Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Hutan tropik Indonesia terdapat tumbuh-tumbuhan yang peranannya dalam


era teknologi tidak kalah pentingnya dengan sumber daya alam lainnya seperti gas,
batu bara, mineral, dan lain-lain. Dari segi kimia, sumber daya alam hayati ini
merupakan sumber-sumber senyawa kimia yang tak terbatas jenis maupun
jumlahnya. Dengan demikian keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai
keanekaragaman kimiawi yang mampu menghasilkan bahan-bahan kimia baik untuk
kebutuhan manusia maupun organisme lain seperti untuk obat-obatan, insektisida,
kosmetika, dan sebagai bahan dasar sintesa senyawa organik yang lebih
bermanfaat.
Keanekaragaman sumber daya alam hayati di Indonesia ini merupakan
sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit primer seperti protein,
karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya
maupun senyawa metabolit sekunderseperti terpenoid, steroid, kurmarin, flavonoid
dan alkaloidyang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi
sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
sendiri atau lingkungannya.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia yang
merupakan produk metabolit sekunder sebagai alat pertahanan terhadap serangan
organisme pengganggu.Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun
hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi,
tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampui 400.000
jenis senyawa.
Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada berbagai
jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun, aroma
makanan, obat-obatan dan lain sebagainya.Oleh karena itu, mengingat betapa
bermanfaatnya senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder tersebut bagi umat
manusia untuk memenuhiberbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa perlu untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti
steroid, alkaloid, terpenoid, fenolik, flavoinoid, saponin, dan sebagainya. Di mana
pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai senyawa fenolik khususnya
golongan poliketida.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGANTAR 
1. Pengertian Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH -) dan
gugus – gugus lain penyertanya.Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih
dari satu sehingga disebut polifenol.
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas,mempunyai variasi
struktur yang luas, mudah ditemukan di semua tanaman,daun, bunga dan
buah.Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya,antara lain
flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, polifenol(lignin, melanin,
tannin), dan kuinon fenolik.
Banyak senyawa fenolik alami mengandung sekurang-kurangnya satu gugus
hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester atau glioksida
daripada senyawa bebasnya.Senyawa ester atau eter fenol tersebut memiliki
kelarutan yang lebih besar dalam air daripada senyawa fenol dan senyawa
glioksidanya.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna,
tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan
bertambah, jika gugus hidroksil makin banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam, danbanyak
digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai substrat donor H. Reaksi
oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidator juga memerlukan adanya
suatu senyawa yang dapat mendonorkan H. Senyawafenolik merupakan contoh
ideal dari senyawa yang mudah mendonorkan atom H.

2.  Struktur Senyawa Fenolik


Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satuatau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena.Ribuan
senyawa fenolik di alam telah diketahui strukturnya,antara lain fenolik sederhana,
fenil propanoid, lignan, asam ferulat, dan etil ferulat.
Fenolik Sederhana
Golongan senyawa-senyawa yang termasuk fenolik sederhana antara
lainmeliputi guaiakol, vanilli dan kresol.
Umumnya radikal fenoksi yang terbentuk dari senyawa golongan fenolik
sederhana, mengalami pengkopelan pada posisi orto atau para terhadap
gugushidroksi fenolat. Posisi ini lebih disukai, karena tidak terlalu sterik sehingga
memudahkan radikal lain untuk berikatan pada posisi tersebut.
Namun kombinasi pengkopelan lain juga diamati kemungkinannya, yaitu O-
p, O-odan O-O.

Fenil Propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai cincin
aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Golongan fenil propanoid
yang paling tersebar luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang
merupakan bangunan dasar lignin. Empat macam asam hidroksi sinamat banyak
terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat,
kafeat dan p-kumarat.
Radikal fenoksi dari senyawa ini umumnya mengalami pengkopelan diposisi
atomC8, membentuk struktur dengan jembatan 8-8 (8-8bridges).

Lignan
Senyawa-senyawa golongan fenil propanoid membentuk suatu senyawadimer
dengan struktur lignan.Senyawaan lignan memiliki struktur dasar (strukturinduk)
yang terdiri dari 2 unit fenil propanoid yang tergabung melalui ikatan 8-8.Ikatan khas
ini digunakan sebagai dasar penamaan lignan.
Penggabungan 2 unit fenil propanoid dapat pula terjadi melalui ikatan selain
membentuk 8-8, yang digolongkan ke dalam neolignan.Sedangkan jika 2 unit fenil
propanoid bergabung melalui atom O, senyawa yang terbentuktergolong dalam
oxineolignan.
Senyawaan lignan memiliki banyak modifikasi pada struktur induknya,yang
antara lain dapat menghasilkan penambahan cincin, penambahan atau
penghilangan atom C, dan sebagainya. Senyawaan ini tersebar luas di dunia
tumbuhan, dan banyak digunakan secara niaga sebagai antioksidan dan sebagai
komponen sinergistik dalam insektisida.Selain itu, lignan merupakan komponen
kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu.Salah satu senyawa golongan lignan,
yaitu podophyllotoxin, diketahui dapat menghambat tumor. Dalam pengobatan Cina,
lignan banyak dipakai untuk mengobati penyakit hepatitis dan melindungi organ hati.

Asam Ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat, yang
memiliki kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman. Hal inimemungkinkan
untuk dapat memberikan keuntungan yang signifikan di bidang kesehatan, karena
senyawa asam ferulat memiliki aktivitas antikanker danantioksidan. Selain itu juga
dapat menjadi prekursor dalam pembuatan senyawa aromatik lain yang bermanfaat.
Sebagai antioksidan, asam ferulat kemungkinan menetralkan radikalbebas,
seperti spesies oksigen reaktif (ROS). ROS kemungkinan yang menyebabkan DNA
rusak dan mempercepat penuaan.
Dengan studi pada hewan dan studi in vitro, mengarahkan bahwa asam
ferulat kemungkinan memiliki hubungan dengan aktivitas antitumor perlawanan
kanker payudara dan kanker hati. Asam ferulat memiliki kemungkinan sebagai
pencegah kanker yang efektif, yang disebabkan oleh paparan senyawa
karsinogenik, seperti benzopirene dan 4-nitroquinoline 1-oksida. Namun perlu
menjadi catatan, bahwa hal itu tidak diuji coba kontrol random pada
manusia,sehingga hasilnya kemungkinan pula tidak dapat dimanfaatkan untuk
manusia.
Jika ditambahkan pada asam askorbat dan vitamin E, asam ferulat
kemungkinan dapat mengurangi stress oksidasi dan pembentukan dimer timidine
dalam kulit.
Pada tumbuhan, asam ferulat meningkatkan rigiditas dan kekuatan dinding
sel tanaman, melalui ikatan silang (cross linking) dengan pentosan,arabinoxilan dan
hemiselulosa, sehingga dinding sel tidak mudah dihidrolisis secara enzimatis selama
proses perkecambahan.
Asam ferulat banyak ditemukan dalam padi (terutama beras merah),gandum,
kopi, buah apel, nanas, jeruk dan kacang tanah.
Dalam perindustrian, asam ferulat memiliki kelimpahan dan dapat
dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan vanilli, agen perasa sintesis yang
sering digunakan dalam ekstrak vanilla alami.
Asam ferulat adalah senyawa fenolik yang dapat dihasilkan salah satunya
ialah dengan reaksi kondensasi vanilli dengan asam malonat.

Etil Ferulat
Etil ferulat tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi
sinamat,yang merupakan turunan dari asam ferulat dalam bentuk ester.
Senyawa fenolik ini terdistribusi secara luas pada berbagai jenis tanaman
yang dapatdikonsumsi oleh makhluk hidup. Senyawa tersebut terdapat dalam
tanaman, terutama pada benih padi dan gandum, tetapi dalam jumlah kecil.Oleh
karena itu, senyawa ini biasanya disintesis dari prekursor asam ferulat. Bentuk
fisiketil ferulat berupa kristal berwarna putih dan memiliki aktifitas sebagai
antioksi dan yang sangat baik dibandingkan asam bebasnya. Etil ferulat
digunakan sebagai bahan aktif dalam pengobatan terapi untuk antihipertensi.

3.  Manfaat Senyawa Fenolik


Senyawa fenolik merupakan senyawa bahan alam yang cukup luas
penggunaannya saat ini. Kemampuannya sebagai senyawa biologik aktif
memberikan suatu peran yang besar terhadap kepentingan manusia. Sudah banyak
penelitian diarahkan pada pemanfaatan senyawa fenolik pada berbagai bidang
industri. Pada industri makanan dan minuman, senyawa fenolik berperan dalam
memberikan aroma yang khas pada produk makanan dan minuman, sebagai zat
pewarna makanan dan minuman, dan sebagai antioksidan. Pada industri farmasi
dan kesehatan, senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan, antimikroba,
antikanker dan lain-lain, contohnya obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria
(kuinina) dan obat demam (aspirin). Selain itu, senyawa ini juga banyak digunakan
sebagai insektisida dan fungisida. Selain itu, senyawa fenolik sangat penting untuk
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, di mana diproduksi sebagai respon untuk
mempertahankan tanaman dari serangan terhadap patogen.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih
gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatikbenzena, sehingga
senyawa ini juga memiliki sifat yang khas, yaitu dapat teroksidasi. Kemampuannya
membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi menyebabkan senyawa
ini banyak digunakan sebagai antioksidan. Manfaat asam fenolik yang paling penting
yaitu anti-penuaan yang berhubungan dengan anti-oksidan yang mengurangi
aktivitas dan mencegah pertumbuhan sel abnormal. Asam fenolat berguna dalam
mengendalikan peradangan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
meningkatkan sirkulasi darah, semua yang menghasilkan signifikan manfaat anti
penuaan dalam tubuh.

4.  Identifikasi Senyawa Fenolik


Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati
pada dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang
diaplikasikan dalam proses industri. Metode metabolit pengempaaan digunakan
pada senyawa katecin daun gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa sawit.
Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan
kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil
proses metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang
relatif kecil, maka metode-metode dan proses industri tersebut tidak dapat
digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa
metabolit sekunder dapat digunakan.Metode standar laboratorium dengan kuantitas
sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan
maksud tersebut.
Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan
sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan dan salah satu
usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan
pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar
akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar
lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan
dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan
senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga
dapat diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga
secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk
tujuan tersebut maka diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi
pendahuluan senyawa metabolit sekunder sebagai berikut:
Sebanyak 4 gram sampel segar dirajang halus dan dididihkan dengan 25 ml
etanol selama lebih kurang 25 menit, disaring dalam keadaan panas, kemudian
pearut diuapkan sampai kering. Ekstrak dikocok kuat dengan kloroform lalu
ditambahkan air suling, biarkan sampai terbentuk dua lapisan, yakni lapisan
kloroform dan lapisan air.Beberapa tetes ditempatkan dalam tabung reaksi
ditambahkan besi(III) klorida, timbul warna hijau sampai ungu menandakan positif
mengandung fenolik.
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian
tumbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem
maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti metanol.
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum
digunakan antara lain :
1.    Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik
yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dengan pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses
maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan
pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan
alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.

2.    Perkolasi
Merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut
akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari
proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut
dalam pelarut yang digunakan.
3.    Solketasi
Solketasi menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di
hemat karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini
sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.

4.    Destilasi uap


Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan
pada suhu yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.
Diantara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat
dilakukan dengan metode standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa
kimia dan termasuk derivat – derivatnya antara lain:

1.    Metode Spektroskopi


Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam
penentuan struktur senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit
sekunder pada khususnya. Metode tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan
mempunyai hasil pengamatan yang berbeda, yaitu :
a.    Spektroskopi UV
Merupakan metode yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari
senyawa organik dan membedakan senyawa aromatic atau senyawa ikatan rangkap
yang berkonjugasi denga senyawa alifatik rantai jenuh.
b.    Spektroskopi IR
Metode yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang
terdapat dalam senyawa organik, yang mana gugus fungsi dari senyawa organik
akan dapat ditentukan berdasarkan ikatan tiap atom dan merupakan bilangan
frekuensi yang spesifik.
c.    Nuklir Magnetik Resunansi Proton
Metode ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang mempunyai
proton atau tanpa proton. Disamping itu akan dikenal atom – atom lainnya yang
berkaitan dengan proton.
d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13
Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis
atom karbon pada senyawa terebut.
e.    Spektroskopi Massa
Mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya
fragmentasi ion molekul yang menghasilkan pecahan – pecahan spesifik untuk suatu
senyawa berdasarkan m / z dari masing – masing fragmen yang terbentuk.
Terbentuknya fragmen – fragmen denga terjadinya pemutuan ikatan apabila disusun
kembali akan dapat menentukan kerangka struktur senyawa yang diperiksa.

2.    Kromatografi
Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa
metabolit sekunder dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan
berikutnya dalam menentukan struktur senyawa.
Berbagai jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain:
a.    Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk menentukan kemurnian
senyawa yang ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak
kasar metabolit sekunder.Cara ini sangat sederhana dan merupakan suatu
pendeteksian awal dari hasil isolasi.
b.    Kromatografi Kolom
Digunakan untuk pemisahan campuran bebrapa senyawa yang diperoleh dari isolasi
tumbuhan. Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi – fraksi
senyawa akan menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi.
c.    Kromatografi Gas
Pemisahan campuran senyawa yang cukup stabil pada pemanasan, karena sampel
yang digunakan akan dirubah menjadi fasa gas dan dengan adanya perbedaan
keterikatan senyawa pada fasa padat yang digunakan terhadap senyawa organik
sehingga terjadi pemisahan masing – masing senyawa dari campurannya.
d.   Kromatografi Cair
Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography ) dan lebih dari
75 % dari pemakaian HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau
C – 18 sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa senyawa dapat diganti
kepolarannnya pada saat digunakan dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa
gradien. Pada kondisi gradien, senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih lemah oleh
fasa padat dan akan dielusi dengan pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa polar
akan diadsorpsi lebih kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai
polaritas luas, pemisahan harus dilakukan dengan merubah kepolaran pelarut yang
digunakan.Efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan pengaturan dan
penggunaan pelarut sebagai pembantu dalam pemakaian HPLC.

B. Senyawa Poliketida
1. Pengertian Senyawa Poliketida

  Secara biogenetik, senyawa aromatik/fenolat dibedakan:


                        1. Berasal dari jalur sikimat yaitu fenilpropanoid
                        2. Berasal dari jalur asetat-malonat yaitu poliketida
                        3. Kombinasi kedua jalur yaitu flavonoid
Poliketida berasal dari kata “poli” yang berarti banyak dan “ketida” yang
menunjukkan adanya ketida (-CH2COCOOH). Hal ini dikarenakan suatu poliketida ditandai
dengan dimilikinya pola berulang suatu ketida –[CH 2CO]n dalam rangkaian strukturnya.
Poliketida alami digolongkan berdasarkan pada biosintesisnya, yang
membedakannya adalah urutan rantai poli-β-keto, yang terbentuk oleh coupling  unit-
unit asam asetat (C2) melalui reaksi kondensasi, yaitu:

nCH3CO2H [CH2CO]n

Poliketida termasuk dalam kelas produk alami yang diisolasi dari mikroba,
tanaman dan invertebrata yang mencakup jumlah yang mengesankan klinis obat
yang efektif dengan kegiatan beragam. Beberapa contoh diantaranya: erythromycin
(antibiotik), rapamycin (imunosupresif), amfoterycin (antijamur), avermectin
(antiparasit), dan doxorubycin (antikanker). Seperti pada produk alam lainnya,
poliketida memainkan peran yang berbeda dalam memproduksi organisme, dari
pertahanan diri (menghambat pertumbuhan dan melawan organisme yang
merugikan) sampai mengsignal molekul (sebagai pembawa pesan antar organisme).
Poliketida diproduksi melalui kondensasi bertahap yang sederhana dari
prekursor asam karboksilat, menyerupai biosintesis asam lemak. Biosintesis
tersebut  dilakukan oleh enzim yang dikenal sebagai synthases poliketida (PKSs).
Ada beberapa jenis PKSs, mulai dari protein yang relatif sederhana sampai
kompleks multienzimatik besar yang memiliki puluhan situs katalitik. Protein tersebut
menggunakan salah satu dari dua mekanisme umum, yaitu :
1. Modular - di mana setiap rangkaian situs katalitik ini hanya digunakan sekali
selama proses biosintesis, dan 
2. Iteratif - di mana set yang sama dari situs aktif digunakan berulang kali.

Poliketida terdiri dari beberapa senyawa antara lain aflatoxin, diskodermolida,


antibiotik poliena, makrolida, tetrasiklin, dan masih banyak yang lainnya. Akan tetapi
dalam kesempatan ini kami akan menguraikan penjelasan mengenai diskodermolida

B.Struktur dan Tata Nama


Secara umum senyawa poliketida memiliki struktur CH 3[CH2CO]n
COOH yang disebut ketida atau  poli-β-keto. Berdasarkan struktur poliketida
tersebut, secara trivial poliketida memilikinama poliketida atau alkan poli-on.
Sedangkan secara IUPAC diberi nama polialkanon.

Lovastatin

Epotilon B

Rifamisin B

C.Sumber-sumber di Alam
Poliketida banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan karena dapat diisolasi dari
tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitar kita. Poliketida dapat diisolasi dari mikroba,
jamur Aspergillus terreus, tomat, jagung, dan invertebrata yang jumlahnya
cukup besar.
D.Reaksi-reaksinya

Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa poliketida merupakan reaksi pembentukan


suatu metabolit sekunder. Sebagian besar reaksi dari poliketida menunjukkan
reaksi keseluruhan dalam proses biosintesis poliketida. Secaraumum, reaksi yang
dialami oleh berbagai senyawa poliketida mencakup:

Reaksi Rantai Poliasetil

1. Kondensasi aldol

Kondensasi tipe Kroton (aldol) : kondensasi gugus karbonil


dengan gugus metilen

CH3 CH3
COOH COOH COOH
O
4 X C2
O O
O O HO OH
ASAM ORSELINAT

HO CH3
O
8 X C2 O O O OH
COOH C
O O O OH O OH O

(O)
O O

HO CH3 HO CH3

OH
C

OH O OH OH O OH O
EMODIN ENDOKROSIN
2. Kondensasi Claisen
Kondensasi tipe Claisen : kondensa-si hidroksil dari gugus
karboksilat de-ngan metilen

O O
O O O OH
C
H3C C CH2 H3C
H2 H3C
OH
O C C
O O HO OH
C O
H2
ASETIL FLOROGLUSINOL

O O O O
H2 H2 H2
H3C C C C C C C C 0H TETRA - ASETIL

O OH

O O

HO
H3C OH O H3C O O

 - PIRON

3. Laktonisasi
Kondensasi tipe laktonisasi : gugus hidroksil dari karboksilat
membentuk jembatan dengan gugus hidroksi

O O O O
H2 H2 H2
H3C C C C C C C C 0H TETRA - ASETIL

O OH

O O

HO
H3C OH O H3C O O

 - PIRON
4. Eterifikasi
Kondensasi tipe eterifikasi : jemba-tan antara gugus karbonil
dengan gugus karbonil

O O O O
H2 H2 H2
H3C C C C C C C C 0H TETRA - ASETIL

O O

O O

HO
H3C OH CH3 HO O CH3

 - PIRON

E. Biosintesis
Penelitian bidang biosintesis dimulai pada tahun 1953, ketika Birch dan Donovan
menyarankan jalur biosintesis baru untuk poliketida yang menunjukkanmekanismenya
mirip dengan mekanisme biosintesis asam lemak. Hipotesis inidikenal
sebagai hipotesis poliasetat yang menyatakan bahwa, "Poliketida
dibentuk oleh hubungan kepala-ke-ekor unit asetat, diikuti oleh siklisasi
dengan reaksi aldol atau dengan asilasi fenol" (Birch & Donovan, 1953).
Pembentukan rantai  poli-β-keto dapat digambarkan sebagai sederet reaksi Claisen.

ATURAN BIOGENETIK ASETAT BIRCH

1. Adisi dari unit C2 (pembuatan rantai)

2. Oksidasi, reduksi dan alkilasi rantai poliketida

3. Stabilasasi rantai dengan siklisasi intra-molelkuler

4. Modifikasi sekunder gugus fungsional atau kerangka mono / polisiklik dari langkah 3

Aturan biogenetik Birch tidak harus berurutan

 Langkah (2) dan (4) tidak selalu berlangsung


 Langkah (2) dapat terjadi bersa-ma langkah (1)
 Langkah (1), setelah terjadi lang-kah (3) dan (4) atau langkah (3) berlangsung
selama siklisasi intramolekuler

CH3 COOH CH3 COOH C2

KONDENSASI
(+C2)

CH3 CO CH2 COOH CH3 CO CH2 COOH C2

REDUKSI

CH3 CH2 CH2 COOH

KONDENSASI
(+C2)

CH3 (CH2)2 CO CH2 COOH CH3 (CH2)2 CO CH2 COOH C2

REDUKSI

CH3 (CH2)2 CH2 CH2 COOH

KONDENSASI
(+C2)
CH3 (CH2)4 CO CH2 COOH CH3 (CH2)4 CO CH2 COOH C2

ASAM LEMAK POLIKETIDA Cn

Biosintesis asam lemak dan poliketida

Poliketida tersebut diproduksi melalui kondensasi bertahap yang sederhanadari


prekursor asam karboksilat yang menyerupai biosintesis asam
lemak.Biosintesis tersebut dilakukan oleh enzim yang dikenal sebagai
polyketidesynthases (PKSs). Selain senyawa diatas contoh poliketida lainnya
antara lain aflatoxin, diskodermolida, antibiotik poliena, makrolida, tetrasiklin,
dan masih banyak yang lainnya. Proses perpanjangan biosintesis poliketida
terjadi pada C2 poliketida danberlangsung secara kondensasi Claisen.
Bentuk aktif dari unit C2 ini adalah AsetilKoA dan Malonil KoA (dari karboksilasi
asetil KoA). Jadi, 2 molekul asetil-KoA dapat ikut serta dalam reaksi Claisen
membentuk asetoasetil-KoA, kemudian reaksi dapat berlanjut sampai
dihasilkan rantai  poli-β-keto.
1. Biosistesis poliketida
2. Reaksi Claisen yang terdapat pada biosintesis poliketida

a. REDUKSI NAD(P)H NAD(P)+


+ H+
(H C O ) C C C C
H H
OH OH

O
b. OKSIDASI OH
(O)
(O CH2 ) C C C C C C
H H H
OH OH O

c. ALKILASI X X X
- H+
(X CH2 ) C C C C C C
H H
OH O OH
X = CH3 (dari METIONIN), (CH3)2C=CH-CH3 (PRENIL)

CH3 CH3
+CH3 H + H2O
C C C R C C C R C C CH + R-COOH
-H+ OH
OH OH OH OH CH3
OCH3 OCH3

PRINSIP REAKSI MODIFIKASI RANTAI POLIKETIDA


BEBERAPA SENYAWA MODIFIKASI RANTAI
POLIKETOMETILENA
O H

OH O
OH
O COOH COOH O

O O HO O OH

MELLEIN

O
O HO HO
O O
OH
O COOH HO COOH H3CO COOH
O

O O O O HO OH

ASAM USTAT

O
O COOH O O O O H3CO

CH3 * *
O O O O OH O

EUGNETIN

*CH3 * *
HO HO
O O O
H

*CH3 * *
*CH3 O O * O O * O O
DEHIDROANGUSTION

O O O
C5 O OH
HOOC

O O O O O O OH
PEUSENIN

MODIFIKASI SEKUNDER POLIKETIDA

• Setelah siklisasi, poliketida dapat mengalami modifikasi

• Transformasi umum adalah oksidatif dari gugus metil menjadi karboksilat

• Gugus karboksil yang terbentuk dapat berubah menjadi hidrogen


(dekarboksilasi non-oksidatif) atau hidroksil (dekarboksilasi oksidatif)

• Oksidasi pertama dipengaruhi oksigenasi dan bersifat ireversibel

• Pengubahan alkohol primer menjadi aldehida kemudian asam karboksilat


dikatalis dehidro-genase (pengaruh NAD (P) atau flavoprotein
E. Derivat Poliketida

1. SENYAWA KUINON

Sebagai produk akhir proses oksidasi mono dan polisiklik dengan


struktur akhir 1,4 kuinon

• Atom karbon bersumber dari asetat dan mevalonat atau jalur


shikimat asam amino aromatik

• Interkonversi kuinon (Q) dengan air (H2O) membantu membawa


elektron

H2Q Q + 2e- + 2H+

• Bersifat nukleofil

• Terbentuk dalam jumlah besar dari m.o tanah atau oksidasi turunan
pirogalol

1.1 Benzokuinon
 Fumigatin dan hidroksimetil p-benzo-kuinin (juga p-benzokuimon lain)
telah banyak diisolasi dari fungi
 Shanorelin, pigmen kuning Shanorella spirotricha (Ascpmycetes)
 Sitrinin metabolit jamur berkhasiat anti biotik, juga dapat diisolasi dari
tumbuh an tinggi Crotolaria uripata
 Fuscin diisolasi Oidiodendron fuscum, atom c5 dari asam mevalonat
 p-Benzokuinon dan turunannya terda-pat arthropoda, milliapoda dan
insekta
(mungkin sebagai subtansi pertahanan)

1.2 Naftokuinon
 Jalur poliketida membentukan inti naftokuinon dan benzokuinon
banyak terdapat dalam m.o dan kurang pada tumbuhan tinggi
(lewat jalur lain)
 Binaftil dan 3,9-dhidroksiperilena-3,10-kui-non dalam Daldinia
concentrica lewat jalur 1,8-dihidronaftalena secara oksidatif
 Plumbagin dan metiljuglon berasal dari hek-saketida dalam
Drosera dan Plumbago
 Naftokuinon lain dalam fungi; heptaketidan (mavanisin),
oktaketida (eritrostaminon)
 Ekinokrom dan spinokrom terdapat dalam organ seksual dan duri
bintang laut (Paracen-trotus lividus), berasal dari asam asetat

OH OH
OCH3 OCH3 OH O
HO OH

OH O

1,8 - DIHIDROKSI NAFTALENA 1,8- DIMETOKSINAFTALENA MOMPAIN


Dakdinia concentrica Helicobasidium mompa

OH OH OH O

OX

OH OH OH O
BINAFTIL 3,9- DIHIDROKSIPERILENA
3,10 KUINON

BEBERAPA TURUNAN NAFTALENA DAN NATOKUINON


DARI POLIKETIDA OLEH FUNGI

1.3 Antrakuinon dan Antron


 Antrasen (utama tingkat oksidasi kuinon) terda-pat dalam m.o,
tumbuhan dan binatang rendah
 Kerangka trisiklik kehilangan gugus 3-karboksi-lat, menghasilkan
turunan antrasena (15 atom C), dikenal dan ditemukan banyak
dalam fungi bersa-ma antron dan antron dimer Penicillium islandi-
cum
 Rutilantinon (glikosida antibiotik) merupakan antrakuinon dari
Strptomyces sp.
 Emodin banyak dalam fungi imperfektif dan tum-buhan tinggi
sebagai glikosida (Rhamnus frangu-la)

2. BENZOFENON – XANTON

3. DEPSIDA – DEPSIDON

4. AFLATOKSIN

5. TETRASIKLIN

6. ANTIBIOTIKA MAKROLIDA

F. Kegunaan, Manfaat, dan Potensi

Kegunaan senyawa-senyawa poliketida yaitu:

1. Sebagai antibiotik. Golongan yang sering dimanfaatkan di antaranya


golonganmakrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),
golonganketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin,klortetrasiklin).

2. Sebagai obat kolesterol (anti kolesterol), misalnya senyawa lovastatin.

3. Sebagai anti jamur, misalnya senyawa amfoterisin.


4. Sebagai anti kanker, misalnya senyawa epotilon.Sedangkan potensi senyawa-
senyawa poliketida yaitu:
1. Sebagai terapi berbagai penyakit di usia lanjut
2. Sebagai pencegah penyakit jantung
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Poliketida memiliki pola berulang yaitu –[CH2CO]n dalam rangkaian strukturnya.
2. Poliketida disintesis dari polimerisasi sub unit asetil dan propionil dalamproses yang mirip
dengan sintesis asam lemak, yaitu melalui kondensasiClaisen dan pada umumnya
menggunakan enzim poliketida sintase.
3. Perbedaan pembentukan asam lemak dan senyawa poliketida aromatikterletak pada peristiwa
reduksi sebelum penambahan asetil KoA lebihlanjut.
4. Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa poliketida merupakan reaksipembentukan suatu
metabolit sekunder yang salah satunya meliputi reaksikondensasi aldol atau reaksi
kondensasi Claisen.
5. Poliketida bermanfaat sebagai antibiotic, antikanker, antijamur, danantikolesterol.
Poliketida juga berpotensi sebagai terapi berbagai penyakit diusia lanjut dan
pencegah penyakit jantung.

B. Saran
Penjelasan mengenai senyawa poliketida dalam makalah ini masih belum
sempurna, sehingga para pembaca diharapkan dapat menambah wawasan
melalui literatur lainnya.Selain itu, diharapkan untuk selanjutnya, bagi rekan-
rekan yang ingin menyusun makalah mengenai senyawa poliketida dapat
mencari literatur yang lebih banyak lagi untuk melengkapi penjelasan mengenai
senyawa fenolik, agar materi mengenai senyawa poliketida tersebut dapat lebih
lengkap dan akurat.
Daftar Pustaka

1. Dewick, P.M. 2009. Medicinal Natural Products. United Kingdom: John Willey
&Sons, Ltd.
2. Hanson, J.R. Tanpa Tahun. Natural Products, The Secondary Metabolites
.United Kingdom: Royal Society of Chemistry, University of Sussex.
3. Heldt, H.W. 2004.Plant Biochemistry: Third Edition. United Kingdom:
Elsevier Academic Press.
4. Mangrina, A. 2001. Kimia Produk Alam Poliketida Lainnya.
Yogyakarta:Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
5. Rahmawati, F. 2011. Poliketida Aromatik, Asam Usnat . Yogyakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada.
TUGAS MAKALAH MATAKULIAH

FITOKIMIA

“ POLIKETIDA”

DISUSUN OLEH:

NAMA : SULTAN

NIM : N111 10 303

KELAS : B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Anda mungkin juga menyukai