Anda di halaman 1dari 25

FITOKIMIA 2

ASAM FENOLAT

Dosen : Munawarohthus Sholikha, M.Si

KELAS C

KELOMPOK 3

1. Yohana 16330051
2. Cinta Zalwa A.F 18330080
3. Aam Amanah 18330084
4. Dara Rustri Ardana 18330086
5. Melda Prima Putri 18330077
6. Berysa Lestari 18330078
7. Roro Yuniar Zubaidah 18330091
8. Anggita Tyas R 18330100
9. Novita Ventiani 18330109
10.Shevira Mutiarani 18330111
11.Putri Selviani 18330112

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...............................................................................................................i
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Asam Fenolat ......................................................................................3
2.2 Struktur Asam Fenolat ......................................................................................3
2.3 Biosintesis Asam Fenolat..................................................................................4
2.4 Tanaman Penghasil Asam Fenolat ...................................................................5
2.5 Metode Ekstraksi dan Pemisahan Asam Fenolat ............................................6
2.6 Identfikasi Senyawa dan Struktur Asam Fenolat...............................................8
2.7 Efek Farmakologi Asam Fenolat .....................................................................12
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................20
Daftar Pustaka ........................................................................................................21

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan antara kandungan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia.Secara alami
tubuh menghasilkan senyawa antioksidan, namun tidak cukup kuat untuk
berkompetisi dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh sendirisetiap
harinya (Hernani dan Raharjo, 2005), sehingga menyebabkan radikal bebas
menjadi sangat dominan di dalam tubuh. Hal ini melatarbelakangi timbulnya
berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes, hati dan
penuaan dini (Widjaya,1996)
Kekurangan antioksidan dalam tubuh dapat diatasi melalui asupan makanan
dari luar yang banyak mengandung antioksidan. Salah satu sumber antioksidan
yang berasal dari luar tubuh dapat diperoleh dari tanaman yang banyak
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti asam fenolat, flavonoid,
tokoferol dan tannin. Senyawa tersebut dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan
dan mengobati penyakit (Mahanom et al., 1999).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati sangat besar, salah satunya adalah
tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Stennis) merupakan tanaman yang
termasuk dalam famili Basellaceae. Daun binahong telah dilaporkan mempunyai
aktivitas biologis karena adanya senyawa aktif bioaktif. Salah satu senyawa
aktifnya adalah asam fenolat yang berfungsi sebagai antioksidan, dan untuk
pengobatan seperti antidiabetes, antijamur, antibakteri dan antihematoma.Hal ini
disebabkan adanya kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada daun
binahong yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, steroid, triterpenoid, saponin, dan
minyak atsiri. Kandungan kimia yang berhasil diisolasi adalah senyawa yaitu
senyawa pirogalol dengan 3 gugus hidroksil yang terikat pada benzena, dari
ekstrak metanol daun binahong.
Asam fenolat merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang banyak
ditemukan dalam berbagai jenis tumbuhan. Turunan asam hidroksibenzoat dan
asam hidroksisinamat adalah jenis asam fenolat yang banyak terdapat pada
tumbuhan. Mengingat jenis asam fenolat dalam ekstrak etanol daun binahong
belum pernah dilaporkan dan asam fenolat banyak dimanfaatkan sebagai
antioksidan, maka menarik untuk diselidiki jenis asam fenolat dalam ekstrak

1
etanol daun binahong. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk penemuan
antioksidan yang berasal dari bahan alam dan bermanfaat bagi manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan struktur dari asam fenolat ?
2. Seperti apa biosintesis dari asam fenolat ?
3. Apa salah satu jenis tanaman penghasil senyawa asam fenolat ?
4. Bagaimana metode ekstraksi dan pemisahan dari asam fenolat ?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi struktur dan zat dari asam fenolat ?
6. Apa saja efek farmakologi dari asam fenolat ?
1.3 Tujuan
1. Memahami struktur dari asam fenolat
2. Memahami biosintesis dari asam fenolat
3. Mengetahui salah satu jenis tanaman penghasil senyawa asam fenolat
4. Memahami metode ekstraksi dan pemisahan dari asam fenolat
5. Memahami cara mengidentifikasi struktur dan zat dari asam fenolat
6. Mengetahui Apa saja efek farmakologi dari asam fenolat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asam Fenolat


Asam fenolat merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang banyak ditemukan
dalam berbagai jenis tumbuhan. Turunan asam hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat
adalah jenis asam fenolat yang banyak terdapat pada tumbuhan.( Mattila, P., dan Helstrom,
J., 2006)
Asam fenolat dalam tanaman ada tiga bentuk yaitu asam fenolat bebas, asam fenolat
yang terikat dengan ester dan asam fenolat yang terikat dengan glikosida (Harborne, 1987).
Pengambilan asam fenolat bebas dari ikatan ester dan ikatan glikosida dapat dilakukan
dengan memutuskan ikatan tersebut melalui cara hidrolisis (Zadernowski dkk, 2005).
Asam fenolat bebas dapat diekstrak dengan larutan solvolisis seperti air, methanol,
etanol, dan aseton. Metanol 80% merupakan pelarut yang paling sering digunakan untuk
mengekstrak fenolat bebas dari sampel beras. Fenolat terikat pada umumnya dapat diekstrak
dengan basa kuat dari residu hasil ekstraksi asam fenolat bebas (Alves et al., 2016).
2.2 Struktur Asam Fenolat
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas yaitu memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena. Ribuan senyawa fenolik
di alam telah diketahui strukturnya, antara lain fenolik sederhana, fenilpropanoid, lignan,
asam ferulat dan etil ferulat.

- Fenolik sederhana
Golongan senyawa senyawa yang termasuk teknologi sederhana antara lain meliputi
guaikol, vanili dan kresol.
- Fenil propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai cincin aromatik
dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Golongan fenil propanoid yang paling
tersebar luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang merupakan bangunan

3
dasar lignin. 4 macam asam hidroksisinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. 4 senyawa
tersebut yaitu asam ferulat, sinapal, kafeal dan p-kumara.
-Lignan
Senyawa senyawa golongan fenil propanoid membentuk suatu senyawa dimer dengan
struktur lignan. senyawa lignin memiliki struktur dasar (struktur induk) yang terdiri dari 2
unit fenil propanoid yang tergabung melalui ikatan 8-8 ikatan khas ini digunakan sebagai
dasar penanganan lignan.
- Asam ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat, yang memiliki
kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman. Hal ini memungkinkan untuk dapat
memberikan keuntungan yang signifikan di bidang kesehatan, karena senyawa asam ferulat
memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan. Selain itu juga dapat menjadi prekursor
dalam pembuatan senyawa aromatik lain yang bermanfaat.
- Etil ferulat
Etil ferulat tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi sinamat, yang merupakan
turunan dari asam ferulat dalam bentuk ester. Senyawa fenolik ini terdistribusi secara luas
pada berbagai jenis tanaman yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. (Sudjadi, 1996)

2.3 Biosintesis Asam Fenolat


Berdasarkan Biosintesis dapat terbagi menjadi : asam fenolat turunan asam benzoat dan
asam fenolat turunan asam sinamat.

Asam fenolat turunan asam benzoat berasal dari hasil degradasi senyawa antosianin,
sedangkan asam fenolat turunan asam sinamat termasuk golongan senyawa fenil propanoid.

Asam Vanilat :
 Asam fenolat turunan benzoat
misal : Asam vanilat, asam galat, asam para hidroksi benzoat, asam ptotokatekuat, asam
siringat, asam gentisat dan asam salisilat.

4
 Asam fenolat turunan Asam sinamat
Asam fenolat turunan asam sinamat meliputi asam para-kumarat, asam ferulat, asam kafeat
dan asam sinapat

(Harbone, J.B. 1987.)

2.4 Tanaman Penghasil Asam Fenolat


Salah satu jenis tanaman pengahasil asam fenolat ialah binahong merupakan tanaman yang
termasuk dalam famili Basellaceae. Daun binahong telah dilaporkan mempunyai aktivitas
seperti antidiabetes [Kemila, M., 2010] , antijamur[Rochani, N., 2009] ,
antibakteri[Kurniati, H., 2011], dan antihematoma[Sumartiningsih, S., 2011]. Hal ini
disebabkan adanya kandungan metabolit skunder yang terdapat pada daun binahong, yaitu
flavonoid, alkaloid, tanin, steroid, triterpenoid, saponin[Rachmawati, S., 2008] , dan minyak
atsiri[Rochani, N., 2009]. Kandungan kimia yang berhasil diisolasi adalah senyawa
pirogalol[Kumala, K.R], yaitu senyawa dengan 3 gugus hidroksil yang terikat pada benzena,
dari ekstrak metanol daun binahong. Ekstrak air dari batang Basella alba Linn. telah
dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dengan harga IC50 sebesar
514,41 µg/ml[Chatchawal, C., dkk 2010]. Tanaman Basella alba Linn. merupakan tanaman
dengan taksonomi yang sama dengan binahong, sehingga sebagai dasar panduan digunakan
aktivitas tanaman Basella alba Linn. yang merupakan anggota suku Basellaceae.

Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Stennis)

5
2.5 Metode Ekstraksi dan Pemisahan Asam Fenolat
Metodologi ekstraksi asam fenolat dari daun binahong :
JURNAL 1
1. Penyiapan sampel
Daun binahong dilakukan pencucian, pengeringan dengan cara diangin-anginkan,
pengirisan tipis-tipis, dan penghalusan, sehingga diperoleh serbuk daun binahong.
2. Pembuatan ekstrak air
Serbuk daun binahong sebanyak 950 gram dimaserasi dengan pelarut nheksana pada
suhu kamar. Setiap 24 jam sekali dilakukan penggantian pelarut hingga pelarut lebih
jernih dari sebelumnya. Ekstrak n-heksana yang diperoleh dipekatkan dengan cara
evaporasi. Kemudian ampas daun binahong dikeringkan dan dimaserasi kembali dengan
pelarut etanol pada suhu kamar. Setiap 24 jam sekali dilakukan penggantian pelarut
hingga pelarut lebih jernih dari sebelumnya. Ekstrak etanol yang diperoleh dipekatkan
dengan cara evaporasi.
3. Penapisan fitokimia
Serbuk daun binahong, ekstrak n-heksana, dan ekstrak etanol dilakukan uji penapisan
fitokimia untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimianya. Uji penapisan
fitokimia meliputi: uji alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan triterpenoid[3] .
4. Identifikasi Asam Fenolat
Isolasi asam fenolat dilakukan terhadap ekstrak etanol melalui tiga tahap, yaitu tanpa
hidrolisis, hidrolisis asam, dan hidrolisis basa[14]
- Tanpa Hidrolisis
Sebanyak 2 g ekstrak etanol ditambahkan ke dalam 20 ml akuades mendidih dan
diaduk selama 20 menit, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diasamkan
dengan H2SO4 10% sampai pH 3 lalu diekstraksi dengan 20 ml eter sebanyak empat
kali. Fraksi eter selanjutnya diuapkan hingga volume 20 ml dan diekstraksi kembali
dengan 8 ml NaHCO3 20%. Lapisan air diasamkan dengan H2SO4 10% sampai pH
3, lalu diekstraksi dengan 20 ml eter sebanyak empat kali. Fraksi eter dikeringkan
dengan Na2SO4 anhidrat, dan disaring. Filtrat selanjutnya diuapkan sampai kering.
Residu dilarutkan dalam 1 ml metanol dan selanjutnya disebut fraksi TH.
- Hidrolisis Asam
Sebanyak 2 g ekstrak etanol ditambahkan ke dalam 20 ml akuades mendidih dan
diaduk selama 20 menit, kemudian disaring. Filtrat dihidrolisis dengan H2SO4 2N
hingga pH 1 dalam penangas ai pada suhu 90°C selama 2 jam. Hasil hidrolisis lalu

6
diekstraksi dengan 20 ml eter sebanyak empat kali. Fraksi eter selanjutnya diuapkan
hingga volume 20 ml dan diekstraksi kembali dengan 8 ml NaHCO3 20%. Lapisan
air diasamkan dengan H2SO4 10% sampai pH 3, lalu diekstraksi dengan 20 ml eter
sebanyak empat kali. Fraksi eter dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, dan disaring.
Filtrat selanjutnya diuapkan sampai kering. Residu dilarutkan dalam 1 ml metanol
dan selanjutnya disebut fraksi HA.
- Hidrolisis Basa
Sebanyak 2 g ekstrak etanol ditambahkan ke dalam 20 ml akuades mendidih dan
diaduk selama 20 menit, kemudian disaring. Filtrat selanjutnya dihidrolisis dengan
NaOH 1N dalam tempat gelap pada suhu kamar selama 24 jam. Hasil hidrolisis
diasamkan dengan H2SO4 10% sampai pH 3, kemudian diekstraksi dengan 20 ml
eter sebanyak empat kali. Fraksi eter selanjutnya diuapkan hingga volume 20 ml dan
diekstraksi kembali dengan 8 ml NaHCO3 20%. Lapisan air diasamkan dengan
H2SO4 10% sampai pH 3, lalu diekstraksi dengan 20 ml eter sebanyak empat kali.
Fraksi eter dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, dan disaring. Filtrat diuapkan
sampai kering. Residu dilarutkan dalam 1 ml metanol dan selanjutnya disebut fraksi
HB.

Pemisahan Asam fenolat

Pemisahan asam fenolat dilakukan terhadap fraksi TH, HA, dan HB


menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan plat silika gel GF254 dan eluen
campuran benzena, asam asetat, dan metanol dengan perbandingan tertentu. Noda
yang nampak pada plat KLT diidentifikasi menggunakan penampak bercak diazo p-
nitroanilin selanjutnya dibasakan menggunakan Na2CO3 15%. Sebagai pembanding
digunakan asam galat, asam kafeat, asam ferulat, dan asam p-kumarat. Noda asam
fenolat yang mempunyai Rf sejajar dengan Rf noda asam fenolat pembanding,
selanjutnya dipisahkan dengan KLT preparatif hingga diperoleh isolat asam fenolat.
Uji kemurnian terhadap isolat asam fenolat dilakukan dengan KLT menggunakan 3
macam eluen dengan perbandingan tertentu dan KLT 2 dimensi.

7
2.6 Identifikasi senyawa dan struktur dari asam fenolat

Identifikasi asam fenolat dilakukan menggunakan KLT, spektrofotometer UV-Vis dan


FTIR.
A. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan terhadap fraksi yang mengandung asam fenolat
menggunakan TLC Scanner. Kadar asam p-kumarat pada ekstrak etanol ditentukan
menggunakan persamaan regresi kurva standar asam p-kumarat pembanding.
1. Uji Aktivitas Antioksidan
Secara Kualitatif :
Ekstrak etanol, isolat asam fenolat, dan asam galat pembanding dilakukan uji
aktivitas antioksidan menggunakan KLT dengan plat silika gel GF254 dan eluen
dengan perbandingan tertentu. Setelah itu lempeng dikeringkan dan disemprot
menggunakan larutan DPPH 0,1 mM dalam metanol. Ekstrak yang bersifat
antiradikal bebas akan menghasilkan peredaman warna dari ungu menjadi kuning
pucat dalam jangka waktu tertentu.
Secara Kuantitatif :
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Penentuan absorbansi maksimum DPPH dilakukan pada panjang gelombang
400-800 nm dengan mengukur nilai absorbansi larutan DPPH 0,1 mM dalam
metanol. Pengukuran nilai absorbansi dilakukan pada 4 ml larutan DPPH 0,1
mM + 0,2 ml larutan ekstrak etanol 200 mg/L. Perlakuan yang sama dilakukan
terhadap isolat asam fenolat 250 mg/L dan asam galat 50 mg/L.
B. Operating Time
Operating time dilakukan dengan menambahkan 4 ml larutan DPPH 0,1 mM
dengan 0,2 ml larutan ekstrak etanol 200 mg/L. Larutan uji selanjutnya
dihomogenkan dan diukur pada menit ke-10, 20, 30, 40, dan 50 pada panjang
gelombang maksimum yang telah diperoleh (hasil A). Selisih absorbansi terbesar
pada waktu tertentu merupakan operating time. Perlakuan yang sama dilakukan
terhadap isolat asam fenolat 250 mg/L.
C. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak etanol dibuat konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 mg/L. Masing-
masing konsentrasi pada ekstrak etanol sebanyak 0,2 ml dipipet dan dimasukkan

8
ke dalam botol vial, kemudian ditambahkan 4 ml larutan DPPH 0,1 mM.
Campuran dihomogenkan dan dibiarkan selama beberapa menit (hasil B) di
tempat gelap. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang tertentu (hasil A). Perlakuan yang sama dilakukan terhadap isolat
asam fenolat (250, 500, 750, 1000, dan 1250 mg/L) dan asam galat (50, 100,
150, 200, dan 250 mg/L).
Kemampuan untuk meredam radikal DPPH (inhibisi) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :

Besarnya konsentrasi larutan uji untuk meredam 50% aktivitas radikal bebas
DPPH ditentukan dengan nilai IC50 yang dihitung dari persentase
penghambatan berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan yang
diperoleh dari kurva regresi linier.

Jurnal 2 JPCS (Journal of Physics: Conference Series)

Penyiapan sampel:

Daun binahong diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu,


Jawa Tengah. Daun binahong dicuci bersih, dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan, diiris tipis-tipis, lalu dihaluskan sehingga binahong, bubuk daun diperoleh

Skrining fitokimia:

Serbuk daun binahong, ekstrak n-heksan, dan ekstrak etanol dilakukan secara
fitokimia tes skrining untuk mengetahui kandungan senyawa kimia. Tes skrining
fitokimia termasuk tes fenolik, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan
triterpenoid [18].

Ekstraksi:

Serbuk daun binahong sebanyak 950 g dimaserasi dengan n-heksana, setiap 24


jam pelarut diganti dengan yang baru sampai filtratnya tidak berwarna. Ekstrak n-
heksana kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator untuk
mendapatkan ekstrak n-heksana pekat. Binahong ampas daun dikeringkan dengan
udara dan dimaserasi dengan etanol, setiap 24 jam pelarut diganti sampai filtrat tidak
berwarna. Ekstrak etanol kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacum

9
evaporator hingga diperoleh ekstrak etanol pekat. Ekstrak etanol pekat dilarutkan
dalam etanol, kemudian ditambahkan dengan akuades dengan perbandingan 1: 1 dan
didiamkan selama 24 jam untuk menghilangkan klorofil. Campurannya kemudian
disaring untuk memisahkan antara klorofil dan ekstrak etanol-air

Isolasi asam fenolat:

Asam fenolat diisolasi dengan tiga cara yaitu hidrolisis asam (HA), hidrolisis
basa (HB) dan tanpa hidrolisis (TH). Hidrolisis asam dilakukan menggunakan 2N
H2SO4 dengan pemanasan selama 2 jam pada 600

C. Hidrolisis basa dilakukan dengan menggunakan NaOH 1N di ruangan gelap selama 24


jam. Setelah hidrolisis

Setelah proses selesai, ketiga fraksi tersebut kemudian diekstraksi


menggunakan eter dan dikeringkan dengan anhydrous Na2SO4. Hasil ekstraksi
kemudian dikeringkan dan dilarutkan dalam metanol [19].

Pemisahan asam fenolat:

Pemisahan asam fenolat dilakukan pada fraksi TH, HA, dan HB menggunakan
lapisan tipis kromatografi (TLC) dengan pelat silika gel GF254 dan campuran eluen
benzena, asam asetat, dan metanol (50: 50: 1). Noda yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan asam fenolik standar. Standar asam fenolat yang digunakan
adalah asam galat, asam caffeic, asam ferulic, dan asam p-coumaric. Noda yang
mengandung Nilai Rf sejajar dengan perbandingan yang diidentifikasi dengan KLT
dan analisis kuantitatif dengan KLT scanner Camag 3. Analisis dengan TLC Scanner
dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi larutan standar asam fenolat yang
sejajar dengan noda. Konsentrasi yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm,
500 ppm, dan 1000 ppm. Kemudian KLT dilakukan dengan campuran eluen benzena:
asam asetat: metanol (50: 50: 1). Hasil KLT kemudian dipindai dengan menggunakan
KLT Scanner Camag 3.

Identifikasi isolat asam fenolat dilakukan dengan KLT, UV-Vis


spektrofotometer dan FTIR. Analisis kuantitatif asam fenolik dilakukan pada fraksi
TH, HA dan HB menggunakan TLC Scanner.p-coumaric kandungan asam dalam
ekstrak etanol adalah ditentukan menggunakan persamaan regresi kurva p-coumaric
acid standar.

10
Hasil Penelitian Daun Binahong Jurnal Chem Info

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana tidak mengandung asam fenolat
karena dalam uji tanin galat memberikan hasil negatif. Akan tetapi pada serbuk daun
binahong dan ekstrak etanol mengandung asam fenolat karena dalam uji tanin galat
memberikan hasil positif, sehingga asam fenolat dapat diisolasi dari ekstrak etanol daun
binahong. Isolasi asam fenolat dalam ekstrak etanol dilakukan dalam tiga tahap yaitu tanpa
hidrolisis (TH) untuk menarik asam fenolat bebas, hidrolisis asam (HA) untuk
membebaskan asam fenolat dari bentuk glikosida, dan hidrolisis basa (HB) untuk
membebaskan asam fenolat dari bentuk ester (Wijono, S.H.S., 2004)

Identifikasi isolat B, T, dan A dilakukan menggunakan metode KLT secara ko-


kromatografi. Pada tahap identifikasi menggunakan KLT (gambar III.1), menunjukkan
bahwa harga Rf noda B, T, dan A sejajar dengan Rf noda P. Berdasarkan hasil identifikasi
menggunakan KLT, maka noda B, T, dan A pada masing-masing fraksi noda yang dapat
terpisah, yaitu noda B, diperkirakan merupakan senyawa asam p-kumarat. T, dan A. Noda
yang dihasilkan mempunyai Rf yang sejajar dengan noda.

11
Uji Aktivitas antioksidan dilanjutkan secara kuantitatif untuk menentukan aktivitas
antioksidan menggunakan DPPH. Hasil yang diperoleh dari penentuan panjang gelombang
maksimum dan operating time, tahap penentuan aktivitas antioksidan dilakukan pada
panjang gelombang 516,8 nm dengan waktu pendiaman selama 10 menit.

Hasil perhitungan menunjukkan nilai IC50 dari


ekstrak etanol, isolat B, dan asam galat pembanding
10 menit, serta asam galat pembanding 30 menit
masing-masing sebesar 866,8983 mg/L, 1263,333
mg/L, dan 81,9186 mg/L, serta 66,0894 mg/L.
Kriteria aktivitas yang digunakan, yaitu IC50 < 100
µg/ml: sangat aktif; 100 -1000 µg/ml: aktif; 1000-
5000 µg/ml: aktivitas rendah; > 5000 µg/ml: tidak
aktif[5]. Secara keseluruhan aktivitas antioksidan
ekstrak etanol dan isolat B dari daun binahong
masih di bawah aktivitas antioksidan asam galat
pembanding. Hal ini dikarenakan ekstrak etanol dari
daun binahong bukan merupakan senyawa murni,
tetapi terdapat kandungan senyawa-senyawa lain
yang tidak mempunyai aktivitas antioksidan.

2.8 Efek Farmakologi Asam Fenolat


 Perbaikan Fungsi Ginjal

12
Ekstrak etanol daun A. cordifolia pada konsentrasi 50, 100, dan 150 mg / kg bb yang
diberikan selama 4 minggu bisa mengurangi serum kreatinin dan kadar urea secara
signifikan pada tikus yang diinduksi oleh gentamisin dan piroksikam. A. Cordifolia
ekstrak dengan dosis 150 mg / kg bb. dipengaruhi secara signifikan renal index (berat
ginjal / berat badan tikus). Ujian kelompok 150 mg / kg bb memiliki perbedaan indeks
ginjal yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol positif (p <0,05) dan tidak ada
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol normal. Hasil ini
didukung dengan histopatologi Pengamatan ginjal yang menunjukkan 150 mg / kg bb,
tidak mengungkapkan keberadaan sel glomerulus segmentasi pada tikus. Penelitian ini
menyarankan daun itu Ekstrak A. cordifolia dengan dosis 150 mg / kg bb mungkin
mampu mencegah atau bahkan memperbaiki kerusakan yang terjadi sel [21]. Telah
dilakukan penelitian terhadap ekstrak daun A. cordifolia dan sutera jagung terhadap
gagal ginjal model tikus. Pemberian ekstrak dengan dosis tunggal; kombinasi ekstrak
setengah dosis tunggal (50 mg / kg bb A. cordifolia dan 37,5 mg / kg bb sutra jagung);
Kombinasi ekstrak dosis tunggal (100 mg / kg bb A. cordifolia dan 75 mg / kg bb
sutra jagung) dapat menurunkan kadar kreatinin, urea dan TBARS (Zat Reaktif Asam
Thiobarbituric), peningkatan kadar enzim katalase dan SOD (Superoksida
Dismutase), serta perbaikan histopatologi ginjal terutama pada bagian medula.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak setengah dosis
memberikan efek aditif dan lebih baik daripada pemberian kombinasi ekstrak dosis
tunggal dan tunggal [22].
 Antibakteri dan Antijamur
Studi aktivitas antibakteri ekstrak etanol dari A. Daun cordifolia menyatakan bahwa
ekstraknya bisa menghambat pertumbuhan Bacillus cereus KTCC 1061, B. subtilis
KTCC 1021, Escherichia coli H7 (O156), Pseudomonas aeruginosa, Methicillin-
Resistant Coagulase-Negative Staphylococcus (MRCNS), Methicillin-Sensitive
Staphylococcus aureus aureus (MSSA), Methicillin-Sensitive Staphylococcus aureus
(MSSA) Staphylococcus (MSCNS), Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), dan Vancomycin-ResistantEnterococcus (VRE) dengan MIC (μg / mL) 256,
256, 256, 256.512, 512, 1024,> 2048 dan 1024, masing-masing [23]. Triterpenoid
dalam ekstrak heksana daun A. cordifolia menghambat pertumbuhan E. coli dan
Staphylococcus aureus dengan zona hambat ≤ 5 mm [24]. Ekstrak heksana, etil asetat
dan 70% etanol daun A. cordifolia menghambat pertumbuhan S. aureus dengan MIC

13
masing-masing 17 mg / mL, 7 mg / mL, dan 5 mg / mL [25]. Ekstrak etanol daun A.
cordifolia memiliki aktivitas melawan pertumbuhan bakteri pada stomatitis aphthous
rekuren dengan MIC 6,25% [26]. Selain itu, ekstrak etanol dapat menghambat
Streptococcus mutans dengan zona hambat 8,3 mm [27]. Ekstrak air daun A.
cordifolia menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan B. subtilis ATCC 6633,
E. coli ATCC 11105, S. aureus ATCC 6538, dan P. aeruginosa ATCC 15153 [28].
Sebuah tes dengan konsentrasi 100% ekstrak air dari sari daun A. cordifolia (1 g /
mL) menunjukkan penghambatan masing-masing terhadap B. cereus dan Salmonella
enteritidis 9,64 dan 6,86 mm [29]. Jus daun A. cordifolia dapat menghambat
pertumbuhan E. coli ATCC 25922 yang menghambat pertumbuhannya diameter zona
bertambah seiring dengan bertambahnya sari buah konsentrasi [30]. Biji A. cordifolia
merupakan ramuan obat herbal digunakan dalam pengobatan gonore di Afrika
Selatan. Herbal ini obat mengungkapkan aktivitas sedang melawan Neisseria
gonorrhoeae ATCC 49226 (66%), tetapi terbukti ada aktivitas yang baik melawan S.
aureus ATCC 12600, E. coli ATCC 11775, dan K. pneumonia ATCC 13883
pertumbuhan dengan MIC Masing-masing 0,78 mg / mL, 1,56 mg / mL, dan 0,78
mg / mL [31]. Ekstrak air akar A. cordifolia menghambat Pertumbuhan dengan
Bacillus pumilus dan Enterobacter cloacae MIC 50 mg / mL. Ekstrak kloroform A.
Cordifolia akar menghambat B. pumilus dan E. cloacae dengan MIC 60 dan 50 mg /
mL masing-masing. Ekstrak air dan kloroform akar A. cordifolia menghambat B.
subtilis, S. aureus, E. coli, K.pneumonia, P. aeruginosa, Serratia marcescens, dan E.
aerogenes dengan MIC 60 mg / mL [32]. Ekstrak etanolic (70%) batang A. cordifolia
pada konsentrasi 86% (b / v) dapat menghentikan pertumbuhan Candida albicans [33].
 Anti Virus
Flavonoid dari A. cordifolia yang ditemukan oleh Qiong et al., bougracol A, 4,7-
dihidroksi-5-metoksi-8-metil-6- formyl-flavane, dan demethoxymatteucinol disajikan
aktivitas anti-HIV yang lemah dengan EC50 45.09, 48.73, 55.47, dan 82,75 μmol / L,
masing-masing, dan memiliki TI (Trypsin Inhibitor) nilai 1,41, 1,20, 7,15 dan> 8,51,
masing-masing [20].
 Penghambat Protease
Ancordin, protein rimpang utama dari A. Cordifolia merangsang produksi oksida
nitrit dalam sel RAW264.7 tanpa menunjukkan efek sitotoksik. Stimulasi sendiri
tergantung dosis yang diberikan. Selain itu, berbasis pada perhitungan yang diperoleh,

14
protein yang dimurnikan muncul 0,0428 μg penghambatan tripsin untuk setiap μg
ancordin [34].
 Aktivitas Penghambatan Xanthine Oxidase
Ekstrak etanol dari tumbuhan A. cordifolia dapat menghambat xantin oksidase
dengan IC50 66,20 μg / mL. Dalam studi ini, allopurinol digunakan sebagai obat
referensi dengan IC50 4.84 μg / mL [35]. Penelitian sebelumnya juga dilakukan
pada etanol ekstrak daun A. cordifolia dan kombinasinya dengan Daun Sonchus
arvensis dengan perbandingan 1: 1. Kedua sampel memberi IC50 635.25 dan 846.32
μg / mL, masing-masing [36]. Kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu
memberi lebih baik aktivitas penghambatan xantin oksidase dibandingkan daun.
 Antidiabetik
Aktivitas antidiabetes di A. cordifolia dilakukan melalui tes in vitro dan in vivo. Tes
in vitro adalah dilakukan terhadap enzim α-glukosidase, α-amilase dan dipeptidil
peptidase IV (DPP IV). α-glukosidase dan penghambatan α-amilase akan
mengurangi hiperglikemik kondisi setelah makan dengan menunda penyerapan
glukosa proses karena kedua enzim berperan dalam karbohidrat proses hidrolisis.
DPP IV berperan dalam incretin proses degradasi, terutama GLP-1 (Glucagon Like
Peptida-1) yang merangsang produksi insulin [37]. Elya et Al. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol A. Daun cordifolia dapat menghambat α-
glukosidase dengan IC50
54,24 μg / mL, sedangkan ekstrak 62,5 μg / mL juga memberikan 74,03%
penghambatan α-amilase dan 10,70% penghambatan DPP IV [38]. Ekstrak metanol
daun A. cordifolia dengan dosis 50 dan 200 mg / kg bb secara signifikan
menurunkan glukosa darah Kadar pada tikus yang diinduksi aloksan sebesar 61,02%
dan 60,68% pada tikus Hari ke 7; 75,64% dan 66,61% pada hari ke-14. Hasil
histopatologi mengungkapkan penurunan kerusakan sel β-pankreas [39]. Ekstrak air
yang diperoleh dari A. cordifolia aerial part (setara dengan 10 g bagian udara
kering / kg bb) dapat menurunkan kadar glukosa tikus dari> 399 mg /% menjadi 60
mg /%. Hasil yang sama diperoleh dari 20 mg / kg bb Boussingoside A1 yang
berhasil diisolasi. Sedangkan Boussingoside A2, B dan C memberikan aktivitas
hipoglikemik yang lebih lemah dibandingkan Boussingoside A1 [16].
 Antihipertensi

15
Efek antihipertensi diamati pada tikus dipicu oleh adrenalin. Ekstrak etanol A.
Cordifolia daun dengan dosis 50, 100, 150 mg / kg bb bisa dicegah peningkatan
detak jantung secara signifikan dibandingkan dengan yang negatif kelompok kontrol
(p <0,05). Hanya ekstrak etanol 50 mg / kg bw mengungkapkan efek diuretik
meskipun lebih lemah dari furosemid. Efek antihipertensi dari A. Cordifolia
diharapkan terjadi melalui reseptor β-adrenergik penghambatan dan efek natriuretik
[40].
 Vasodilatasi
Ekstrak etanol (70%) daun A. cordifolia (0,9 mg / mL) menunjukkan efek
vasodilatasi yang signifikan pada norepinefrin pra-kontrak cincin aorta kelinci, tapi
tidak efek vasodilatasi di aorta kelinci pra-kontrak KCl berdering. Mekanisme
ekstrak etanol dari A. Cordifolia daun diharapkan dari nitrit oksida [41].
 Anti obesitas
Ekstrak etanol A. cordifolia dengan dosis 300, 600, dan 900 mg / kg bb dapat
menurunkan pertambahan berat badan, serum dan Kadar lemak hati pada tikus
gemuk yang diinduksi diet tinggi lemak. Ada peningkatan ekspresi gen untuk PPAR
(Reseptor Aktivasi Proliferator Peroksisom) α, berlemak oksidasi asam, protein-
asilkoenzim A oksidase terkait termogenesis, karnitin palmitoyl transferase-1, dan
pelepasan protein-2 di hati. Apalagi hasil ekstraknya juga dapat menekan pengikatan
elemen regulasi sterol protein-1, gen lipogenik, sintase asam lemak dan PPARγ
dalam jaringan adiposa dan hati. Hasil ini menunjukkan hal itu efek anti-obesitas
dan hipolipidemik dari ekstrak etanol diharapkan dari regulasi ekspresi gen itu
terlibat dalam lipolisis dan lipogenesis [42]. Molekuler Mekanisme dari ekstrak ini
kemudian diselidiki selanjutnya oleh Kim dan Choung. Ekstrak etanol A. cordifolia
dengan dosis 100 μg / mL bisa turun 31% dari gratis asam lemak, itu menunjukkan
bahwa ekstrak dapat mengurangi lipid akumulasi dalam sel 3T3-L1 yang mengalami
perbedaan
adiposit. Ekstrak peningkatan fosforilasi AMPactivated kinase (AMPK), yang
merupakan salah satu pembatas laju enzim dalam jalur sintesis asam lemak.
Berdasarkan ini Hasilnya, ekstrak etanol daun A. cordifolia adalah diharapkan dapat
memberikan efek anti-adipogenik melalui AMPK regulasi aktivitas dan ekspresi gen
yang terlibat dalam lipogenesis [43]. Tes lain dilakukan oleh Sukandar dkk.
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% A. Cordifolia daun dengan dosis 100 mg /

16
kg bb memberikan bobot tubuh paling rendah berat badan meningkat dibandingkan
dengan kelompok lain dan memiliki aktivitas yang lebih baik daripada kelompok
kontrol positif dan orlistat 21,6 mg / kg bb pada tikus yang diinduksi diet tinggi
karbohidrat. Efek anti obesitas ini tidak diikuti dengan hilangnya nafsu makan [44].
 Anti-dislipidemia
Ekstrak etanol dari daun A. cordifolia dengan dosis 50, 100, 200 mg / kg bb secara
signifikan dapat mengurangi 55,25%, 63,45%, dan kadar kolesterol 67,70%;
81,31%, 89,01% dan 95,33% tingkat LDL; 41,08%, 47,59%, dan 50,66% trigliserida
tingkat masing-masing; tetapi ekstrak pada dosis ini tidak memberikan hasil efek ke
tingkat HDL. Selain itu, pemberian ekstrak juga menyebabkan penurunan timbunan
lemak di dalam sel endotel di pembuluh darah [45]. Tes in vitro anti-
hiperkolesterolemia dengan enzim malondialdehyde (MDA) dan 8-
hydroxydiguanosine (produk akhir dari peroksidasi lipid proses) menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 100 mg / kg bb dapat mengurangi tingkat MDA dan 8-
hidroksi-diguanosin [46].
 Antioksidan
Uji in vitro antioksidan dilakukan dengan sedikit metode, seperti radikal bebas
DPPH, TEAC dan ORAC pengujian kadar logam. Ekstrak metanol daun A.
cordifolia bisa
mengais radikal DPPH dengan IC50 53,11 μg / mL. Fraksinasi dari ekstrak etanol
adalah heksana, etil fraksi asetat, dan butanol memberikan IC50 DPPH 256,23,
57,96, dan 132,39 μg / mL, masing-masing. 8 glukopiranosil-4 ', senyawa 5,7-
trihidroksiflavon yang berhasil diisolasi dari ekstrak etil asetat A. Daun cordifolia
dapat mengais radikal DPPH dengan IC50 68,07 μg / mL [15]. Ekstrak A. cordifolia
dengan total 18 mg / g polifenol (sama dengan asam klorogenat) dapat menghambat
DPPH radikal dengan IC50 1572,9 μg / mL [47]. Chao dkk. Menguji aktivitas
antioksidan ekstrak daun A. cordifolia dengan berbagai metode. Hasilnya
mengekspos metanol itu ekstrak memiliki IC50 DPPH 1173,32 μg / mL. Dengan
menggunakan TEAC uji, ekstrak metanol memberikan IC50 36,22 μg / mL
sedangkan Ekstrak etanol 21,04 μg / mL. Artinya ekstrak etanol memberi aktivitas
antioksidan lebih tinggi dari pada ekstrak metanol, dengan tes TEAC. Sedangkan
dengan menggunakan ORAC assay, ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan
dengan ORAC-hidrofilik nilai 202. 59 μmol Trolox / g berat kering dan nilai

17
ORAClipophilic 157,75 μmol Trolox / g berat kering. Dulu menunjukkan bahwa
ekstrak hidrofilik lebih efektif dari ekstrak lipofilik. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan bahwa ekstrak A. cordifolia mengandung polifenol (setara dengan
5,81 mg asam galat / g berat kering), flavonoid
(sama dengan 40 mg quercetin / g berat kering), flavonol (setara sampai 6,92 mg
quercetin / g berat kering, 781. 28 μg myricetin / g berat kering, 455,16 μg morin / g
berat kering) [48].
 Gastroprotektif
Ekstrak A. cordifolia dengan dosis 250, 500, 1250 mg / kg bw secara signifikan
mengurangi indeks maag (16.0%, 12.6%, 16.2%, masing-masing) dibandingkan
dengan kontrol negatif (31,1%). Selain itu, pemberian ekstrak juga mengurangi lesi
mukosa lambung pada tikus yang diinduksi etanol [49].

 Hepatoprotektif
Ekstrak air dari daun, batang dan kuncup A. Cordifolia menurunkan kadar SGOT
dan SGPT pada tikus yang mengalami kerusakan hati yang diinduksi oleh CCl4 atau
D-GalN. Perubahan histopatologi hati seperti nekrosis, lemak akumulasi, degenerasi
membengkak, inflamasi infiltrasi limfosit dan sel Kupffer disekitar pusat vena untuk
hepatotoksisitas yang diinduksi CCl4 dan vena portal untuk hepatotoksisitas yang
diinduksi DGalN, secara bersamaan ditingkatkan dengan administrasi tiga ekstrak
[50].
 Analgesik
Ekstrak etanol daun A. cordifolia dengan dosis 100, 200, dan 400 mg / kg bb
terbukti memberikan analgesik efek. Uji plantar menunjukkan hal itu pada uji hewan
observasi 1 jam setelah diberikan 3 dosis, Waktu untuk merasakan nyeri dini lebih
lama daripada kontrol negatif kelompok, sedangkan peningkatan dosis berbanding
lurus dengan durasi nyeri awal. Dengan dosis 400 mg / kg bb, Efek analgesik dari
ekstrak sebanding dengan kelompok kontrol positif, natrium diklofenak (2,25 mg /
kg bw). Melalui pengujian ini didapatkan efek analgesik ekstrak diharapkan dengan
menghambat sintesis prostaglandin [51].
 Sitotoksik

18
Uji sitotoksik ekstrak etanol daun A. Cordifolia dilakukan dengan uji MTT
menggunakan sel HeLa dan uji apoptosis diinduksi dengan annexin V-FITC.
Ekstrak menunjukkan efek sitotoksik dan memulai apoptosis pada sel HeLa pada
IC50 75 μg / mL. Administrasi ekstrak tidak ditampilkan peningkatan tingkat
ekspresi p53 dalam sel. Hasil dari ini Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas
sitotoksik A. cordifolia
Daun menuju sel HeLa melalui jalur p53 [52].
 Penyembuhan luka
Hasil pengujian salep ekstrak daun A. cordifolia pada PT Konsentrasi 10, 20, dan
40% pada kelinci dengan S. Aureus luka infeksi menunjukkan efek pemulihan yang
lebih baik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Efek pemulihan diamati dari
panjang luka infeksi yang terus berlanjut menyusut [53]. Penelitian yang dilakukan
oleh
Istyastono dan Yuliani menemukan daun A. Cordifolia Penambahan ekstrak ke
dalam gel celecoxib bisa mempercepat proses penyembuhan luka (ditunjukkan
dengan menurunnya jumlah luka bekas luka) dibandingkan dengan gel celecoxib
saja [54]. A. Cordifolia daun yang digunakan pada pasien dengan ketebalan parsial
luka bakar juga menunjukkan pemulihan dalam epitelisasi tanpa infeksi lebih lanjut
[55].
 Studi Toksisitas
Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol A. Daun cordifolia tidak menunjukkan
kematian pada mencit ddY sampai Dosis tertinggi 15 g / kg bb. Dalam uji toksisitas
subkronis, Ekstrak sampai dosis 1 g / kg bb tidak menyebabkan kematian dan
perubahan perilaku. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada berat badan, berat
organ, hematologi, dan darah uji biokimia. Pengamatan histologi menunjukkan tidak
perbedaan jantung, paru-paru, hati, dan ginjal dibandingkan kelompok kontrol
normal. Hasil ini menunjukkan bahwa etanol Ekstrak daun A. cordifolia tidak
bersifat toksik dan gejala kelainan, sehingga bisa dianggap aman untuk tujuan medis
[56]. Uji teratogenisitas menunjukkan ekstrak etanol daun A. cordifolia itu dengan
dosis 100, 400, dan 1000 mg / kg bb tidak memiliki teratogenik efek [57]. Anredera
cordifolia berpotensi sebagai tanaman obat. Berdasarkan hasil penelitian yang
dieksplorasi secara umum, A. Cordifolia dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, obesitas dan dapat

19
bertindak sebagai gastroprotektif dan hepatoprotektif. Gratis Radikal juga menjadi
pemicu penyakit degeneratif. Bukti dari aktivitas antioksidan dari A. cordifolia dapat
digunakan sebagai memulai data untuk mengembangkan penelitian penyakit
degeneratif. Karena penelitian senyawa aktif yang terbatas pada A. cordifolia,
masih ada peluang bagi peneliti di seluruh dunia untuk melakukannya
jelajahi penggunaan tanaman ini.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asam fenolat adalah Asam fenolat merupakan salah satu jenis metabolit
sekunder yang banyak ditemukan dalam berbagai jenis tumbuhan. Turunan asam
hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat adalah jenis asam fenolat yang banyak
terdapat pada tumbuhan.( Mattila, P., dan Helstrom, J., 2006) . Struktur dari asam
fenolat ialah Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas yaitu memiliki satu
atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin

Berdasarkan Biosintesis dapat terbagi menjadi : asam fenolat turunan asam


benzoat dan asam fenolat turunan asam sinamat. Salah satu jenis tanaman pengahasil
asam fenolat ialah binahong merupakan tanaman yang termasuk dalam famili
Basellaceae. Daun binahong telah dilaporkan mempunyai aktivitas seperti
antidiabetes [Kemila, M., 2010] , antijamur[Rochani, N., 2009] , antibakteri[Kurniati,
H., 2011], dan antihematoma[Sumartiningsih, S., 2011].

Ekstraksi dilakukan dengan Serbuk daun binahong sebanyak 950 gram


dimaserasi dengan pelarut nheksana pada suhu kamar. Setiap 24 jam sekali dilakukan
penggantian pelarut hingga pelarut lebih jernih dari sebelumnya. Ekstrak n-heksana
yang diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Kemudian ampas daun binahong
dikeringkan dan dimaserasi kembali dengan pelarut etanol pada suhu kamar.
Pemisahan asam fenolat dilakukan dengan terhadap fraksi TH, HA, dan HB
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan plat silika gel GF254 dan eluen
campuran benzena, asam asetat, dan metanol dengan perbandingan tertentu.

Cara mengidentifikasi dengan metode analisis kuantitatif dilakukan terhadap


fraksi yang mengandung asam fenolat menggunakan TLC Scanner. Kadar asam p-
kumarat pada ekstrak etanol ditentukan menggunakan persamaan regresi kurva
standar asam p-kumarat pembanding. Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif
Ekstrak etanol, isolat asam fenolat, dan asam galat pembanding dilakukan uji aktivitas
antioksidan menggunakan KLT dengan plat silika gel GF254 dan eluen dengan
perbandingan tertentu.

21
Beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa A. cordifolia memiliki aktivitas
farmakologis dalam memperbaiki fungsi ginjal, sebagai antibakteri, antijamur,
antivirus, protease inhibitor, inhibitor xantin oksidase, antidiabetes, antihipertensi,
vasodilator, diuretik, anti-obesitas, hipolipidemia, antioksidan, gastroprotektif,
hepatoprotektif, sitotoksik, anti inflamasi, analgesik dan luka penyembuhan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Mattila, P., dan Helstrom, J., 2006, Original Article : Phenolic acids in potatoes, vegetables,
and some of their products, J. of Food Composition and Analysis, 20, 152-160
Harborne, J.B., 1987, Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan,
Diterjemahkan oleh Padmawinata, K., dan Soediro. I., Edisi ke-2, 6-7, ITB, Bandung.
Zadernowski, R., Naczk, M., Czaplicki, S., Rubinskiene, M., dan Sza ‘lkiewicz M., 2005,
Composition of Phenolic Acids in Sea Buckthorn (Hippophae rhamnoides L.) Berries,
JAOCS, 8,3.
Alves, G, H, Ferreira, C, D, Vivian, P, G, Monks, J, L, F, Elias, M, C, Vanier, L, N, de
Oliveira, M. 2016. The revisited levels of free and bound phenolics in rice: Effects of the
extraction procedure. Food Chemistry. 208:116–123
Sudjadi, 1996, Penentuan Struktur Senyawa Organik, Cetakan 1, Ghalia, Jakarta. Hal. 45-50
Tsao, Rong. “Chemistry and Biochemistry of Dietary Polyphenol”. Nutrients 2, ISSN 2072-
6643 (2010): h. 1231-1246.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia terjemahan K.Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
Chatchawal, C., Natsajee, N., Srisomporn, P., Supatra, P., dan Aroonsri, P., 2010, Physical
and Biological properties of Mucilage from Basella alba L. stem and its gel formulation,
IJPS, 6 (3), 104- 112
Kumala, K.R., 2010, Identifikasi polifenol pada ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis), Tugas Akhir, D3 Analis Universitas Muhammadiyah Semarang
Sumartiningsih, S., 2011, The effect of binahong to hematoma, World Academy of Science,
Engineering, and Technology, 78
Rochani, N., 2009, Uji aktivitas antijamur ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steen) terhadap Candida albicans serta skrining fitokimianya, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kurniati, H., 2011, Uji efektivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
sebagai antibakteri Salmonella typhi penyebab tifus, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu
Rachmawati, S., 2008, Studi makroskopi, mikroskopi, dan skrining fitokimia daun Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis, Skripsi, Universitas Airlangga
Kemila, M., 2010, Uji aktivitas antidiabetes mellitus infus daun binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steen.) pada tikus putih jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Islam Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai