Anda di halaman 1dari 35

INTERNALISASI

Etik & Disiplin Apoteker Indonesia


( oleh MEDAI DAERAH JAWA BARAT )

PD IAI JAWA BARAT


Periode 2018-2022
ROADMAP
DALAM MEWUJUDKAN APOTEKER PROFESIONAL
“IAI” Kmenkes
KESEJAHTERAAN APOTEKER REGULASI KEFARMASIAN
KOLEGIUM & SEMINAT SARANA
(Membina, Membangun
& Mengembangkan KEFARMASIAN
Profesionalisme (Ranah Pengabdian Apoteker)
Apoteker Indonesia)

Kmenristek Dikti
KOMPETENSI

PT. FARMASI
(Pendidikan & Pengajaran)
PRAKTIK KEFARMASIAN
(KOMPETENSI & KEWENANGAN)
FASILITAS PEMBUATAN,
INDUSTRI PENGELOLAAN, &
Farmasi PENGEMBANGAN
Regulasi:
SURAT IZIN INDUSTRI
& SIPA Untuk Produksi;
QC & QA

FASILITAS
FASILITAS PENGELOLAAN
Regulasi:
KEFARMASIAN DISTRIBUSI SURAT IZIN PBF &
SIPA
Farmasi

Regulasi:
SURAT IZIN (Apotek-
Klinik-RS- Puskesmas)
& SIPA
FASILITAS
PENGELOLAAN &
PELAYANAN PELAYANAN
Farmasi Isa.63.kota@gmail.com
KINERJA IAI DI BIDANG ETIK & DISIPLIN
MAKSUD
( VISI-MISI )
IKATAN APOTEKER INDONESIA

MEWUJUDKAN
APOTEKER YANG
Maksud IAI:
PROFESIONAL
MEDAI mewujudkan apoteker yang profesional, sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia

PENGURUS
(Visi)
Tugas pokok IAI:
Mempersatukan, memberdayakan, melindungi, membina,
DEWAS dan mengayomi seluruh anggota Ikatan
Sehingga mampu:
Meningkatkan
Kualitas Hidup
Sehat bagi Setiap
Manusia
TAHAPAN KERJA MEDAI
MEWUJUDKAN APOTEKER PROFESIONAL

Mewujudkan Tujuan IAI: Apoteker Profesional


4
Mendorong Praktik Apoteker
Bertanggungjawab
3
Mencegah terjadinya pelanggaran Administratif &
hukum yang diatur dalam Peraturan Per-UU {UU, PP,
Permenkes, Ka. BPOM, Perda/Perwal Kesehatan
Prop/Kab/Kota}
2
Menguji, menilai dan menetapkan sanksi pelanggaran
etik dan disiplin Apoteker Indonesia melalui Majelis
1 Sidang Etik dan Displin (MSED)
KODE ETIK APOTEKER
(Kep. Kongres XVII/2005 No. 007/KONGRES XVII/ISFI/2005)
Google Drive: isa.63.kota@gmail.com

BUKU KODE ETIK APOTEKER INDONESIA (KEAI) BUKU PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA (PDAI)
15 Pasal 22 Butir
KOMPONEN KEAI
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA (KEAI)
• Terdiri atas:
• Mukadimah dengan 3 Pedoman Pelaksanaan
• 5 BAB dengan 15 Pasal dan 44 Pedoman
Pelaksanaan
– BAB I, 8 Pasal;
– BAB II, 1 Pasal;
– BAB III, 3 Pasal;
– BAB IV, 2 Pasal, dan
– BAB V, 1 Pasal
• Pedoman Penilaian Pelanggaran Etik Apoteker
• Tata Laksana Penanganan Pelanggaran Etik Apoteker
KODE ETIK APOTEKER
NILAI PENGETAHUN & KETERAMPILAN KETIKA PRAKTIK
• Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan bidang farmasi pada khususnya (Ps. 4 KEAI)
• Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi
sesuai dengan profesinya (Ps. 7 KEAI)
• Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundangan-undangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi khususnya (Ps. 8
KEAI)
KODE ETIK APOTEKER
NILAI SIKAP (perilaku) KETIKA PRAKTIK
• Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah Apoteker
(Ps. 1 KEAI)

• Setiap Apoteker harus berusaha sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan KEAI (Ps .2
KEAI)

• Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam menjalankan
kewajibannya (Ps. 3 KEAI)
• Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian (Ps. 5 KEAI)
• Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain (Ps. 6 KEAI)

• Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakanan


kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup
insani (Ps. 9 KEAI)
• Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan (Ps. 10 KEAI)
KODE ETIK APOTEKER
NILAI SIKAP (perilaku) KETIKA PRAKTIK

• Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik (Ps. 11 KEAI)

• Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama


yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya (Ps. 12 KEAI)

• Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan


meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lain (Ps. 13 KEAI)

• Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain (Ps. 14 KEAI)

• Seseorang Apoteker bersunguh-sungguh menghayati dan mengamalkan KEAI dalam


menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi KEAI, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ps. 15 KEAI)
KODE ETIK APOTEKER
NILAI SIKAP (perilaku) KETIKA PRAKTIK

• Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik (Ps. 11 KEAI)

• Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama


yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,
serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya (Ps. 12 KEAI)

• Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan


meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lain (Ps. 13 KEAI)

• Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain (Ps. 14 KEAI)

• Seseorang Apoteker bersunguh-sungguh menghayati dan mengamalkan KEAI dalam


menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi KEAI, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ps. 15 KEAI)
KOMPONEN PDAI
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA (PDAI)
• Terdiri atas:
I. Pendahuluan, mencakup 3 hal pokok, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker tidak dengan kompeten
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormaattan Apoteker
II. Ketentuan Umum, terdiri atas 20 butir ketentuan
III. Landasan Formal, terdiri atas 10 landasan
IV. Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker, terdiri atas 22 butir
pelanggaran
V. Sanksi Disiplin, terdiri atas Peringatan Tertulis, Rekomendasi
Pencabutan, dan Kewajiban Mengikuti Pendidikan
VI. Tata Laksana Penanganan Pelanggaran Disiplin Apoteker
VII. Penutup
DISIPLIN terkait kompetensi
• Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten (Butir 1)
• Tidak memberikan informasi yang sesuai,relevan dan “up to date”
dengan cara yang mudah dimengerti oleh
pasien/masyarakat,sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan
dan/ atau kerugian pasien (Butir 5)
• Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin
‘mutu’,’keamanan’,dan ’khasiat/manfaat’ kepada pasien (Butir 7)
• Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat
dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang berlaku,sehingga
berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya mutu,khasiat obat (Butir 8)
• Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian kepada pasien (Butir 9)
• Melakukan penataan,penyimpanan obat tidak sesuai standar,
sehingga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat (Butir 10)
DISIPLIN terkait perilaku
• Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah (Butir 2)
• Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-
tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut (Butir 3)
• Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/masyarakat (Butir 4)
• Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian,sesuai dengan kewenangannya (Butir 6)
• Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi
(Butir 11)
• Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien (Butir 12)
DISIPLIN terkait perilaku
• Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi
(self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian (Butir 13)
• Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak objektif
kepada yang membutuhkan (Butir 14)
• Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah (Butir 15)
• Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak (Butir 16)
• Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya (Butir 17)
• Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar
(Butir 18)
• Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat Izin
Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat kompetensi
yang tidak sah (Butir 19)
• Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI
untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin (Butir 20)
• Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan (Butir 21)
• Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar dan patut (Butir 22)
Contoh: SURAT PENGADUAN PELANGGARAN ETIK/DISIPLIN
Lampiran 1
Formulir 1
………………, …………………20….
Hal : Pengadan Pelanggaran Etik/Disiplin*) Apoteker

Yang terhormat,
……………………………………………………..
di-
………………………………………..

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat pengaduan pelanggaran disiplin Apoteker untuk mendapatkan perhatian dan penanganan sesuai
ketentuan yang berlaku. Yang melaporkan dengan data sebagai bberikut:
Nama Lengkap : …………………………………………………………………………
Tempat, tanggal lahir : …………………………………………………………………………
Jenis Kelamin : …………………………………………………………………………
Alamat Rumah : …………………………………………………………………………
Telp. ………………………………….
Alamat Kantor : …………………………………………………………………………
Telp./fax. …………………………..
Nomor HP : …………………………………………………………………………
e-mail : …………………………………………………………………………………………

Bentuk pelanggaran Etik/Disiplin*) adalah sebagai berikut:

(bila tidak cukup, silahkan ditulis pada lembar lain)


Demikian, atas perhatian dan penyelesaiannya kami ucapkan terima kasih.

Pelapor/Pengadu

tanda tangan

( Nama Terang )
Tembusan, Yth:
1. Pengurus Daerah IAI……….
2. ….

*) Coret yang tidak perlu


FORM D/01:PENDAFTARAN PENGADUAN
Halaman 1 dari 1
FORMULIR No.: FORM/MEDAI D/01
MEDAI DAERAH PEMERIKSAAN DAN Tanggal berlaku

…………………….. PENERIMAAN
BERKAS PENGADUAN
Disusun oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: Mengganti nomor:
Staf Sekretariat Sekretaris Ketua MEDAI Daerah

(………………………) (………………………) (………………………)


Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal

NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
No. KTA IAI
ALAMAT
APOTEKER YANG DIADUKAN
JABATAN / INSTANSI
KESIMPULAN
PERMASALAHAN
NO CATATAN PENERIMA SEMENTARA
YANG DILAPORKAN
MS TMS TB
1 LOKASI KEJADIAN:
2 PERISTIWA YANG DIALAMI:
3 INFORMASI TERKAIT 1.
PENGADUAN MENURUT
PENGADU:
4 HARAPAN / YANG
DIINGINKAN / TUNTUTAN
PENGADU:
5 DOKUMEN / BUKTI YANG 1.
DISERAHKAN:
6 DUGAAN SEMENTARA
PEDOMAN DISIPLIN
DAN/ATAU KODE ETIK
CONTOH KASUS PRAKTIK KEFARMASIAN
PELAYANAN RESEP DI RS
• R/ Novorapid insulin No.1
S 3dd 10IU
• R/ Lantus No. 1
S 1dd 10IU

No. RM: 123567


Nama Pasien: Tn P (49 Thn)

 Pasien pulang rawatan dengan mendapatkan resep insulin, pasien


belum pernah memakai insulin dan petugas tidak memberikan
konseling untuk pemakaian insulin, sehingga selama di rumah
pasien tidak menggunakan obat tersebut.
MODEL PENANGANAN KASUS
TINJAUAN KASUS DI INTERNAL IFRS
Temuan kasus : Dari dokter ketika pasien kontrol ulang paska rawat
Laporan kasus : Dokter memberi tahu & komplain kepada Ka IFRS
Hasil : 1. NOVORAPID, akan mulai untuk menurunkan gula darah 10-20 menit setelah
investigasi menyuntikkannya (short-acting) ke dalam tubuh, efek maksimum terjadi antara
kasus oleh IFRS 1 dan 4 jam setelah injeksi, dan efeknya bertahan hingga 24 jam.
2. LANTUS merupakan long-acting insulin yang dapat diberikan kepada anak-anak
minimal berusia enam tahun dan juga dewasa yang memiliki diabetes.
Penggunaan Lantus dapat dikombinasikan dengan short-acting insulin, obat oral
diabetes lainnya, ataupun dapat digunakan sebagai terapi tunggal.
3. Sediaan insulin dapat digunakan secara mandiri oleh pasien, karena itu pasien
perlu diberi konseling dan dilatih cara pemakaian insulin injeksi.
4. Penggunaan insulin yang kurang tepat dapat menyebabkan komplikasi
hipoglikemia yang dapat mengancam nyawa.
5. Resep an. Tn P (49 Thn), dilayani oleh TTK tanpa konseling
6. Gula darah pasien tinggi ketika kontrol ulang ke dokter
7. Jumlah Apoteker di RS 6 orang, dengan kapasitas 300 TT
Tindak lanjut : 1. Melaporkan hasil investigasi kepada Pimpinan RS dengan tembusan kepada dr
kasus oleh IFRS yang menangani pasien serta menyerahkan sepenuhnya kelanjutan kasus ini
kepada Pimpinan RS
2. Menyusun perencanaan perbaikan dan peningkatan pelayanan sesuai standar
pelayanan kefarmasin di RS
3. Melakukan pembinaan kepada Apoteker dan TTK terkait pasien an. Tn P (49 Thn)
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER
Delik kasus : Delik Aduan
Pengadu : Pengadu (Pasien/Dokter/Dinkes/PC IAI)
Sangkaan : 1. Pelayanan resep oleh TTK
Pelanggaran 2. Pelayanan resep tanpa pengkajian resep
3. Pelayanan resep tanpa konseling
Potensi risiko : Akibat gula darah tidak terkendali, karena sediaan
obat (Medication Error) Novorapid dan Lantus tidak digunakan (PERLU
SAKSI AHLI)
KLASIFIKASI PELANGGARAN
KODE ETIK APOTEKER:
Ps. 7: Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pedoman Pelaksanaan:
•Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara jelas,
melakukan penggunaan obat dan sebagainya
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER

DISIPLIN APOTEKER:
Butir 1: Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten
Butir 2: Membiarkan berlangsungnya praktik kefarmasian yang menjadi tanggungjawabnya,
tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/atau Apoteker
pendamping yang sah (Apoteker ber-SIPA)
Butir 3: Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/atau tenaga-tenaga
lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
Butir 6: Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan SPO sebagai Pedoman Kerja bagi
seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai dengan
kewenangannya
Butir 12:Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien
PER-UU:
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker:
• Ps. 21 Ay. (2), PP 51 Thn. 2009
• Ps. 21 Ay. (1), PMK 9 Thn. 2017
• BAB III Bag. A Lamp. PMK 72 Thn. 2016
CONTOH KASUS PRAKTIK KEFARMASIAN
PERSEDIAAN OBAT RACIKAN DI APOTEK
• Petugas Kepolisian menemukan persediaan
racikan kosmetika mengandung obat dalam almari
pendingin Apotek

 Seorang Polwan menyamar sebagai pembeli racikan kosmetika,


ketika dilayani oleh petugas Apotek seketika Polwan tersebut
masuk ke dalam ruangan Apotek dan menemukan beberapa pot
kosmetika racikan dalam Almari pendingin.
MODEL PENANGANAN KASUS
TINJAUAN KASUS DI INTERNAL PC IAI
Temuan kasus : Dari Media Sosial
Laporan kasus : PC IAI (Berkewajiban melakukan pembinaan, perlindungan,
pembelaan, pendidikan keilmuan dan keprofesian dalam
menjalankan profesinya)
Hasil investigasi : 1. Apoteker adalah lulusan baru dan mulai bertugas sejak 2
kasus oleh PC IAI (dua) bulan yang lalu
2. Persediaan racikan kosmetika sudah ada sebelum
Apoteker baru mulai bekerja dan praktik ini sudah
berlangsung sejak lama
3. Sejauh ini belum ada laporan atau komplain dari
masyarakat terkait akibat dari sediaan racikan yang
dimaksud
4. Operasional Apotek sedang berlangsung dengan SIA dan
SIPA yang sah
5. Dinkes dan Balai Besar POM rutin melakukan
pemeriksaan dan belum pernah memberi teguran
maupun sanksi
Tindak lanjut kasus : Membuat laporan pengaduan kepada MEDAI Daerah
oleh PC IAI
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER
Delik kasus : Delik Aduan
Pengadu : PC IAI
Sangkaan : 1. Apotek memproduksi sediaan kosmetika
Pelanggaran 2. Apotek menyerahkan dan melayani sediaan
racikan tanpa resep Dokter
Potensi risiko : Instabilitas sediaan racikan jika tidak dibuat baru
obat (Medication Error) atau tersimpan lama (PERLU SAKSI AHLI)
KLASIFIKASI PELANGGARAN
KODE ETIK APOTEKER:
Ps. 8: Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan per-UU di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pedoman Pelaksanaan:
•Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu per-UU yang terkait dengan kefarmasian.
Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan,
sehingga setiap Apoteker dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam
koridor per-UU yang berlaku
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER

DISIPLIN APOTEKER:
Butir 7: Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin mutu, keamanan, dan
khasiat/manfaat kepada pasien
Butir 12:Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien
PER-UU:
Ada potensi melanggar:
• Ps. 196, UU 36 Thn. 2009 dan Ps. 74, PP 72 Thn. 1998: “……dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alkes yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu”
• Ps. 197, UU 36 Thn. 2009 dan Ps. 75 (b) PP 72 Thn. 1998: “……dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alkes yang tidak memiliki izin edar”
CONTOH KASUS PRAKTIK KEFARMASIAN
• Apotek A menerima selembar resep dengan 3 (tiga) R/
(item) obat, salah satu diantaranya adalah Obat
Branded/Paten-X (generiknya: Cefixim). Pada saat
pelayanan diganti oleh Apoteker Apotek A dengan Obat
Branded/Paten-Z (generiknya: Cefixim).
 Sewaktu kontrol ulang ke Dokter pasien bercerita bahwa obat antibiotik
yang dikonsumsinya terasa berbeda dari sebelumnya, sambil
menunjukkan sisa obat-obatnya.
MODEL PENANGANAN KASUS
TINJAUAN KASUS DI INTERNAL PC IAI
Temuan kasus : Dari Pasien
Laporan kasus : Pasien dan PC IAI
Hasil investigasi : 1. Apotek A tidak memiliki persediaan Obat
kasus oleh PC Branded/Paten-X
IAI 2. Apoteker Apotek A tidak minta persetujuan
Dokter maupun Pasien
3. Pasien belum ditemukan mengalami
kerugian/akibat buruk dari penggantian obat
tersebut
4. Harga obat Paten-Z lebih murah dari Paten-X
Tindak lanjut : Membuat laporan pengaduan kepada MEDAI
kasus oleh PC Daerah sesuai kemauan pasien
IAI
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER
Delik kasus : Delik Aduan
Pengadu : Pasien dan PC IAI

Sangkaan Pelanggaran : 1. Apoteker mengganti obat tanpa persetujuan Dokter dan/atau


Pasien
2. Apoteker lebih mengutamakan nilai materi dibanding
kepentingan pasien
Potensi risiko obat : -
(Medication Error)

KLASIFIKASI PELANGGARAN

KODE ETIK APOTEKER:


Ps. 1: Sumpah/janji Apoteker, setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah Apoteker.
Pedoman Pelaksanaan: 3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu, hukum,
dan etik.
Ps. 2: Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia (KEAI)
Pedoman Pelaksanaan: 1. Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan KEAI dinilai dari: ada
tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya laporan dari sejawat Apoteker atau sejawat tenaga Kesehatan
Lain, serta tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan
PENILAIAN PELANGGARAN KODE ETIK & DISIPLIN APOTEKER
Ps. 3: Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanuasiaan dalam menjalankan kewajibannya.
Pedoman Pelaksanaan: 3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan
utama dalam setiap tindakan
DISIPLIN APOTEKER:
Butir 4: Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/masyarakat
Butir 6: Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan SPO sebagai Pedoman Kerja bagi
seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai dengan
kewenangannya
Butir 12:Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien
PER-UU:
Ada potensi melanggar, PMK 9 Thn. 2017:
• Ps. 19: “……standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan kepentingan pasien”
• Ps. 21 Ay. (3): “……mengganti paten ke paten lain dg persetujuan Dokter”
ALUR PENANGANAN ADUAN (KASUS) DI MEDAI
1
Tertulis + Bukti yang
PENGADUAN
1. Pasien/konsumen
layak & jelas:
1. Identitas Pengadu /
MEDAI DAERAH
SEKRETARIAT MEDAI (20 hari kerja) Panitera: Form D/01
2. Pemerintah Teradu
3. Organisasi 2. Kronologis peristiwa
Profesi
1 1. Pemeriksaan Berkas  Meneliti (identitas pengadu & teradu)
2 Bukti lengkap & Sah Atau Bukti tidak lengkap/Aduan daluarsa (>1 Th.)

PENGURUS 2. Laporan Penerimaan Berkas ke Ketua MEDAI Daerah

Verifikasi
(TIM) 3. Rapat Pembahasan (12 hari kerja)  Rapat Pleno (>50% MEDAI)
PD IAI  Menetapkan Layak atau tidak layak sidang
 Menetapkan Anggota Majelis Sidang (AMS), Jadwal & Tim Penyelidikan

PC IAI 4. Surat Pemberitahuan Kepada Teradu


5. Penyelidikan Laporan ke Ketua MEDAI Daerah (maks. 7 hari kerja)
 Pendalaman keterangan dan bukti-bukti
 Lanjut ke sidang atau tambah waktu penyelidikan
Pemberitahuan 3 * MEDAI Daerah, PD & PC selalu berkoordinasi Tiak layak dilanjutkan ke Sidang
Medai

4
MEDAI MAJELIS SIDANG ETIK & DISIPLIN (MSED)
PUSAT Pengadu & Saksi Teradu & saksi

Pertanyaan-2 & Kesimpulan Parapihak Tanggapan Pengadu & teradu

SANKSI /
PUTUSAN MSED REHABILITASI
Kesimpulan & Kep. Sidang 5 Banding/Keberatan (2 mg) 6
(1 Bulan)
Kirim berkas perkara + surat keberatan/banding ke MEDAI
Google Drive: isa.63.kota@gmail.com Pusat (< 1 bln setelah surat keberatan)
LAY OUT PERSIDANGAN MSED
MAJELIS SIDANG ETIK DAN DISIPLIN
( MSED)
Panitera APOTEKER INDONESIA
(Sek. Sidang)
(PENGADU & SAKSI)

(JUGA SEJAWAT PEMBELA)


TERADU
PENYELIDIK

SAKASI
& SAKSI
TERADU

UNDANGAN / PENGUNJUNG KHUSUS


TAHAP-TAHAPAN SIDANG
MAJELIS SIDANG ETIK & DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

PEMBACAAN PUTUSAN
13. SIDANG PUTUSAN DIBUKA 1. SIDANG DIBUKA

12. SIDANG DISKORS 2. MEMINTA ABSENSI SIDANG

11. PENDALAMAN OLEH MAJELIS 3. PUTUSAN SIDANG DILANJUTKAN/DITUNDA


(TERADU, PENGADU, SAKSI & SAKSI AHLI)

10. TANGGAPAN TERTULIS PARA PIHAK 4. TERADU MENGAMBIL TEMPAT

9. TANGGAPAN TERADU 5. PEMBACAAN ADUAN

8. TANGGAPAN PENGADU 6. KETERANGAN SAKSI

7. PEMBELAAN TERADU
ALUR PENILAIAN PELANGGARAN & PENENTUAN SANKSI
ETIK & DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
Kriteria Pembuktian: Pelanggaran Tidak Berbobot
REHABILITASI
A. Tidak melanggar per-UU: (Tidak terbukti)
• Melakukan yang tidak (Deminimis non curat lex)
seharusnya dilakukan;
PEMBINAAN
atau
• Tidak melakukan yang 1. Teguran Lisan &

?
seharusnya dilakukan Pelanggaran Tertulis
B. Melanggar per-UU Berbobot

Latar Belakang: 2. Pembinaan Khusus


Tidak ada & Pendidikan
1. Tdk Tahu Berkelanjutan
Kriteria Ada
(Ignorant) akibat /
Pelanggaran kerugian
2. Kelalaian
(Alpa) SANKSI
3. Kurang RINGAN:
Perhatian Ada Tunda & Cabut < SIPA 1 Th.

4. Kurang SEDANG:
Terampil Tunda & Cabut > SIPA 1 Th.

5. Sengaja BERAT:
Tunda & Cabut KTA
KATEGORI SANKSI PELANGGARAN ETIK & DISIPLIN

REKOMENDASI Pencabutan KTA


PEMBEKUAN
dan/atau STRA/SIPA > 1 Tahun
PENCABUTAN
STRA/SIPA STRA/SIPA < 1 Tahun

KEWAJIBAN Pendidikan Formal


MENGIKUTI
Magang di: 3-12 Bulan
PENDIDIKAN / • Institusi Pendidikan
PELATIHAN (di • Sarana Pelayanan Kes.
Institusi Pendidikan
Latihan Knowledge & Skill
Apoteker)

PERINGATAN TERTULIS
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai