Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

PENDIRIAN INDUSTRI RUMAH


TANGGA

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MSi, Apt

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Arbi Nugroho 20340293

Harias tuti 20340294

Herlany Oktavia 20340295

Nur Sufiati Rizki 20340296

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa atas
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pendirian Industri Farmasi Rumah Tangga. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Industri Program Studi
Profesi Apoteker. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagaimana pendirian industri farmasi rumah tangga bagi pembaca dan
penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Teti Indrawati,Apt. selaku
dosen Mata Kuliah Farmasi Industri Program Studi Profesi Apoteker yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis sadari sepenuhnya bahwa


makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
2.1 Industri Rumah Tangga................................................................................. 3
2.2 Jenis Industri Rumah Tangga........................................................................ 4
2.3 Pangan........................................................................................................... 5
2.4 Industri Rumah Tangga Pangan………………............................................. 5
2.5 Kemasan Industri Rumah Tangga ................................................................. 5
2.6 Perizinan………………………...................................................................... 6
2.7 Cara Produksi Pangan Yang Baik................................................................... 9
2.8 Sarana dan Bangunan. ....................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................... 20
3.1 Pendirian Industri Rumah Tangga Pangan.................................................... 20
3.2 Kelengkapan Persyaratan Perizinan Industri Rumah Tangga.......................... 20
3.3 Gambaran Umum ......................................................................................... 21
3.4 Sturuktur Organisasi CV........................................ ....................................... 23
3.5 Rancangan Industri Pangan Rumah Tangga................................................... 24
3.6 Produksi dan Distribusi (Pemasaran) Industri Pangan Rumah Tangga.......... 26
3.7 Analisis SWOT Industri Makanan Rumah Tangga.. .... ........... .................... 30
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 31
4.2 Saran.............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
merupakan bagian dari industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan
tetapi juga dalam bentuk jasa.Produksi Industri Rumah Tangga baik makanan dan
minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar dan / (atau)
persyaratan kesehatan berdasarkan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009, pasal 111
ayat (1). Terkait hal tersebut di atas, Undang-Undang tersebut mengamanahkan bahwa
makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan,
dan / (atau) membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran,
dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Tujuan dari pendirian CV.Ladiva adalah sebagai Badan usaha agar suatu
usaha memiliki wadah resmi dan legal untuk memudahkan pergerakan badan usaha itu
sendiri, misalnya “pengadaan barang”, perlu suatu sarana melakukan kerjasama, selain
itu biasanya juga diisyaratkan apabila akan menjalin kerjasama dengan suatu instansi
pemerintah atau pihak lain adanya pembentukan suatu badan usaha. hal yang penting
lainnya yaitu perlu adanya sarana, prasarana, sumber daya, yang perlu direncanakan
secara efektif agar dapat mendukung kemajuan suatu usaha yang akan didirikan. maka
dari itu industri makanan rumah tangga keripik ceker perlu dibuat Rancangan Anggaran
Biaya (RAB) yang sistematis.Rancangan Anggaran Biaya (RAB) langkah selanjutnya
adalah perlu dilakukan perhitungan agar mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk dapat mengembalikan modal investor. Hal ini bermanfaat
meyakinkan investor untuk dapat berinvestasi pada industri yang akan didirikan.

Bahan baku berupa daging hasil peikanan dan peternakan merupakan bahan
pangan utama manusia,sedangkan bagian tulang,kulit ,jeroan,dan sisik,bagian yang
jarang dimakan,tetapi masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan.Memiliki gizi
sangat tinggi.Ceker ayam adalah bagian dari tubuh ayam yaitu bagian kaki ayam,tekstur
yang unik dan rasa yang gurih membuat ceker ayam digemari banyak orang.Ceker

1
ayam mengandung protein,kolagen,zat kapur/kalsium dan kartilago.Ceker ayam
memiliki sedikit daging di semua bagian hingga semua ruas jari-jarinya,ceker ayam
juga mempunyai tulang lunak yang rasanya gurih dan lezat.Ceker ayam yang dimasak
biasanya akan mengeluarkan cairan atau gel khusus yang banyak mengandung gelatin.

Dalam melakukan produksi harus sesuai berdasarkan pedoman Cara


Pembuatan Produksi Pangan yang Baik agar kualitas produk bermutu, aman, dan layak
untuk dikonsumsi di masyarakat. Agar hasil produksi sampai pada masyarakat luas
maka perlu dilakukan strategi pemasaran yang baik salah satunya memperkenalkan
produk usaha melalui beberapa media online, hal ini bertujuan untuk memudahkan
konsumen mengetahui produk yang akan dipasarkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendirikan CV untuk Industri makanan rumah tangga ?


2. Bagaimana mendapatkan izin mendirikan industri makanan rumah tangga dan izin
apa saja yang diperlukan?
3. Bagaimana proses pengadaanpelaksanaan produksi, dan distribusi/pemasaran
industri makanan rumah tangga ?
4. Bagaimana analisis SWOT Produk industri makanan rumah tangga ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara mendirikan CV untuk Industri makanan rumah
tangga
2. Mengetahui dan memahami persayaratan dalam mendirikan Industri makanan
rumah tangga dan izin apa saja yang diperlukan.
3. Mengetahui dan memahami pengadaan sarana prasarana,serta SDM dalam
mendirikan Industri makanan rumah tangga serta proses pelaksanaan produksi dan
distribusi/pemasaran industri makanan rumah tangga
4. Untuk memahami analisis SWOT Produk industri makanan rumah tangga

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Rumah Tangga


Industri Rumah Tangga adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Besar yang memenuhi kriteria. Industri rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 20 Tahun 2008. Kegiatan usaha
industri ini dilakukan di Indonesia dan berdomisili di Indonesia (WNI). Prinsip dari
Usaha Industri rumah tangga yaitu pertumbuhan kemandirian, kebersamaan dan
kewirausahaan untuk berkarya dengan prakarsa sendiri. Perwujudan kebijakan
publikyang transparan, akuntabel, dan berkeadilan, penyelenggaraan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian terpadu. Kegiatan usaha Industri memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
a. Industri kecil
b. Industri menengah
c. Industri besar
Dalam industri rumah tangga memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari
Rp.50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000. Usaha industri rumah
tangga adalah usaha yang memperkerjakan kurang dari lima orang.
Berdasarkan Menteri Negara Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah, Usaha
Kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai ≤
Rp.200 juta atau omzet tahunan ≤ Rp.1 milyar. (c) Kamar dagang dan industri Indonesia
menentukan batasan pengusaha kecil dalam jenis kegiatan dengan tolok ukur yang
berbeda-beda, seperti nilai mesin dan peralatan, nilai modal, dan lain-lain, sebagai
berikut: (1) Pengusaha kecil bidang industri adalah yang memiliki nilai mesin dan
peralatan kurang dari Rp.100 juta.

3
Berdasarkan Direktori Industri Kecil Jawa Tengah (2003: iii): usaha kecil
terdiri dari 2 sub sektor yaitu Industri Kecil (IK) dan Dagang Kecil (DK). Berdasarkan
Kep. Menperindag RI No.254/MPP/Kep/7/1997 tentang Kriteria Industri Kecil dan
Dagang Kecil di Lingkungan Disperindag, IK dan DK adalah usaha industri yang
mempunyai nilai investasi seluruhnya maksimal 200 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan, dan dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Suatu perusahaan dikelompokan
menjadi empat kategori, yaitu:
(a). Industri Besar: tenaga kerjanya 100 orang atau lebih.
(b). Industri Sedang: tenaga kerjanya 20-99 orang.
(c). Industri Kecil: tenaga kerjanya 5-19 orang.
(d). Industri Rumah Tangga: tenaga kerjanya 1-4 orang.
Dengan tujuan :
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Kecil (Industri Rumah
Tangga)
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
3. Meningkat peran Industri Rumah Tangga dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan
rakyat dari kemiskinan.

2.2. Jenis Industri Rumah Tangga


Ada beberapa bentuk dan jenis rumah tangga yang dikenal oleh masyarakat,seperti:
a. Industri rumah tangga bidang kosmetik (alat-alat kecantikan),contoh: Minyak
rambut, lulur, bedak, sabun, pomade, krim pijat, garam mandi, peyegar kulit.
b. Industri rumah tangga bidang kebutuhan sehari-hari, contoh : sabun mandi, sabun
cuci batangan, sabun cuci deterjen, pasta gigi.
c. Industri rumah tangga bidang obat-obatan ringan, contoh: minyak angin, obat
gosok, obat kutu busuk, obat nyamuk.
d. Industri rumah tangga bidang makanan, contoh: keripik singkong, keripik pisang,
kripik singkong, emping dan kue.
e. Industri rumah tangga bidang minuman, contoh: soda,jus buah.

4
2.3. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses
dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.

2.4. Industri Rumah Tangga Pangan


Industri Rumah Tangga Pangan, yang selanjutnya disebut IRTP adalah
perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan
pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Pangan Produksi IRTP adalah
pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga Pangan yang diedarkan dalam
kemasan eceran dan berlabel.
Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau
mengubah bentuk pangan. Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah
Tangga, yang selanjutnya disingkat CPPB-IRT adalah cara produksi yang
memperhatikan aspek keamanan pangan bagi IRTP untuk memproduksi pangan agar
bermutu, aman dan layak dikonsumsi.

2.5. Kemasan Industri Rumah Tangga Pangan


Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau
membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
Kemasan Pangan Primer adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau
membungkus pangan yang bersentuhan langsung dengan pangan. Kemasan Pangan
Sekunder adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus
pangan, yang tidak bersentuhan langsung dengan pangan.
Label Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Label pangan sekurang-kurangnya memuat : a) Nama produk sesuai dengan jenis
pangan IRT yang ada di Peraturan Kepala Badan POM HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun
5
2012 tentang Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
b) Daftar bahan atau komposisi yang digunakan;
a. Berat bersih atau isi bersih;
b. Nama dan alamat IRTP;
c. Tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa;
d. Kode produksi;
e. Nomor P-IRT.
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yang selanjutnya disingkat
SPP-IRT, adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan
produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-
IRT dalam rangka peredaran Pangan Produksi IRTP. Nomor P-IRT adalah nomor
pangan IRT yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari SPP-IRT dan wajib
dicantumkan pada label pangan IRT yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-
IRT.

2.6. Perizinan
2.6.1. Pembuatan CV
CV (Comanditaire Venootschap) adalah bentuk usaha yang merupakan
salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin
melakukan usaha dengan modal terbatas. Cv merupakan badan usaha yang tidak
berbadan hukum, kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
CV dapat didirikan dengan mensyaratkan 2 orang menggunakan akta notaris
yang berbahasa Indonesia. Hal yang harus dibawa pada saat datang ke notaris
adalah:
1. Calon nama yang digunakan oleh CV tersebut beserta pekerjaannya
2. Penetapan nama CV
3. Fotocopy kartu keluarga Persero Pengurus (Direktur) CV
4. Fotocopy NPWP Pengurus CV (Direktur)
5. Fotocopy bukti pemilikan atau penggunaan tempat usaha. Bila sewa kepada
orang lain harus dibuktikan dengan adanya perjanjian sewa-menyewa, yang
dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa (PPh) oleh pemilik tempat. Ada
daerah-daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang
tidak membayarkan lingkungan, asalkan mendapat persetujuan dari RT/RW
setempat.
6
6. Pas Foto ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah.
Jangka waktu pengurusan izin-izin tersebut dari pendirian sampai dengan
selesai lebih kurang 35 hari dan membutuhkan biaya sekitar Rp.4.500.000.-

2.6.2. Izin Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT


Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah
jaminan tertulis oleh Bupati/Walikota terhadap pangan produksi IRT diwilayah
kerjanya. Permohonan diterima oleh Bupati/Walikota. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya yang meliputi :
1. Mengikuti penyuluhan keamanan pangan
Penyelenggaraan diookdinasikan oleh Bupati/Walikota dengan menugaskan
Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) yang kompeten dari
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Balai Besar/Balai POM setempat
dan memiliki Sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan
dari Badan POM. Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik
atau penanggung jawab IRTP. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri
dari :
Materi Utama :
a) Peraturan perundang-undangan di bidang pangan,
b) Keamanan dan Mutu pangan,
c) Teknologi Proses Pengolahan Pangan,
d) Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga
(CPPB-IRT),
e) Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Materi Pendukung :
a) Pencantuman label Halal
b) Etika Bisnis dan Pengembangan Jejaring Bisnis IRTP
c) Fotocpy KTP.
d) Lembar pas foto 3x4
e) Mengisi formulir Permohonan SPP-IRT yang memuat informasi
sebagai berikut: Nama jenis pangan, Nama dagang, Jenis kemasan,
Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl), Komposisi, Tahapan
produksi, Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP, pemilik,
Nama penanggung jawab, Informasi tentang masa simpan
7
(kedaluwarsa), Informasi tentang kode produksi.
f)Dokumen lain antara lain :
o Surat keterangan atau izin usaha dari Instansi yang berwenang
o Rancangan label pangan.
2. Pemeriksaan Berkas
Selanjutnya pemeriksaan berkas dilakukan oleh instansi berwenang
total kurang lebih 3 bulan. Setelah pengajuan permohonan di terima maka
akan keluar nomor P-IRT. SPP-IRT berlaku selama 5 tahun dan dapat di
perpanjang bila memenuhi persyaratan. Pemberian Nomor P-IRT terdiri dari
minimal 15 (lima belas) digit. Sebagai contoh : P-IRT No. 1234567890123–
45 Penjelasan 15 digit adalah :
 digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan sesuai Sub Lampiran 6
 digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis pangan IRTP sesuai
Sub Lampiran 7
 digit ke- 4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota
sesuai Sub Lampiran 8
 digit ke 8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah
memperoleh SPP-IRT
 digit ke- 10,11,12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di
kabupaten/kota yang bersangkutan.
 digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.
Nomor P-IRT diberikan untuk 1 (satu) jenis pangan IRT. Setiap
perubahan, baik penambahan maupun pengurangan provinsi, kabupaten/kota,
pemberian nomor disesuaikan dengan kode baru untuk Provinsi, Kabupaten,
dan Kota yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan
kode propinsi, kabupaten dan kota.

2.6.3. Izin Sertifikat Halal


Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang menyatakan kehalalan suatu
produk yang dikeluarkan oleh MUI. Untuk mendapatkan sertifikat halal dari
MUI, dapat datang langsung ke Kantor MUI (Majelis Ulama Indonesia) di kota
terdekat. Dengan melengkapkan persyaratan :
o Fotocopy KTP

8
o Pas Foto 3x4
o Fotocopy sertifikasi izin usaha industri rumah tangga
Mengisi formulir serta melampirkan bahan baku, bahan tambahan dan
bahan penolong produk. Serta membayar biaya kurang lebih sebesar Rp
2.000.000,- .Setelah semua dilewati dengan baik sertifikat halal diunduh dalam
bentuk softcopi atau dikirim ke alamat rumah, dan juga wajib meletakkan
label/logo sertifikat halal pada tempat yang mudah dibaca. Izin usaha dari MUI
ini berlaku selama 2 tahun.

2.6.4. Perpanjangan Spp – Irt Dan Perubahan Pemilik


 Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan paling lambat 3 (tiga)
bulan sebelum masa berlaku SPP-IRT berakhir.
 Perubahan Pemilik/Penanggungjawab Perubahan pemilik/penanggungjawab
IRTP harus dilaporkan pada Bupati/Walikota cq. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
 Bupati/Walikota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melakukan
monitoring terhadap pemenuhan persyaratan SPP-IRT yang telah diterbitkan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.

2.6.5. Pencabutan Spp – Irt


SPP-IRT dicabut oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota apabila terjadi salah satu dari hal-hal berikut : 1. Pemilik dan
atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran terhadap peraturan
yang berlaku 2. Pangan terbukti sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB)
keracunan pangan 3. Pangan mengandung Bahan Berbahaya 4. Sarana terbukti
tidak sesuai dengan kriteria IRTP.

2.7. Cara Produksi Pangan yang Baik


Cara Produksi Pangan yang baik adalah suatu pedoman yang menjelaskan
bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk
dikonsumsi.Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah
bentuk pangan. Higiene adalah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi

9
derajat kesehatan. Terdiri atas:
1. Penetapan Spesifikasi Bahan
a. Persyaratan Bahan
 Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan, bahan
penolong termasuk air dan bahan tambahan pangan (BTP)
 Harus menerima dan menggunakan bahan yang tidak rusak, tidak busuk,
tidak mengandung bahan-bahan berbahaya, tidak merugikan atau
membahayakan kesehatan dan memenuhi standar mutu ataupersyaratan
yang ditetapkan
 Harus menentukan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan untuk memproduksi
pangan yang akan dihasilkan.
 Tidak menerima dan menggunakan bahan pangan yang rusak.
 Jika menggunakan bahan tambahan pangan (BTP), harus menggunakan
BTP yang diizinkan sesuai batas maksimum penggunaannya
 Penggunaan BTP yang standar mutu dan persyaratannya belum ditetapkan
harus memiliki izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (Badan POM RI)
 Bahan yang digunakan seharusnya dituangkan dalam bentuk formula dasar
yang menyebutkan jenis dan persyaratan mutu bahan
 Tidak menggunakan Bahan Berbahaya yang dilarang untuk pangan.

b. Persyaratan Air
 Air yang merupakan bagian dari pangan seharusnya memenuhi persyaratan
air minum atau air bersih sesuai peraturan perundangundangan;
 Air yang digunakan untuk mencuci / kontak langsung dengan bahan
pangan, seharusnya memenuhi persyaratan air bersih sesuai peraturan
perundang-undangan;
 Air, es dan uap panas (steam) harus dijaga jangan sampai tercemar oleh
bahan-bahan dari luar;
 Uap panas (steam) yang kontak langsung dengan bahan pangan atau mesin /
peralatan harus tidak mengandUng bahan-bahan yang berbahaya bagi
keamanan pangan; dan
 Air yang digunakan berkali-kali (resirkulasi) seharusnya dilakukan

10
penanganan dan pemeliharaan agar tetap aman terhadap pangan yang
diolah.

2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan


a. Harus menentukan komposisi bahan yang digunakan dan formula untuk
memproduksi jenis pangan yang akan dihasilkan.
b. Harus mencatat dan menggunakan komposisi yang telah ditentukan secara baku
setiap saat secara konsisten.
c. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan harus diukur atau ditimbang
dengan alat ukur atau alat timbang yang akurat.

3. Penetapan Cara Produks yang baku


a. Seharusnya menentukan proses produksi pangan yang baku
b. Seharusnya membuat bagan alur atau urut-urutan proses secara jelas
c. Seharusnya menentukan kondisi baku dari setiap tahap proses produksi,
seperti misalnya berapa menit lama pengadukan, berapa suhu pemanasan
dan berapa lama bahan dipanaskan
d. Seharusnya menggunakan bagan alir produksi pangan yang sudah baku ini
sebagai acuan dalam kegiatan produksi sehari hari.

4. Penetapan Keterangan Lengkap Tentang Produk yang akan dihasilkan


a. Seharusnya menentukan karakteristik produk pangan yang dihasilkan
b. Harus menentukan tanggal kedaluwarsa.
c. Harus mencatat tanggal produksi.
d. Dapat menentukan kode produksi. Kode produksi diperlukan untuk penarikan
produk, jika diperlukan.

5. Penarikan Produk
Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan karena
diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit/keracunan pangan atau karena tidak
memenuhi persyaratan/ peraturan perundang-undangan di bidang pangan.
Tujuannya adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak karena
11
mengkonsumsi pangan yang membahayakan kesehatan dan/ atau melindungi
masyarakat dari produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan
pangan.
a. Pemilik IRTP harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga
menimbulkan penyakit / keracunan pangan dan / atau tidak memenuhi
persayaratan peraturan perundang-undangan di bidang pangan.
b. Pemilik IRTP harus menghentikan produksinya sampai masalah terkait diatasi.
c. Produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk
penyebab bahaya seharusnya ditarik dari peredaran / pasaran
d. Pemilik IRTP seharusnya melaporkan penarikan produknya, khususnya yang
terkait dengan keamanan pangan ke Pemerintah Kabupaten / Kota setempat
dengan tembusan kepada Balai Besar / Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat.
e. Pangan yang terbukti berbahaya bagi konsumen harus dimusnahkan dengan
disaksikan oleh DFI.
f. Penanggung jawab IRTP dapat mempersiapkan prosedur penarikan produk
pangan.

2.8. Sarana dan Bangunan


1. Lokasi Dan Lingkungan Produksi
Untuk menetapkan lokasi IRTP perlu mempertimbangkan keadaan dan kondisi
lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah
mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan
untuk melindungi pangan yang diproduksinya.
Lokasi IRTPseharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap,
kotoran, dan debu.Lingkungan.Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam
keadaan bersih dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Sampah dibuang dan tidak menumpuk
b) Tempat sampah selalu tertutup
c) Jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik.
2. Bangunan Dan Fasilitas
a. Bangunan Ruang Produksi
 Disain dan Tata Letak

12
Ruang produksi sebaiknya cukup luas dan mudah dibersihkan dan
sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain pangan.
Konstruksi Ruangan sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama, mudah
dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi.

 Lantai
Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin,
kuat, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, dan air tidak
tergenang. Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir,
dan kotoran lainnya serta mudah dibersihkan.
 Dinding atau Pemisah Ruangan
Dinding atau pemisah ruangan sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata,
halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan kuat.
Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari
debu, lendir, dan kotoran lainnya dan seharusnya mudah dibersihkan.
 Langit-langit
Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap
air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis. Dengan
permukaan langit-langit sebaiknya rata, berwarna terang dan jika di ruang
produksi menggunakan atau menimbulkan uap air sebaiknya terbuat dari
bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan panas. Langit-langit
seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah-labah.
 Pintu Ruangan
Pintu sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah atau
rusak, rata, halus, dan berwarna terang. Pintu ruangan produksi seharusnya
didisain membuka ke luar / ke samping sehingga debu atau kotoran dari
luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan.
Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan tirai udara seharusnya mudah
ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.
 Jendela
Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah
atau rusak. Permukaan jendela sebaiknya rata, halus, berwarna terang, dan
mudah dibersihkan. Konstruksi jendela seharusnya didisain dengan baik

13
untuk mencegah penumpukan debu.

 Lubang dan Angin ventilasi


Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara segar selalu
mengalir di ruang produksi dan dapat menghilagkan uap, gas, asap, bau dan
panas yang timbul selama pengolahan. Lalu lubang angin atau ventilasi
seharusnya selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi
sarang labah-laba
 Permukaan Tempat Kerja
Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan pangan harus
dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan
disanitasi. Kemudian harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap air,
permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan bahan pangan, detergen dan
desinfektan.
 Penggunaan Bahan Gelas
Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya mempunyai kebijakan penggunaan
bahan gelas yang bertujuan mencegah kontaminasi bahaya fisik terhadap
produk pangan jika terjadi pecahan gelas.

b. Fasilitas
 Kelengkapan Ruang Produksi
Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan dapat
mengerjakan tugasnya dengan teliti. Di ruang produksi seharusnya ada
tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta
dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
 Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan
pangan (BTP) harus terpisah dengan produk akhir. Tempat penyimpanan
khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan untuk pangan
seperti bahan pencuci, pelumas, dan oli. Tempat penyimpanan harus mudah

14
dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti
tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.

 Suplai Air Atau Sarana Penyediaan Air


Sumber air bersih untuk proses produksi sebaiknya cukup dan memenuhi
persyaratan kualitas air bersih dan / atau air minum. Air yang digunakan
untuk proses produksi harus air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang
cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi
 Peralatan Produksi
Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama,
tidak beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah
dibersihkan dan dipelihara. Permukaan peralatan yang nantinya kontak
langsung dengan pangan harus halus, tidak bercelah atau berlubang, tidak
mengelupas, tidak berkarat dan tidak menyerap air.Peralatan produksi
sebaiknya diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga
memudahkan bekerja secara higiene, memudahkan pembersihan dan
perawatan serta mencegah kontaminasi silang.Bahan perlengkapan
peralatan seperti Alat ukur/timbang seharusnya dipastikan keakuratannya,
terutama alat ukur/timbang bahan tambahan pangan (BTP).

c. Fasilitas Dan Kegiatan Higiene Dan Sanitasi


Sarana pembersihan / pencucian bahan pangan, peralatan,
perlengkapan dan bangunan (Iantai, dinding dan lain-lain), seperti sapu, sikat,
pel, lap dan / atau kemoceng, deterjen, ember, bahan sanitasi sebaiknya tersedia
dan terawat dengan baik. Sarana pembersihan harus dilengkapi dengan sumber
air bersih. Air panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu,
terutama berguna untuk melarutklan sisa-sisa lemak dan tujuan disinfeksi, bila
diperlukan. Sarana higiene karyawan seperti fasilitas untuk cuci tangan
diletakkan di dekat ruang produksi, beserta air bersih dan sabun cuci tangan.
Dilengkapi juga alat pengering tangan seperti handuk, lap atau kertas serap yang

15
bersih, beserta tempat sampah yang tertutup. Kemudian toilet / jamban
seharusnya tersedia dalam jumlah cukup dan dalam keadaan bersih dan tertutup
untuk menjamin kebersihan karyawan guna mencegah kontaminasi terhadap
bahan pangan. Diberi tanda peringatan bahwa setiap karyawan harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.
Sampah harus segera dibuang ke tempat sampah untuk mencegah agar
tidak menjadi tempat berkumpulnya hama binatang pengerat, serangga atau
binatang lainnya sehingga tidak mencemari pangan maupun sumber air.Tempat
sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup rapat untuk menghindari
terjadinya tumpahan sampah yang dapat mencemari pangan maupun sumber air.

d. Kesehatan dan Hygiene Karyawan


Karyawan yang bekerja di bagian pangan harus dalam keadaan sehat.
Jika sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga masih membawa penyakit tidak
diperkenankan masuk ke ruang produksi. Atau jika karyawan menunjukkan
gejala atau menderita penyakit menular, misalnya sakit kuning (virus hepatitis
A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit tenggorokan, sakit kulit (gatal,
kudis, luka, dan lain-lain), keluarnya cairan dari telinga (congek), sakit mata
(belekan), dan atau pilek tidak diperkenankan masuk ke ruang produksi.
Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya, mengenakan pakaian kerja
yang bersih. Pakaian kerja dapat berupa celemek, penutup kepala, sarung tangan,
masker dan / atau sepatu kerja.
Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau
bahan / alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet / jamban.Karyawan yang
bekerja sebaiknya tidak makan dan minum, merokok, meludah, bersin atau
batuk ke arah pangan atau melakukan tindakan lain di tempat produksi yang
dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan. Dibagian pangan seorang
karyawan sebaiknya tidak mengenakan perhiasan seperti giwang / anting, cincin,
gelang, kalung, arloji / jam tangan, bros dan peniti atau benda lainnya yang dapat
membahayakan keamanan pangan yang diolah.

e. Aspek Permodalan

16
Arti faktor produksi modal dalam sejarahnya adalah sesuai dengan
perkembangan artian modal itu sendiri secara ilmiah. Pada permulaannya,
orientasi modal secara klasik dapat didefinisikan sebagai hasil produksi yang
digunakan untuk memprodusir lebih lanjut (Bambang Riyanto, 1999:17).

Menurut Prof. Polak mengartikan modal adalah kekuasaan untuk menggunakan


barang-barang modal. Dengan demikian modal terdapat di neraca sebelah kredit
(Bambang Riyanto, 1999:18).
Menurut Prof. Bakker mengartikan modal adalah berupa barang-
barang baik yang berupa barang-barang konkret yang masih ada dalam rumah
tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya
beli atau nilai tukar dan barang- barang tersebut tercatat disebelah kredit
(Bambang Riyanto, 1999:18). Jenis-jenis modal terdiri dari modal asing dan
modal sendiri yang masingmasingnya mempunyai pengertian yang berbeda. •
Modal Asing, terdiri dari : Hutang jangka pendek (Short - term debt), Hutang
jangka menengah (Intermediate - term debt) dan Hutang jangka panjang (Long –
term debt). • Modal Sendiri, terdiri dari : Modal Saham (saham biasa dan saham
preferen), Cadangan dan Laba ditahan.

f. Aspek Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan,
mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan
pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien
dan efektif. Di dalam fungsi manajemen pemasaran ada kegiatan menganalisis
yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar dan lingkungan
pemasarannya, sehingga dapat diperoleh seberapa besar peluang untuk merebut
pasar dan seberapa besar ancaman yang harus dihadapi.
Perencanaan strategis yang berorientasi pasar yaitu proses manajerial
untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumber daya
organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuannya untuk
membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk perusahaan sehingga
memenuhi target laba.

17
Untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal dapat digunakan
Analisa SWOT yaitu Strenghts (memaksimalkan kekuatan), Waekness
(meminimalkan kelemahan), Opportunities (memaksimalkan peluang) dan
Threats (meminimalkan ancaman). Analisis SWOT adalah satu pekerjaan yang
cukup berat karena hanya dengan itu alternatif-alternatif strategis dapat disusun.
Kegagalan menganalisisnya berarti gagal dalam mencari relasi dan titik temu
antara faktor-faktor strategis dalam lingkungan internal dan yang terdapat dalam
lingkungan eksternal, sambil mencari hubungannya dengan misi, tujuan, dan
sasaran; juga merupakan kegagalan dalam mempersiapkan suatu keputusan
strategis yang baik. Hanya dengan analisis SWOT, keputusan-keputusan strategis
yang baik dapat dihasilkan. Salah satu model analisa SWOT yang merupakan
rangkuman dari beberapa model adalah diperkenalkan oleh Kearns (1992) seperti
terlihat pada diagram di bawah ini.
Diagram ini menampilkan matrik enam kotak, dua yang paling atas
adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman, sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor adalah faktor kotak internal, yaitu kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan. Kotak lainnya A, B, C, D merupakan kotak isu-isu
strategik yang timbul sebagai kotak antara faktor-faktor eksternal dan internal.

FAKTOR EKSTERNAL OPPORTUNITIES THREATS

FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS COMPARATIVE MOBILIZATION
ADVANTAGE
WEAKNESS INVESTMENT INVESTMENT
DIVESTMENT DIVESTMENT

DAMAGE CONTROL DAMAGE CONTROL

Ada empat strategi yang tampil dari hasil analisis SWOT tersebut antara lain :

1. Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia


dalam lingkungan eksternal. Para manajer tidak akan meninggalkan
kesempatan untuk memanfaatkan eksternal. Para manajer tidak akan

18
meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar
peluang yang dimaksud;

2. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan


memanfaatkan peluang dari lingkungan luar;

3. Strategi ST akan digunakan organisasi untuk menghindari, paling tidak


memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar;

4. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil


kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan diluar perusahaan, seperti:


analisis pasar, pesaing, pemasok, pemerintah dan kelompok kepentingan tertentu,
sedangkan data internal dapat diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri, yaitu
dari laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan
operasional dan pemasaran.

19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pendirian Industri Rumah Tangga Pangan

Menurut Pasal 19 KUHD perseroan komanditer adalah perseroan menjalankan


suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang pesero yang
secara lansung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau
lebih sebagai pelepasan uang pada pihak lain.

Prosedur pendirian CV sama dengan prosedur pendirian firma. Berdasarkan


ketentuan perundang-undangan, CV diatur dalam Pasal 16 sampai dengan 35 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagaimana juga proses pendirian firma, dan
pada prakteknya di Indonesia telah menjadi suatu kebiasaan bahwa setiap orang yang
hendak mendirikan CV, dibuat dalam Akta Notaris (Otentik), dan didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri (PN) yang berwenang, serta kemudian diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara R.I.

Tahapan Proses Pendirian CV, yaitu:

1. Pembuatan Akta Pendirian CV oleh Notaris;


2. Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP);
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4. Surat KeteranganTerdaftar Sebagai Wajib Pajak;
5. Pendaftaran ke Pengadilan Negeri;
6. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
7. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

3.2 Kelengkapan Persyaratan Perizinan Industri Rumah Tangga


a. Pemohon mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada kepala Dinas
Kesehatan dengan dilengkapi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20
b. Dinas Kesehatan akan mempelajari surat permohonan untuk disesuaikan dengan
persyaratan yang telah ditentukan, dan akan dilakukan pemeriksaan berkas,
persetujuan Kadinkes dan menunggu waktu pelaksanaan penyuluhan keamanan
pangan yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
c. Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan diperiksa sarana
produksinya, pemeriksaan sarana.
d. Dinkes memberikan pertimbangan terhadap permohonan izin yang diajukan,
menyusun konsep izin dan meneruskan kepada yang berhak menandatangani
berdasarkan ketentuan yang berlaku, menanda-tangani konsep izin.
e. Pemohon membayar retribusi Sertifikat PIRT.
f. Total waktu pengurusan 14 Hari.

3.3 Gambaran Umum


A. Profil CV
• Nama CV : CV.Ladiva
• Nama Poduk : Keripik Ceker
• Bidang Usaha : Industri Rumah Tangga

21
• Jenis Produk/Jasa : Makanan Ringan

B. Lokasi CV
Lokasi berada di tempat yang strategis yaitu diantara daerah permukiman warga dan
area pasar. Dengan luas tanah sekitar 200 m2 sehingga mempermudah proses
penjualan pada saat pemasaran.
C. Visi dan Misi CV
Visi : Mampu Bersaing di dunia bisnis dan Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Misi : Membuat Produk yang berkualitas dan Memenuhi kebutuhan Konsumen
terhadap makanan ringan yang berbahan baku pisang.
D. Ruang Lingkup Cara Pembuatan Industri Makanan Rumah Tangga
 Bangunan dan Fasilitas
Ruang produksi cukup luas dan mudah dibersihkan, lantai dibuat dari bahan yang
halus tetapi tidak licin, permukaan rata, dinding dibuat tahan lama, tidak mudah
mengelupas, langit-langit dalam keadaan bersih dari debu, sarang serangga dan
kotoran lainnya, ruang produksi cukup terang sehingga karyawan dapat
mengerjakan tugasnya dengan teliti.
 Peralatan Produksi
Alat yang digunakan dalam proses produksi adalah kompor gas, alat pemotong
ceker, penjepit plastik, pisau, baskom, keranjang, mesin peniris minyak, mesing
vacuum friying, mesin mesin press. Alat selalu dibersihkan sebelum dan setelah
digunakan sehingga selalu bersih saat digunakan.
 Sarana Penyedia Air
Suplai air yang digunakan adalah air sumur dengan pompa yang berada di
belakang rumah. Air yang digunakan tidak berwarna dan tidak memiliki bau.
 Higiene dan Sanitasi
Sarana pembersihan telah tersedia untuk membersihkan ruang produksi. Air panas
juga terkadang digunakan untuk membersihkan alat-alat produksi. Fasilitas untuk
mencuci tangan tersedia beserta sabun dan pengering tangan.
 Kesehatan dan Higiene karyawan

22
Karyawan yang melakukan produksi dalam keadaan sehat dan sedang tidak
mengalami penyakit menular. Karyawan menggunakan pakaian yang bersih
lengkap dengan penutup kepala, masker, serta sarung tangan plastik.

 Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku terpisah dari penyimpanan produk akhir. Penyimpanan
wadah dan pengemas masih di dalam satu ruangan namun letaknya tidak
berdekatan dengan alat produksi. Peralatan produksi disimpan di dalam ruangan
produksi dan dibersihkan sebelum dan setelah penggunaan alat.
 Pelabelan Proses
Industri Rumah makanan rumah tangga (keripik ceker ayam) sudah menggunakan
label pangan pada kemasan karena pemberian label pangan perlu dilakukan untuk
memberi informasi produk kepada konsumen dan merupakan salah satu syarat
dalam pengurusan izin PIRT. .
 Pencatatan dan dokumentasi
Dokumentasi terkait spesifikasi bahan dan proses dilakukan oleh pemilik Industri
Rumah makanan rumah tangga karena bahan yang digunakan berasal dari 1
penjual sehingga selalu ingat bahan baku berasal dari mana dengan kualitas yang
baik. Namun pencatatan jumlah produk akhir dilakukan untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang didapat dari produk.

3.4. Sturuktur Organisasi CV

23
3.5. Rancangan Industri Pangan Rumah Tangga

A. Sarana Dan Prasarana


No Nama Jumlah
1 Kompor Gas 1 buah
2 Alat Pemotong Ceker 5 buah
3 Penjepit Plastik 1 buah
4 Pisau 5 buah
5 Baskom 10 buah
6 Keranjang 10 buah
7 Mesin Vacum Frying 1 unit
8 Mesin Press 2 unit
9 Mesin Peniris Minyak 1 unit

No Nama Jumlah
1 Ceker Ayam 10 kg
2 Bumbu Penyedap Rasa (Original, Balado, 40 bungkus
Keju)
3 Minyak Goreng 10 L
4 Garam 20 bungkus
5 Plastik Kemasan Berlogo 100gr x 3000 bungkus

24
B. Sumber Daya Manusia

Jumlah SDM yang bekerja pada industri rumah tangga CV.Ladiva adalah sebagai
berikut :
Jenis Pekerjaan Jumlah SDM
Pimpinan 1 Orang
Produksi sekaligus pengadaan bahan baku 2 Orang
Accounting 1 Orang
Pemasaran 1 Orang
Pengelolaan 3 Orang
Pengemasan 3Orang

1. Pemimpin
Pemimpin berlaku juga sebagai pemilik usaha. Bertanggung jawab atas
perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan, serta peningkatan
mutu. Job description:
o Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan usaha
o Merencanakan dan menyusun program kerja
2. Produksi dan Pengadaan bahan baku
o Bertanggung jawab atas pengendalian dan merangkap pekerjaan pengadaan
bahan baku
o juga bahan-bahan tambahan dan efisiensi pengunaan tenaga kerja, peralatan,
dan mesin
o Bekerja sama dengan bagian accounting dalam penyusunan rencana dan
jadwal produksi
o Mengkoordinir dan mengawasi serta memberikan pengarahan kerja kepada
setiap
o karyawan untuk menjamin kesinambungan dalam produksi
o Memonitor pelaksanaan rencana produksi

25
3. Accounting
o Mengendalikan kegiatan-kegiatan bidang keuangan
o Mengendalikan program dan pendapatan pengeluaran keuangan
o Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan
o Mencatat setiap transaksi dan tugas administrasi lainnya.
4. Pemasaran
o Mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data dan
informasi
o Menentukan pasar sasaran
o Memahami kebutuhan konsumen/calon konsumen serta memberikan jalan
keluar/solusi
o Memonitor kepuasan konsumen, mengevaluasi persaingan, serta
mengidentifikasikan kecenderungan dan peluang pasar
5. Personalia/Pengemasan
Terdiri dari pengelolaan dan pengemasan. Untuk pengelolaan memiliki tanggung
jawab :
o Membuat bahan baku (Keripik ceker ayam)
o Menggoreng bahan baku
Tugas dari pengemasan :
o Melakukan pengolahan bahan dari ceker ayam, ceker ayam segar diolah
sehingga menjadi keripik ceker ayam yang krispi
o Mengemas produk.

3.6. Produksi dan Distribusi (Pemasaran) Industri Pangan Rumah Tangga


3.6.1. Produksi
1) Bahan Baku
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas membutuhkan bahan
baku yang baik dan terjamin, yaitu secara langsung dibuat dari ceker ayam
yang didapatkan dari daerah sekitar kota Depok. Dengan pertimbangan harga
dan kualitas yang terjaga.

26
2) Pembuatan Produk
Kupas kulit ceker ayam dan bersihkan, lalu tiriskan. Kemudian rendam
kulit ceker ayam dengan air garam selama 5 jam, lalu cuci bersih ceker ayam
kemudian tiriskan hingga benar-benar kering. Untuk mendapatkan hasil yang
baik sebaiknya ceker ayam yang telah dicuci dijemur terlebih dahulu selama 5
jam, kemudian masukkan kedalam mesin vacumfrying (mesin penggoreng
hampa udara) dengan minyak yang dipanaskan pada suhu rendah tidek
melebihi 900C.
Goreng hingga matang dan buih pada minyak semakin mengecil atau
berkurang, kemudian angkat n tiriskan. Simpan keripik ceker ayam kedalam
wadah atau plastik kedap udara supaya rasa renyah dan gurihnya bertahan
lama. Tahap selanjutnya yaitu kemasan. cara mengemas keripik ceker ayam
kemudian dimasukkan kedalam kemasan plastic berlogi yang kedap udara.
3) Produk Yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan berupa makanan ringan ceker ayam yang
memiliki rasa enak, lezat dan gurih. Keripik ceker ayam yang sudah dikemas
ke dalam plastik tebal berklip yang ramah lingkungan. Harganya berkisar Rp
10.000 dengan kemasan 100gr.

3.6.2. Distribusi
Produk yang telah di produksi dari CV Ladiva akan dikirim langsung ke
UKM-UKM, Supermarket, dan tokoh oleh-oleh yang berada disekitaran daerah
JABODETABEK

3.6.3. Pemasaran

Kegiatan promosi yang dilakukan adalah sebagai berikut :


1. Membuat selebaran atau brosur yang kemudian menyebarkannya disekitar
sekolah, lingkungan rumah atau tempat-tempat umum lainnya agar bisnis yang
kita buat diketahui orang banyak.
2. Memberitahukan kepada teman-teman tentang usaha yang baru dibuka dan
mengundang mereka untuk datang berkunjung.

27
3. Mempromosikan dengan menggunakan akun sosial media seperti Instagram,
Facebook, dan Twitter sehingga lebih mudah dikenal oleh banyak orang.
3.6.4. Rancangan Biaya

Kebutuhan Biaya
a. Pembangunan Fisik
Sewa bangunan per tahun Rp. 50.000.000,-
Alat-Alat Produksi Rp. 20.000.000,-
Pengadaan Bahan Baku Rp. 5.000.000,-
Sarana penyedia air Rp. 800.000,-
Perizinan MUI (Izin Halal) Rp. 150.000,-
Sarana transportasi dan Angkutan barang Rp. 1.000.000,-
Listrik Rp. 700.000,-
Biaya Promosi Rp. 1.000.000,-
Penanganan sampah Rp. 300.000,-
Biaya tak terduga Rp. 1.000.000,-
Gaji staf dan Karyawan (per bulan) Rp. 35.000.000,-
Total anggaran yang dibutuhkan Rp. 114.950.000,-

Analisis Payback Periode (PP)

Jumlah Investasi
PP = x 1 tahun
Jumlah Kas Masuk ( 1tahun )

Diketahui:
Modal awal beserta investasi : Rp. 114.950.000,-
Jumlah kas masuk 1 tahun : Rp. 30. 000,000,-
Maka:
¿
PP = Rp .114. 950.000 ,− Rp . 30.000.000 ,−¿ x 1 tahun ¿ ¿ = 3,8 tahun

Jadi,dana pendirian industri makanan sebesar Rp.114.950.000,- dapat diperoleh


kembali seluruhnya pada tahun ke 4 produksi.

b. Tabel Rencana Penjualan per Bulan

No Uraian Jumlah Harga Satuan Jumlah Produksi

28
(Rp)

Produksi (Rp)
(Unit/pcs)
1 Bulan Maret 1.500 Rp 10.000 Rp. 15.000.000
2 Bulan April 2.000 Rp. 10.000 Rp. 20.000.000
3 Bulan Mei 2.500 Rp. 10.000 Rp. 25.000.000
4 Bulan Juni 3.000 Rp. 10.000 Rp. 30.000.000
5 Bulan Juli 3.500 Rp. 10.000 Rp. 35.000.000
6 Bulan Agustus 4.000 Rp. 10.000 Rp. 40.000.000
7 Bulan September 4.500 Rp 10.000 Rp. 45.000.000
8 Bulan Oktober 5.000 Rp. 10.000 Rp. 50.000.000
9 Bulan November 5.500 Rp. 10.000 Rp. 55.000.000
10 Bulan Desember 6.000 Rp. 10.000 Rp. 60.000.000
11 Bulan Januari 6.500 Rp. 10.000 Rp. 65.000.000
12 Bulan Februari 7.000 Rp. 10.000 Rp. 70.000.000
Jumlah Rp. 510.000.000,-

c. Analisis Return of Investmen dan Pay Back Period


 Pendapatan = Rp. 510.000.000
 Laba = 20% x Rp 510.000.000 = Rp 102.000.000
Lababersih 102.000 .000
 ROI = = x 100% = 0,88 %
Investasi 114.950 .000
Total investasi Rp 114.950 . 000
 PBP = x 1 tahun = x1tahun = 2 tahun
Lababersih tahunan Rp 102.000.000

3.7. Analisis SWOT Industri Makanan Rumah Tangga

Usaha Keripik Ceker ayam ini merupakan usaha yang menjanjikan, karena
peminatnya yang hampir merata di setiap kalangan masyarakat atau siapa saja bisa
menikmatinya. Aspek pasar yang dipilih dalam usaha ini adalah masyarakat menengah
ke bawah maupun atas karena itu harga produk dapat terjangkau/relatif murah. Strategi

29
pemasaran mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Poin yang perlu di
perhatikan dan dianalisis adalah:
1. Strenght
 Harga keripik ceker ayam ini cukup terjangkau dan memiliki banyak varian rasa
 Kualitas dari keripik ceker ayam ini sangat terjamin, karena dalam proses
pembuatannya diutamakan kebersihan.
2. Weakness
 Industri yang baru didirikan
 Keripik ceker ayam akan mudah rusak jika penyimpanan yang dilakukan
sembarangan atau ditumpuk
3. Opportunity
 Kondisi masyarakat yang semakin konsumtif sehingga mempermudah untuk
memasarkan produk.
 Dengan adanya usahha semacam ini pangsa pasar didaerah usaha ini masih
memungkinkan untuk ekspansi.
4. Threat
 Jumlah kompetitor yang terus meningkat
 Munculnya produk baru yang lebih unggul

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

30
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. CV.Ladiva mendirikan industri makanan rumah tangga Keripik Ceker Ayam dengan
lama waktu perizinan selama 14 hari tanpa ada pemungutan biaya apapun.

2. Cara mendapatkan izin industri rumah tangga harus ada Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) , jaminan tertulis oleh Bupati/Walikota terhadap
pangan produksi IRT diwilayah kerjanya, setelah permohonan diterima oleh
Bupati/Walikota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengevaluasi kelengkapan dan
kesesuaiannya. Untuk Mendapatkan Izin Industri CV.Ladiva izin yang harus
dipersiapkan antara lain; Surat keterangan domisili perusahan (SKDP), Nomor
pokok wajib pajak (NPWP), Surat keterangan terdaftar wajib pajak, Surat izin usaha
perdagangan (SIUP), Tanda daftar perusahaan (TDP) membutuhkan waktu 50 hari.
Dengan biaya anggaran sebesar Rp. 7.800.000,-
3. Total karyawan yang dibutuhkan oleh CV Ladiva adalah sebanyak 11 karyawan
yang terdiri dari pimpinan 1 orang, bagian produksi dan pengadaan bahan baku 2
orang, accounting 1orang, bagian pemasaran 1 orang, pengelolaan 3 orang, dan
bagian pengemasan 3 orang. Lama waktu yang diperlukan untuk menjalankan usaha
industri makanan rumah tangga ini adalah 5 bulan dengan anggaran biaya sebesar
Rp. 114.950.000.-
4. Proses produksi CV Ladiva menggunakan alat atau mesin untuk produksi seperti
mesin press, alat pemotong pisang, pisau, baskom, mesin vacum frying, kompor gas,
mesin peniris minyak, keranjang dan penjepit plastik. Bahan yang digunakan adalah
ceker ayam segar, bumbu penyedap rasa (balado,keju dan original), minyak goreng,
garam, dan plastic kemasan berlogo.
Proses Pemasaran atau distribusi CV Ladiva dilakukan dengan cara membuat
selembaran atau brosur yang disebarkan disekitar sekolah, lingkungan rumah atau
tempat-tempat umum lainnya agar bisnis yang kita buat diketahui orang banyak,
memberitahukan kepada teman-teman tentang usaha yang baru dibuka dan
mengundang mereka untuk datang berkunjunng dan Membuat akun sosial media
seperti Instagram, facebook dan twitter sehingga lebih mudah dikenal oleh banyak
orang. Rancangan biaya CV.Ladiva meliputi sewa bangunan, alat-alat produksi dan
bahan baku, sarana penyedia air, perizinan MUI (izin halal), sarana transportasi dan
angkutan barang, listrik, biaya promosi, penanganan sampah, biaya tak terduga, serta
gaji staf dan karyawan dengan total anggaran yang dibutuhkan Rp. 114.950.000

31
Sedangkan penghasilan bersih pertahun adalah Rp.510.000.000,- Maka BEP paling
lambat adalah 2 tahun untuk mulai memperoleh keuntungan
5. Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi
sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya
masing-masing.

4.2. SARAN

 Menambah lebih banyak lagi varian rasa pada produk keripik ceker ayam agar bisa
menarik lebih banyak konsumen lagi.
 Setelah produksi disarankan mendaftarkan produk makanan untuk mendapatkan
sertifikat label MUI.
 Sebelum pemasaran sebaiknya mengetahui konsumen yang dituju sehingga produk
bisa lebih mudah dikenal konsumen dan produk di design semenarik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia. 2008. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Jakarta


Saifudin Zuhri. 2013. Analisi Pengembangan Usaha Kecil Home

32
Industri Sangkar Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Manajemen dan
Akutansi, Vol. 2. Universita Islam Darul ‘Ulum Lamongan.

Winanto Nawarcono. 2010. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal


pada perusahaan makanan dan minuman di bursa efek jakarta. ISSN-1411-3880

Agustina Shinta. 2011. MANAJEMEN PEMASARAN. Perpustakaan Nasional : Katalog


dalam Terbitan (KDT). UB Press. Malang

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2012. Cara Produksi Pangan
Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2012. Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta

Hartono, Siti Soemantri, Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Peraturan

Kepailitan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1989.

33

Anda mungkin juga menyukai