara kerja :
Isolasi Flavonoid
Sebanyak 1000 g serbuk daun jambu biji diekstraksi melalui proses maserasi bertingkat dengan
pelarut awal n-heksana teknis selama 24 jam kemudian disaring. Proses ini dilakukan sebanyak
tiga kali. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan kemudian diuapkan sehingga menghasilkan ekstrak
kental n-heksana yang kemudian ditimbang. Residu hasil maserasi nheksana dikeringkan,
kemudian dimaserasi kembali menggunakan pelarut etanol 70% selama 24 jam. Proses ini
dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengindikasikan senyawa yang terdapat didalamnya
terekstrak habis. Ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan kemudian ditimbang. Selanjutnya, pada
masing-masing ekstrak kental dilakukan uji fitokimia flavonoid.

1.Reaksi pengendapan
Timbang 50 mg serbuk simplisia,lalu tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan
di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca
arloji, tambahkan 2 tetes Bourchardat LP. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka
serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP terbentuk
endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid. Ambil fase
organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P,lalu saring. Uapkan filtrat di atas penangas air,
larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N. Lakukan percobaan dengan keempat golongan
larutan percobaan, serbuk mengandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan
yang digunakan diatas.
2. Reaksi warna
Lakukan penyarian dengan campuran eter-kloroform seperti pada cara Reaksi pengendapan.
Pindahkan beberapa ml filtrat pada cawan porselin, uapkan. Pada sisa tambahkan 1 sampai 3
tetes larutan percobaan seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Larutan percobaan.
Asam sulfat P, asam nitrat P, Frohde LP dan Erdman LP.

8. Pengamatan & Hasil :


Tabel Hasil penapisan fitokimia pada simplisia dan ekstrak daun jambu biji

Senyawa yang diuji Simplisia Ekstrak Maserasi Ekstrak ekstraksi


Sinambung
Alkaloid - - -
Flavonoid + + +
Tannin + + +
Saponin + + +
Poliferol + + +
Monoterpen-Sesquiterpen + + -
Triterpenoid - - -
Steroid + + +
Kuinon + + +

Keterangan : + = terdapat dalam sampel


- = tidak terdapat dalam sampel

9. Diskusi/Pembahasan :
Yang tertera di dalam jurnal :
Pengujian penapisan fitokimia dilakukan untuk mengindetifikasi senyawa apa saja yang terdapat
pada sampel. Data yang diperoleh pada Tabel memperlihatkan bahwa simplisia dan ekstrak
maserasi memiliki keseragaman kandungan fitokimia. Hal tersebut terjadi karena keunggulan
dari ekstraksi secara maserasi yaitu dapat menyari senyawa senyawa yang tidak tahan terhadap
pemanasan. Di lain pihak hasil penapisan fitokimia ekstrak ekstraksi sinambung tidak
menunjukan adanya senyawa monoterpensequiterpen. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya
suhu yang digunakan pada ekstraksi sinambung, menyebabkan kerusakan dan hilangnya
senyawa monoterpensequiterpen sebagai penyusun minyak atsiri yang sifatnya mudah menguap.
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol. Digunakan etanol karena pelarut ini
dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel, mudah menguap
sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak (Andayani, et al. 2008).Setelah didapatkan ekstrak,
dilakukan skrining fitokimia untuk menentukangolongan senyawa aktif dari tanaman ini.
Skrining fitokimia merupakan cara sederhanauntukmelakukan analisis kualitatif kandungan
senyawa yang terdapat dalam tumbuhan.
Identifikasi dilakukan adalah uji saponin. Hasil yang diperoleh bahwa daun jambu biji positif
mengandung saponin. Saponin bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut seperti air dan
saponin juga bersifat non polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon (sapogenin). Busa
yang dihasilkan pada uji saponin disebabkan karena adanya glikosida yang dapat membentuk
busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.
10. Kesimpulan :
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian proses pembuatan tingtur kayu manis ini
adalah sebagai berikut:
1. Kuersetin sebagai senyawa yang berperan antioksidan pada ekstrak daun jambu biji
berdaging buah putih terdapat pada fraksi etil asetat dan n-heksana baik hasil maserasi maupun
ekstraksi sinambung.
2. Senyawa golongan flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak daun jambu biji putih
(Psidium guajava Linn) merupakan golongan senyawa flavon.
3. Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif kandungan
senyawa yang terdapat dalam tumbuhan.
4. Pelarut yang digunakan etanol karena pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa
organik yang ada pada sampel, mudah menguap sehingga mudah dibebaskan dari ekstrak.

11. Daftar Pustaka :

Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Depkes RI. Hal
308, 310, 313.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta: Depkes RI. Hal
513, 526, 536, 540, 549.

Jurnal Egi Azikin Maulana*, I. A. R. Astiti Asih, dan Made Arsa :“ISOLASI DAN UJI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUN
JAMBU BIJI PUTIH (Psidium guajava Linn)”

Anda mungkin juga menyukai