Anda di halaman 1dari 64

ORGANISASI PROFESI, KODE ETIK DAN

DISIPLIN PROFESI APOTEKER

MEDAI (MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER


INDONESIA)

Drs. Admar Jas Apt, M.Sc.


Kamis, 6 April 017 farmasi USU
Kuliah Apoteker

IKATAN APOTEKER INDONESIA


DAERAH SUMATERA UTARA
MEDAN-2016
ORGANISASI PROFESI, KODE ETIK DAN
DISIPLIN APOTEKER

 Organisasi Profesi
 IKA 1955 ---- ISFI 1965 ---- IAI 2010
 Kode Etik dan disiplin praktek Apoteker
 Menerapkan Kode Etik.
 Apa Yang Sudah dilaksanakan & Akan
dilaksanakan IAI ke depan... ?
 Latar belakang dan tujuan organisasi IAI ?
 MEDAI (Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Ind)
ORGANISASI PROFESI, KODE ETIK DAN
DISIPLIN APOTEKER
 IAI Organisasi Profesi, tempat berkumpulnya profesional Apoteker.
Apoteker termasuk tenaga kesehatan dan seorang Apoteker harus:
- memp kompetensi, memp ilmu berbatas jelas.
- mengetahui, memahami Kode Etik dan disiplin praktek profesi.
- harus belajar seumur hidup dan menguasai Iptek.
 Bagaimana menerapkan profesi dan Kode Etik Apoteker ? Harus
memp tempat praktek profesi, misal RS, Apotek dan Industri Fa.
 Seorang Apoteker harus mampu mendapatkan penghasilan yg layak
memadai dari praktek profesinya.
 Seorang Apoteker harus Sense of belonging to profesi dan anggotanya.
I.PENDAHULUAN
 Apoteker adl tenaga kesehatan memp kompetensi n keilmuannya
berbatas jelas.
 Profesi Apoteker mantap bila dirinya mau belajar seumur hdp.
 IAI adl anggota Federation Internasionale Pharmaceutique (FIP)
dan anggota Fed Internasional Pharmacist Association (FIPA).
 Profesi Apoteker dilaksanakan atas kemauan Individunya mela
kukan praktek Kefarmasian sec Legal dan memp kompetensi
Apoteker (punya SKPA)..
 Profesi Apoteker harus disertifikasi sec Formal oleh organisasi
profesinya, IAI.
DEFINISI PROFESI APOTEKER :
 Memberlakukan kompetensi profesi dan Kode Etik Apoteker.
 Pelayanan kes berorientasi sosial
 Pembelajaran seumur hidup dan menguasai Iptek.
 Mendapat jasa profesi yg wajar dalam praktek Apoteker.

CIRI – CIRI PROFESI :


 Memiliki Ilmu Penget berbatas jelas
 Pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang Perg. Tinggi
 Memberi pelayanan kepada masyarakat dan praktek dalam
bidang keprofesian.
 Memiliki perhimpunan keprofesian yg otonom, IAI.
 Tenaga kefarmasian, yg melakukan pekerjaan kefarmasian, tdd
Apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian (AA).
 Apoteker adl yg melakukan praktek kefarmasian sec legal, memp
Ijazah, telah disumpah, memiliki SIPA, sertifikat kompetensi dari
IAI.
JASA KEFARMASIAN
 Pekerjaan profesional Apoteker, menyediakan jasa kefarmasian,
sed farmasi bagi kes masyarakat.
 Pekerjaan profesi dilakukan dlm bentuk :
-produksi, distribusi, pelayanan pasien, penelitian, pengembangan,
pengawasan, pemeriksaan lab.,
-informasi, pelayanan komunitas dan masyarakat.
 Sarana penyaluran sed Farmasi :
-PBF, Inst. Fa. RS, Apotek dan toko obat.
 Sarana pelayanan kes di bid. Farmasi : Apotek, Inst. Fa RS,
Puskesmas, dan sarana kes yg ditetapkan Men Kes.
 Anggota IAI ± 40.000 dg penambahan ± 3000 apoteker tiap
tahun. Di th. 2007 jumlah apoteker hanya 18.000 orang.
 Konsolidasi organisasi dilakukan minimal tiap tahun menyeluruh.
IAI ORG PROFESI & KODE ETIK
Organisasi IAI, konstituennya Apoteker.
IAI, wadah berkumpulnya Pharmasist/Apoteker :
-Tempat komunitas Pharmasist menyatukan persepsi, visi & misi.
-Forum komunikasi sifatnya informatif, edukatif n silaturahim.
-Konsultan pelaksanaan profesi Apoteker sec independen di
Apotek, RS dan industri Fa, pd Industri sdh ada sistem.

Praktek profesi Apoteker :


Dilaksanakan menurut UU – PP dgn Kode etik & disiplin praktek
profesi.
- Organisasi IAI diatur dengan AD dan ART
- dengan kebersamaan dilakukan komunikasi dan interaksi.
- Merasa senasib sepenanggungan dg tm sejawat Apoteker lain.
- Tanpa semangat tidak akan ada persatuan dan kekuatan.
- Tanpa silaturrahim tidak akan ada persatuan.
- tanpa kekuatan tidak akan ada perjuangan dan keberhasilan.
ORGANISASI PROFESI & KODE ETIK
I. PENDAHULUAN
Organisasi Organisasi profesi IAI  manusia
IAI : Ikatan Apoteker Indonesia
•Wadah komunitas Farmasis untuk menyamakan Visi dan Misi
•Forum komunikasi, bersifat informatif, edukatif dan silaturahmi.
•Org profesi yg memiliki Kode Etik
•Aktivitas profesinya hrs memiliki kompetensi n memahami UU
•Aktivitas organisasi diatur oleh AD dan ART
Kode etik Apoteker:
Kode = tanda atau sekumpulan peraturan/prinsip.
Etik = norma dan asas yg hrs diterima oleh sekelompok orang.
Kode etik, artinya tata kramah, budipekerti, sikap perilaku menurut kaedah
dan prinsip ilmu dlm melaksanakan profesi.
Etika n hukum tuj sama, mengatur keamanan-tertib perg hidup dlm masy.

Dengan Kata lain:


Kode Etik adl aturan tertulis sec sistematik, dibuat berdasarkan nilai yg telah
disepakati sbg pedoman pelaksanaan praktek kefarmasian, demi keamanan
dan ketertiban.
II. MATERI
Organisasi :
Sekumpulan orang bekerja sama utk mencapai tujuan yg sama.
Organisasi profesi, kumpulan profesional yg memp kompetensi.
Mereka itu adl Apoteker = Pharmasist.
Kompetensi: Keahlian khusus berdaskan I. Penget yg dimilikinya.
Apoteker disbt sarjana profesional krn memp kompetensi khusus.
Apotheca=depot/distributor obat, Apothecer = ahli obat (B. Latin)
IAI satu-satunya wadah komunitas Apoteker: Tempat berhimpun,
menyatukan pandang, visi dan misi para apoteker.

Tugas Organisasi Profesi :


Melakukan penilaian thd Apt perorangan sec profesional
yg memp keterikatan satu dg yg lain dlm menjalankan
fungsi sosialnya di masy, tdk bisa dijalankan dlm
kapasitasnya sec individu. Merton (1958) dalam Kozier, Erb
& Blais (1995)
ORGANISASI PROFESI & KODE ETIK
Organisasi profesi IAI (Ikatan Apoteker Indonesia)
• Latar belakang, Tujuannya IAI dibentuk ?
• Visi dan misi
• Era globalisasi, informasi & modernisasi terjadi perub besar
thdp komunitas Farmasist.
Kode etik Apoteker:
Moral, sikap perilaku dlm melaksanakan aktivitas profesi.

Kode Etik, artinya sikap dan perilaku personal :


 Taat hukum dan peraturan,
 Disiplin dan ikut aturan pergaulan masy profesi
 Memiliki hub komunikasi kologial n human releasen yg baik.
 Berbudi pekerti dan Tata keramah yg baik dimanapun berada
 Sikap perilakunya menurut kaedah n prinsip ilmu profesi
farmasi yg dianutnya.
Latar belakang Profesionalisme n st. kompetensi :
• Pemberian obat kpd masy/pasien sesuai indikasi, dlm bentuk
sediaan, dosis dan jumlah ttt.
• Tanggung jawab dlm hal mutu, keamanan & rasionalitas pengg
obat / perbekalan farmasi lainnya.
• Pharmaceutical care & informan obat (KIE)
Tujuannya:
-memenuhi permintaan pasar/masy.
-menghdpi tantangan hidup di era globalisasi dan modernisasi
-AFTA V 2008 pada th 2010 berlaku efektif dan MEA 2015.
-Agar Apoteker Senantiasa meningkatkan kemampuan profesio
nalisme n mencegah penyalahgunaan keahlianya.

Kompetensi: Keahlian khusus berdaskan I. Peng yg dimiliki.


Standar Kompetensi:
Dicapai mel perlatihan, sertifikasi keahlian khusus diselenggara
kan oleh IAI ditandai pemberian sertifikat kompetensi.
Kompetensi yg dimaksud disini, yaitu Apoteker harus menget
dan memahami seluk beluk obat.
karakteristik sed obat (Pharmaceutical), a.l:
-Sifat fisika-kimia senyawa obat,
-Farmakologi componen obat
-Pharmaceutical compound (sifat BSO)
-Good compounding practice = peracikan obat yg baik
-Good manufacturing drugs = memproduksi obat yg baik

Tujuan IAI membentuk organisasi:


-menjaga eksistensi profesi.
-praktek profesi aman dan terlindung
-pembinaan kompetensi dilakukan n menguasai iptek
-memotivasi anggota belajar seumur hidup
-mendaptkn finansial yg cukup dari praktek profesinya,
III. VISI DAN MISI IAI
Visi IAI :
Terwujudnya profesi farmasi yg paripurna, mampu mewujudkan
kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.
Misi IAI :
1. Menyiapkan Apoteker yg berbudi luhur, prof, memiliki kese
jawatan yg tinggi, inovatif, berorientasi ke masa depan.
2. Membina, menjaga & meningkatkan profesionalisme Apoteker
/Farmasis shg mampu menjalankan praktek kefarmasian sec
baik dan bertanggungjawab.
3. Melindungi anggotanya dalam menjalankan profesi.
Sejarah komunitas Farmasis di Indonesia.
Ikatan Apoteker (IKA) th 1955, berubah nama pd kongres ke VII
di Jkt, 26 Feb 1965 dg nama ISFI, kemudian pd kongres ISFI
ke XVIII, th 2010 ISFI --IAI usia Komunitas Farmasis: 60 th.
---- sekarang usia IAI 66 th

Apa yg terjadi di dunia saat ini ?


bagaimana dunia Farmasi ?
Pengaruh Era globalisasi & informasi-modernisasi thd komunitas
Farmasis-profesi (IAI):
-terjadi pergeseran nilai di semua lini masyarakat
-perkembangan Iptek pesat, hrs dikuasai, belajar seumur hidup.
-net work & the a team, berjuang jangan sendiri.
-harus mempunyai ekses dalam carrier maupun kehidupan lain.
-hub dan komunikasi kologial di dunia Fa harus baik dan holistik
-Apt harus mempunyai standar kompetensi jelas dan mantap.
Pandangan komunitas Farmasist thd objek profesinya
 Pandangan kita terhadap obat/perbekalan Fa :
- obat bermanfaat ttp bersifat dimensional.
- zat aktif obat itu tidak bisa diberikan langsung kpd pasien sbg
obat, terlebih dahulu hrs dibuat BSO, kewajiban Farmasist. dr.,
Apoteker wajib mengenal bbg BSO dari bbg jenis zat aktif.
 Pandangan masy terhadap profesi farmasi : Apoteker
-sbg manager /pemimpin/ pengelola (tempat, SDM dan barang)
-ahli Farmasi/obat, tugasnya bersifat holistik
-mampu menjaga hub kolegalitas, bekerja the a team
 Pandangan kita terhdap pelayanan Kes di bid. Farmasi :
-penyerahan obat hrs dg informasi jelas (KIE) – fgsi sosial jelas
-pemb obat hrs tepat, aman, rasional, efisien dan efektif (sesuai
kebutuhan klinis).
-melayani pasien/masyarakat atas dasar t. jawab & panggilan hati
nurani, pasien oriented.
-hub komunikasi dan kologial dlm profesi bersifat holistik n team
IV. ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK
1. Struktur organisasi, fungsi & tugas masing- masing
(jobdiscrebtion) harus diket n dipahami oleh setiap
anggota, lihat lampiran 1
2. AD dan ART, lihat lampiran 2
3. Sumpah dan janji Apoteker/Farmasis, diket dan
dipahami oleh setiap Apoteker.

4. Kode Etik /Etika Profesi


a. Hub dan komunikasi kologial (dr, drg, nurs )
b. Hub dg pasien / masyarakat
c. Hub dg teman sejawat
d. Hub dengan PBF/Perwakilan/pemasok barang
Sumpah / Janji Apoteker
Demi Allah: saya bersumpah / berjanji
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dlm bidang kesehatan.
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yg saya ketahui karena
pekerjaan saya dan ke ilmuan saya sebagai apoteker.
3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan penget
kefarmasian saya untuk sesuatu yg bertentangan dg hukum
dan peri-kemanusiaan.
4. Saya akan menjalankan tugas saya sebaik-baiknya sesuai dg
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
5. Dalam memunaikan kewajiban, saya akan berikhtiar dg
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruhi oleh
pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik
Kepartaian atau Kedudukan sosial.
6. Saya ikrarkan Sumpah/Janji ini dg sungguh2 dan penuh
keinsyafan.
Tuhan Yang Maha Esa melindungi saya, Saya berjanji
HOLISTIK : Hub. Kom. kologial antar profesi
Melaksanakan profesi, anggota IAI memp hub-kom kologial yg
holistik dr, Apt. Nurs bertugas dibidangnya masing-masing sesuai
keahlian n kewenangannya berbeda, ttp tugasnya saling mengisi
berada dlm ”the a team”. Harus disiplin, jaga UU, peraturan,
kode etik. Ketiga profesi ini, yaitu:
-Apt. Pharmaceutical care, sbg formulator n konsulen obat
-dr. Medical care, pelayanan medik (anemnese, diagnostik),
farmako terapeutik, operasional, consultan medic, visition
relation ship.
-Nursing care, pelayanan medik, perawatan membantu dokter.
Tugas harus dilaksanakan sec Holistik walaupun kompetensi mereka berbeda,
harus berada dlm satu team. Tujuannya melayani dan menyembuhkan pasien.
Obat bersifat dimensional, yi sebagai alat kesehatan n komodi tas ekonomi,
sbg obat atau racun.
Obat /
farmasis farmaseutikal dokter
V. KODE ETIK NORMA HUKUM & ETIKA

► Norma Hukum, sosial :


 Hukum Adat
 Hukum Tertulis
► Hukum Materil : KUHP,
Perdata
► Hukum Formal : UU, KUHAP,
P.P, Perda, dll.
► Norma Etika :
Akhlak = Budi Pekerti = Etika
Kode Etik Apoteker
Apoteker dlm mengemban tugas harus:
1. Menjunjung tinggi, Sumpah/ Janji Apt.
2. Mengamalkan dan Menghayati Kode Etik Apoteker
3. Menjalankan profesi sesuai Kompetensinya
4. Berpegang teguh pd prinsip kemanusiaan dlm melaksa
nakan kewajibannya.
5. Aktif mengikuti perkemb di bid kes terutama farmasi.
6. Menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan pribadi
semata, bertentangan dg martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian.
7. Berbudi luhur, memberi contoh yg baik bagi org lain.
8. Memperlakukan Teman Sejawat seperti dirinya sendiri.
9. Mengutamakan kepentingan masyarakat & menghormati hak
penderita, memandang makhuk hidup sbg insan ciptaan
Tuhan yg harus dihargai.
10.Aktif mengikuti perkembangan peraturan per-undangan di
bidang kesehatan dan farmasi.
Kode Etik Apoteker
Apoteker dlm mengemban tugasnya harus:
9. Hrs manpu menjdi nara sumber, konsulen obat dan kes
sesuai dg profesi dan kompetensinya.
10. Mempergunakan setiap kesempatan meningkatkan kerja
sama sesama Apt & memelihara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian, saling pengertian dan menghargai tugas pokok.
13. Mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun &
meningkatkan hub profesi, saling menghargai, percaya dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
14. Menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan tercela yg
dapat mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masy
kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
15. Mengamalkan Kode Etik Apoteker dlm menjalankan tugas
kefarmasian. Tidak melanggar Kode Etik Apoteker, Apt wajib
mengakui & menerima sanksi dari pemerintah, ikatan org
profesi farmasi yg menanganinya (IAI), mempertanggung
jawabkannya kpd Tuhan YME.
VI. TEMPAT MELAKSANAKAN PEK KEFARMASIAN
1. Industri Obat dan perbekalan Fa, produksi:
a. Obat .
b. Obat tradisional
c. Kosmetika
d. Makanan dan minumam
2. Distribusi Obat dan perbekalan Fa
a. Apotek
b. PBF/Agen perwakilan
c. Instalasi Fa. RS

3. Pelayanan; pharmaceutical care dan informasi obat


 Rumah Sakit
 Klinik
 Puskesmas
 Laboratorium Kesehatan
SARANA TEMPAT PENGABDIAN
PROFESI FARMASIS

SARANA KESEHATAN

INDUSTRI DISTRIBUSI PELAYANAN

OBAT
OBAT TRADISI KOSMETIK
PBF APOTIK RS SARANA
ONAL LAIN
VII. KONDISI PRAKTEK PROFESI FARMASIS SAAT INI

DI APOTIK
FARMASIS KURANG BERPERAN DALAM PELAYANAN FARMASI 
LEBIH MENGANDALKAN ASISTEN APOTEKER
BELUM DITETAPKAN :
1. STANDAR KOMPETENSI DAN
2. STANDAR PELAYANAN

DI RUMAH SAKIT

LEBIH BERPERAN SEBAGAI PETUGAS LOGISTIK DARIPADA SBG


KLINISI FARMASI. FARMASIS DENGAN KUALIFIKASI KLINISI
FARMASI MASIH TERBATAS
BELUM DITETAPKAN :
1. STANDAR KOMPETENSI DAN
2. STANDAR PELAYANAN
VIII. KARAKTERISTIK SUATU PROFESI
1. Adanya pengakuan masyarakat
2. Memiliki perangkat ke ilmuan yang spesifik
3. Senantiasa memelihara n meningkatkan kemampuan
profesionalismenya.
4. Melakukan proses pembelajaran seumur hidup dan
senantiasa mengikuti perkembangan IPTEK.
5. Berhak memberi pelayanan kepada masyarakat dan
mendapat imbalancing jasa profesi yg telah diberikan.
6. Mencegah penyalahgunaan keahliannya.
7. Memiliki perhimpunan (IAI) dan Kode Etik serta disiplin
keprofesiannya (MEDAI).
TUJUH BINTANG (KARAKTERISTIK) FARMASIS

1. PENGASUH KEFARMASIAN YANG HANDAL


2. PEMBERI KEPUTUSAN, SAPORT BAGI KLIEN SESUAI KEILMUANNYA
3. KOMUNIKATOR, KONSULENT BAGI KLIEN (PASIEN & MITRA)
4. MANAJER DALAM MENJALANKAN PRAKTIK KEFARMASIAN
5. LEADER DLM MEMIMPIN USAHA
6. TEACHER DALAM MENTRANSFER ILMU
7. PEMBELAJARAN SEUMUR HIDUP ( LONG LIVE LEARNING )
KOMPETENSI FARMASIS
BERBASIS PENGET. MENGENAI OBAT

S
IN

ITA
D

IS
IK
CARA PEMBERIAN

KS
AS
OBAT

TO
I
SEJENIS, DOSIS
OBAT BARU

OBAT JENIS
HARGA
AN SEDIAAN
LA
O

EFEK
EL

SAMPING
G
N

CONTRA
PE

INDIKASI
IX. ARAH PENGEMBANGAN PROFESI FARMASI

BIDANG INDUSTRI BIDANG PELAYANAN

FARMASIS HARUS FARMASIS HARUS


MAMPU MENGIKUTI MAMPU MEMBERIKAN
PERKEMBANGAN PELAYANAN SESUAI
IPTEK ASUHAN KEFARMASIAN

FORMULASI Informasi obat


& outcome
KOMPETENSI MENGEMBANGKAN PROFESI FARMASI

PERGURUAN TINGGI

PENGEMBANGAN
ASOSIASI PROFESI PROFESI FARMASI
FARMASI (IAI)

PEMERINTAH (DEPKES)
X. KEADAAN KEFARMASIAN SEKARANG
A. Kefarmasian
1. Terjadi persaingan tidak sehat, pelanggaran kode etik oleh
industri Fa dlm promosi.
2. Dr melakukan dispensing, berttangan dg UU kedokteran.
3. Dr menerima obat dlm juml besar dari PBF n Apotek panel.
4. Apoteker yg bekerja di Apotek hanya 10 % yang hadir &
melaksanakan pekerjaan Kefarmasian yg sesungguhnya.
5. Apotek menjual obat ethikal dg bebas & dilakukan bukan
oleh Apoteker.
6. T. Obat menjual obat-obatan Ethical.
7. Izin Apotek kpd Apoteker, ttp yg mengelola sesungguhnya
bukan Apoteker, apa yg terjadi di Apotek sulit diketahui.
8. Banyak pasien ”self medication” bertanya obat dan konsul
tasi indikasi, KI, cara pemakaian obat dan ES obat.
Masalahnya Apoteker tidak ada di tempat dan gol obat.
9. Di dlm medical care, intervensi dg menggunakan obat lebih
70 %, otoritas dr & intervensi thd Farmasi terlalu besar, a.l :
-diagnosa, memang sudah menjadi tugas utama para dr.
-menentukan obat, jenisnya, BSO dan jumlahnya
-pd resep ditulis resep tdk boleh diganti tanpa izin dr.

10. Sbg pharmaceutical care, apoteker berperan sbg infoman


obat, konsulen dlm pemberian obat, atas pelayanan itu Apt
tdk berhak mendptkan inbalancing ? Sisi sosial.

11. Bahan baku obat lbh dari 90 % inport, harga tgt dolar.

12. Item obat terlalu banyak membuat investasi obat utk Apotek
terlalu besar.

13. Informasi obat melalui promosi media masyarakat, sering


menyesatkan.
B. Kondisi Apoteker saat ini

► IJAZAH & SIK / SP / SIA


 SIK / SP Berlaku seumur hidup
 SIA tergantung Pemda

► Pendidikan Profesi Apoteker


 Variasi antar PT Farmasi
 Sistem pendidikan, tidak jelas berorientasi kemana
 Perbedaan Rumusan “Kompetensi” APTFI vs IAI
 Pendekatan akademik ketimbang Profesional
 Permasalahan pada PKL – Magang, kurang menggigit
 Ujian & peran penguji / profesi
PEKERJAAN KEFARMASIAN YANG DIATUR

IZIN
PEMBER PELAKSANAAN
PEK. KEFAR.
DAYAAN

PRODUKSI,
PENYEL.
AUDIT PEK. KEFAR.
PENYALURAN,
PELAYANAN

STANDAR KENDALI RHS KED &


STANDAR MUTU & RHS KEFAR
KENDALI
BIAYA
PERATURAN PER-UU & KEBIJAKAN KEFARMASIAN

► UU 23/’92  SEDIAAN FARMASI & PEKERJAAN


KEFARMASIAN
► UU 8/’99
 PERLINDUNGAN KONSUMEN
► UU 32/’04-UU8/’05  OTONOMI DAERAH
► UU 5 & 22 /’97  PSIKOTROPIKA & NARKOTIKA
► UU 13/’03  TENAGA KERJA / SERTIFIKASI
► PP 32/96
 PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI
► PP 72/’98  PENGEMB TENAGA KESEHATAN
► PP 25/’00
► PERMENKES
► PER KA BPOM
► EDARAN
XI. SISTEM DISTRIBUSI KOMODITAS FARMASI , PERAN APOTEKER
DAN DOKTER SERTA HUB. KOLOGIAL

ppn Pabrik Farmasi ppn Pabrik bhn baku


Importir
Dalam negeri
Bahan baku
Reg.
Distributor Reg.
Agen tunggal Obat jadi
P.B.F
Gudang Farmasi
G,O (Ethical) ppn w
W
Apotek/Inst..Fa.R.S
Rumah sakit
Toko Obat (Apoteker)
Klinik/BP
Supermarket W R/ W.G.O/ Fa Puskesmas
dokter Bhn. kimia Sed. (dokter)
W (OTC) R/
R/ dr.
Masyarakat / pasien W,G,O

Bagan : Peredaran Obat, Organ distribusi dan alat kes. (Admar Jas)
XII. PEMBERDAYAAN ORGANISASI PROFESI IAI
1. Era informasi dan globalisasi, menuju modernisasi.
2. Tuntutan masyarakat pelayanan yg berkualitas n profesional.
3. Standar kompetensi dan standar pelayanan

4. Antisipasi pertumbuhan profesi kes dan permasalahannya.

5. Perkembangan Iptek harus diikuti terus.

6. Peningkatan kualitas SDM kontinu

7. Peningkatan permintaan pasar

8. Timbulnya jenis penyakit baru

9. Peningkatan daya saing

10. Perluasan pasar


11. Borderless (kurang pembatas)
XIII. IMAGE MASYARAKAT TERHDP PROFESI FARMASI.

A. Fakto-faktor yang mempengaruhi Organisasi Profesi IAI.


1. Peran Farmasis dalam pharmaceutical care dan infoman obat
2. Peran Farmasis dlm penggu obat yg rasional (tepat, aman, efektif)
3. Peran Farmasis dlm penggu kosmetika & perbekalan farmasi lain
4. Penguasaan Iptek dan melaksanakan tugas secara profesional
5. Kreatif dan inovatif
6. Motivasi kuat untuk mencapai tujuan
7. Memahami / mengerti mengaplikasikan Etika Farmasis Indonesia.

B. Peran Organisasi Profesi IAI.


1. Melakukan pembinaan anggota profesi
2. Menyusun standar profesi dan standar pelayanan
3. Mengembangkan peran aktif organisasi profesi thdp masyarakat.
4. Melaksanakan regulasi yg telah ditetapkan oleh Pemerintah
5. Membantu program pemerintah meningkatkan derajat kes masy.
C. Standar kompetensi dan pelayanan
1. Kode etik Farmasis
2. Paradigma positif dalam pelayanan kesehatan
3. Memiliki Akuntabilitas
4. Mengambil keputusan berdasarkan data
(Evidence based of med, drug, terapeutik)
5. Memiliki kompetensi ter-audit
6. Kemampuan managemen berbasis sistem informasi
7. Meningkatkan profesionalisme berkelanjutan.

D. Harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan


-Jaminan mutu
-Pertolongan dan perlindungan
-Kepastian hukum
-Rasional dan ekonomis

Jawabannya: UU kedokteran dan UU kes.


E. Kompetensi yang diharapkan pd Apoteker
Pengelola Apotek adalah:

 Mampu pengelola obat sesuai ketentuan yg berlaku.


 Mampu memberikan pelayanan obat kepada pen
derita secara profesional dg jaminan bahwa obat
yang diberikan kepada penderita tepat, aman,
rasional serta efektif sesuai kebutuhan klinis.

 Mampu melaksanakan fungsi pelayanan, komunikasi


dan konseling yg berkaitan dg obat, perbekalan
kesehatan lainnya kpda penderita, tenaga kesehatan
lain atau pihak lain yg membutuhkan.
 Mampu melaksanakan pencatatan n pelaporan sesuai
peraturan perundang-undangan yg berlaku

 Mampu berpartisipasi sec aktif dlm program monito


ring keamanan penggunaan obat.

 Mampu berpartisipasi aktif dlm program kes di masya


rakat lingkungannya, terutama yg berkaitan dg obat

 Mampu melaksanakan tugas dan fungsi lain sebagai


pimpinan di apotek, pengelolaan keuangan dan SDM
XI. PERMASALAHAN
1. SDM dan penguasaan Iptek bagi Apoteker terbatas.

2. Motivasi, rasa ingin tahu kurang kuat dlm Iptek.


3. Sikap mental masih sebagai pekerja harus berubah menjadi
wiraswasta (Interpreneurship).
4. Permintaan pasar dan persaingan semakin meningkat
5. Modal, kesempatan dan keadaan paradoks
6. Munculnya jenis penyakit baru dan membutuhkan obat baru
7. Peraturan per UU an mengenai komoditas Fa dan sistem
pelayanan kesehatan
8. Sistem distribusi obat dan komoditas farmasi lainnya spesifik
9. Pertanyaan masyarakat mengenai harga obat & komoditas
Farmasi lain.

10. Standar kompetensi belum memadai dan magang belum


bermakna bagi calon Apoteker.
11. Eksistensi profesi Farmasi semakin terancam dan Apoteker
tidak berdaya. Salah siapa dan dimana salahnya ?

12. Otoritas dokter dlm pelayanan kesehatan di bidang Farmasi


terlalu besar, yaitu: dr yg menentukan obatnya, a.l:
jenisnya, BSO, dosis, jumlah, interval waktu dan mereknya.
Shga privasi Apoteker terlalu sedikit, obat mau dijadikan
komoditas ekonomi murni sulit karena di hadang UU dan
peraturan yg ketat. Kenapa hal ini terjadi ?

13. Obat bersifat dimensional, satu sisi sbg obat dan disisi lain
disalahgunakan. Oleh karena itu harus waspada terhadap
beberapa golongan obat bisa disalahgunakan.
X. PEMBAHASAN DAN SOLUSI
1. SDM dan penguasaan Iptek:
Harus mampu bersaing dan tidak tergilas dalam persaingan
kehidupan, membangun SDM yg handal penting, menguasai
Iptek suatu hal yang penting.

2. Motivasi dan rasa ingin tahu:


Dalam hidup ini kita harus mempunyai motivasi, kita harus
selalu belajar dimulai dari rasa ingin tahu.

3. Sikap mental dan perilaku:


Sikap mental sbg pekerja harus berubah menjadi wiraswasta
dan manager, bersifat kreatif dan inovatif.

4. Permintaan pasar dan persaingan:


Permintaan pasar thdp tenaga kes dan komoditas farmasi
selalu meningkat dari th ke tahun.
4. Modal dan kesempatan:
Modal dasar untuk berusaha ada 3, a.l:
a. SDM
b. Kemauan
c. Financial
Kesempatan itu bukan ditunggu, tetapi direbut

6. Muncul jenis penyakit baru n membutuhkan obat baru.


Munculnya jenis penyakit baru merupakan tantangan bagi
insan Farmasis utk menemukan obat yg dibutuhkan tersbt.

7. Peraturan per UU an dan sistem pelayanan kesehatan.


Peraturan per-UU an yang lebih berpihak kepada dr dalam
pelayanan kesehatan. Dr mendiagnosa, dr menentukan
obatnya, dr yg menentukan merek obatnya. Sehingga peran
Apoteker di bidang pelayanan kes lemah.
8. Sistem distribusi obat dan perbekalan farmasi, diatur sec
spesifik oleh peraturan dan per UU –an, sering diabaikan.

9. Pertanyaan masyarakat thd komunitas Farmasi mengenai


harga obat.
-Tingginya harga obat, terutama disebabkan inport bahan
baku lebih dari 90 %.
-Pajak berganda (ppn), mulai dari bhn baku sp obat jadi

10. Standar kompetensi belum memadai dan magang belum


menggigit. Standar kompetensi baru bersifat refresing,
disetiap lini kelihatannya Apoteker tidak berdaya untuk
melaksanakan profesinya. Dimana salahnya mari sama
sama kita pikirkan dan diskusikan.
11. Eksistensi profesi semakin terancam n Apoteker semakin
tidak berdaya :
-Hanya 10% Apotek yang Apoteker mengelola langsung
-Harus kembali pada PP 25 th. 1980, dimana Apotek harus
benar-benar dikelola oleh Apoteker lsg dg semboyan no
Farmasis, no service

12. Obat dan perbekalan Fa yg bersifat dimensional, yaitu


satu sisi sbg alat kes, sisi lain sbg komoditas ekonomi.
XII. KESIMPULAN
Dari hasil uraian diatas dapat diambil bberapa kesimpulan sbb.:
1. Memahami peran organisasi profesi bagi komoditas Farmasis
sgt penting bagi pelaksanaan dan eksistensi profesi.

2. Memahami visi dan misi organisasi IAI


3. Memahami Kode Etik Farmasist
4. Kehadiran Apoteker di tempat prakteknya merup tuntutan
profesi dan kebutuhan masyarakat.
5. Menguasai Iptek dg belajar seumur hidup

6. Memahami Pemberian obat yang tepat aman dan rasional


7. Memahami peraturan, per UU an kesehatan umumnya & Far
khususnya.
8. Mempunyai sense of belonging terhadap profesi dan
anggotanya.
X. KESIMPULAN lanjutan …
9. Memahami, mengerti akan terjadi perubahan akibat era
informasi dan globalisasi bagi organisasi IAI.

10.Dalam menjalankan profesi Farmasi sesungguhnya Apoteker


banyak menghadapi kendala, a.l: minat, kemampuan,
permodalan dan keadaan paradok.

11.Kembalikan Apotek kepada PP 25 th. 1980 agar komunitas


farmasis benar-benar eksis.
12.Dokter tidak boleh berbisnis obat atau dispensing material
oriented.

13.Sistem pelayanan kesehatan di bidang Farmasi harus ditinjau


kembali terlalu besar memberikan otoritas kepada dr dlm
Farmakoterapi.
V. P E N U T U P
► PEKERJAAN KEFARMASIAN MASUK DALAM KEGI ATAN
KESEHATAN YANG HOLISTIK
► TENAGA KEFARMASIAN, KHUSUSNYA APOTEKER
MEMPUNYAI TANGGUNG JAWAB YANG BESAR ATAS
BERJALANNYA PEKERJAAN KEFARMASIAN SECARA LEGAL
DAN BERGUNA BAGI MASYARAKAT
► IAI SEBAGAI SATU-SATUNYA ORGANISASI PROFESI
APOTEKER HARUS MAMPU MEMBINA PARA ANGGOTANYA
AGAR MEMPUNYAI SENSE OF BE LONGING YANG TINGGI,
MENGUASAI IPTEK KE FARMASIAN YANG MUTAKHIR DAN
MENJALANKAN PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA BAIK DAN
LEGAL
PERAN IAI
 DALAM ERA GLOBALISASI DAN MENYONGSONG AFTA 2008
IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA PERLU BERBENAH
DIRI DALAM ME NYONGSONG PARADIGMA BARU DALAM
PEKERJAAN

 KEFARMASIAN, DIANTARANYA :
PENINGKATAN SENSE OF BELONGING PARA APOTEKER
PADA PROFESINYA DAN ORGANISASI IAI
- MENERAPKAN PHARMACEUTICAL CARE (PELAYANAN KEFARMASIAN)
PADA PEKERJAAN KEFARMASIAN
- MENERAPKAN SEVEN STAR PHAR MACIST DARI WHO UNTUK PARA
APOTEKER ANGGOTA IAI :
1. CARE GIVER
2. DECISION MAKER
3. COMMUNICATOR
4. LEADER
5. MANAGER
6. LIFE-LONG LEARNER
7. TEACHER

PROGRAM2 IAI YANG DILAK SANAKAN , DIANTARANYA ADALAH :


- PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETEN SI PROFESI DARI PARA APOTEKER
- PROGRAM SEMINAR ILMIAH
Tujuan Umum:
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mengerti, memahami,
dan mampu menjelaskan konsep etika dan disiplin apoteker serta
peraturan dan perundangan-undangan yang terkait. Selain itu diharap
kan mampu mengkaitkan etika dan disiplin apoteker dengan fenomena
keprofesian farmasi pada tataran praktis di masyarakat.
Taujuan Khusus
Setelah mengikuti pokok bahasan pada kuliah ini diharapkan mahasiswa
mampu:
• Menjelaskan dan mendisikusikan pengertian etika dan disiplin secara umum
maupun khusus terkait dengan Ikatan apoteker Indonesia.
• Menjelaskan dan mendiskusikan perbedaan dan hubungan etika dan moral
serta kaitannya dengan hukum
• Membahas etika dan disiplin profesi farmasi terpilih di berbagai dunia
• Menguraikan arti dan keberadaan MEDAI dalam profesi kefarmasian di
Indonesia.
• Menjelaskan butir yang tertuang dalam buku kode etika dan disiplin apoteker
Indonesia
• Mengidentifikasi pelanggaran kode etik n disiplin apoteker Indonesia
dalam tataran praktis di komunitas.
• Menjelaskan dan mengkaitkan keberadaan peraturan perundangan-
udangan yg relevan dg kode etik dan disiplin apoteker Indonesia.
• Mengungkapan, mendiskusikan tantangan n peluang profesi kefarmasi
an di era pasar bebas MEA dalam perspektif etika dan disiplin.
• Melisting, merumuskan, memformulasikan key point penguatan
kelembagaan n keorganisasian agar bisa memenangkan persaingan di
era pasar bebas MEA.
• Merekonstruksi dan mensimulasikan acara persidangan pelanggaran
etik dan disiplin apoteker Indonesia.
MEDAI, Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Ind
1. Paham konsep etika dan disiplin apoteker itu sendiri maupun
praktisinya, shg dg itu para mahasiswa tahu betul bagaima
na seharusnya seorang apoteker kelak mengaktua lisasikan
profesi dirinya dlm melakukan kerja praktisnya di berbagai
tempat pelayanan obat dan pengobatan, distribusi, industri
serta asuhan kefarmasian lainnya.
2. Penguatan kelembagaan n keorganisasian dlm memenang
kan persaingan dalam era MEA Elemen penting penguatan
kelembagaan dlm persaingan bebas ASEAN tekait dg PTF
Elemen penting penguatan keorganisasian IAI dlm persaing
an MEA.
3. Dampak diberlakukannya era pasar bebas ASEAN terhadap
kemungkinan perubahan etik dan disiplin apoteker Indonesia
dg menginternalisasikan etika n disiplin farmasis dari negara
ASEAN ke etik dan disiplin apoteker Indonesia.
Peluang Apoteker Indonesia berkiprah sbg famasis yg berwa
wasan ASEAN di berbagai negara ASEAN. Etik n disiplin berprak
tek sbg farmasis di berbgi negara ASEAN.
Beracara dan persidangan pelanggaran etik dan disiplin apote
ker Indonesia: Membangun alur dan mekanisme penyelasaian
kasus pelanggaran etika dan disiplin apoteker Indonensia.
Menkonstruksikan panduan beracara pelanggaran etik dan disip
lin apoteker Indoensia. Dalam persidangan pelanggaran etik n
disiplin apoteker Indonesia, Mensimulasikan penyelesaian kasus
pelanggaran etik dan disiplin apoteker Indonesia merujuk kode
etik dan disiplin apoteker Indonesia. Jenis pemberian sanksi
atas pelanggaran kasus etik dan disiplin apoteker Indonesia
pertimbangan dan hasil analisis dan kajian kasus pelanggaran
yang terjadi.

Imbalan Profesi Apoteker Pengelola Apotek : 2 1/2 x UMR = +/- Rp. 2 Jt


Imbalan Profesi Apoteker INFAR 2 x Apotek
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumpulan Peraturan Per-Undang-Undangan mengenai Farmasi, DitJen


Pengawas Makanan dan dan Minuman, DepKes RI, Jakarta, th 1977
2. UU No. 23 / 1992, DepKes RI, Jakarta , 1992
3. UU Kedokteran
4. PermenKes RI
5. UU RI No. 22 Thn. 1997
6. M. Yusuf H & Amri Amir,” ETIKA KEDOKTERAN DAN HUKUM
KESEHATAN “,Edisi III, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta. 1999.
7. Depart. Pendidikan & Kebudayaan, “ KAMUS BESAR BAHASA
INDONESIA” Ed. Kedua, Balai Pustaka, Jakarta 1997.
MUDAH-MUDAHAN MATAHARI BERSINAR LEBIH CERAH DI IAI SU INI
MAJU DAN JAYALAH KITA,
SEGALA MASALAH DAPAT DIATASI
BERSAMA KITA BISA, MARI KITA BERSATU, SEIKAT BAK LIDI, SERUMPUN BAK SEREH
TIADA BUKIT TERLALU TINGGI DAN TIADA LURAH TERLALU DALAM
SEMUANYA BISA DIJALANI.
DIMANA ADA KEMAUAN KERAS DISITU ADA JALAN.
Admar Jas
Masukkan Medai sesuai perkembangan dunia Farmasi :
1. Dg adanya BPJS resep dokter semakin langka, terjadi
resesi di apotek terutama dekat RS, satu per-satu tutup.
2. Inst. Fa. RS sbg depot obat dan perbekalan Fa lainnya,
pusat informasi obat, distribusi obat, teknologi steril dan
aceptis dispensing harus dimantapkan. Masalah sterilitas
dan aceptis dispensing memegang peranan penting
dalam keamanan n keselamatan pelayanan operasional.
3. Farmasi klinis, pemberian dan pemakaian obat harus
rasional.
4. Pharmaceutical care, medical care dan nursing care
berada dalam satu team yg bersifat holistik.
5. SOAP (Subjective, obajective, Assesment dan planning)
dan Outcome.
6. Pajak efektif 1% berlaku mulai 1 Juli 2016, pengusaha yg
kena PKP dan Non PKP. Bila omzet >= 4,8 milyar per-
tahun, maka kena PKP 2,5 % kita harus memp
pembukuan. Bila non PKP kalau omset nya <- 4,8 milyar,
kena pajak penghasilan 1 %. Pemerintah akan memonitor
pajak dari pembelian kita ke PBF. ……. Untuk menghidari
pajak akan muncul nanti faktur putih. Tentu apotek akan
berhadapan pula dg Balai POM.
7. Izin Apotek kenapa dijangka pendek dan berbeda-beda
satu dg yg lain walau sama pengurusannya, dahulu sudah
berlaku seumur hidup, tetapi dikalahkan oleh perda.
Apakah perda yg dihapus Jokowi termasuk ini ?
8. Sejak BPJS pengadaan obat berorientasi ke Obat generik.
Masalahnya obat generik umumnya komposisinya tunggal,
sedangkan obat paten/lisensi komposisi dan BSO sgt
bervariasi. Shg sekarang dokter sendiri sekarang bingung
kecarian BSO yg dikehendaki tidak ada pada obat generik.
9. Dlm kenyataannya sekarang permintaan obat lebih banyak
ke obat generik, pada situasi dan kondisi tertentu dokter
meminta drops, supp, injeksi tetapi barangnya sdh tidak
ada. Pabrikannya (PMA) sdh minggat.
10.Inst. Fa RS termasuk membawahi Lab. Teknologi steril
harus terampil dalam:
-sterilisasi alat-alat, perbekalan Farmasi, ruangan bedah
dan ruangan steril.
-terampil dalam Aceptis dispensing practices.
-teknik penyuntikan, peracikan obat dalam wadah baik
dosis tunggal maupun ganda.
11. Obat dipasaran semakin banyak yg kosong dipasaran.
Obat yg penting seperti codein dan precusor semakin
langka, mis: efedrin, papaverin, pseudoefedrin.
12. Penyimpanan obat di ruangan yg baik, temp 20-25 der C
13. Variasi obat-obatan dalam BSO semakin sedikit, akibatnya
salah satu pabrik yg masih ada harga menjadi mahal.
Karena tidak terjadi mekanisme pasar yg bersaing.

14. Para dokter semakin malas membuka resep untuk pasien


nya, karena pasien bebas sejak BPJS ini ada semakin
berkurang, oleh karena itu dokter melakukan dispensing di
tempat prakteknya.

15. Supaya self medication lebih dikembangkan dengan mem


perluas obat daftar G1 dan G2. dengan demikian peran
Apoteker di Apotek semakin kuat. Di luar negeri seperti di
Makkah dan Madinah Apoteker menjual obat tidak dibatasi
golongannya. Tidak ada istilah harus dg resep dokter.
16. Pengembangan n pemantapan Farmasi klinis bagi Apoteker
dan dokter.
Farmasi klinis: is defined as that area of pharmacy concerned with
the science and practice of rational medication use

Pengobatan dengan Resep yg rasional, kriterianya, a.l:


Tepat :
• Pasien dan Indikasi
• Obat - BSO, Dosis dan regimen dosis
• Interval waktu pakai obat dan lama pengobatan.
• Rute pemakaian (route of drug’s administration)
Aman :
-Waspada terhadap Side effect n kontra indikasi
-pertimbangkan patofisiologi organ tubuh
-pertimb usia n keadaan pasien (hamil, menyusui, gizi dll.)
-Efek teratogen, intoksikasi, idiosinkrasi (Advers effect)
Efektif, Ekonomis dan sesuai kebutuhan klinis:
 Pilihan obat thd penyakit tepat
 Waktu berobat cukup efisien, efektif dan ekonomis. 35
 Izin Apotek diberikan kpd Apoteker, ttp yg mengelola
sesungguhnya bukan Apoteker, apa yg terjadi di Apotek
sulit diketahui. Timbul pertanyaan sbb.:
1. apakah masih bisa mengelola Apotek
2. Apakah masih bisa memainkan peran dan tanggung
jawabnya.
3. Modal orang yg punya, apotekernya tidak hadir di
tempat /Apotek, rasanya sulit terwujud apa yg menjadi
visi dan misi Apoteker itu.

Banyak pasien ”self medication” bertanya obat dan


konsul tasi indikasi, KI, cara pemakaian obat dan ES obat.
Masalahnya Apoteker tidak ada di tempat dan gol obat.

Clinical pharmasy is defined as that area of pharmacy


concerned with the science and practice of rational
medication use
BIODATA
Nama : Drs. H. Admar Jas, Apt. M.Sc.
Lahir : di Pariaman (Sumbar), 20 Maret 1953
Alumni : SMA Neg. Pariaman, 1973
Pekerjaan : Dosen Fakultas Kedokteran USU
Depart. Farmakologi dan Terapeutik
Alamat : Jl. Bom/ Jl. M. Hari Raya No. 171 Medan
Apotek Marita, Jl. Kapt. Muslim 234A- Medan
Pendidikan :
► S1 : Farmasi FMIPA USU Medan (1983)
► Apoteker : FMIPA USU Medan (1984)
► S2 : Pascasarjana ITB (1992)-bid studi-Farmakologi.
► Resmi mulai mengajar di FK-USU-Farmasi Kedokteran Juli 1984,
kemudian bergabung dg Farmakologi th 2000 --- menjadi Depart.
Farmakologi dan Farmakoterapeutik sampai sekarang. Dinas 32 Tahun
► Istri : Hj. Hartati
► Anak : 1. Andalusia M Admar (Dokter)-Yarsi, Jakarta. 34 th
► 2. A. Maritadinda Admar (Ir-Lansechap)-Trisakti, Jkt – 32 th
► 3. Admar Jamal Jr (Fak. Ekonomi-Unand Ac-Inter-, UI-S2)-24 th
► 4. Thariq admar Jr 11 th, kelas VI SD
► 5. Aidil Jamal Admar 10 th, kelas V SD
► Cucu : 6 Orang
► Hobi : Olah raga (Badmington dan Pencak silat), rekreasi alam.
► Menonton Flaura-fauna, kuliah Mario Teguh dan tinju.

Anda mungkin juga menyukai